Anda di halaman 1dari 8

PRAKTIKUM IV

KULTUR EMBRIO

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3 (V R1.G)
MUAMMAR RASYID RIDHA 1713010189
KRISTIAN HAREFA 1713010139
KHAIRANI 1713010160
EDO PRAYOGA 1713010013
SIGIT PRAYOGA 1713010080

PRAKTIKUM KULTUR JARINGAN


LABORATORIUM KEBUN PERCOBAAN & PETERNAKAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN PANCA BUDI
MEDAN
2019
PRAKTIKUM II
STERILISASI ALAT

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3 (V R1.G)
MUAMMAR RASYID RIDHA 1713010189
KRISTIAN HAREFA 1713010139
KHAIRANI 1713010160
EDO PRAYOGA 1713010013
SIGIT PRAYOGA 1713010080

PRAKTIKUM KULTUR JARINGAN


LABORATORIUM KEBUN PERCOBAAN & PETERNAKAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN PANCA BUDI
MEDAN
2019
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Penting untuk dipahami bahwa tidak semua peralatan laboratorium tahan

terhadap proses sterilisasi dengan pemanasan dan tekanan tinggi terutama

peralatan yang terbuat dari plastik yang tidak dapat di autoklaf berulang

(Suryowinoto, 2010).

Meskipun peralatan medium dan bahan tanaman yang digunakan telah

diusahakan steril adalah suatu tindakan yang baik bila semua orang yang hendak

menanam dengan teknik kultur jaringan dan tangannya relatif aseptik selama

bekerja (Zulkarnain, 2009).

Meja kerja steril merupakan padatan penting dalam kegiatan kultur

jaringan. Meja kerja steril ditempatkan dalam ruang tanam (ruang transfer) atau

(ruang penaman). Disebut meja kerja steril karena prinsip kerja alat ini

mengandalkan adanya hembusan udara steril yang dihasilkan oleh dinding filter

dengan ukuran sangat kecil (mesh 0,22 – 0,24 mikron), sehinggga mampu

menahan bakteri dengan jamur diruang kerja steril (Nugroho, 2010).

Sterilisasi alat gelas dan metal dapat dilakukan dengan melalui oven agar

terbebas oleh bakteri (Hartmann, 2011).

Alat yang digunakan dalam suatu penelitian atau praktikum harus

disterilisasi terlebih dahulu untuk membebaskan semua bahan dan perlatan

tersebut dari semua bentuk kehidupan. Sterilisasi merupakan suatu proses untuk

mematikan semua organisme yang terdapat dalam suatu benda. Proses sterilisasi

dapat dibedakan menjadi 3 macam yaitu, penggunaan panas, penyaringan , dan


penggunaan bahan kimia (etilena oksida, asam, perasetat, formaldehida dan

gluturaldehida alkalin) (Hadioetomo, 2013).

Tujuan Praktikum

1. Untuk mempelajari cara sterilisasi alat menggunakan autoklaf

2. Untuk mengetahui alat-alat yang harus disterilisasi dalam kegiatan kultur

jaringan.
TINJAUAN PUSTAKA

Sterilisasi adalah proses pemanasan yang dilakukan untuk mematikan

semua mikroorganisme pada bahan makanan. Sterilisasi biasanya dikombinasi

dengan pengemasan hermetis untuk mencegah kontaminasi ulang. Yang dimaksud

pengemasan hermetis adalah pengemasan yang sangat rapat, sehingga tidak dapat

ditembus oleh mikroorganisme, air, ataupun udara (Purnawijayanti, 2009).

Sterilisasi dapat dilakukan baik dengan cara fisik maupun kimia. Metode

fisik didasarkan pada tindakan pemanasan (proses autoclaving sterilisasi ternal

kering atau sterilisasi ternal basah), iradiasi (irradiasi-ƴ), atau pada pemisahan

secara mekanis melalui filtrasi. Cara kimia mencakup sterilisasi gas dengan

etilenoksida atau gas lainnya dan menyampurkan agens pensteril (misalnya

glutalardehid) pada larutan desinfektan (Pruss, 2012).

Pada saat pembuatan media masing – masing larutan stok diambil sesuai

konsentrasinya. Selanjutnya diukur dan diatur pH media sesuai yang dianjurkan.

Setelah itu dimasak sambil diaduk. Sesudah masak, media dimasukkan kedalam

botol kultur sebannyak 10 – 20 ml / botol dan ditutup dengan aluminium foil atau

kapas. Setelah itu disterilisasi dalam autoclaf pada suhu 121° C selama 15 – 20

menit (Mariska, 2009).

