Anda di halaman 1dari 21

Makalah Pentingnya Kreativitas dan Inovasi dalam Organisasi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Keadaan perekonomian yang semakin membaik di Indonesia menciptakan kondisi

yang kondusif bagi sektor properti sehingga memberi dampak yang positif pada

bisnis di sektor ini. Hal ini juga menyebabkan munculnya perusahaan–perusahaan

properti baru yang menawarkan barang dan jasa yang sama di pasar sehingga

konsumen dihadapkan pada berbagai pilihan. Maraknya pengembang properti

baru menyebabkan antar perusahaanproperti saling bersaing untuk aktif

membangun dan menjadi yang terbaik di kalangan konsumen.Munculnya pesaing-

pesaing baru membuat organisasi melakukan pembelajaran agar dapat beradaptasi

dan bertahan dalam persaingan bisnis. Keadaan pasar dengan iklim kompetisi yang

tinggi menurut Palmer, dkk (2006) merupakan salah satu alasan mengapa
perusahaan perlu untuk berubah. Pembelajaran yang dilakukan organisasi ini

berupa seperangkat perilakuberbasis ilmu pengetahuan,nilai, strategi,dan teknologi

yang bertujuan untuk meningkatkan perkembangan individu dan meningkatkan

kinerja organisasi, melalui perubahan terencana pada perilaku kerja anggota

organisasi. Proses tersebut disebut juga Pengembangan Organisasi (Organizational

Development) (Porras & Robertson dalam Jex dan Britt, 2008). PT. XYZ, Tbk.

yang berdiri pada tahun 1979 dan merupakan salah satu pelopor di bidang properti,

namun seiring dengan pertumbuhan ekonomi tersebut munculah banyak kompetitor

dari sektor bisnis sejenis yang mengakibatkan PT. XYZ, Tbk tidak termasuk dalam

sepuluhpengembang properti dan sepuluh perusahaan arsitektur paling aktif di


Indonesia.Oleh karenaitu PT. XYZ, Tbk perlu untuk melakukan

pengembangan organisasi agar dapat bersaing ditengah kompetisi yang tinggi

dalam bisnis properti. Dalam usahanya mengembangkan organisasi menjadi lebih

maju dan menghasilkan keuntungan yang lebih maksimal. PT. XYZ melakukan

asesmen kompetensi pada karyawan. Asesmen tersebut dilakukan oleh pihak

perusahaan sebagai dasar pengembangan organisasi berupa laporan analisis dan

rencanatindak lanjutnya. Pada penelitian ini digunakan tools lain yaitu

Blockage Questonnaire yang dapat membantu untuk mendiagnosis area yang

harus dikembangkan oleh suatu organisasi agar dapatberkembang, serta

menetapkan intervensi yang perlu dilakukan. Berdasarkan hasil asesmen dan

penelitian, tampak bahwa terdapat beberapa hal yang berada di bawah target

perusahaan dan harus dikembangkan, yaitu innovation dan continous improvement,

hal ini yang menjadi dasar untuk memilih intervensi pengembangan organisasi

yang terfokus pada pengembangan kreativitas dan inovasi.Menurut Peter Drucker,

dalam memimpin suatu organisasi, seorang manajer tidak hanya melakukan

pekerjaanpekerjaan administratif atau pengambilan keputusan (decision making)


saja, tetapi ia harus melakukan pekerjaan yang sifatnya lebih kreatif. Seorang

manajer tidak cukup hanya melaksanakan suatu pekerjaan yangsudah merupakan

kegiatan rutin seperti yang pernah ia lakukan pada pekerjaanpekerjaansebelumnya.

Apabila ia melakukan ini, maka kemungkinan besar organisasinya akan berubah

menjadi statis, sehingga pada akhirnya organisasi tersebut akan mengalami

kemunduran ataupenurunan, terutama sekali apabila organisasi itu berada dalam

suatu lingkungan usaha yang bersifat kompetitif. Oleh karena itu dapat juga

dikatakan bahwa seorang manajer adalah juga seorang creator dan sekaligus

sebagai inovator. Atas dasar hal tersebut, sudah sepantasnya apabila kreativitas dan

inovasi juga dimasukkan dalam salah satu bagian manajemen. Bagian ini secara
substansi melakukan ini, maka kemungkinan besar merupakan penciptaan dan

