Anda di halaman 1dari 5

Jurnal Kedokteran Syiah Kuala ISSN: 1412-1026

Volume 17, Number 3, Desember 2017 E-ISSN: 25500112


Pages:190-194 DOI:https://doi.org/10.24815/jks.v17i3.9157

MORBUS HANSEN
Biokimia dan Imunopatogenesis

Sitti Hajar

Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Ke;amin Universitas Syiah Kuala/


Rumah Sakit Umum Zainoel Abidin Banda Aceh
Email: sittihajartitik@unsyiah.ac.id

Abstrak.Penyakit kusta adalah penyakit yang setua peradaban manusia.telah lama diketahui dan ditulis dalam kitab-kitab
kuno. Dalam kitab Sushrat Samhita di zaman India Kuno (1300 SM), tercantum adanya penyakit yang disebut khust dengan
deskripsi sesuai dengan kusta serta tulisan pada daun Papyrus di Mesir, tercantum hal mengenai penyakit yang sesuai dengan
kusta yang dikenal saat ini. Istilah lepra sendiri berasal dari bahasa Yunani kuno dalam Kitab Perjanjian Baru, merupakan
terjemahan dari istilah zaraath dari bahasa Ibrani kuno.Mikobakterium lepra memetabolisme sumber-sumber karbon melalui
jalur klasik dari glikolisis, hexose monophosphat shunt dan siklus tricarboxylic acid.Respon yang terjadi akibat infeksi M.
Lepra dapat sangat berbeda, keadaan ini terjadi di bawah kontrol secara genetika. (JKS 2017; 3:190-194)

Kata sandi: Morbus Hansen. Mikobakterium Lepra, Imunopatogenesis

Abstract.Abstract Leprosy is a disease that is as old as human civilization. has long been known and written in ancient books.
In the book of Sushrat Samhita in Ancient India (1300 BC), there is a disease called khust with description according to the
leprosy known today. In the ancient on the leaves of the Papyrus in Egypt,. The term leprosy itself comes from the ancient
Greek in the New Testament, a translation of the zaraath term from ancient Hebrew. M.leprae metabolizes carbon sources
through the classical pathway of glycolysis, hexose monophosphate shunt and tricarboxylic acid cycles. The response that
occurs as a result of Mycobacterium leprae infection can be very different, this situation occurs under genetic control.
(JKS 2017; 3: 190-194)

Password: Morbus Hansen. Mycobacteria Leprae, Immunopathogenesis.

Pendahuluan Kapsul
Morbus Hansen (Lepra, Kusta) adalah infeksi Sekeliling organisme merupakan zona elektron
menahun yang disebabkan Mycobacteria leprae transparan seperti busa atau material vesikular,
(M.lepra) primer yang menyerang saraf tepi, merupakan struktur yang unik dari M.leprae.
selanjutnya dapat menyerang kulit dan organ Komposisinya terdiri dari dua lipid,
lainnya. Penyakit ini dapat mengakibatkan phthioceroldimycoserosate yang dianggap
kecacatan jika tidak segera ditatalaksana dan berperan pada perlindungan pasif, phenolic
dapat menimbulkan masalah psikososial akibat glicolipid, yang terdiri dari tiga molekul gula
stigma atau predikat buruk dalam pandangan yang mengalami metilasi terpaut pada molekul
masyarakat.1,2,8 fenol dari lemak (phthiocerol). Trisaccharida
ini membuat M.leprae unik secara kimia dan
Strukturn M. lepra menjadi antigen yang spesifik.5
Meicobacterium leprae merupakan bakteri yang
bersifat obligat intra-seluler (hanya bisa hidup Dinding Sel
dalam sel) dan dapat bertahan terhadap aksi Terdiri dari dua lapisan :
fagositosis karena mempunyai dinding sel yang - Lapisan luar berupa elektron transparan dan
sangat kuat dan resisten terhadap aksi lisozim. mengandung lipopolisakarida yang terdiri dari
Mikroskop elektron menunjukkan ultrastruktur rantai cabang arabinogalaktan yang mengalami
yang umum untuk semua mikobakteria. esterifikasi dengan mycolic acid rantai
M.leprae berupa batang lurus dengan panjang panjang, mirip dengan mikobakteria lain.5
sekitar 1 sampai 8 µm dan diameter 0,3 µm. - Dinding dalam yang terdiri dari peptidoglikan
Pada jaringan yang terinfeksi batang sering : karbohidrat terpaut dengan peptidanya
tersusun bersama-sama membentuk globi. 1,5 dimana urutan asam aminonya spesifik untuk
M.leprae meskipun peptida tersebut sangat
190
Hajar Morbus Hansen Biokimia dan Imunologi

