Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

KALA 2 (PERSALINAN)

Disusun Oleh :

Ahmad Khusni Mubarak


Bachtiar Restu Wijaya
Krisna Gilang Permana
Aditya Wahyu Kurniawan
Rizkia Halimatusyadiyah
Erna Sari
Sulis Setyoningsih

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES AL-IRSYAD AL-ISLAMIYAH CILACAP
TAHUN AJARAN 2019/2020

I. KONSEP DASAR
A. PENGERTIAN
Persalinan adalah suatu proses dimana fetus dan plasenta keluar dari uterus,
ditandai dengan peningkatan aktifitas myometrium (frekuensi dan intensitas
kontraksi) yang menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks serta keluarnya
lendir darah (“show”) dari vagina. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses
pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu),
lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam,
tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin. (Prawirohardjo, 2001)
Menurut WHO persalinan normal adalah : persalinan yang dimulai secara
spontan, beresiko rendah pada awal persalinan dan tetap demikian selama proses
persalinan. Dari seluruh persalinan, didapatkan lebih dari 80% proses persalinan
berjalan normal dan sekitar 15-20% terjadi komplikasi persalinan. UNICEF dan
WHO menyatakan bahwa hanya 5% - 10% saja yang membutuhkan seksio
sesarea. Namun kenyataannya menurut sensus survey demografi dan kesehatan
Indonesia (SDKI) tahun 2007 bahwa kematian ibu penyebab utama adalah
komplikasi karena partus lama. Insiden ini menyebabkan persalinan sering
berlangsung ditengah proses persalinan dengan tindakan.

B. ETIOLOGI
Sebab-sebab terjadinya persalinan sampai saat ini belum diketahui secara
pasti, kemungkinan adanya banyak faktor yang saling berkaitan, sehingga
pemicu persalinan menjadi multifaktor. Beberapa teori yang kompleks yang
dianggap berpengaruh terhadap kejadian persalinan, yaitu faktor hormon, fetus,
plasenta, struktur uterus, sirkulasi uterus, pengaruh tekanan pada saraf dan
nutrisi.