pengembangan cara-cara baru dan lebih baik dalam mengerjakan suatu kegiatan

guna mencapai tujuan dengan efektif dan efisien. Seorang manajer mungkin dapat

menggali ide-idebaru dari dirinya sendiri atau dapat pula mengkombinasikan ide

lama dengan ide-ide baru, atau menyesuaikan ide-ide dari bidang lain untuk

kemudian digunakan dalam bidangnya sendiri. Namun tidak

menutup kemungkinan dia dapat juga bertindak sebagai katalisator dan stimulator

bagi orang lain (anggota dalam organisasi) untuk mengembangkan dan melakukan

kreativitas dan inovasi.Kreativitas merupakan kemampuan untuk mengembangkan

ide-ide baru dan menemukan cara-cara baru untuk memandang masalah menjadi

peluang. Inovasi merupakan kemampuan utk menerapkan solusi-solusi kreatif

terhadap masalah dan peluang guna menumbuhkan usaha. Kreativitas dan

inovasi memang membutuhkan dana yang tidak sedikit, maka organisasi perlu

menginvestasikan dananya untuk keperluan ini. Hal inidipergunakan untuk

timbulnya suatu ‘’keadaan yang mendorong kreativitas’’, yaitu tidak hanya dalam

bagian penelitian dan pengembangan saja tetapi juga dalam keseluruhan


manajemen organisasinya.

kreativitas dan inovasi


Langkah-langkah perubahan terus meningkat dengan cepat, dalam

bidang teknologi, dalam standar produk, dan juga dalam persaingan. Semua ini

telah menimbulkan perhatian yang lebih besar di dalam organisasi-organisasi

mengenai pentingnya kreativitas dan inovasi.

1.2 Identifikasi Masalah


1. Apakah Kreativitas itu dan seberapa pentingnya untuk organisasi?

2. Bagaimana proses kreativitas dalam organisasi?

3. Apa peran kreativitas dalam pengembangan dan perubahan organisasi


 Cara Menghitung Fungsi Konsumsi & Fungsi Tabungan
 Fungsi Koperasi dalam Perekonomian Indonesia
 Perbedaan Uang Dalam Perspektif Islam dan Konvensional

1.3 Tujuan penelitian


1) Untuk mengetahui seberapa pentingnya kreativitas untuk organisasi

2) Untuk mengetahui bagaiman proses kreativitas mempengaruhi organisasi

3) Untuk mengetahui peran kreativitas dalam perubahan dan

pengembanganorganisasi
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Kreativitas dan seberapa pentingnya kreativitas untuk organisasi


Menurut Amabile (Kylen dkk, 2002) kreativitas

adalah Kemampuan mengembangkan ide – ide baru yang unik dan tidak biasa serta

dapat bermanfaat dalam situasi kerja. Setiap organisasi yang ingin bertahan dan

berkembang harus mampu menghadapi tren dan perubahan. Kreativitas yang

sebenarnya bergantung pada situasi yang ada saat ini serta kemampuan untuk

bersaing secara berulang, mekanis dan tidak sensitive. Hal ini membutuhkan

kualitas dan perhatian mendalam yang sulit diraih. Pada prakteknya kreativitas sulit

dijalankan pada institusi karena hal ini menantang peraturan – peraturan yang telah

dibentuk dan mengubahnya kedalam ketidakpastian. Jika berbagai ide – ide baru

yang akandisampaikan disensor terlebih dulu maka ide tersebut bisa saja

merupakan ide – ide potensial bagi perkembangan perusahaan. Jika aspek

kreativitas tidak terdapat dalam perusahaan, perusahaan tersebut dapat dikatakan


sebagai uncreative organization.

Organisasi yang tidak kreatif bekerja bagaikan mesin, bisa jadi

merupakan organisasi yang sangat teratur atau bisa jadi merupakan organisasi yang

rapuh, lambat dan tidak memiliki fasilitas yang menunjang. Manajer hanya

menyisihkan sedikit waktu untuk mengembangkan ide – ide baru untuk

perkembangan organisasi dan ide – ide yang disampaikan karyawan tidak di

realisasikan. Ketika seseorang memberikan ide – ide baru yang tidak biasa

ditanggapi dengan dingin oleh manajer kecuali ide – ide tersebut datang dari atasan.

Sehingga pada akhirnya karyawan merasa bahwa lebih baik berada di zona aman.

Orang – orang yang berada pada organisasi yang tidak kreatif belajar
bahwa mengambil resiko merupakan hal yang berbahaya dan tidak akan diapresiasi.

Jika hal ini merupakan praktek yang biasa dijalankan oleh perusahaan maka

orang – orang yang ada di dalamnya akan takut untuk melakukan hal – hal

yang menyangkut ketidakpastian. Untuk itu, sebagai hasilnya manajer tidak

akan memperoleh ide – ide baru.

Hal tersebut dapat berdampak pada berbagai level, bagi manajer

puncak, pengambilan keputusan mengenai keuangan dan pemasaran dan produk

menjadi konservatif, dan tidak dijalankan dengan sungguh – sungguh oleh

karyawan. Pada level bawah terjadi ketidak pedulian dan tidak adanya kesadaran

untuk menangani dokumen – dokumen tertentu. Akibat dari kondisi kreativitas

yang rendah ini maka kompetitor dari perusahaan akan lebih berkembang, dan

lambat laun organisasi seperti ini akan tenggelam dan punah.

