Anda di halaman 1dari 22

PROPOSAL

KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT


PENYULUHAN DAN SKRINNING HIV/AIDS PADA IBU HAMIL
DIDESA BAGELEN KECAMATAN GEDONG TATAAN
KABUPATEN PESAWARAN
TAHUN 2019

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1

1. AMANAH DEWI 1802044P


2. DWI SITI MALYANTI 1802045P
3. ELSA PRATAMA AZPI 1802046P
4. FADILAH ELYA SARI 1802053P
5. MELY FHATMA NIQI 1802073P
6. NILA SEPTIANI 1802080P
7. VENNY WIJAYA 1802085P

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM RASJANA TERAPAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)
AISYAH PRINGSEWU LAMPUNG
TAHUN 2019
PROPOSAL KEGIATAN
PENYULUHAN DAN SKRINNING HIV/AIDS PADA IBU HAMIL
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Permasalahan sektor kesehatan sebagai penyebab rendahnya IPM

Indonesia adalah sangat kompleks. Berbagai penyakit menular banyak

yang dapat diberantas. Bahkah penyakit-penyakit yang telah lama

diberantas kini masih muncul dan untuk beberapa tahun kedepan

sebagai Emerging Infectious Diseases (EID), seperti malaria, Influenza

A, SARS, termasuk juga HIV/AIDS, dsb. Sementara penyakit-penyakit

tidak menular atau degeratif dan penyakit-penyakit yang berbasis

perilaku masyakat kini juga mulai bemunculan

Secara nasional penyakit HIV/AID sejak tahun 2005 hingga tahun

2011 penemuan kasus baru semankin meningkat (Kemkes RI, 2012).

Tahun 2011 kasus baru ditemukan berjumlah 559 kasus baru dan tahun

2011 ditemukan 4,162 kasus baru, sehingga secara kumulatif

jumlahnya menjadi 29,879 kasus. Hal mungkin merupakan penemuan

dari Fenomena Gunung ES (Iceberg Phenomena) seperti yang diramal

oleh para ahli dua dekade terakhir. Artinya kemungkinan kasus tersebut

terutama penderita HIV di masyarakat jauh lebih banyak dari angka

tersebut di atas. Dan sebagai Emerging Inkcrious Diseases (EID)

kedepan dengan metode penemuan kasus Voluntary, Conseling and

Testing (VCT), sero survey dan Survei Terpadu Biologis dan Perilaku

(STBP) maka akan terus ditemukan kasus baru maupun lama HIV dan

AIDS, apalagi sebagai salah satu Tujuan Pembangunan Milenium


(Millennium Development Goals (MDGs) sehingga setiap negara

termasuk Indonesia berpacu untuk memberantas penyakit HIV/AIDS.

Data Kementerian Kesehatan menunjukkan dari 21.103 ibu hamil

yang menjalani tes HIV, 534 (2,5%) di antaranya positif terinfeksi HIV.

Hasil Pemodelan Matematika Epidemi HIV Kementerian Kesehatan

tahun 2012 menunjukkan prevalensi HIV pada populasi usia 15-49

tahun dan prevalensi HIV pada ibu hamil di Indonesia diperkirakan

akan meningkat. Jumlah kasus HIV-AIDS diperkirakan akan

meningkat dari 591.823 (2012) menjadi 785.821 (2016), dengan

jumlah infeksi baru HIV yang meningkat dari 71.879 (2012) menjadi

90.915 (2016). Sementara itu, jumlah kematian terkait AIDS pada

populasi 15-49 tahun akan meningkat hampir dua kali lipat di tahun

2016(1). Data United Nation of AIDS (UNAIDS) 2012menunjukkan di

Indonesia terjadi peningkatan angka infeksi baru HIV lebih dari 25%

dalam kurun waktu 2001 sampai 2011. Jumlah kumulatif kasus AIDS

di Indonesia sejak pertama kali ditemukan, 1 April 1987 sampai Juni

2013 sebesar 108.600 kasus HIV dan 43.667 kasus AIDS, dengan

kasus kematian akibat AIDS sebesar 8.340 kasus. Saat ini kasus

HIV/AIDS telah tersebar di 341 dari 497 kabupaten/kota seluruh

propinsi di Indonesia.

