Anda di halaman 1dari 7

HIV ( Human Immunodeficiency Virus ) adalah virus pada manusia

yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia yang dalam jangka waktu
yang relatif lama dapat menyebabkan AIDS. Sedangkan AIDS sendiri adalah
suatu sindroma penyakit yang muncul secara kompleks dalam waktu relatif
lama karena penurunan sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh infeksi
HIV.
Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan
gejala penyakit karena menurunnya sistem kekebalan tubuh yang disebabkan
oleh infeksi HIV. Centers for Disease Control (CDC) merekomendasikan
bahwa diagnosa AIDS ditujukan pada orang yang mengalami infeksi
opportunistik, dimana orang tersebut mengalami penurunan sistem imun yang
mendasar (sel T berjumlah 200 atau kurang) dan memiliki antibodi positif
terhadap HIV.
Virus masuk ke dalam tubuh manusia terutama melalui perantara
darah, semen dan secret Vagina. Sebagaian besar ( 75% ) penularan terjadi
melalui hubungan seksual. . HIV cenderung menyerang jenis sel tertentu, yaitu
sel-sel yang mempunyai antigen pembukaan CD4, terutama sekali limfosit T4
yang memegang peranan penting dalam mengatur dan mempertahankan
system kekebalan tubuh. Virus yng masuk kedalam limfosit T4 selanjutnya
mengadakan replikasi sehingga menjadi banyak dan akhirnya menghancurkan
sel limfosit itu sendiri. CD4 secara perlahan akan menurun dalam beberapa
tahun dengan laju penurunan CD4 yang lebih cepat pada 1,5 – 2,5 tahun
sebelum pasien jatuh dalam keadaan AIDS. Viral load ( jumlah virus HIV
dalam darah ) akan cepat meningkat pada awal infeksi dan kemudian turun
pada suatu level titik tertentu maka viral load secara perlahan meningkat. Pada
fase akhir penyakit akan ditemukan jumlah CD4 < 200/mm3 kemudian diikuti
timbulnya infeksi oportunistik.
1. Stadium pertama HIV
Rentan waktu sejak HIV masuk ke dalam tubuh sampai tes antibodi
terhadap HIV menjadi positif disebut window period. Lama window
period satu sampai tiga bulan, bahkan ada yang berlangsung sampai enam
bulan. Pada fase ini ketika di lakukan pengecekan virus HIV melalui darah
maka virus tidak akan terdeteksi tetapi ketika seseorang mengidap
penyakit HIV stadium 1 tetap masih bisa menularkan virusnya.
2. Stadium kedua asimtomatik ( tanpa gejala )
Asimtomatik berarti bahwa didalam organ tubuh tidak menunjukkan gejala
- gejala. Keadaan ini dapat berlangsung selama 5 – 10 tahun. Pasien yang
tampak sehat ini sudah dapat menularkan HIV kepada orang lain.
3. Stadium ketiga pembesaran kelenjar limfe
Pembesaran kelenjar limfe secara menetap dan merata tidak hanya muncul
pada satu tempat saja, dan berlangsung selama satu bulan.
4. Stadium keempat AIDS.
Keadaan ini disertai adanya bermacam – macam penyakit antara lain
penyakit saraf, infeksi sekunder dan lain – lain.
Adanya HIV dalam tubuh seseorang tidak dapat dilihat dari
penampilan luar. Orang yang terinfeksi tidak akan menunjukan gejala apapun
dalam jangka waktu yang relatif lama (±7-10 tahun) setelah tertular HIV. Masa
ini disebut masa laten. Orang tersebut masih tetap sehat dan bisa bekerja
sebagaimana biasanya walaupun darahnya mengandung HIV. Masa inilah
yang mengkhawatirkan bagi kesehatan masyarakat, karena orang terinfeksi
secara tidak disadari dapat menularkan kepada yang lainnya. Dari masa laten
kemudian masuk ke keadaan AIDS dengan gejala sebagai berikut:
Gejala Mayor:
Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan
Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan
Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan
Gejala Minor:
Batuk menetap lebih dari 1 bulan
Adanya herpes zostermultisegmental dan herpes zoster berulang
Kandidias orofaringeal
Limfadenopati generalisata
Ruam

HIV hidup di semua cairan tubuh tetapi hanya bisa menular melalui cairan tubuh
tertentu, yaitu :
Darah
Air Mani (Cairan, bukan Sel Sperma)
Cairan Vagina
Air Susu Ibu (ASI)
Kegiatan yang dapat menularkan HIV adalah :
Hubungan seks tanpa kondom
Jarum suntik / tindik / tato yang tidak steril dan dipakai bergantian
Peralatan dokter yang tidak steril, contohnya: peralatan dokter gigi
Mendapatkan transfusi darah yang mengandung HIV
Ibu HIV-positif ke bayinya: waktu dalam kandungan, ketika melahirkan atau
melalui ASI.
HIV tidak menular melalui :
Bersentuhan
Berciuman, bersalaman dan berpelukan.
Peralatan makan dan minum
Kamar mandi
Kolam renang
Gigitan nyamuk
Tinggal serumah bersama orang dengan HIV dan AIDS (ODHA)
Duduk bersama dalam satu ruangan tertutup

Cara Penularan HIV/AIDS


ESSE adalah singkatan dari Exit, Survive, Sufficient dan Enter.
Dalam bahasa Indonesia bisa diartikan: Jalan keluar virus, virus yang
hidup, kandungan virus yang cukup untuk menginkubasi, serta adanya
jalur masuk virus ke tubuh seseorang. HIV hanya bisa menular jika empat
prinsip ini dipenuhi semua dan tidak bisa menular jika hanya salah satu
atau sebagian prinsip terpenuhi. Berikut penjelasan tentang ESSE:

Exit maksudnya adalah ada jalan keluar bagi cairan tubuh yang mengandung HIV
yang ada dalam tubuh seseorang keluar tubuh. Seperti yang Sahabat GueTau ketahui,
virus HIV dapat berada dalam darah. Artinya virus HIV dapat menular jika ada cairan
darah yang keluar dan masuk ke tubuh orang lain. Dapat juga melalui cairan ketika
berhubungan seksual.