Untuk mennghindari hal tersebut, terdapat beberapa faktor yang harus diperhatikan

dalam hubungannya dengan kreativitas dalam suatu organisasi, yaitu:

1. Motivasi (Motivation)
Reward telah sejak lama menjadi motivasi utama dalam bekerja. Imbalan keuangan

karena itu mungkin memang menjadi faktor atas kesediaan karyawan untuk

mengembangkan dan memberikan ide-ide (Frese dkk., 1999). Frese dkk (1999)

mencatat bahwa orang termotivasi untuk mengembangkan ide-ide ketika mereka

merasa hal tersebut dapat berdampak positif pada situasi kerja mereka dan

menemukan bahwa prospek pekerjaan yang lebih baik, yaitu lebih mudah atau lebih

aman, (Frese dkk, 1999).


2. Kemandirian (Autonomy)
Pengendalian dari atasan baik daam hal operasional dan konseptual, biasanya

mempengaruhi kreativitas secara negatif (Oldham dan Cunnings,

1996). Sebaliknya, kontrol diri yang tinggi atas pekerjaan seseorang, termasuk

pilihan tugas dan metode untuk menyelesaikan tugas, serta merangsang

dan meningkatkan kreativitas. Hal ini disebut sebagai otonomi individu (Nonaka

dan Takeuchi, 1995; Amabile dkk, 1996a;. Paulus, 2000).

3.Kondisi Kerja (Work settings)


Amabile, dkk (1996) menekankan pentingnya dukungan kelompok kerja, misalnya

dengan mengizinkan gagasan mengalir bebas dan mengadakan evaluasi yang adil

dan mendukung saran. Membiarkan ide mengalir secara kolaboratif di seluruh

organisasi meningkatkan kemungkinan munculnya ide kreatif

lainnya (Nagasundaram dan Dennis, 1993;. Amabile et al, 1996b). Paulus (2000),

dengan alasan yang sama menekankan fakta keragaman kognitif (dalam

kelompok) meningkatkan jumlah kombinasi potensial gagasan baru yang dapat


muncul dan mengklaim bahwa beragam pengetahuan adalah dasar utama

untuk membangkitkan gagasan baru.

3. Iklim (Climate)
Iklim Organisasi dapat mencakup faktor penghambat seperti takut gagal, pekerjaan

dengan rutinitas dan tradisi, ketergantungan berlebihan pada imbalan yang

menonjol, kecurigaan terhadap ide-ide baru, kurangnya dukungan manajemen

untuk inovasi, atau struktur organisasi yang terlalu kaku yang tidak dapat

menyesuaikan diri dengan perubahan inovasi – inovasi yang

bermunculan (Amabile dkk., 1996).


Untuk dapat mengembangkan kreativitas pada tingkat tertentu harus berani

untukmengambil resiko (Amabile dkk., 1996). Penelitian terdahulu telah

menunjukkan bahwa ketika orang merasa bebas untuk menyarankan ide-ide yang

tidak biasa tanpa harus khawatir tentang teguran, mereka cenderung lebih inovatif.

Hal ini menunjukkan organisasi cukup fleksibel untuk mencakup apa pun inovasi

yang tak terduga yang mungkin muncul ke permukaan (Amabile dkk, 1996).

Manajemen jelas memainkan peranan penting dalam hal ini. Disisi lain, Oldham

dan Cunnings (1996) meninjau bahwa gaya manajemen yang memberikan

dukungan bukan kontrol dari para supervisor akan membantu meningkatkan

kreativitas. al Frese. (1999) dan Paulus (2000) juga berkomentar tentang

pentingnya lingkungan yang mendukung. Sementara Frese dan rekantidak

menemukan hubungan antara memberikan gagasan dengan dukungan dari atasan,

mereka malah menunjukkan bahwa supervisor mungkin lebih berperan penting

dalam membentuk kualitas ide bukan dalam menghasilkan ide tersebut.

2.2 Proses kreativitas organisasi


Ernest Dale dalam bukunya Management Theory and Practice, dalam Koonttz,

O’Donnell, & Weihrich, (1980),disebutkan beberapa proses kreativitas yang dapat

dilakukan oleh seorang manajer untuk mengembangkan suatu kreativitas yang

ada di dalam organisasinya. Proses kreativitas tersebut adalah:

1. Menggali kreativitas yang tersembunyi (kreativitas laten yang dianggap

dimiliki oleh setiap orang dengan kadar yang berbeda-beda.

2. Mengidentifikasikan orang-orang yang secara alamiah mempunyai

kreativitas yang tinggi

3. Mengembangkan dan menciptakan suatu suasana yang dapat lebih mendorong

timbulnya kreativitas.
Proses KreativitasOrganisasi
Di banyak organisasi, terutama pada organisasi atau perusahaan besar dan progresif

seperti Toyota Corp, Dells Corp, Hp Corp, Samsung, Sumitomo Corp, dan

lain lain, telah melaksanakan kreativitas organisasi guna percobaan-percobaan

untuk langkah operasional. Ada beberapa alasan mengapa organisasi ini

menerapkan aspek kreativitas bagi pengembangan danperubahan organisasinya.