kecil untuk dijadikan sebagai antigen berhubungan erat dengan M.tuberkulosis dan M.
diagnostik.5 scrofulaceum.5,7
Biokimia dan metabolisme
Membran Tanpa adanya organisme yang dikultur sangatlah
Hanya melekat dibawah dinding sel, merupakan sulit untuk dipelajari. M. leprae memetabolisme
membran untuk transpor molekul ke dalam dan sumber-sumber karbon melalui jalur klasik dari
keluar dari mikroorganisme. Membran terdiri glikolisis, hexose monophosphat shunt dan
dari lipid dan protein. Protein kebanyakan siklus tricarboxylic acid. Energi dibentuk oleh
berupa enzim dan menurut teori merupakan konversi ADP menjadi ATP dan dihasilkan oleh
target utama dari kemoterapi. Mereka juga ATP yang telah mengalami perubahan ADP.
merupakan ’protein permukaan antigen’ yang Sehingga oksigen dapat digunakan. Semua
diekstraksi dari dinding sel M.leprae yang telah bakteri membutuhkan basa purin dari nukleotida
dirusak kemudian dianalisa secara luas.5 untuk membentuk asam nukleat dan
metabolisme oksidatif. Tidak seperti
Sitoplasma mikobakteria lain M. leprae tidak melakukan
Kandungan bagian dalam dari sel terdiri dari sintesa seperti ini, dan kita dapat mencari
timbunan granul, materi genetik asam mereka dalam sel host. Mikobakteria juga
deoksiribonukleat (DNA), dan ribosom yang membutuhkan besi yang diambil dari host oleh
merupakan protein yang mengalami translasi chelate mikobactin. M. leprae kekurangan
dan multiplikasi. Analisa DNA berguna dalam mikobactin. Defek metabolik seperti ini
konfirmasi identitas mikrobakteria yang diisolasi mungkin menjelaskan mengapa organisme ini
dari armadilos liar, dan menunjukkan suatu sulit untuk dibiakkan in vitro.Komponen kimia
M.leprae, melalui perbedaan secara genetik dan utama dari M.leprae adalah adalah antigenik
(Tabel 1). 5

Tabel 1. Antigen dari Mycobacterium leprae3,6


Antigen MW Stabilitas Spesifisitas Imunoreaktivitas
Phenolic glicolipid Stabil M.leprae Antibodi IgM, Respon
sel T supressor
?
Mycosida lainnya 30-35kd Stabil Mikobacteria Antibodi IgG, Sel T,
Lipoarabinomannan Kd Stabil dan BCG dan epitop spesifik Test kulit
tidak M.I.
dapat
dicerna
Peptidoglycan 65 kd Mikobacteria ?
Protein 36 kd ? Sering pada mikobacteria Mencetuskan antibodi,
28 kd lain tetapi memiliki Sel T, Test kulit (65
18 kd Labil epitop spesifik kd)
12 kd