Propinsi Lampung sebagai propinsi serambi Sumatra tidak terlepas

dari pemlasalahan tersebut, Sebagai serambi Sumatra dengan tingkat

migrasi keluar (emigrasi) dan migrasi masuk (imigrasi) yang tinggi,


maka propinsi Lampung rentan terjadinya penularan berbagai penyakit

termasuk HIV/AIDS sebagai akibat arus mobilisasi, baik masuk

maupun keluar cukup tinggi. Demikian pula penderita HIV/AID, kasus

AIDS sejak tahun 2002 sampai 2011 kecenderungannya makin

meningkat. Pada tahun 2002 ditemukan 1 kasus dan pada tahun 2011

jumlah sebanyak 233 kasus baru ( Dinas Kesehatan Provinsi lampung,

2012).

Hasil prasurvey data Puskesmas Gedong Tataan, jumlah ibu hamil

30 orang, 5 orang sudah melakukan test HIV/AIDS dan 25 orang

belum melakukan test HIV/AIDS. Dari 25 ibu hamil yang belum

mendapatkan pemeriksaan HIV/AIDS, 5 orang beralasan belum

mengetahui adanya pemeriksaan HIV/AIDS, 10 orang beralasan takut

dan 10 orang beralasan jarak tempuh yang jauh dari puskesmas.


Dalam rangka menghadapi epidemi HIV tersebut perlu dilakukan

upaya pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS yang lebih

intensif, menyeluruh, terpadu dan terkeordinasi sehingga

menghasilkan program yang cakupannya tinggi, efektif dan

berkelanjutan.

B. Rumusan Masalah
“Apakah Pengaruh Penyuluhan Skrinning HIV/AIDS di Posyandu

Cempaka Desa Bageland Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten

Pesawaran?”
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Pencegahan dan penangulangan HIV-AIDS pada ibu hamil

diwilayah Posyandu Cempaka Desa Bageland Kecamatan Gedong

Tataan Kabupaten Pesawaran.


2. Tujuan Khusus
 Menemukan Dini Kasus penderita HIV pada ibu hamil
 Pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak
 Meningkatkan pengetahuan kelompok resiko tinggi dan

kelompok rentan tertular HIV tentang HIV-AIDS dan Penyakit

Infeksi Menular Seksual(IMS)


D. Manfaat
1. Bagi ibu hamil
Untuk meningkatkan pengetahuan ibu hamil tentang HIV/AIDS
2. Bagi Desa
Untuk mengurangi resiko infeksi HIV/AIDS
3. Bagi Puskesmas
Membantu kinerja puskesmas dalam oenjaringan ibu hamil dengan

HIV/AIDS
II. RENCANA KEGIATAN
1. Sasaran Responden
Semua ibu hamil yang melakukan kunjungan ke Posyandu Cempaka

Desa Bagelen Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran


2. Priyoritas Masalah
Pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS pada ibu hamil
3. Pemecahan Masalah
Dilakukannya penyuluhan dan skrinning HIV/AIDS pada ibu hamil
4. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Masyarakat
Hari : Rabu
Tanggal : 24 April 2019
Tempat : Balai Desa Bagelen Kecamatan Gedong Tataan

Kabupaten Pesawaran
Sasaran : Seluruh ibu hamil didesa bagelen
Jumlah Peserta : 25 orang
Topik Penyuluhan : Pentingnya skrinning HIV/AIDS pada ibu hamil
Evaluasi : Kegiatan akan dievaluasi setelah dilakukan

skrinning HIV/AIDS

III. NARASUMBER
Narasumber dalam kegiatan ini adalah Bidan Nila Septiani dan Bidan Dwi Siti

Malyanti.