Suatu organisasi yang tidak mampu berubah, dapat dipastikan bahwa organisasi ini

akan “mati.” Di lain pihak, organisasi yang terlampau cepat berubah atau hanya

berubah demi perubahan itu sendiri, besar kemungkinan pengembangan organisasi

yang akan dijalankan menjadi tidak efektif.

Proses kreativitas organisasi menurut Hicks dimulai dari sebuah ide, dan kemudian

ide ini secara otomatis ditransformasi menjadi sebuah kegiatan inovatif. Banyak ide

baru diciptakan oleh orang-orang yang tidak memiliki kewenangan dan tanggung

jawab dalam

tugas organisasi (Jones, 1998). Seharusnya ide-ide dari mereka ini ditampung

dan disalurkan melalui saluran struktur yang ada guna perbaikan proses layanan
dan proses operasional organisasi. Ide-ide yang ”liar” dan tidak tertampung ini akan

berakibat menjadi semacam keluhan dari orang-orang yang memiliki ide tadi. Maka

masalah pokok organisasi bukan dikarenakan oleh “kemiskinan” kreativitas, tetapi

media penampungan dan penyaluran ide agar ide dan gagasan yang datang dari

berbagai macam ini dapat diimplementasikan dalam bentuk manfaat praktis.

Metode penyediaan tampungan dan penyaluran ide ini harus didukung oleh orang-

orang yang memiliki wewenang dan tanggung jawab dalam organisasi.

Sesungguhnya, kreativitas itu bukan barang langka, justru yang langka adalah

implementasi dari ide itu sendiri


Ide-ide kreativitas dalam organisasi dapat dievaluasi berdasarkan tiga

macam golongan:

1. Apakah organisasi yang bersangkutan dapat menyediakan sumber-sumber daya

yang diperlukan guna mengimplementasikan ide yang bersangkutan? Contoh:

apabila ide yang ada adalah pengadaan satelit untuk efektivitas informasi dan

pemetaan geografis. Walaupun ide ini sepele, namun memiliki nilai manfaat

yang besar bagi kegunaan pengawasan keutuhan wilayah. Maka ide ini

akan diimplementasikan organisasi dengan didukung oleh sumber pendanaan

yang jelas, karena ide ini memerlukan biaya miliaran rupiah.

2. Apakah kiranya lingkungan di dalam organisasi yang bersangkutan beroperasi,

memungkinkan ide tersebut dapat dilaksanakan? Contoh: apakah seorang rektor

dapat memberhentikan atau memecat seorang tenaga pengajar dengan semaunya,

mengingat sejumlah kendala yang muncul?

3. Apakah kiranya ide tersebut, apabila ia dimanfaatkan akan

memadai dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan untuk implementasi ide

itu? Sebagai contoh sekelompok mahasiswaberkeinginan untuk melakukan


kuliah kerja lapangan kewirausahaan dengan mengunjungi sejumlah negara di

Eropa. Timbul pertanyaan, apakah biaya yang dikeluarkan mahasiswa tidak

melebihi nilai kepergiannya ke Eropa tersebut? (Winardi, 2003)

Ernest Dale dalam bukunya Management Theory and Practice, dalam Koonttz,

O’Donnell, & Weihrich, (1980),bahwa ide-ide (pemikiran) lama yang tumbuh dan

berkembang bersama-samadengan kita akan ‘’bercabang ke setiap sudut pemikiran

kita’’ (Koonttz, O’Donnell, & Weihrich, 1980) mengatakan Salah satu teknik

untuk menggali kreativitas yang tersembunyi adalahpertama, teknik sumbang

saran (brainstorming). Sumbang saran adalah proses interaksi antara sekelompok

kecil orang dengan struktur sangat kecil yang bertujuan untuk menghasilkan
gagasan gagasan baru dan inovatif dalam jumlah besar (Zimmerer dan

Scarborough, 2006). Dalam suatu organisasi dibentuk beberapa kelompok kecil,

yang anggota-anggotanya didorong untuk mengusulkan ide-ide baru mengenai

segala sesuatu yang berhubungan dengan organisasi tersebut, dengan tidak peduli

bagaimana ide-ide tersebut pada saat pertamanya kelihatan seperti dibuat-buat atau

tidak praktis. Dan evaluasi dari usulanusulan tersebut hanya dimulai apabila

telah didapatkan sejumlah besar ide-ide darianggota kelompok tersebut.

Menurut Zimmerer dan Scarborough 006), brainstorming bertujuan untuk

menciptakan atmosfer yang terbuka dan tidak terhambat agar anggota kelompok

leluasa mengeluarkan gagasannya.