Survive berarti adalah cairan tubuh yang keluar ini harus mengandung virus yang
tetap bertahan hidup. HIV bila berada di luar tubuh inangnya (manusia) dia tidak akan
bertahan hidup lama. Jadi, penularan HIV tidak akan semudah mitos dalam kalangan
masyarakat. Bahkan jika ada cairan yang mengandung HIV keluar dari tubuh seorang
ODHA, virus tersebut tidak akan bertahan lama.

Sufficient maksudnya adalah kandungan HIV dalam cairan tubuh yang keluar dari
orang yang terinfeksi HIV harus ada dalam kandungan yang cukup. Jika jumlahnya
sedikit, HIV tidak akan bisa menginkubasi tubuh manusia lainnya. Ini mengapa cairan
keringat dan saliva (ludah) tidak bisa menularkan HIV.

Enter adalah adanya jalur masuk di tubuh manusia yang memungkinkan kontak
dengan cairan tubuh yang mengandung HIV. Ini mengapa penggunaan kondom
penting, sebab akan meminimalisir terjadinya perlukaan ketika terjadi kontak
hubungan seksual.

Pencegahan HIV/AIDS
Ada langkah-langkah upaya preventif terhadap HIV/AIDS yang
sebenarnya cukup jelas tetapi masih banyak masyarakat yang belum tahu.
Langkah-langkah tersebut adalah ABCDE.
Abstinence.
Sudah jelas jika tidak ingin tertular maka jauhilah media penularnya.
Hindari seks bebas juga pemakaian narkoba.
Be faithful.
Bagi yang sudah menikah, setialah pada pasangan! Jangan sekali-sekali
berpikir untuk “jajan di luar” karena hal tersebut dapat meningkatkan
risiko tertularnya HIV/AIDS dari sexual partner
Condom.
Penggunaan kondom adalah upaya efektif dalam mencegah penularan
HIV/AIDS. Penggunaan kondom dapat mencegah interaksi cairan
kelamin sehingga penularan virus dapat diminimalisasi.
Drug.
Khusus untuk seorang wanita yang mengandung dan ternyata terkena
HIV/AIDS, dapat diberikan obat khusus agar penyakit tersebut tidak
menular kepada janinnya.
Education.
Pendidikan seksual sangat penting khususnya bagi para remaja agar
mereka tidak terjerumus dalam kehidupan yang salah. Pengetahuan
yang baik dapat mencegah remaja untuk bertindak tidak sepantasnya
karena mereka tahu risiko yang sangat besar dari perbuatan mereka
tersebut.

Meskipun sampai saat ini belum ada obat untuk menyembuhkan HIV,
namun ada jenis obat yang dapat memperlambat perkembangan virus.
Jenis obat ini disebut antiretroviral (ARV). ARV bekerja dengan
menghilangkan unsur yang dibutuhkan virus HIV untuk menggandakan
diri, dan mencegah virus HIV menghancurkan sel CD4. Selama
mengonsumsi obat antiretroviral, dokter akan memonitor jumlah virus dan
sel CD4 untuk menilai respons pasien terhadap pengobatan. Hitung sel
CD4 akan dilakukan tiap 3-6 bulan. Sedangkan pemeriksaan HIV RNA
dilakukan sejak awal pengobatan, dilanjutkan tiap 3-4 bulan selama masa
pengobatan. Pasien harus segera mengonsumsi ARV begitu didiagnosis
menderita HIV, agar perkembangan virus HIV dapat dikendalikan.
Menunda pengobatan hanya akan membuat virus terus merusak sistem
kekebalan tubuh dan meningkatkan risiko penderita HIV terserang AIDS.
Selain itu, penting bagi pasien untuk mengonsumsi ARV sesuai petunjuk
dokter. Melewatkan konsumsi obat akan membuat virus HIV berkembang
lebih cepat dan memperburuk kondisi pasien.
Bila pasien melewatkan jadwal konsumsi obat, segera minum begitu ingat,
dan tetap ikuti jadwal berikutnya. Namun bila dosis yang terlewat cukup
banyak, segera bicarakan dengan dokter. Dokter dapat mengganti resep
atau dosis obat sesuai kondisi pasien saat itu. Pasien HIV juga dapat
mengonsumsi lebih dari 1 obat ARV dalam sehari. Karena itu, pasien perlu
mengetahui efek samping yang timbul akibat konsumsi obat ini, di
antaranya:
Diare.
Mual dan muntah.
Mulut kering.
Kerapuhan tulang.
Kadar gula darah tinggi.
Kadar kolesterol abnormal.
Kerusakan jaringan otot (rhabdomyolysis).
Penyakit jantung.
Pusing.
Sakit kepala.
Sulit tidur.
Tubuh terasa lelah.
o

Anda mungkin juga menyukai