IV. METODE
Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah ceramah dan tanya jawab.

V. KEPANITIAAN

Kegiatan ini dilaksanakan oleh dengan susunan panitianya sebagai berikut:

1. Ketua : Mely Fhatma Niqi


2. Sekertaris : Dwi Siti Malyanti
3. Bendahara : Venny Wijaya
4. Teknis : Fadilah Elya Sari
5. Anggota 1 : Nila Septiani
6. Anggota 2 : Amanah Dewi
7. Anggota 3 : Elsa Pratama Azpi

VI. PENUTUP

Demikian proposal kegiatan masyarakat mahasiswa Prodi Kebidanan

Program Sarjana Terwapan STIKes Aisyah Pringsewu Tahun Akademik

2018/2019, semoga proposal ini dapat digunakan sebagaimana acuan

pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat.

PANITIA PELAKSANA

KETUA SEKERTARIS

Mely Fhatma Niqi Dwi Siti Malyanti


DAFTAR LAMPIRAN

1. Jadwal Kegiatan
2. Rencana Anggaran Biaya
3. Satuan Acara Penyuluhan
4. Susunan Acara
5. Surat Izin
6. Materi
7. Leaflet

JADWAL KEGIATAN
No Kegiatan Waktu Penanggungjawa
Pelaksanaan b
(PJ)
1. Penyusunan Proposal Maret 2019 Mely Fhatma N.

2. Penyusunan Izin Maret 2019 Nila Septiani

3. Prasurvey kegiatan Maret 2019 Nila Septiani


pengabmas
4. Pelaksanaan kegiatan April 2019 Mely Fhatma N.

5. Laporan April 2019 Dwi Siti M.

RENCANA ANGGARAN BIAYA

A. Banner : Rp. 200.000


B. Print proposal 30 lembar x 500 : Rp. 15.000
C. Fotokopi form inform consent dan : Rp. 20.000
konseling HIV/AIDS 30 lembar x 500
D. Leaflet 20 lembar x 2000 : Rp. 40.000
E. Jilid Proposal 2 x 5000 : Rp. 10.000
F. Transportasi : Rp. 50.000
G. Alkohol sweb (1 kotak) : Rp. 15.000
H. Kapas (1 gulung kecil) : Rp. 10.000
I. Spuit 3 cc 25 x 1500 : Rp. 37.500
J. Rdt HIV 25 x 20.000 : Rp. 500.000
K. Tabung Edta 25 x 2000 : Rp. 50.000
L. Handscoon Steril 7 Pasang x 10.000 : Rp. 70.000
M. Transport petugas Lab : Rp. 100.000
N. Konsumsi
1. Snack 40 x 3000 : Rp. 120.000
2. Aqua gelas 1 kardus x 500 : Rp. 20.000
3. Aqua Botol 5 x 4000 : Rp. 20.000

TOTAL : Rp. 1277.500

SAP ( SATUAN ACARA PENYULUHAN)

Topik : Penyuluhan dan Skrinning HIV/AIDS pada ibu hamil

Tanggal : Rabu, 24 April 2019

Pukul : Pukul 09.00 WIB sampai dengan selesai

Pelaksana :

 Mely Fhatma Niqi


 Dwi Siti Malyanti
 Venny Wijaya
 Fadilah Elya Sari
 Nila Septiani
 Amanah Dewi
 Elsa Pratama Azpi

Tujuan : Pencegahan dan penangulangan HIV-AIDS pada ibu hamil

diwilayah Posyandu Cempaka Desa Bageland Kecamatan

Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran.

Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan Penyuluh Peserta Waktu Penyampai
materi
Pembukaan  Memberi salam  Menjawab 5 menit Bidan
 Memperkenalkan Nila Septiani
salam
diri  Memperhatikan
 Menjelaskan
tujuan

Isi  Menyebutkan dan Memperhatikan 15 menit Bidan


menjelaskan dan mendengaran Nila Septiani
pengertian,tanda
dan gejala,cara
penularan dan
pencegahan HIV
dan AIDS
 Menjelaskan Memperhatikan
peserta mampu dan mendengaran
melakukan
langkah-langkah
pencegahan HIV
dan AIDS
 Menjelaskan Memperhatikan
peserta yang dan mendengaran
merupakan
keluarga dari
pasien HIV dan
AIDS mampu
merawat dan
memahami pasien
dengan HIV dan
AIDS.
 Memberikan Bertanya
kesempatan pada
peserta
penyuluhan untuk
bertanya

Penutup Menyampaikan salam Menjawab salam 2 menit Bidan


penutup. Nila Septiani

SUSUNAN ACARA
Waktu Kegiatan Penanggung jawab
09.00 wib Pembukaan Elsa Pratama A.
09.15 wib Sambutan Kepala UPT Puskesmas Dr. Imelda Carolia
Gedong Tataan M.Kes
09.30 wib Sambutan ketua panitia Mely Fhatma N.
09.30-10.00 wib Penyuluhan Nila Septiani
10.00–10.15 wib Tanya jawab & Kesimpulan Seluruh panitia

10.15 wib Doa dan Penutup Dwi Siti M.

10.20 s/d selesai Pemeriksaan HIV/AIDS Petugas Lab


wib Puskesmas Gedong
Tataan

MATERI PENYULUHAN

a. PENGERTIAN
HIV merupakan singkatan dari ’human immunodeficiency virus’. HIV

merupakan retrovirus yang menjangkiti sel-sel sistem kekebalan tubuh manusia

(terutama CD4 positive T-sel dan macrophages– komponen-komponen utama

sistem kekebalan sel), dan menghancurkan atau mengganggu fungsinya. Infeksi

virus ini mengakibatkan terjadinya penurunan sistem kekebalan yang terus-

menerus, yang akan mengakibatkan defisiensi kekebalan tubuh.


Sistem kekebalan dianggap defisien ketika sistem tersebut tidak dapat lagi

menjalankan fungsinya memerangi infeksi dan penyakit- penyakit. Orang yang


kekebalan tubuhnya defisien (Immunodeficient) menjadi lebih rentan terhadap

berbagai ragam infeksi, yang sebagian besar jarang menjangkiti orang yang tidak

mengalami defisiensi kekebalan. Penyakit-penyakit yang berkaitan dengan

defisiensi kekebalan yang parah dikenal sebagai “infeksi oportunistik” karena

infeksi-infeksi tersebut memanfaatkan sistem kekebalan tubuh yang melemah.


AIDS adalah kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya system

kekebalan tubuh oleh virus yang disebut HIV yang di tandai dengan menurunnya

system kekebalan tubuh sehingga pasien AIDS mudah diserang oleh infeksi

oportunistik dan kanker. (Djauzi dan Djoerban,2003)


AIDS diartikan sebagai bentuk paling hebat paling hebat dari infeksi HIV,

mulai dari kelainan ringan dalam respon imun tanpa dan gejala yang nyata hingga

keadaan imunosupresi dan berkaitan dengan berbagai infeksi yang dapat

membawa kematian dan dengan kelainan malignitas yang jarang terjadi ( center

for disease control and prevention).


b. ETIOLOGI
AIDS disebabkan oleh virus yang mempunyai beberapa nama HTL II,

LAV, RAV. Yang nama ilmiahnya disebutkan Human Immunodeficiency Virus

( HIV ) yang berupa agen viral yang dikenal dengan retrovirus yang diularkan

oleh darah dan punya afinitas yang kuat terhadap limfosit T.