Teknik kedua adalah forced association, yang menekankan pada uasha

untuk melakukan penggabungan dari kerangka kerangka acuan yang berbeda,

yang menurut Koestler diidentifikasikan sebagai sumber kreativitas murni.

Langkah pertama dalam teknik ini adalah menuliskan katakata yang berhubungan

dengan masalah yang sedang dihadapi. Kemudian menyusun suatu daftar yang

sama tentang kata-kata yang berhubungan dengan bidang yangberbeda sekali


dengan bidang masalah yang dihadapi tersebut. Dan anggota-anggota dari suatu

kelompok kemudian berusaha keras untuk melihat apakah hubungan katakata dari

daftar pertama dengan daftar kedua akan menghasilkan suatu ide baru yang berguna

atau tidak.

Teknik ketiga adalah morphological analysis, yang mengidentifikasi,

menyusun daftar, menghitung, dan membuat parameter kumpulan seluruh

perlengkapan yang mungkin untuk mencapai suatu kemampuan fungsional Jika hal

ini menyangkut masalah teknis, maka teknik ini akan merupakan suatu tugas yang

rumit, tetapi apabila berhubungan dengan masalah manajemen, maka teknik akan

menjadi lebih sederhana. Misalnya suatu perusahaan mempunyai


sumber (resource) berupa jenis plastik baru yang tahan api. Dan masalahnya adalah

dari pengembangan bahan bakar tersebut, yaitu akan diproduksi dalam bentuk apa.

Langkah pertama yang diambil adalah menggambarkan suatu kubus pada

sehelai kertas, yang pada salah satu sudutnya disajikan sumber tersebut, yaitu

plastik itu sendiri dalam berbagai macam bentuk yang mungkin dapat diproduksi.

Sudut kedua akan ditandai dengan kegunaan-kegunaan yang mungkin dari produk

tersebut. Dan sudut ketiga ditandai dengan keuntungankeuntungan yang

berhubungan dengan kegunaannya; misalnya aman, tahan lama, menarik, dan

sebagainya. Dari semua hal ini mungkin timbul suatu keputusan, misalnya untuk

mengembangkan kegunaan dari plastik tersebut sebagai penutup dinding dan

ruangan. Di sini meskipun biaya pertamanya (initial cost) mungkin lebih tinggi

daripada kalau menggunakan kertas dinding (wall paper) atau cat, tetapi

faktor keamanannya mungkin akan menyebabkanorang menggunakannya. Dan

dapat pula dipromosikan bahwa biaya pemeliharaannya akan lebih rendah karena

tidak perlu lagi menggantinya seperti kalau menggunakan kertas dinding atau

cat Kecuali apabila yang bersangkutan memang menginginkan perubahan warna.


Dantentunya masih terdapat sejumlah penggunaan lain yang dapat

dikembangkan, yang mungkin lebih mempunyai potensi dari pada yang sudah

diusulkan tersebut.

Teknik keempat yakni rapid prototyping. Teknik ini lebih mengedepankan

proses menciptakan model dari ide yang memungkinkan wirausahawan

menemukan kecacatan ide tersebut sehingga perbaikan rancangannya dapat

dilakukan (Zimmerer dan Scarborough, 2006). Rapid prototyping mengubah ide

menjadi model nyata yang memperlihatkan kecacatan ide aslinya.Teknik ini

mengajukan tiga cara di dalam meningkatkan proses kreatif yang lebih dikenal

dengan 3R, yaitu Rough (kasar), Rapid (cepat), dan Right (benar). Setiap gagasan
dibuatkan suatu model yang masih dalam bentuk kasar dari suatu ide. Model

ini secara terus menerus mengalami penyempurnaan secara cepat, dan

akhirnya model yang utuh dan benar. Kuncinya di dalam menjalankan 3R adalah

sabar dan teliti. Seperti halnya Thomas Edison yang berhasil menciptakan lampu

pijar dengan melalui proses percobaan dan penyempurnaan yang ratusan kali.

Teknik kelima adalah teknik bionics. Teknik bionics sering dipergunakan

untuk menggali kreativitas yang tersembunyi terutama digunakan dalam inovasi

teknis. Teknik meneliti tentang bagaimana cara kerja organ-organ makhluk hidup

dalam menghasilkan sesuatu, kemudianmenerapkan cara kerja tersebut

dengan menggunakan peralatan untuk mendapatkan hasil yang sama.

Contohnya, tipe komputer yang baru dengan kemampuan yang lebih besar

mungkin dapat dikembangkan dengan mempelajari bagaimana cara bekerjanya

otak manusia. Di sini diusahakan untuk mengetahui cara berfikir atau car cara

bekerjanya otak manusia yang bekerja secara alami,kemudian hal ini digunakan

sebagai dasar untuk mengembangkan suatu tipe komputer baru.

Teknik keenam yaitu mind mapping yaitu teknik grafis yang


mendorong pemikiran kedua sisi otak manusia yang secara visual memperagakan

berbagai macam hubungan di antara gagasan, dan meningkatkan kemampuan

untuk memandang masalah dari berbagai sisi(Zimmerer dan Scarborough, 2006).

Adapun perkembangan sebuah ide, diikuti tiga macam tahapan sebagai berikut:

1. Tahapan kemunculan sebuah ide.

Sebuah bisnis tipikal akan diawali dari pemikiran seseorang yang memiliki

ide tertentu, yang menurut keyakinannya akan menyebabkan timbulnya

sebuah produk atau jasa yang akan diminta dan diminati oleh pasar. Dengan
sendirinya ide tersebut perlu menawarkan sesuatuyang lebih baik dibandingkan

dengan apa yang dapat diproduksi dengan biaya yang lebih rendah, dibandingkan

dengan produk atau jasa yang telah ada di pasar. Pemikiran kreatif sangat

dibutuhkan pada tahapan pemunculan ide semacam itu. Thomas Alva Edison yang

memiliki ide kreatif menciptakan lampu pijar. Idenya ini ternyata memiliki

rentetan yang sangat panjang, baik dalam pengembangan produk lampu pijar

yang beraneka ragam, maupun dalam hal penyediaan sumber tenaga (energi)

bagi lampu, mulai dari baterai sampai pembangkit tenaga listrik. Semua lini kreatif

Edison sangat bermanfaat bagi organisasi di dalam mengembangkan bisnisnya.

2. Tahapan pelaksanaan sebuah ide

Pelaksanaan merupakan tahapan kedua dalam pemanfaatan ide-ide

dalam organisasi. Ide-ide muncul pada tahapan insepsi, dan mereka

kemudian dikonversi dalam praktek pada tahapanpelaksanaan. Pada tahapan

insepsi, pengembangan pemikiran kreatif sangat mendominasi, sedangkan pada

tahapan pelaksanaan ide justru pemikiran analitikal yang lebih


memainkanperanannya. Kemunculan kreativitas pada tahapan pelaksanaan justru

tidak diinginkan, karena akan menimbulkan kondisi yang tidak terkoordinasi

dan akan terjadi pemborosan. Pada tahapan pelaksanaan,

organisasiorganisasi mulai mementingkan delegasi wewenang, struktur organisasi

yang bersangkutan, standard-standard kinerja organisasi dan kinerja

karyawan,pengawasan biaya, pengawasan mutu dan hal-hal lain yang diperlukan

agar pekerjaan dapat dilaksanakan secara efisien. Pemikiran analitikal

sangat dibutuhkan pada tataran ini, karena iaakan membantu timbulnya

sebuah organisasi di mana pekerjaan banyak orang dapat dikoordinasi secara

efisien.
3. Pembaruan sebuah ide.

Sebuah produk atau jasa yang berhasil, suatu ketika akan diganti oleh

inovasiinovasiinovasiinovasi lain. Akan tetapi para manajer analitikal yang perlu

melaksanakanpengembangan ide, sering kali tidak berkemampuan dalam hal

mengajukan ide-ide bagi pembaruan. Penolakan atau tantangan terhadap ide-ide

baru, pada pihak yang bertanggung jawab untuk melaksanakan pengembangan

ide, seringkali muncul oleh karena ide-ide baru tersebut akan menggantikan produk

atau jasa. Pada hal, produk atau

jasa yang baru dapat dilihat dari sisi keunggulannya, baik keunggulan kompetitif

maupun keunggulan komparasi (Winardi, 2003).

2.3 hubungan antara kreativitasterhadap perubahan dan

pengembangan organisasi
Beberapa pakar OD menyatakan mengenai pengembangan organisasi dengan cara

yang beragam. Porras dan Robertson (dalam Jex dan Britt, 2008) menjelaskan

bahwa pengembangan organisasi merupakan seperangkat perilaku berbasis ilmu


pengetahuan,nilai,strategi,dan teknologiy ang bertujuan untuk meningkatkan perk

embanganindividu dan meningkatkan kinerja organisasi, melalui perubahan

terencana pada perilaku kerja anggota organisasi. Disisi lain, Cummings dan

Worley (2009) menjelaskan bahwaOrganizational development/OD adalah suatu

teori dan praktek yang membuat perubahan yang terencana terhadap suatu

organisasi. Hal yang mendorong dilakukannya pengembangan organisasi adalah

agar perusahaan dapat bertahan dalam menghadapi kompetitor yang lain.

Disamping itu, di belakang faktor tersebut terdapat kinerja organisasi yang rendah

yang menyebabkan kegagalan organisasi untuk mencapai keuntungan yang

maksimal (Jex & Britt, 2008).


