Sistem bilangan adalah kode atau simbol yang digunakan untuk menerangkan sejumlah hal secara detail.
Sistem bilangan adalah bahasa yang berisi satu set pesan simbul-simbul yang berupa angka dengan batasan untuk
operasi aritmatika penjumlahan, perkalian dan yang lainnya. Pada sistem bilangan terdapat bilangan integer dan
bilangan pecahan dengan titik radix “.”.
(N) r = [ (bagian integer . bagian pecahan) r)
Titik radix
2.1. Sistem Bilangan Biner
Sistem bilangan biner adalah suatu sistem atau cara menghitung bilangan dengan hanya menggunakan dua
simbol angka yaitu ‘0’ dan ‘1’, bilangan ini sering disebut dengan sistem bilangan berbasis atau radix 2 .Sistem
bilangan biner digunakan untuk mempresentasikan alat yang mempunyai dua keadaan operasi yang dapat
dioperasikan dalam dua keadaan ekstrim. Contoh switch dalam keadaan terbuka atau tertutup, lampu pijar dalam
keadaan terang atau gelap, dioda dalam keadaan menghantar atau tidak menghantar, transistor dalam keadaan cut off
atau saturasi, fotosel dalam keadaan terang atau gelap, thermostat dalam keadaan terbuka atau tertutup, Pita
magnetik dalam keadaan magnet atau demagnet.
2.2. Sistem Bilangan Desimal.
Sistem bilangan desimal adalah suatu sistem atau cara menghitung bilangan dengan menggunakan sepuluh
simbol angka yaitu ‘0’ ,‘1’, ‘2’,’3’,’4’,’5’,’6’,’7’,’8’ dan ‘9’ bilangan ini sering disebut dengan sistem bilangan
berbasis atau radix 10. Sistem bilangan desimal kurang cocok digunakan untuk sistem digital karena sangat sulit
merancang pesawat elektronik yang dapat bekerja dengan 10 level (tiap-tiap level menyatakan karakter desimal
mulai 0 sampai 9)
Sistem bilangan desimal adalah positional-value system,dimana nilai dari suatu digit tergantung dari
posisinya. Nilai yang terdapat pada kolom ketiga pada Tabel 2.1., yaitu A, disebut satuan, kolom kedua yaitu B
disebut puluhan, C disebut ratusan, dan seterusnya. Kolom A, B, C menunjukkan kenaikan pada eksponen dengan
basis 10 yaitu 100 = 1, 101 = 10, 102 = 100. Dengan cara yang sama, setiap kolom pada sistem bilangan biner yang
berbasis 2, menunjukkan eksponen dengan basis 2, yaitu 20 = 1, 21 = 2, 22 = 4, dan seterusnya.
Tabel 2.1. Nilai Bilangan Desimal dan Biner
Kolom desimal Kolom biner
C B A C B A
102 = 100 101 = 10 100 = 1 22 = 4 21 = 2 20 = 1
(ratusan) (puluhan) (satuan) (empatan) (duaan) (satuan)
Setiap digit biner disebut bit; bit paling kanan disebut least significant bit (LSB), dan bit paling kiri disebut
most significant bit (MSB).
Untuk membedakan bilangan pada sistem yang berbeda digunakan subskrip. Sebagai contoh 9 10
menyatakan bilangan sembilan pada sistem bilangan desimal, dan 01101 2 menunjukkan 01101 pada sistem bilangan
biner. Subskrip tersebut sering diabaikan jika sistem bilangan yang dipakai sudah jelas.
2.3. Sistem Bilangan Oktal.
Sistem bilangan oktal adalah suatu sistem atau cara menghitung bilangan dengan menggunakan delapan
simbol angka yaitu ‘0’ ,‘1’, ‘2’,’3’,’4’,’5’,’6’,dan ’7’ bilangan ini sering disebut dengan sistem bilangan berbasis
atau radix 8. Sistem bilangan oktal digunakan sebagai alternatif untuk menyederhanakan sistem pengkodean biner.
Karena 8 = 23, maka satu (1) digit oktal dapat mewakili tiga (3) digit biner.
2.4. Sistem Bilangan Heksadesimal.
Sistem bilangan heksadesimal adalah suatu sistem atau cara menghitung bilangan dengan menggunakan 16
simbol yaitu ‘0’ ,‘1’, ‘2’,’3’,’4’,’5’,’6’,’7’,’8’,’9’,
’A’,’B’, ’C’,’D’,’E’, dan ‘F’ bilangan ini sering disebut dengan sistem bilangan berbasis atau radix 16. Identik
dengan sistem bilangan oktal, sistem bilangan heksadesimal juga digunakan untuk alternatif penyederhanaan
sistem pengkodean biner. Karena 16 = 24, maka satu (1) digit heksadesimal dapat mewakili empat (4) digit biner.
2.5. Konversi Bilangan
2.5.1. Konversi bilangan desimal ke biner.
Cara untuk mengubah bilangan desimal ke biner adalah dengan membagi bilangan desimal yang akan diubah,
secara berturut-turut dengan pembagi 2, dengan memperhatikan sisa pembagiannya. Sisa pembagian akan bernilai 0
atau 1, yang akan membentuk bilangan biner dengan sisa yang terakhir menunjukkan MSBnya. Sebagai contoh,
untuk mengubah 5210 menjadi bilangan biner, diperlukan langkah-langkah berikut :
52/2 = 26 sisa 0, LSB
26/2 = 13 sisa 0
13/2 = 6 sisa 1
6/2 = 3 sisa 0
3/2 = 1 sisa 1
½ = 0 sisa 1, MSB
Sehingga bilangan desimal 5210 dapat diubah menjadi bilangan biner 1101002.
Cara di atas juga bisa digunakan untuk mengubah sistem bilangan yang lain, yaitu oktal atau heksadesimal.
Tabel 2.2. Daftar Bilangan Desimal dan Bilangan Biner Ekivalensinya
Biner
Desimal C (MSB) B A (LSB)
(4) (2) (1)
0 0 0 0
1 0 0 1
2 0 1 0
3 0 1 1
4 1 0 0
5 1 0 1
6 1 1 0
7 1 1 1
Oleh karena itu bilangan biner dapat dikonversikan ke bilangan desimal dengan cara menjumlahkan bobot
dari masing-masing posisinya yang bernilai 1.
Sebagai contoh, untuk mengubah bilangan biner 110011 2 menjadi bilangan desimal dapat dilakukan sebagai
berikut:
1 1 0 0 1 1 Biner
25 + 24 + 2 1 + 20
32 + 16 + 2 + 1 = 51 Desimal
Cara lain untuk mengkonversikan bilangan biner menjadi bilangan desimal dapat dilakukan dengan cara
menjumlahkan angka 2 dengan pangkat koefisien biner yang berharga 1. Sebagai contoh, untuk mengubah bilangan
101112 menjadi bilangan desimal, dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
101112 = 1x 24 + 0x 23 + 1x 22 + 1x 21 + 1x 20 = 2310
2.5.5. Konversi bilangan biner ke oktal.
Konversi dari bilangan biner ke bilangan oktal dilakukan dengan mengelompokkan setiap tiga digit biner
dimulai dari digit paling kanan(LSB). Kemudian, setiap kelompok diubah secara terpisah ke dalam bilangan oktal.
Sebagai contoh, bilangan 111100110012 dapat dikelompokkan menjadi: 11 110 011 001, sehingga:
112 = 38, MSB
1102 = 68
0112 = 38
0012 = 18, LSB
Jadi, bilangan biner 111100110012 apabila diubah menjadi bilangan oktal = 36318.
Bilangan biner dapat diubah menjadi bilangan heksadesimal dengan cara mengelompokkan setiap empat
digit dari bilangan biner tersebut dimulai dari digit paling kanan (LSB). Kemudian, setiap kelompok diubah secara
terpisah ke dalam bilangan heksadesimal.
Sebagai contoh, 01001111010111102 dapat dikelompokkan menjadi: 0100 1111 0101 1110.
Sehingga:
01002 = 416, MSB
11112 = F16
01012 = 516
11102 = E16, LSB
Dengan demikian, bilangan 01001111010111102 = 4F5E16.
Oleh karena itu bilangan oktal dapat dikonversikan ke bilangan desimal dengan cara menjumlahkan bobot
kali nilai-nilai dari masing-masing posisinya.
Sebagai contoh, untuk mengubah bilangan oktal 372 8 menjadi bilangan desimal dapat dilakukan sebagai
berikut:
3 7 2 Oktal
3x82 + 7x81 + 2x80
192 + 56 + 2 = 250 Desimal
Sehingga bilangan oktal 3728 berubah menjadi bilangan desimal 25010.
Sebagai contoh, bilangan oktal 35278 dapat diubah menjadi bilangan biner dengan cara sebagai berikut:
38 = 0112, MSB
58 = 1012
28 = 0102
78 = 1112, LSB
Sehingga bilangan oktal 35278 sama dengan bilangan biner 011 101 010 111 2.
Oktal 3 2 7
Desimal 3x82 + 2x81 + 7x80 = 215
Selanjutnya hasil bilangan biner dikelompokkan setiap empat bit dimulai dari digit paling kanan (LSB).
Kemudian, setiap kelompok diubah secara terpisah ke dalam bilangan heksadesimal.
Biner 0 1101 0111
Heksadesimal 0 D 7
Sehingga, 3278 = 110101112 = D716.
Oleh karena itu bilangan heksadesimal dapat dikonversikan ke bilangan desimal dengan cara
menjumlahkan bobot kali nilai-nilai dari masing-masing posisinya.
Sebagai contoh, bilangan heksadesimal 152B16 dapat diubah menjadi bilangan desimal dengan cara sebagai
berikut:
Sebagai contoh, bilangan heksadesimal 2A5C16 dapat diubah ke bilangan biner sebagai berikut.
216 = 0010, MSB
A16 = 1010
516 = 0101
C16 = 1100, LSB
Sehingga, bilangan heksadesimal 2A5C16 dapat diubah menjaid bilngan biner 0010 1010 0101 11002.
Heksadesimal 9 F 2
Desimal 9x162 + 15x161 + 2x160 =
2304 + 240 + 2 = 254610
Selanjutnya hasil bilangan biner dikelompokkan setiap tiga bit dimulai dari digit paling kanan (LSB).
Kemudian, setiap kelompok diubah secara terpisah ke dalam bilangan heksadesimal.
Sehingga,
0.62510 = 0.1012
128(10) = 10000000(2)
Cara :
128:2 = 64 Sisa 0
64:2 = 32 Sisa 0
32:2 = 16 Sisa 0
16:2 = 8 Sisa 0
8:2 = 4 Sisa 0
4:2 = 2 Sisa 0
2:2 = 1 Sisa 0
- Desimal ke Oktal
128(10) = 200(8)
Cara :
128:8 = 16 Sisa 0
16:8 = 2 Sisa 0
- Desimal ke Hexa
128(10) = 80(16)
Cara :
128:16 = 8 Sisa 0
2. Buatlah bilangan Biner 10 digit, lalu rubah jadi Desimal, Oktal dan Hexa
Jawab :
- Biner ke Desimal
1010000(2) = 80(10)
Cara :
1 x 26 = 64
0 x 25 = 0
1 x 24 = 16
0 x 23 = 0
0 x 22 = 0
0 x 21 = 0
0 x 20 = 0
- Biner ke Oktal
1010000(2) = 120(8)
Cara :
001 | 010 | 000 1 | 2 | 0 = 120
- Biner ke Hexa
1010000(2) = 50(16)
Cara :
0101 | 0000 5 | 0 = 50
3. Buatlah bilangan Oktal 3 digit, lalu rubahlah ke Desimal, Biner dan Hexa
- Oktal ke Desimal
126(8) = 86(10)
Cara :
6 x 100 = 6
2 x 101 = 20
1 x 103 = 30
Hasilnya = 36
- Oktal ke Biner
126(8) = 1010110(2)
Cara :
1 | 2 | 6 1 | 010 | 110 = 1010110
- Oktal ke Hexa
126(8) = 56(16)
Cara :
1010110 = | 0101 | 0110 = 5 | 6 = 56
4. Buatlah bilangan Hexadesimal 3 digit dijadikan Desimal, Biner, lalu Oktal
- Hexa ke Desimal
4CC(16) = 1228(10)
Cara :
C = 12
4 x 162 = 1024
12 x 161 = 192
12 x 160 = 12
Hasilnya = 1228
- Hexa ke Biner
4CC(16) = 10011001100(2)
Cara :
C = 12
4 | 12 | 12 = 0100 | 1100 | 1100 4 | 12 | 12 = 4CC
- Hexa ke Oktal
4CC(16) = 2314(8)
Cara :
10011001100 = | 010 | 011 | 001 | 100 | 2 | 3 | 1 | 4 = 2314