Yang ditularkan melalui :
1) Hubungan seksual ( resiko 0,1 – 1%
2) Darah
3) Transfuse darah yang mengandung HIV ( resiko 90 – 98)
4) Tertusuk jarum yang mengandung HIV ( resiko 0,3)
5) Terpapar mukosa yang mengandung HIV (resiko 0,09 )
6) Transmisi dari ibu ke anak ( rusak 25 – 45 % )
7) Selama kehamilan ( rusak 7% )
8) Saat persalinan ( rusak 18 % )
9) Air susu ibu ( rusak 14 % )

Transmisi vertikel HIV


1) Tanpa intervensi : resiko total 35 %
2) Selama kehamilan ( resiko 7% )
3) Melahirkan (resiko 18 %)
4) Sesudah persalinan ( resiko 13 %)

c. TANDA DAN GEJALA


Stadium klinis ( stadium 1 – 4 )
Stadium klinis HIV ( WHO )
1) Stadium klinis 1 :
 Asimtomatis
 Limfadenopati generalisasi persistemt ( LGP )
(Pembesaran kelenjar getah bening dibeberapa tempat yang

menetap)
2) Stadium klinis 2 :
 BB menurun <10 % dari BB semula
 Kelainan kulit dan mukosa ringan seperti : dermatitis seboroik,

infeksi jamur kuku, ulkus oral


 Herpes zozter dalam 5 tahun terakhir
 Infeksi saluran napas bagian atas berulang seperti sinusitis bacterial
3) Stadium klinis 3 :
 BB terus menurun > 10 % dari BB semula
 Diare kronis yang tidak diketahui penyebabnya berlangsung > 1

tahun
 Demam tanpa sebab yang jelas
 Kandidiasis oral
 TB paru dalam 1 tahun terakhir
 Infeksi bakteri berat (pneumonia)
 Herpes zozter yang berkomplikasi
4) Stadium klinis 4 :
 Badan menjadi kurus
 Pneumocystis carinii pneumonia (pcp)
 Toksoplasmosis pada otak
 Infeksi virus heper simpleks
 Mikosis ( infeksi jamur )
 Kandidiasis eosofagus, trakea, bronkus atau paru
 Sarcoma koposi
 Limfoma

Tanda dan gejala dimulai beberapa minggu sampai beberapa bulan

sebelum timbulnya infeksi oportonistik :


 Demam
 Malaise
 Keletihan
 Keringat malam
 Penurunan BB
 Diare kronik
 Limfadenopati umum
 Kandidiasis oral

d. MANIFESTASI KLINIS
Penyakit AIDS menyebar luas dan pada dasarnya dapat mengenai semua

organ.penyakit yang berkaitan dengan HIV/AIDS terjadi akibat unfeksi,

malignansi atau efek langsung HIV pada jaringan tubuh.


Penyakit yang sering ditemukan:
1) Respiratorius
Pneumonia pneumocystis carinii, gejala napas yang pendek, sesak

napas ( dispnea),batuk, nyeri dada dan demam akan menyertai palbagai

infeksi oportunis,seperti yang disebabkan oleh Mycobacterium

aviumintracellulare (CMV) Dan legionella.


2) Gastrointestinal
Mencakup hilangnya selera makan, mual, vomitus, kandidiasis oral

serta esophagus,dan diare kronis.


3) Kanker
4) Sarcoma Kaposi
5) Limfoma burkit
6) Penurunan imunitas
e. PATOFISOLOGI
Sel T dan makrofag serta sel dendritik / langerhans (sel imun ) adalah sel-

sel yang terinfeksi HIV dan terkonsentrasi di kelenjar limfe, limpa dan sumsum

tulang. HIV menginfeksi sel lewat pengikatan dengan protein perifer CD 4,

dengan bagian virus yang bersesuaian yaitu antigen grup 120. Pada saat sel T4

terinfeksi dan ikut dalam respon imun, maka HIV menginfeksi sel lain dengan

meningkatkan reproduksi dan banyak kematian sel T4 yang juga dipengaruhi


respon imun sel killer penjamu, dalam usaha mengeliminasi virus dan sel yang

terinfeksi.
Dengan menurunya jumlah sel T4, maka system imun seluler makin lemah

secara progresif. Diikuti dengan berkurangnya fungsi sel B dan makrofag dan

menurunnya fungsi sel T penolong.