Selanjutnya beberapa konsep tentang hubungan kreatifitas dalam konteks

organisasi bagaimana kepentingan kreatifitas bagi sebuah tempat kerja dan bagi

sebuah organisasi untuk secara konsisten mampu mengembangkan kreatifitasnya

melalui exercise (latihan-latihan). Atau dalam kata lain memberi beberapa

latihan tentang mengembangkan perilaku organisasi yang menghargai kreatifitas

di dalamnya.

selanjutnya bagaimana mengembangkan pengembangan kreativitas dalam sebuah

organisasidikelola oleh para pimpinan organisasi dan mereka yang selama ini

terlibat dalam pengembangan organisasi atau kelompok, baik dari para

manajer ditingkat bawah maupun ditingkat menengah dan top

management. Keterlibatan semua pihak menjadi penting mengingat proses kreatif

dalam sebuah organisasi tentunya tidak bisa berkembang tanpa keterlibatan

yang utuh dari seluruh jajaran manajemen yang ada dalam organisasi

tersebut.Beberapa pakar OD menyatakan mengenai pengembangan

organisasi dengan cara yang beragam. Porras dan Robertson (dalam Jex dan Britt,

2008) menjelaskan bahwa pengembangan organisasi merupakan


seperangkat perilaku berbasis ilmupengetahuan,nilai,strategi,dan teknologi yang

bertujuan untuk meningkatkan perkembanganindividu dan meningkatkan kinerja

organisasi, melalui perubahan terencana pada perilaku kerja anggota

organisasi.Disisi lain, Cummings dan Worley (2009) menjelaskan

bahwaOrganizational Development/OD adalah suatu teori dan praktek yang

membuat perubahan yang terencana terhadap suatu organisasi. Hal yang

mendorong dilakukannya pengembangan organisasi adalah agar perusahaan dapat

bertahan dalam menghadapi kompetitor yang lain. Disamping itu, di belakang

faktor tersebut terdapat kinerja organisasi yang rendah yang menyebabkan


kegagalan organisasi untuk mencapai keuntungan yang maksimal (Jex & Britt,

2008).

Framework
Dalam membuat analisis peneliti menggunakan sebuah model yang dicetuskan oleh

Nadler dan Thusman yang disebut dengan model sistem terbuka. Model ini

berdasar pada konsep transformasi organisasi berdasarkan efektivitas organisasi

yang ditentukan oleh konsistensi (kesesuaian/ congruence) antara beberapa

beragam elemen yang terdapat dalam organisasi. Model ini melihat organisasi

dalam 4 komponen, yaitu: a) tugas (tugas khusus yang sudah terberi), b) individual

(pengetahuan, kemampuan, kebutuhan dan harapan) dari orangorangdalam

organisasi, c) pengaturan organisasi formal (struktur, proses, dan metode), dan d)

organisasi informal (implisit, nilai, kepercayaan dan perilaku yang tidak

tercantum).

Asesmen Organisasi
Asesmen organisasi adalah proses untuk merefleksikan dan melihat berbagai area

dalam organisaisi dalam hal apa yang bekerja dan apa yang bisa berbeda. Melalui
asesmen didapatkan gambaran ojektif mengenai keondisi nyata

organisasi berkaitan dengan segala aspek di dalamnya. Proses ini akan membantu

organisasi mengidentifikasi area perkembangan untuk memaksimalkan efisiensi

dan efektifitas dalam mencapai tujuan organisasi. Menurut Woodcock dan

Francis (1994), semakin berkembangnya suatu organisasi, semakin sulit

untukmerencanakan, mengkoordinasi dan mengelola praktek yang ada dimana

dalam waktu yang bersamaan organisasi harus tetap berkembang. Pengelolaan

organisasi sendiri bukanlah suatu pekerjaan yang mudah dikarenakan organisasi

memiliki permasalahan-permasalahan di dalamnya.Oleh karena itu, untuk

melakukan pengembangan organisasi perlu untuk menemu kenali masalah yang


menjadi penghambat bagi perusahaan. Woodcock dan Francis (1994) membuat

kuesioner yang dapat membantu untuk menjelaskan area mana saja dalam

perusahaan yang perlu untuk diperhatikan atau disebut sebagai “blockage” atau

penghambat. Proses mengidentifikasi hambatan yang ada dan upaya untuk

membuka hambatan tersebut penting untuk dilakukan suatu organisasi

Hasil penelitian yang diperoleh melalui kuesioner Organizational

Blockages, menunjukkan bahwa terdapat 5 variabel utama yang masih rendah yang

terdapat pada PT XYZ sebagai berikut: 1.) Kreativitas Rendah (Low Creativity);

2) Pemberian Remunerasi yang dianggap kurang Adil (Unfair Rewards); 3)

Struktur Organisasi yang membingungkan (Confused Organizational Structure);

4) Pengembangan Pribadi yang Stagnan (Personal Stagnation) dan 5)