Phenolic Glicolipid lepromatous awal. Antigen menstimulasi


Trisacharida terminal merupakan spesifisitas produksi antibodi IgM, tetapi tidak mencetuskan
antigen terhadap M.lepra. Varian minor berupa hipersensitivitas tipe lambat. Juga berperan
I, II, dan III. Trisakarida telah berhasil disintesa dalam mencetuskan supresi imun pada lepra.1,5
dan dapat tautkan ke contoh protein carrier
untuk digunakan dalam seroepidemiologi dan Lipoarabinomannan
penelitian-penelitian lain, (lihat Bab 15, h..213). Merupakan komponen mayor dari dinding sel
Antigen ditemukan pada semua jaringan yang M.leprae; stabil dan tidak dapat dicerna.
terinfeksi dengan M.leprae, dan menetap dalam Menimbulkan reaktivitas silang dengan
waktu lama setelah organisme mati.1,5 Juga mikobakteria lain, tetapi mengandung epitop
ditemukan dalam serum dan urin pasien dengan spesifik yangdikenal oleh sera yang diabsorbsi,
lepra lepromatus dan pendeteksiannya menjadi dan mencetuskan antibodi IgG.1,5
test diagnostik yang berguna pada lepra
191
Jurnal Kedokteran Syiah Kuala 17 (3): 190-194, Desember 2017

Antigen Protein sel- sel Schwann yang bermielin maupun tidak,


Terdapat berbagai antigen protein didalam sama-sama terinfeksi oleh M.leprae. walaupun
M.leprae, tetapi hanya lima yang menarik karena ada beberapa laporan yang menyebutkan bahwa
antibodi monoklonal tikus telah menunjukkan ada kecenderungan untuk menyerang serabut
bahwa mereka mengandung epitop spesifik saraf yang tidak bermielin. Secara in vitro, kami
M.leprae. Protein soluble yang diekstraksi dari telah mengobservasi suatu infeksi yang cepat
M.leprae merupakan antigen spesifik yang tidak dan berat pada kedua jenis sel Schwann itu.
lengkap untuk test kulit. Beberapa antigen Namun beberapa peneliti telah melaporkan
protein telah sukses diklon dan diekspresikan infeksi yang terbatas pada sel Schwann yang
pada E.coli, hal ini sangat mendukung untuk tidak bermielin secara in vitro. 4,6
dianalisa.3,4 Phenolic glycolipid 1 (PGL-1) dari M.leprae
telah dibuktikan terikat secara spesifik pada
Imunopatogenesis laminin-2 dalam lamina basalis dari unit SC-
Faktor genetik dipertimbangkan karena memiliki akson. Oleh karena itu PGL-1 tampaknya
peranan yang besar untuk terjadinya kusta pada terlibat dalam invasi sel schwann oleh M. leprae
suatu kelompok tertentu. Respon yang terjadi pada suatu jalur laminin 2. Namun yang lebih
akibat infeksi Mycobacterium leprae dapat penting lagi, bukti-bukti yang ada jelas
sangat berbeda, keadaan ini terjadi di bawah menunjukkan bahwa mekanisme ikatan terhadap
kontrol secara genetika. Faktor genetik yang permukaan sel schwann via laminin α2bukan
berperan salah satunya berada di bawah sistem merupakan hal yang patognomonis untuk