C. TANDA DAN GEJALA PERSALINAN


1. Gejala awal
a. Lightening/drapping
Proses terjadinya penurunan bagian kepala janin memasuki pintu
bawah panggul. Lightening terjadi beberapa minggu atau beberapa jam
sebelum persalinan. Penurunan kepala janin biasanya bervariasi
waktunya pada primigravida maupun multigravida. Pada primigravida
penurunan kepala berlangsung pada usia kehamilan 36 minggu dan pada
multigravida berlangsung pada usia kehamilan 38 minggu. Proses
lightening dipengaruhi oleh adanya peregangan pada jaringan otot dan
bagian persendian tulang pelvis, diameter pelvis anterior-posterior
sedikit bertambah luas.
b. Perubahan bentuk perut
Penurunan kepala, berdampak terhadap fundus uteri. Fundus uteri
turun dan perut tampak melebar ke samping.
c. Perubahan pola berkemih
Terjadi lightening yakni penurunan kepala ke dalam rongga
panggul akan menekan kandung kemih yang ada di bagian anterior
panggul. Kondisi ini membuat ibu sering mengalami frekuensi berkemih
yang berlebihan dan hampir tidak dapat menahan kontraksi untuk
berkemih.
d. Braxton hicks
Braxton hicks diawal kehamilan telah ada, namun semakin usia
kehamilan matur intensitas braxton hicks semakin kuat dan tidak
menimbulkan nyeri. Kondisi ini dipengaruhi adanya penekanan kepala
janin di daerah lumbal dan thorakal pada saat kepala janin memasuki
rongga panggul. Faktor lain yakni pengaruh hormon estrogen dan
progesterone yang berkurang diakhir kehamilan sehingga memicu
sekresi oksitosis dari posterior hipofisis. Dengan demikian kontraksi
uterus akan muncul yang diawali dengan braxton hicks. Sehingga
braxton hicks sering disebut dengan gejala false labor.
e. Pengeluaran mucus vagina
Sekresi serviks meningkat yang dikeluarkan lewat vagina.
Konsentrasinya pada awalnya kental dan berangsur-angsur seperti
lender. Dengan demikian serviks mulai mengalami pendataran
(effacement) dan terjadi pengeluaran plug mucus. Plug mucus adalah
yang menutupi kanalis servikalis dan sering bercampur dengan darah
(blood sleem).
2. Gejala Inpartu
Beberapa minggu menjelang persalinan, intensitas braxton hicks
contraction semakin meningkat. Pada masa-masa itu terjadi pembentukan
segmen bawah uterus untuk mengakomodasi bagian terbawah janin. Proses
dilatasi dan pendataran seringkali terjadi sebelum persalinan terutama pada
multipara. Pada multipara, tanda show jarang terlihat dan untuk menetapkan
awal persalinan seringkali diperlukan waktu yang agak lama.
a. Kontraksi uterus
Kontraksi berlangsung teratur, intensitas semakin kuat, durasinya
semakin lama dan semakin sering. Kontraksi ini membuat miometrium
meregang sehingga membuat ibu merasa tidak nyaman. Munculnya
kontraksi dalam 10 menit pada awalnya 2 kali dalam yakni 5 menit
sekali.
b. Pengeluaran
Mucus serviks yang keluar semakin sering, konsistensi encer dan
bercampur dengan darah.
c. Kadang disertai adanya ketuban pecah dini. Kondisi ini berlangsung bila
ada masalah pada selaput amnion. Dalam hal ini bukan merupakan
gejala persalinan normal.
d. Pada saat pemeriksaan dalam/vaginal touché, serviks sudah mengalami
effacement (pendataran) dan dilatasi (pembukaan).
D. PATOFISIOLOGI
1. Kala dua (pengeluaran bayi)
Kala dua persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap
(10 cm) dan berakhir dengan kelahiran bayi. Kala dua disebut juga dengan
kala pengeluaran bayi. Tanda dan gejala kala dua adalah:
a. Ibu merasa ingin meneran bersama dengan terjadinya kontraksi.
b. Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum dan/atau
vaginanya.
c. Perineum menonjol.
d. Vulva-vagina dan spingter ani membuka.
e. Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah.

Pada kala dua persalinan his atau kontraksi yang semakin kuat dan
teratur. Umumnya ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap
dengan diikuti keinginan meneran. Kedua kekuatan, his dan keinginan untuk
meneran akan mendorong bayi keluar. Kala dua berlangsung hingga 2 jam
pada primipara dan 1 jam pada multipara.

Pada kala dua, penurunan bagian terendah janin hingga masuk ke


ruang panggul sehingga menekan otot-otot dasar panggul yang secara
reflektoris menimbulkan rasa ingin meneran, karena adanya penekanan pada
rektum sehingga ibu merasa seperti mau buang air besar yang ditandai
dengan anus membuka. Saat adanya his bagian terendah janin akan semakin
terdorong keluar sehingga kepala mulai terlihat, vulva membuka dan
perineum menonjol.
E. PATHWAY

Kala II

Kontraksi uterus Kelelahan Pada ibu pada kala I

Dorongan fetus ke Dorong kuat pada janin ke


uterus dan serviks arah serviks dan perinium Upaya meneran lemah dan
terputus putus

regangan pada uterus dan Terjadi peregangan yang


serviks sangat besar di daerah serviks Tahanan serviks terhadap janin
& perinium

Perangansangan
reseptor nyeri pada Resiko Kerusakan Integritas Janin terjepit di jalan lahir
uterus dan serviks Kulit (Ibu)

Risiko Cidera Janin


Nyeri
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan darah lengkap
a. Hb normal = 11,4 – 15,1 gr/dl
b. Golongan darah = A, B, AB, & O
c. Faktor RH = +/-
d. Waktu pembekuan
e. Protein urine
f. Urine reduksi
2. Ultrasonografi
Ultrasonografi dapat mengidentifikasi kehamilan ganda, animaly janin,
atau melokalisai kantong amnion pada amniosintesis.
3. Amniosintesis
Guna mengidentifikasi secara dini adanya kelainan kongenital yang
dialami oleh janin sehingga dapat ditentukan tindakan untuk terminasi
kehamilan atau melanjutkan kehamilan.
4. Amnioskopi
Guna membantu menseleksi kasus secara cermat untuk dilakukan
induksi persalinan bila pada kehamilan ditemukan risiko janin.