Perlu digaris bawahi disini bahwa upaya keras mengatasi kontaminasi

organisme adalah merupakan hal yang sangat penting pada kultur jaringan

karena semua media, botol kultur, dan alat – alat yang digunakan untuk

menangani jaringan harus diusahakana sama steril sebagaimana bahan tanamaan

yang digunakan (Santoso, 2011).


Sterilisasi merupakan kunci keberhasilan dan kesuksesan dalam

pengembangan mikrobiologi. Untuk mendapatkan semua yang sesuai maka alat –

alat yang digunakan haruslah disterilkan terlebih dahulu. Bila alat yang dipakai

tidak steril maka akan terjadi kontaminasi yang merusak hubungan kelangsungan

kerja di laboratorium tersebut (Lay, 2011).

Autoclaf merupakan alat yang mensterilkan bermacam – macam alat dan

bahan yang digunakan dalam lingkup mikrobiologi yakni menggunakan uap air

yang bertekanan panas (Gabriel, 2010).

Laminar Air Flom Cabinet (LAFC) terlebih dahulu bagian dalam alat ini

disemprot dengan alkohol 70 %. Setelah sterilisasi dengan alkohol, tutup pintu

Laminar Air Flow Cabinet (LAFC) dan nyalakan lampu ultraviolet (UV) selama

½ sampai 1 jam. Setelah sterilisasi dengan lampu ultraviolet (UV) pekerjaan

dapat segera dimulai (Zulkarnain, 2009).

Penggunaan formalin dalam Laminar Air Flow tidak dibenarkan sama

sekali, karena uap formalin dapat tembus ke arah dada si penabur sehingga

berbahaya bagi kesehatan. Alat – alat yang digunakan dalam kultur jaringan

setelah dicuci dan dikeringkan kemudian dibungkus dengan kertas payung dan

disterilisasi di dalam autoklaf dengan suhu 121°C dengan tekanan 17,5 psi selama

20 – 30 menit. Botol – botol eksplan yang sudah berisi medium setelah ditutup

dengan aluminium foil, kemudian disterilisasi. Sterilisasi medium lebih sedikit

waktunya dibandingkan dengan sterilisasi alat – alat yakni 15 menit tetapi tekanan

dan suhunya sama. Teknik pelaksanaan sterilisasi dengan autoklaf adalah sebagai

berikut: Autoklaf diisi sampai air sampai batas atas, kemudian botol – botol

eksplan yang berisi medium dimasukkan ke dalamnya. Setelah autoklaf ditutup


rapat, kemudian dinyalakan (ada yang model listrik tetapi ada pula yang

dipanaskan dengan kompor gas). Setelah autoklaf dinyalakan kemudian ditunggu

sampai air didalamnya mendidih dan tekanan menunjukkan angka 15. Pada saat

angka menunjukkan 15, mulai dihitung waktunya sampai 15 menit, kemudian

autoklaf dimatikan dan ditunggu dahuku sampai agak dingin. Setelah tekanan

menunjukkan angka 0, autoklaf tersebut dibuka dan botol – botol didalamnya

dikeluarkan untuk disimpan sampai saat digunakan (Hadioetomo, 2013).


DAFTAR PUSTAKA

Gabriel, J. F., 2010. Fisika Kedokteran. EGC. Jakarta.

Hadioetomo, R. S., 2013. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. Gramedia. Jakarta.

Hartman, H. T ; D. E Kester ; F. T Davies and R. L Geneve., 2011. Plant


Propogation. Prantice Hall of India. Private limited. New Delhi.

Lay., 2011. Analisis Mikroba di Laboratorium. PT Raja Grafindo Persada.


Jakarta.

Mariska, I dan D. Sukmadjaja. D., 2009. Perbanyakan Bibit Abaka Melalui Kultur
Jaringan. BPBSGP. Bogor.

Nugroho, A dan H. Sugito., 2010. Teknik Kultur Jaringan Tanaman. UGM –


Press. Malang.

Pruss, A. Girouil, E., dan Rushbrook, P. 2012. Penglolaan Aman Limbah Layanan
Kesehatan. Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Purnawijayanti, H. A. 2009. Sanitasi, Higine dan Keselamatan Kerja Dalam


Pengolahan Makanan. Kanisius. Yogyakarta.

Santoso, U dan F. Nursandi., 2011. Kultur Jaringan Tanaman Secara In Vitro.


Penerbit Kanisius. Jakarta.

Suryowinoto, M. J., 2010. Pemuliaan Tanaman Secara In Vitro. Penerbit


Kanisius. Jakarta.

Zulkarnain., 2009. Kultur Jaringan Tanaman. Bumi Aksara. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai