Anda di halaman 1dari 2

John Ronald Reuel Tolkien

John Ronald Reuel Tolkien, dikenal dengan JRR Tolkien, merupakan penulis dan profesor
asal Inggris. Dia dikenal akan novel fantasi yang sangat terkenal seperti The Hobbit, trilogi The Lord
of the Rings, maupun The Silmarillion. Dia sempat mengabdi bagi angkatan bersenjata Kerajaan
Inggris saat Perang Dunia I pecah dengan pangkat Letnan.

1. Masa Kecil

Tolkien lahir pada 3 Januari 1892 di Bloemfontein, Afrika Selatan dari pasangan Arthur Reuel
Tokoh dan Mabel Suffield. Pada usia tiga tahun, Arthur Tolkien meninggal akibat demam rematik
(RF), yang membuat istrinya membawa dua putranya kembali ke Inggris. Di sana, Tolkien, ibunya,
dan adiknya Hilary tinggal bersama kakek neneknya di Kings Heath Birmingham. Setelah itu di 1896,
mereka berpindah ke Sarehole, kemudian ke desa Worcestershire, sebelum kembali lagi ke
Birmingham. Tolkien dan Hilary mendapat pendidikan langsung dari ibunya. Mabel mengajarkan
botani serta bahasa Latin.

Di usia empat tahun, dia sudah bisa membaca dan kemudian menulis, yang membuat ibunya
mengizinkannya membaca banyak buku. Tolkien kecil sangat menyukai Red Indians serta novel
fantasi karya George MacDonald, dan Fairy Books Andrew Lang yang kemudian memengaruhi
karyanya. Pada 1904. Tolkien masuk ke Sekolah King Edward Birmingham, dan Sekolah St Phillip.
Dia sempat masuk ke Resimen Mahasiswa, dan membantu mengamankan penobatan Raja George V
di 1910.

2. Perang Dunia I

Pada Agustus 1914, Inggris terlibat dalam perang. Namun, Tolkien memilih untuk tidak
segera mengajukan diri ke militer. Dia memilih untuk menyelesaikan pendidikannya hingga lulus di
Juli 1915. Setelah itu dia ditempatkan di resimen infantri Lancashire Fusiliers dengan pangkat Letnan
Dua. Dia berlatih bersama Batalion 13 Cannock Chase, Staffordshire, selama 11 bulan. 2 Juni 1916,
Tolkien menerima telegram penempatannya di Perancis. Tolkien masuk ke Somme awal Juli 1916,
dan terlibat Pertempuan Somme. 27 Oktober 1916, dia terkena demam Trench ketika batalionnya
bersiap menyerang Parit Regina. Sepanjang pertempuran, dia harus bolak-balik antara rumah sakit
dan garnisun, dan dinyatakan tidak fit untuk mengabdi.

3. Karir Menulis

Di 3 November 1920, Tolkien dibebastugaskan dari militer dengan pangkat Letnan. Pekerjaan
pertama sebagai rakyat sipil adalah Kamus Inggris Oxford. Di sana, dia bekerja di bagian sejarah dan
etimologi kata dengan asal usul Jerman, dimulai dari huruf W. Di tahun yang sama, Tolkien
bergabung bersama jurusan Bahasa Inggris Universitas Leeds dengan jabatan Reader atau akademisi
senior. Beberapa tahun kemudian, dia menjadi profesor di Universitas Oxford. Di sana, dia
membentuk grup menulis bernama The Inklings. Dalam anggota kelompok tersebut, terdapat CS
Lewis, novelis yang bakal terkenal karena karyanya Chronicles of Narnia, dan Owen Barfield. Ketika
di Oxford mengerjakan sebuah makalah, secara spontan Tolkien menulis sebuah cerita pendek
berjudul The Hobbit.

4. Lahirnya Mahakarya: Hobbit dan The Lord of the Rings

Kisah mengenai petualangan hobbit bernama Bilbo Baggins pertama kali dipublikasikan pada
1937, dan dikategorikan sebagai buku anak-anak. Tolkien sempat mengutarakan bahwa dia tidak
bermaksud menjadikan Hobbit sebagai buku bagi anak-anak. Dia kemudian membuat 100 gambar
untuk memperkuat narasinya. Beberapa tahun kemudian ketika mengerjakan makalah ilmiah, Tolkien
menelurkan novel terbaiknya, The Lord of the Rings. Bagian pertama dari trilogi tersebut, The
Fellowship of the Rings, dirilis pada 1954, The Two Towers dan The Return of the Kings
dipublikasikan pada 1955. Trilogi itu terinspirasi dari mitos Eropa kuno yang menampilkan peta,
pengetahuan, hingga bahasa baru. Buku tersebut memberi pembaca sebuah dunia yang kaya akan peri,
goblin, pohon berjalan, hingga penyihir seperti Gandalf. Meski The Rings awalnya menuai kritik,
banyak orang di dunia mulai menyelami buku Tolkien melalui perkumpulan yang mempelajari bahasa
dalam karakter buku itu.

5. Masa Tua dan Kematian

Tolkien memutuskan pensiun pada 1959. Di masa tuanya, dia mulai mendapat perhatian publik
dan ketenaran. Bahkan di 1961, Lewis menominasikannya untuk Penghargaan Nobel Sastra.
Penjualan bukunya begitu deras yang membuat Tolkien menyesal mengapa dia tidak memilih untuk
pensiun lebih awal. Awalnya, dia merasa senang untuk menjawab seluruh pertanyaan yang diajukan
penggemarnya. Namun, lama kelamaan dia menjadi jenuh dengan popularitas yang diraih. Di 1972,
dia menulis sebuat surat di mana dia menyesal menjadi figur budaya, dan mengubah nomor
teleponnya, serta pindah ke Bournemouth. Pada 2 September 1973, Tolkien meninggal di usia 81
tahun akibat pendarahan lambung dan infeksi di dada. Sebelumnya sang istri, Edith, meninggal 29
November 1971. Dia dikuburkan bersama istrinya di Pemakaman Wolvercote, Oxford. Di batu nisan
mereka, tertulis Luthien untuk Edith, dan Beren bagi Tolkien. Dua nama tersebut diambil dari
karakter novel The Silmarillion

Anda mungkin juga menyukai