Seseorang yang terinfeks HIV dapat tetap tidak memperlihatkan gejala

( asimptomatik) selama bertahun-tahun. Selama waktu ini, jumlah sel T4 dapat

berkurang dari sekitar 1000 sel/ml darah sebelum infeksi mencapai sekitar 200-

300/ ml darah, 2-3 tahun setelah infeksi.


Sewaktu sel T4 mencapai kadar ini, gejala-gejala infeksi ( herpes zoster

dan jamur oportunustik ) muncul, jumlah T4 kemudian menurun akibat timbulnya

penyakit baru akan menyebabkan virus berproliferasi. Akhirnya terjadi infeksi

yang parah. Seorang didiagnosis mengidap AIDS apabila terjadi infeksi

opurtunistik, kanker atau dimensi AIDS.

f. PENATALAKSANAAN
1) Pengobatan suporatif
Tujuan :
a) Meningkatkan keadaan umum pasien
b) Pemberian gizi yang sesuai
c) Obat simptomatik dan vitamin
d) Dukungan psikilogis
2) Pengobatan infeksi oportunistik
Infeksi :
a) Kandidiasis eosofagus
b) Tuberculosis
c) Toksoplasmosis
d) Herpes
e) Pcp
3) Pengobatan yang terkait AIDS, Limfoma malignum,sarcoma Kaposi

dan sarcoma servik,di sesuaikan dengan standar terapi penyakit kanker.


Terapi :
a) Flikonasol
b) Rifampisin, INH, Etambutol, pirazinamid, stremptomisin
c) Pirimetamin, sulfadiazine, asam folat
d) Asiklovir
e) Kotrimoksazol
4) Pengobatan anti retro virus ( ARV )
Tujuan :
a) Mengurangi kematian dan kesakitan
b) Menurunkan jumlah virus
c) Meningkatkan kekebalan tubuh
d) Mengurangi resiko penularan

g. UPAYA PENCEGAHAN
Penularan HIV secara seksual dapat dicegah dengan:
1) Berpantang seks
2) Hubungan monogami antara pasangan yang tidak terinfeksi
3) Seks non-penetratif
4) Penggunaan kondom pria atau kondom wanita secara konsisten dan

benar

Cara tambahan yang lain untuk menghindari infeksi:

1) Bila anda seorang pengguna narkoba suntikan, selalu gunakan jarum

suntik atau semprit baru yang sekali pakai atau jarum yang secara

tepat disterilkan sebelum digunakan kembali.


2) Pastikan bahwa darah dan produk darah telah melalui tes HIV dan

standar standar keamanan darah dilaksanakan.


3) Bagi pengguna narkoba, langkah-langkah tertentu dapat diambil untuk

mengurangi risiko kesehatan masyarakat maupun kesehatan pribadi,

yaitu:
4) Beralih dari napza yang harus disuntikkan ke yang dapat diminum

secara oral.
5) Jangan pernah menggunakan atau secara bergantian menggunakan

semprit, air, atau alat untuk menyiapkan napza.


6) Gunakan semprit baru (yang diperoleh dari sumber-sumber yang

dipercaya, misalnya apotek, atau melalui program pertukaran jarum

suntikan) untuk mempersiapkan dan menyuntikkan narkoba.


7) Ketika mempersiapkan napza, gunakan air yang steril atau air bersih

dari sumber yang dapat diandalkan.


8) Dengan menggunakan kapas pembersih beralkohol, bersihkan tempat

yang akan disuntik sebelum penyuntikan dilakukan.