G. KOMPLIKASI
Efek yang diakibatkan oleh partus lama bias mengenai ibu maupun janin
diantaranya:
1. Infeksi Intrapartum
Infeksi merupakan bahaya serius yang mengancam ibu dan janinya pada

partus lama, terutama bila disertai pecahnya ketuban. Bakteri didalam cairan

amnion menembus amnion dan desisdua serta pembuluh korion sehingga

terjadi bakterimia, sepsis dan pneumonia pada janin akibat aspirasi cairan

amnion yang terinfeksi.


2. Ruptur uteri
Penipisan abnormal segmen bawah uterus menimbulkan bahaya serius selama

partus lama, terutama pada wanita dengan paritas tinggi dan pada mereka

yang dengan riwayat seksio sesarea. Apabila disproporsi antara kepala janin

dan panggul sedemikian besar sehingga kepala tidak engaged dan tidak terjadi
penurunan, sehingga segmen bawah uterus menjadi sangat teregang yang

kemudian dapat menyebabkan rupture.


3. Cincin retraksi patologis
Pada partus lama dapat timbul konstriksi atau cincin local uterus, tipe yang

paling sering adalah cincin retraksi patologis Bandl. Cincin ini disertai

peregangan dan penipisan berlebihan segmen bawah uterus, cincin ini sebagai

sustu identasi abdomen dan menandakan ancaman akan rupturnya segmen

bawah uterus.
4. Pembentukan fistula
Apabila bagian terbawah janin menekan ke pintu atas panggul tetapi tidak

maju untuk jangka waktu lama, maka bagian jalan lahir yang terletak

diantaranya akan mengalami tekanan yang berlebihan. Karena gangguan

sirkulasi sehingga dapat terjadi nekrosis yang akan jelas dalam beberapa hari

setelah melahirkan dengan munculnya fistula.


5. Cedera otot dasar panggul
Cedera otot-otot dasar panggul, persarafan, atau fasia penghubunganya

merupakan konsekuensi yang tidak terelakanpada persalinan pervaginum

terutama apabila persalinanya sulit.


6. Efek pada janin berupa kaput suksedaneum, moulase kepala janin, bila

berlanjut dapat menyebabkan terjadinya gawat janin.

H. PENATALAKSANAAN
1. Medis
a. Memberikan rehidrasi pada ibu
b. Berikan antibiotika
c. Rujukan segera
d. Bayi harus dilahirkan
e. Selalu bertindak aseptic
(Sarwono, 2012).
2. Keperawatan
Persalinan kala II ditegakan dengan melakukan pemeriksaan dalam untuk
memastikan pembukaan sudah lengkap atau kepala janin sudah tampak di
vulva dengan diameter 5-6 cm.
a. Memberikan dukungan terus-menerus kepada ibu dengan: mendampingi

ibu agar merasa nyaman, menawarkan minum, mengipasi dan memijat

ibu
b. Menjaga kebersihan diri
c. Memassage untuk menambah kenyamanan bagi ibu
d. Memberikan dukungan mental untuk mengurangi kecemasan atau

ketakutan ibu
e. Mengatur posisi ibu
f. Menjaga kandung kemih tetap kosong
g. Ibu dibimbing untuk mengedan selama his, anjurkan kepada ibu untuk

mengambil nafas
h. Periksa DJJ pada saat kontraksi dan setelah setiap kontraksi untuk

memastikan janin tidak mengalami bradikardi (< 120)