Rendahnya Motivasi (Low Motivation). Dari 5 variabel tersebut, terlihat bahwa

yang menjadifaktor utama dalam menghambat perkembangan organisasi adalah

rendahnya kreativitas. Hal ini sejalan dengan hasil observasi kondisi yang ada,

dimana perusahaan XYZ saat ini terlihat kurang dapat memunculkan gagasan-
gagasan atau inovasi baru, sehingga mengalami kesulitan untuk memunculkan

produk baru,strategi baru, yang pada akhirnya membuat perusahaan tersebut kalah

bersaing dengan perusahaan lainnya, dan mengalami penurunan.Lebih lanjut, dari

hasil penelitian yang diperoleh, tampak bahwa permasalahankreativitas tersebut

terletak baik pada level individu maupun organisasi. Hal ini juga muncul dari nilai

continous improvement dan inovation yang rendah pada hasil asesmen yang telah

dilakukan perusahaan. Individu pada saat ini dinilai masih belum memunculkan

kreativitas yang optimal dalam perilaku kerjanya sehari-hari. Dalam bekerja,

karyawan hanya berusaha mencapai target yang telah ditetapkan di awal tanpa

berusaha melampaui target tersebut. Disamping itu pula,hasil asesmen organisasi


berdasarkan wawancara juga menyatakan bahwapegawai terkesan kurang

termotivasi dan kurang memiliki dorongan untuk melakukan pekerjaan melebihi

target, serta kurang mau melakukan inovasiinovasi

baru maupun kurang mau mempertahankan dan mengembangkan kualitas.Untuk

dapat mengatasi hambatan tersebut, maka perlu adanya pemilihan intervensi yang

tepat, yang diharapkan dapat mampu mengembangkan organisasi.Dalam hal ini

internvensi yang akan dilakukan bila mengacu pada jenis intervensi dari Cummings

& Worley (2005) adalah Human Resource Management Intervention, Human

Process Intervention, dengan salah satu intervensi yang dapat dilakukan adalah

mengembangkan kreativitas, supaya dapat mengatasi masalah yang dihadapi oleh

perusahaan XYZ.

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
1. Kreativitas dibutuh kan untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan karena

apabila tidak ada kretivitas dalam perusahaan maka pastinya suatu saat perusahaan

tersebut akan tenggelam dan punah.untuk menjaga hal tersebut agar tidak terjadi

maka perlu di perhatikan faktor-faktor berikut:motivasi,kondisi kerja,kemandirian

dan iklim dalam sebuah organisasi

2. Proses kreativitas organisasi,dimulai dari sebuah ide, dan kemudian ide ini secara

otomatis ditransformasi menjadi sebuah kegiatan inovatif.agar ide dan gagasan

yang datang dari berbagai macam ini dapat diimplementasikan dalam bentuk

manfaat praktisadapan tahap tahap pengembangan kreativitas adalah :


l Tahapan kemunculan sebuah ide

l Tahapan pelaksanaan sebuah ide

l Pembaruan sebuah ide.

3.Kreativitas dan inovasi bagi organisasi adalah sebuah kebutuhan yang sangat

fital, karena kreativitas menjadi tulang punggung bagi kelangsungan hidup suatu

organisasi.Kreativitas dan inovasi dibutuhkan organisasi untuk

perubahan lingkungan yang terus meningkat dengancepat, dalam bidang teknologi,

dalam standar produk, dan juga dalam persaingan.Untuk kepentingan itu, maka

organisasi perlu menggali kreativitas organisasi yangtersembunyi.Adapun yang

terpenting dalam kreativitas organisasi adalah

bagaimana mengembangkan suatu suasana atau keadaan agar kreativitas

organisasi dapat tumbuh dan berkembang dengan subur.

3.2 Saran
1. Agar organisasi mempertimbangkan faktor faktor yang mampu mendorong
karyawan supaya membangun kreativitas diri mereka untuk kemajuan perusahaan

2. Agar organisasi memberi apresiasi kepada karyawan yang memiliki sumbangan ide

supaya selanjutnya mereka termotivasi terus dalam meningkatkan kemajuan

perusahaan

3. Agar perusahaan mampu menjaga kondisi internal dan eksternal;

perusahaan sehingga mampu melahirkan sebuah kreativitas dan mampu

mendorong organisasi dalam mengikuti perubahan zaman


DAFTAR PUSTAKA
Drucker, P.F. (2007) The Practice of Management, Revised Edition, Chennai,

India: Charon Tec. Ltd (A Macmillan Company)

Frinces, Z.H. (2004) Kewirausahaan dan Inovasi Bisnis, Yogyakarta: Darussalam

Frinces, Z.H. (2011) Be an Entrepreneurship, Yogyakarta: Graha Ilmu


Kylen, S. F., & Shani, A. B. (2002). Triggering Creativity in Teams:

An Exploratory Investigation. Creativity And Innovation Management.

USA, MA: Blackwell Publishers Ltd (Vol. 11 No.1) pp. 17-30.

Anda mungkin juga menyukai