Human Leucocyte Antigen (HLA). HLA adalah M.leprae saja. Spesies mikobakterial lainnya,
suatu antigen dipermukaan sel yang merupakan termasuk M.tuberkulosis, M.chelonae, dan
hasil produk yang dicetak biru oleh gen yang M.smegmatis telah menunjukkan suatu α2-
terletak di kromosom 6 manusia, pada suatu laminin-binding-capacity dan spesies-spesies ini
daerah (locus) yang disebut Major siap berinteraksi dengan ST88-14 pada barisan
histocompatibility Complex (MHC). Dikenal sel schwannoma. Hal ini mengarah pada dugaan
MHC class I (menghasilkan HLA-A, B, dan C) bahwa kemampuan untuk mengikat laminin α2
dan MHC class II (menghasilkan HLA D) yang terbatas pada genus Mycobacterium. Studi lain
banyak dihubungkan dengan imunitas terhadap juga telah mendemonstrasikan kemampuan
bakteri termasuk basil kusta. 4,6 mielin Po untuk mengikat M.leprae.6
Antigen HLA ini berperan dalam pengenalan
dan penyajian antigen dari sel penyaji (Antigen Transmission-electron micrograph dari ko-
Precenting Cell) kepada sel limfosit T (Thelper) kultur sel Schwan pada tikus yang terinfeksi
yang akan memulai rangkaian respon imun. M.leprae. Kultur yang terinfeksi diperoleh dari
Dari hasil penelitian terhadap penderita kusta paparan sel Schwann primer terhadap M.leprae
ternyata didapatkan frekuensi HLA DR3 yang selama 48 jam. Setelah pertumbuhan selama 12
tinggi pada penderita kusta tipe hari pada suhu 33°C.
Tuberkuloid.Sedangkan HLA-DQ1 dihubungkan a. Sel Schwann yang bermielin.
dengan tipe Lepromatosa.Bentuk respon imun b. Sel Schwann yang tidak bermielin.6
yang terjadi apabila basil kusta masuk kedalam
tubuh seseorang dimana HLA akan membuat Respon Imun Terhadap M. leprae
seseorang jadi lebih mudah terkena kusta Patogenesis kusta terbagi dalam beberapa hal,
dibandingkan orang lain. HLA DR akan yaitu adanya Mycobacterium leprae, fungsi
mengarahkkan ke imunitas seluler, sedangkan sistem fagosit mononuklear, aktivitas sel
HLA-DQ akan mengarahkan ke sistem imunitas dendritik yang berhubungan dengan limfosit T
humoral. Epitop atau peptida yang berasal dari dan limfosit B serta imunitas humoral dan
antigen kuman, memerlukan pasangan sesuai selular yang meliputi faktor host dan agent
HLA yang ada. Pasangan ini selanjutnya akan (Mycobacterium leprae) serta interaksi
7
bertemu dengan reseptor pada permukaan keduanya.
limfosirt (T cell receptor/TCR).4,6
Sel Schwann, sel pendukung utama pada sistem Imunitas alamiah (innate immunity)
saraf perifer, tampaknya menjadi target utama Sistem kekebalan tubuh lapis pertama bekerja
M. leprae pada saraf perifer. Pada penderita secara non spesifik lewat pertahanan secara
dengan lepra yang sudah parah (advanced), baik mekanis misalnya lapisan kulit yang intak,