II. KONSEP KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Aktivitas Istirahat
a. Kelelahan
b. Ketidaknyamanan melakukan dorongan sendiri/tehnik relaksasi
c. Latargi
d. Lingkaran hitam di bawah mata
2. Sirkulasi : Td dapat meningkat 5-10 mmHg diantara kontraksi
3. Integritas ego : dapat merasa kehilangan kontrol
4. Eliminasi
a. Keinginan untuk defekasi atau mendorong involunter pada kontraksi
disertai dengan tekanan intra abdomen dan tekanan uterus
b. Dapat mengalami rabas fekal saat mengejan
c. Distensi kandung kemih mungkin ada, urine harus dikeluarkan selama
upaya mendorong
5. Nyeri/ketidaknyamanan
a. Merintih/meringis selama kontraksi
b. Amnesia dan diantara kontraksi mungkin terlihat
c. Rasa terbakar/meregang di perineum
d. Kaki gemetar selama upaya mendrong
6. Pernapasan : frekuensi napas meningkat
7. Keamanan
a. Diaporesis
b. Bradikardi janin dapat terjadi selama kontraksi
8. Seksualitas
a. Serviks dilatasi penuh dan penonjolan 100%
b. Peningkatan perdarahan pervaginam
c. Penonjolan rektum dengan turunya janin
d. Membran dapat ruptur jika masih utuh
e. Peningkatan pengeluaran cairan amnion selama kontraksi
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan tekanan mekanik pada bagian presentasi,
dilatasi/peregangan jaringan, kompresi saraf, pola kontraksi semakin intensif
2. Perubahan curah jantung berhubungan dengan fluktuasi pada aliran balik
vena, perubahan pada tahanan vaskular sistemik
3. Kerusakan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan pencetusan pesalinan,
pola kontraksi hipertonik, janin besar, pemakaian forsep
C. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
No. Dx Keperawatan NOC NIC Paraf
1 Nyeri akut b.d peningkatan TIK Setelah dilakukan tindakan NIC : Pain Management
keperawatan selama 3x24 jam 1. Lakukan pengkajian secara
Definisi : Pengalaman sensori diharapkan masalah keperawatan menyeluruh tentang nyeri termasuk
dan emosional yang tidak nyeri akut dapat dikontrol dengan : lokasi, karakteristik, durasi,
menyenangkan yang muncul frekuensi, kualitas, intensitas dan
akibat kerusakan jaringan yang faktor predisposisi nyeri
2. Observasi respon non verbal dari
aktual atau potensial atau NOC : Pain level
ketidaknyamanan
digambarkan dalam hal Comfort level
3. Pastikan pasien mendapat analgesic
kerusakan sedemikian rupa Pain control
yang tepat
(International Association For 4. Ajarkan keluarga managemen nyeri
The Study Of Pain) : awitan yang Kriteria hasil : teknik eflurage, counter pressure
tiba-tiba atau lambat dari 1. Mampu mengontrol nyeri dan abdominal lifting
5. Tentukan dampak nyeri terhadap
intensitas ringan hingga berat (misalnya tahu penyebab nyeri,
kualitas hidup, misalnya tidur,
dengan akhir yang dapat mampu menggunakan teknik
aktivitas, dll
diantisipasi atau diprediksi dan non farmakologi, teknik
6. Kaji pasien dan keluarga untuk
berlangsung < 6 bulan. mengurangi nyeri, mencari
mencari dan menyediakan
bantuan)
pendukung
2. Melaporkan bahwa nyeri
Batasan karakteristik : 7. Kontrol faktor lingkungan yang
1. Perubahan selera makan berkurang dengan menggunakan mempengaruhi ketidaknyamanan,
2. Perubahan tekanan darah
manajemen nyeri misalnya temperatur ruangan dan
3. Peubahan frekuensi jantung
3. Mampu mengenali nyeri (skala,
4. Perubahan frekuensi cahaya
intensitas,frekuensi dan tanda
pernapasan
5. Laporan isyarat nyeri)
Analgesic Administration
6. Diaforesis 4. Menyatakan rasa nyaman
7. Perilaku distraksi (misalnya 1. Tentukan lokasi, karakteristik,
setelah nyeri berkurang
berjalanan mondar mandir kualitas, dan derajat nyeri sebelum
mencari orang lain dan atau pemberian obat
2. Cek instriksi dokter tentang jenis
aktivitas lain, aktivitas yang
obat, jenis dan frekuensi
berulang)
3. Cek riwayat alergi
8. Mengekspresikan perilaku
4. Pilih analgesic yang diperlukan atau
(misalnya gelisah, merengek,
kombinasi dari analgesic ketika
menangis)
pemberian lebih dari Satu
9. Masker wajah (misalnya mata
5. Tentukan pilihan analgesic
kurang bercahaya, tampak
tergantung tipe dan beratnya nyeri
kacau, gerakan mata 6. Tentukan analgesic pilihan, rute
berpencar atau tetap pada satu pemberian, dan dosis optimal
7. Pilih rute pemberian secara IV, IM
fokus meringis)
10.Sikap melindungi area nyeri untuk pengobatan nyeri secara
11. Fokus menyempit (misalnya
teratur.
gangguan persepsi nyeri, 8. Monitor vital sign sebelum dan
hambatan proses berpikir, sesudah pemberian analgesic
penurunan interaksi dengan pertama kali
9. Berikan analgesic tepat waktu
orang dan lingkungan)
12.Indikasi nyeri yang dapat terutama pada saat nyeri hebat
10. Evaluasi efektivitas analgesic,
diamati
13.Perubahan posisi untuk tanda dan gejala
menghindari nyeri
14.Sikap tubuh melindungi
15.Dilatasi pupil
16.Melaporkan nyeri secara
verbal
17.Gangguan tidur