9) Penularan HIV dari seorang ibu yang terinfeksi dapat terjadi selama

masa kehamilan, selama proses persalinan atau setelah kelahiran

melalui ASI. Tanpa adanya intervensi apapun, sekitar 15% sampai

30% ibu dengan infeksi HIV akan menularkan infeksi selama masa

kehamilan dan proses persalinan. Pemberian air susu ibu

meningkatkan risiko penularan sekitar 10-15%. Risiko ini tergantung

pada faktor- faktor klinis dan bisa saja bervariasi tergantung dari pola

dan lamanya masa menyusui. Penularan dari Ibu ke Anak dapat

dikurangi dengan cara berikut:


Pengobatan: Jelas bahwa pengobatan preventatif antiretroviral jangka

pendek merupakan metode yang efektif dan layak untuk mencegah

penularan HIV dari ibu ke anak. Ketika dikombinasikan dengan

dukungan dan konseling makanan bayi, dan penggunaan metode

pemberian makanan yang lebih aman, pengobatan ini dapat

mengurangi risiko infeksi anak hingga setengahnya. Regimen ARV

khususnya didasarkan pada nevirapine atau zidovudine. Nevirapine

diberikan dalam satu dosis kepada ibu saat proses persalinan, dan

dalam satu dosis kepada anak dalam waktu 72 jam setelah kelahiran.

Zidovudine diketahui dapat menurunkan risiko penularan ketika

diberikan kepada ibu dalam enam bulan terakhir masa kehamilan, dan

melalui infus selama proses persalinan, dan kepada sang bayi selama
enam minggu setelah kelahiran. Bahkan bila zidovudine diberikan di

saat akhir kehamilan, atau sekitar saat masa persalinan, risiko

penularan dapat dikurangi menjadi separuhnya. Secara umum,

efektivitas regimen obat-obatan akan sirna bila bayi terus terpapar

pada HIV melalui pemberian air susu ibu. Obat-obatan antiretroviral

hendaknya hanya dipakai di bawah pengawasan medis.


10) Operasi Caesar: Operasi caesar merupakan prosedur pembedahan di

mana bayi dilahirkan melalui sayatan pada dinding perut dan uterus

ibunya. Dari jumlah bayi yang terinfeksi melalui penularan ibu ke

anak, diyakini bahwa sekitar dua pertiga terinfeksi selama masa

kehamilan dan sekitar saat persalinan. Proses persalinan melalui

vagina dianggap lebih meningkatkan risiko penularan dari ibu ke

anak, sementara operasi caesar telah menunjukkan kemungkinan

terjadinya penurunan risiko. Kendatipun demikian, perlu

dipertimbangkan juga faktor risiko yang dihadapi sang ibu.


11) Menghindari pemberian ASI: Risiko penularan dari ibu ke anak

meningkat tatkala anak disusui. Walaupun ASI dianggap sebagai

nutrisi yang terbaik bagi anak, bagi ibu penyandang HIV-positif,

sangat dianjurkan untuk mengganti ASI dengan susu formula guna

mengurangi risiko penularan terhadap anak. Namun demikian, ini

hanya dianjurkan bila susu formula tersebut dapat memenuhi

kebutuhan gizi anak, bila formula bayi itu dapat dibuat dalam kondisi

yang higienis, dan bila biaya formula bayi itu terjangkau oleh

keluarga.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) membuat rekomendasi sebagai berikut:

1) Ketika makanan pengganti dapat diterima, layak, harganya terjangkau,

berkesinambungan, dan aman, sangat dianjurkan bagi ibu yang

terinfeksi HIV-positif untuk tidak menyusui bayinya. Bila sebaliknya,

maka pemberian ASI eksklusif direkomendasikan pada bulan pertama

kehidupan bayi dan hendaknya diputus sesegera mungkin.


2) Bila diduga bahwa anda telah terpapar HIV, hendaknya agar segera

mendapatkan konseling dan melakukan testing/pemeriksaan HIV.