192
Hajar Morbus Hansen Biokimia dan Imunologi

secara fisiologis, atau kimiawi serta lewat timbul apabila sudah terjadi pengenalan
beberapa jenis sel yang bisa langsung (recognition) dan pengingatan (memory) oleh
membunuh kuman.Sel-sel yang pada sistem berbagai komponen sel yang terlibat. Untuk
imunitas alamiah (innate imunity) bekerja secara penghancuran kuman yang hidupnya di dalam
fagositosis yang dijalankan oleh monosit dan sel seperti M. leprae, maka diperlukan
pembunuhan di luar sel (extra cellular killing) kerjasama antara makrofag dan limfosit T.
yang dijalankan oleh limfosit pembunuh Makrofag harus memberi sinyal lewat penyajian
(Natural Killer cell/NK cell). Kekebalan antigen, sedangkan limfosit harus memberi
alamiah ini bersifat non spesifik dan ditunjang sinyal dengan mengeluarkan Interleukin yang
oleh status kesehatan secara umum yaitu gizi akan mengaktifkan makrofag tersebut agar
yang baik, hidup teratur, serta lingkungan yang menghancurkan kuman lewat meka isme
baik.7 fagosom-lisosom kompleks. 3,9

Sebagian M. leprae yang masuk ke dalam tubuh Dalam proses penyajian antigen dari
manusia mungkin akan lolos dari seragan sistem mikobakteria, antigen yang berasal dari proses
kekebalan alamiah tersebut. Lewat mekanisme pencernaan di dalam fagosom akan disajikan
menumpang di dalam monosit seperti pada oleh MHC kelas II kepada limfosit T yang
infeksi tuberkulosis diparu (Troyan-horse- CD4+, umumnya dari jenis T-helper atau
phenomen) basil kusta terbawa masuk ke organ inducer. Sedangkan antigen dari kuman yang
yang lebih dalam tubuh dsn mencari sasaran sel berada di dalam sitoplasma akan disajikan oleh
yang sistem pertehanannya lemah sambil molekul MHC kelas I kepada sel T yang CD8+,
berkembang biak. Belum jelas mengapa M. yaitu sitotoksik/supresor.Limfosit Th-1
leprae yang ditangkap oleh monosit tersebut terbentuk apabila dalam proses stimulasi antigen
tidak terbunuh, mungkin lewat cara mimikri terdapat IL-12, IFN-gamma dan IL-18, yang
(menyamar) sehingga sel tidak mengenali berasal dari sel NK dan makrofag di dalam
musuh, atau bakteri mengeluarkan zat tertentu sistim imunitas alamiah (innate immunity).
yang melumpuhkan salah satu komponen sistem Kedua subset limfosit ini saling mempengaruhi
kekebalan. Salah satu jenis sel fagosit yang satu sama lain (down-regulating) dan selalu
menjadi sasaran adlah sel Schwann yang terletak berusaha mencapai keseimbangan. Apabila pada
di perineum saraf tepi. Sel ini digolongkan awal proses aktivasi terdapat IL-4 (kemungkinan
dalam “non professional phagocyte”, karena dibentuk oleh sel NK1.1 CD4+) maka Th-0 akan
tidak bisa mengekspresikan MHC class II di berubah menjadi Th-2. Selanjutnya Th-1 akan
permukan selnya, kecuali bila diaktifkan oleh mengaktifkan sistim imun seluler yang diatur
Interferon gamma (IFN γ). 3,9 lewat pengaruh sitokin IL-2, IFN-gamma dan
TNF-alfa, sedangkan Th-2 akan mengaktifkan
Keadaan ini menyebabkan terganggunya proses sistim imun humoral lewat mediator IL-4, I-6
penyajian antigen kepada limfosit T, sehingga dan IL-10.3,9
setelah menangkap M.Leprae sel itu tidak bisa
mengaktifkan limfosit dan sebaliknya limfosit Berdasarkan konsep Th-1 dan Th-2 tersebut,
tidak bisa mengirim sinyal (IFN γ) yang maka dalam respons imun terhadap kuman M.
dibutuhkan untuk sistem penghancuran kuman Leprae akan terjadi dua kutub, dimana pada satu
didalam sel. Maka sel Schwann ini menjadi pos sisi akan terlihat aktifitas imunitas humoral.
pertama dari basil kusta sebelum menginvasi Manifestasi klinik yang terlihat adalah kusta tipe
kekulit dan organ lain. Pada waktu sel Scwann Tuberkuloid dengan aktifitas Th-1 yang
yang tua mati dan pecah, M.Leprae yang menonjol dan tipe Lepromatosa dengan imunitas
berkembang biak didalam sel tersebut akan humoralnya yang dihasilkan oleh Th-2.Bentuk-
tersebar keluar dan akan ditangkap oleh sel bentuk peralihan (tipe Borderline) kemungkinan
fagosit lain. Fase selanjutnya adalah interaksi timbul dari perbedaan gradasi antara aktifitas
antara basil kusta dengan sistem pertahanan Th-1 dan aktifitas Th-2.Namun untuk
tubuh lapis kedua yang bersifat spesifik. 3,9 menjelaskan mengapa bisa terjadi pergeseran
diantara bentuk-bentuk yang tidak stabil
Imunitas yang didapat (acquired immunity) tersebut, tampaknya konsep diatas masih belum
Dalam sistim pertahanan lapis kedua, eliminasi bisa digunakan. 3,9
kuman dijalankan oleh sistim imun yang didapat
(Acquired Immunity) yang sifatnya spesifik dan
193
Jurnal Kedokteran Syiah Kuala 17 (3): 190-194, Desember 2017