Faktor yang berhubungan :


Agens cedera (biologis, kimia,
fisik, psikologis)
2 Perubahan curah jantung Setelah dilakukan tindakan NIC: Cardiac Care
berhubungan dengan fluktuasi keperawatan selama 3x24 jam 1. Evaluasi adanya nyeri dada
pada aliran balik vena, perubahan diharapkan masalah keperawatan (intensitas, lokasi, durasi)
pada tahanan vaskular sistemik penurunan curah jantung dapat 2. Catat adanya disritmia jantung
diatasi dengan : 3. Catat adanya tanda dan gejala
Definisi : Ketidakadekuatan
penurunan cardiac output
darah yang dipompa oleh jantung NOC :Cardiac Pump 4. Monitor status kardiovaskuler
untuk memenuhi kebutuhan Effectiveness 5. Monitor status pernafasan yang
metabolik tubuh Circultion status menandakan gagal jantung
Vital sign status 6. Monitor abdomen sebagai indikator
Batasan karakteristik :
1. Perubahan frekuensi atau penurunan perfusi
irama jantung Kriteria Hasil : 7. Monitor balance cairan
a. Aritmia
1. Tanda vital dalam rentang 8. Monitor adanya perubahan tekanan
b. Takikardi, brakikardi
c. Perubahan EKG normal (tekanan darah, darah
d. Palpitasi
respirasi, nadi) 9. Moniotor respon pasien terhadap
2. Perubahan preload
a. Penurunan tekanan vena 2. Dapat mentoleransi aktivitas, afek pengobatan antiaritmia
central (central venous tidak ada kelelahan 10. Atur periode latihan dan istirahat
pressure, CVP) 3. Tidak ada edema paru, perifer untuk menghindari kelelahan
b. Penurunan tekanan arteri
dan tidak ada asites 11. Monitor toleransi aktivitas pasien
paru (pulmonary artery
4. Tidak ada penurunan kesadaran 12. Monitor adanya dispnea, fatigue,
wedge pressure, PAWP)
takipneu dan ortopneu
c. Edema, keletihan
d. Peningkatan CVP 13. Anjurkan untuk menurunkan stres
e. Peningkatan PAWP
f. Distensi vena jugular
g. Murmur Vital Sign Monitoring
h. Peningkatan berat badan
1. Monitor TD, nadi, suhu dan RR
3. Perubahan afterload
a. Kulit lembab 2. Catat adanya fluktuasi tekanan
b. Penurunan nadi perifer darah
c. Penurunan resistensi
3. Monitor VS saat pasien berbaring,
vascular paru (pulmonary
duduk atau berdiri
vascular resistance, PVR)
4. Auskultasi TD pada kedua lengan
d. Dispnea
e. Peningkatan PVR dan bandingkan
f. Peningkatan SVR
5. Monitor TD, nadi, RR
g. Olguria
h. Penngisian kapiler (sebelum,selama,sesudah
memanjang beraktivitas)
i. Perubahan warna kulit
6. Monitor kualitas dari nadi
j. Variasi pada pembacaan
7. Monitor adanya pulsus paradoksus
tekanan darah
4. Perubahan kontraktilitas 8. Monitor adanya pulsus alterans
a. Batuk, crackes
9. Monitor jumlah dan irama jantung
b. Penurunan indeks jantung
c. Penurunan fleksi ejeksi 10. Monitor bunyi jantung
d. Ortopnea
11. Monitor frekuensi dan irama
e. Dispnea proksimal
pernafasan
nokturnal
f. Penurunan LVSW (left 12. Monitor suara paru
ventricular stroke work 13. Monitor pola pernafasan abnormal
index) 14. Monitor suhu, warna dan
g. Penurunan stroke volume
kelembapan kulit
index (SVI)
15. Monitor sianosis perifer
h. Bunyi S3, bunyi S4 16. Identifikasi faktor penyebab
peubahan vital sign
Faktor yang berhubungan :
1. Perubahan affterload
2. Perubahan kontraktilitas
3. Perubahan frekuensi jantung
4. Perubahan preload
5. Perubahan irama
6. Perubahan volume sekuncup

3 Kerusakan integritas Setelah dilakukan tindakan NIC: Pressure Management


kulit/jaringan berhubungan keperawatan selama 3x24 jam 1. Anjurkan pasien menggunakan
dengan pencetusan pesalinan, diharapkan masalah keperawatan pakaian longgar
pola kontraksi hipertonik, janin kerusakan integritas kulit/jaringan 2. Hindari kerutan pada tempat tidur
besar, pemakaian forsep dapat dkontrol dengan: 3. Jaga kebersihan kulit agar tetap
bersih dan kering
Definisi: Perubahan atau
NOC : Tissue Integrity :Skin and 4. Monitor aktivitas dan mobilisasi
gangguan epidermis dan atau
Mucous Membranes pasien
dermis
Hemodyalis akses 5. Memandikan paien dengan air
Batasan karakteristik :
hangat
1. Kerusakan lapisan kulit
Kriteria hasil: 6. Monitor status nutrisi pasien
(dermis)
2. Gangguan permukaan kulit 1. Integritas kulit yang bai bisa 7. Monitor adanya kulit yang
(epidermis) dipertahankan kemerahan
3. Invasi struktur tubuh (sensasi,elastisitas,temperatur, Insision Site Care
hidrasi, pigmentasi) 1. Membersihkan, memantau, dan
Faktor yang berhubungan
1. Eksternal 2. Tidak ada lesi pada kulit meningkatkan proses
a. Zat kimia, radiasi
3. Perfusi jaringan baik penyembuhan pada luka yang
b. Usia yang ektrim
c. Kelembapan 4. Menujukkan pemahaman dalam ditutup dengan jahitan, klip atau
d. Hipertermia, hipotermia
proses perbaikan kulit dan steples
e. Lembab
f. Medikasi mencegah terjadinya cedera 2. Monitor kesembuhan area insisi
g. Imobilisasi fisik
berulang 3. Monitor tanda gejala infeksipada
2. Internal
a. Perubahan status cairan 5. Mampu melindungi kulit dan area insisi
b. Perubahan pigmentasi
mempertahankan kelembapan 4. Ganti balutan pada interval waktu
c. Perubahan turgor
d. Faktor perkembangan kulit dan perawatan alami yang sesuai,biarkan luka tetap
e. Penurunan imunologis
terbuka (tidak dibalut) sesuai
f. Gangguan sensasi
g. Kondisi gangguan program
metabolik 5. Gunakan preparat antiseptik sesuai
program
DAFTAR PUSTAKA

Bobak. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC

Johnson , Joyce Y. 2014. Keperawatan Maternitas. Diterjemahkan oleh: Diana

Kurnia S. Yogyakarta: Rapha Publishing.

Manurung, Suryani. 2011. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Asuhan Keperawatan

INTRANATAL. Jakarta: Trans Info Media

Martin, Reeder dkk. 2011. Keperawatan Maternal Kesehatan Wanita, Bayi dan

Keluarga. Vol I. Edisi 18. EGC: Jakarta

Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika

Prawirohardjo, S. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan

Neonatal. Jakarta: Bina Pustaka FKUI

Anda mungkin juga menyukai