Kewaspadaan hendaknya diambil guna mencegah penyebaran HIV

kepada orang lain, seandainya benar terinfeksi HIV.


3) Banyak tempat di mana tes HIV dapat dilakukan: di kantor praktek

dokter swasta, departemen kesehatan setempat, rumah sakit, klinik

keluarga berencana, dan tempat-tempat yang secara khusus dibangun

untuk pengetesan HIV.


4) Semua orang yang melakukan tes HIV harus memberikan izin untuk

di tes sebelum dites. Hasil tes harus mutlak dijaga kerahasiaannya.

Ada berbagai jenis tes yang tersedia:


5) Tes HIV rahasia
6) Para ahli kesehatan yang menangani tes HIV menyimpan hasil tes

dalam data medis secara rahasia. Hasil tidak dapat dibagi dengan

orang lain tanpa izin tertulis dari orang yang dites.


7) Tes HIV Anonim
8) Nama orang yang dites tidak digunakan dalam kaitannya dengan tes

ini. Sebagai gantinya, sebuah nomor kode diterakan dalam tes, yang

memungkinkan individu yang dites menerima hasil tes. Tidak ada

dokumen tersimpan yang dapat mengaitkan orang dengan tesnya.


9) Kerahasiaan bersama (shared confidentiality) dianjurkan, dalam artian

kerahasiaan tersebut juga dipegang oleh orang lain yang mungkin

meliputi anggota keluarga, orang yang dicintai, para pengasuh, dan

teman-teman yang layak dipercaya. Namun perlu hati-hati dalam

membuka hasil tes HIV karena dapat menimbulkan diskriminasi

dalam perawatan kesehatan, serta lingkungan profesi dan sosial. Oleh

karena itu keputusan atas kerahasiaan bersama harus sepenuhnya atas

kehendak orang yang akan dites. Walaupun hasil tes HIV sebaiknya

tetap dijaga kerahasiaannya, para ahli seperti konselor, pekerja sosial,

dan pekerja kesehatan perlu juga untuk mengetahui status HIV-positif

seseorang dalam upaya memberikan perawatan yang sesuai.

h. Upaya yang dapat dilakukan bagi Orang dengan HIV/AIDS (ODHA)


1) Berkat perkembangan pengobatan baru, kini terdapat lebih banyak

orang yang hidup dengan HIV (ODHA) dapat menjalani hidup yang

lebih sehat dan lebih lama. Sangatlah penting untuk memiliki dokter

yang tahu bagaimana cara perawatan HIV. Konselor atau perawat

terlatih dapat memberikan konseling dan merekomendasikan dokter

yang tepat.
2) Selain itu juga dapat dilakukan hal-hal berikut agar tetap sehat:
3) Ikuti petunjuk dokter. Atur dan tepai janji dengan dokter. Bila dokter

memberi resep, minumlah sesuai dengan yang tertera dalam resepnya.


4) Lakukan imunisasi (suntikan) untuk mencegah infeksi seperti

pneumonia dan flu (setelah berkonsultasi dengan dokter anda).


5) Bila anda merokok atau menggunakan obat-obatan yang tidak

diresepkan oleh dokter, segera hentikan.


6) Makan makanan yang sehat.
7) Berolahraga secara teratur agar tetap sehat dan kuat.
8) Tidur dan beristirahat dengan cukup.

LEMBAR KONSULTASI PROPOSAL KEGIATAN

Pembimbing : Yetty Dwi Fara, S.ST.,M.Tr.Keb

Judul Proposal : Penyuluhan Dan Skrinning Hiv/Aids Pada Ibu Hamil

Didesa Bagelen Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten

Pesawaran Tahun 2019

No Hari/ Tanggal Catatan konsultasi Paraf

1.

2.

3.

4.

5.
Pringsewu, April 2019

Pembimbing

Yetty Dwi Fara, S.ST,M.Tr.Keb

Anda mungkin juga menyukai