Klasifikasi Daftar Pustaka


Perjalanan klinis kusta merupakan suatu proses 1. Jopling W.H. Hand Book of Leprosy .5 th ed New
yang lambat dan berjalan bertahun-tahun, Delhi:CBS. Published & Distributor; 2011. p.1-
sehingga penderita tidak menyadari adanya 53,92-100.
proses penyakit di dalam tubuhnya. Sebagian 2. Kementerian Kesehatan RI Direktorat Jenderal
Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan
besar penduduk di daerah endemik kusta pernah
Lingkungan, 2012. Pedoman Nasional Program
terinfeksi Mycobacterium leprae.Namun karena Pengendalian Penyakit Kusta.
adanya kekebalan alamiah, hanya sekitar 15% 3. Tomioka H. Immunology of Leprosy-Roles of
dari mereka menjadi sakit.Pada orang yang Cytokine in Host Defense Against leprosy Bacili.
kekebalan alamiahnya tidak berhasil membunuh In : Makino M,Matsuoka M, Goto M, Hatano K,
kuman yang masuk, terjadi perkembangbiakan editors. Leprosy. Science working toward dignity.
Mycobacterium leprae di dalam sel Schwan di Tokyo:Tokay Univesity press.2011.p.72-84.
perineurium. Proses ini berjalan sangat lambat 4. Suchonwanit P, Triamchaisri S, Wittayakornrerk
sebelum muncul gejala klinis yang S, Rattanakaemakom P. Leprosy Reaction in Thai
pertama.Setelah melewati masa inkubasi yang Population: A 20-year Retrospektive study.
cukup lama (sekitar 2-5 tahun) akan muncul Dermatology Research and Practice. 2015;p.1-5.
5. James W, Buerger T, Elston D, hansen’s Disease.
gejala awal penyakit yang bentuknya belum
In Andrew Disease of The Skin Clinical
khas, berupa bercak-bercak dengan sedikit Dermatology. 10th ed.: Sauders Elseviers; 2011.p.
gangguan sensasi pada kulit disertai dengan 334-44.
berkurangnya produksi keringat setempat. 7,8 6. Kamath S, Vaccaro S, Rea T, Octoa M.
Recognazing and managing the Immunologic
Keadaan ini disebut fase indeterminate dan Reactions in Leprosy. American Academy of
dianggap sebagai fase dimana kelainan yang Dermatology 2014. Apr, 3493);p.1-9.
terjadi masih belum dipengaruhi oleh kekebalan 7. Locwood D. Leprosy. In Burns T, Breachnach S,
tubuh. Meskipun tidak semua bentuk Cox N, Griffiths C, editor Rook’s Textbook of
indeterminateakan berlanjut menjadi kusta yang Dermatology.: Wiley-Blackwell;2016.p.32.1-29.
8. Kar H. Gupta R. Treatment of Leprosy. Clinics in
manifes, dalam beberapa tahun setelah kelainan Dermatolgy. 2015;33:p.55-65.
itu ditemukan biasanya akan muncul gejala 9. Aline AF, Emerith MH, Mauricio BC, Analucia
klinis yang karakteristik. Kelainan yang khas ini OMS, Mirian LOC. Application of
bervariasi, bisa pada kulit, saraf tepi maupun Mycobacterium Leprae-Specific Celluler and
organ-organ lainnya.Bentuk kelainan yang Serological tests for The Differencial Diagnosis
terjadi tergantung tipe kusta yang terjadi dan of Leprosy from Comfounding Dermatoses. In
berkaitan erat dengan status imun penderita.Di Diagnostic Mycrobiology and Infectious
samping itu terdapat keadaan yang dikenal disease.Sauders Elseviers;2016.p.7-24.
sebagai kusta stadium subklinis.Kusta stadium
subklinis adalah keadaan di mana kuman telah
masuk ke dalam tubuh yang ditandai dengan
pemeriksaan serologis yang positif namun
individu tersebut tidak menunjukkan gejala
klinis, KSS dapat menjadikusta manifestas dan
berpotensi menjadi sumber transmisi. 7,8

Kesimpulan
Respon yang terjadi akibat infeksi
Mycobacterium leprae dapat sangat berbeda,
keadaan ini terjadi di bawah kontrol secara
genetika. Faktor genetik yang berperan salah
satunya berada di bawah sistem Human
Leucocyte Antigen (HLA). HLA adalah suatu
antigen dipermukaan sel yang merupakan hasil
produk yang dicetak biru oleh gen yang terletak
di kromosom 6 manusia.

194

Anda mungkin juga menyukai