a) Bagi Bayi
1) Risiko kematian yang lebih besar (bayi yang tidak diberi ASI
14 kali lebih besar kemungkinannya meninggal dibandingkan
bayi yang disusui secara eksklusif pada enam bulan pertama).
2) Susu Formula tidak memiliki antibodi untuk melindungi bayi
dari sakit: badan ibu membuat ASI dengan antibodi yang
melindungi bayi dari penyakit tertentu dalam lingkungan ibu/
anak.
3) Tidak menerima zat antibodi pertama mereka dari kolostrum.
4) Susu Formula sulit diserap usus bayi- susu formula sama sekali
bukan makanan sempurna bagi bayi.
5) Sering mengalami diare, lebih sering sakit, dan lebih parah
sakitnya. (anak usia kurang dari enam bulan yang diberi
makanan campuran- mendapatkan makanan, susu formula dan
air terkontaminasi, berisiko lebih tinggi terkena diare).
6) Infeksi saluran pernafasan yang lebih sering.
7) Risiko kekurangan gizi yang lebih besar, khususnya bagi bayi
usia muda;
8) Lebih besar kemungkinan mengalami kurang gizi:
9) Tumbuh kembang tidak optimum: gangguan pertumbuhan,
berat badan kurang, tubuh pendek (stunting), kurus (wasting)
karena penyakit menular seperti diare atau pnumonia
10) Keterikatan yang kurang kuat antara ibu dan bayi; tidak merasa
aman;
11) Lebih besar kemungkinan kelebihan berat badan
12) Lebih besar risiko terkena penyakit jantung, diabetes, kanker,
asma, gigi keropos, dll pada usia lanjut.
b) Bagi Ibu:
1) Ibu menjadi berisiko lebih mudah hamil
2) Meningkatnya risiko anemia bila pemberian ASI tidak dimulai
sejak dini (lebih banyak pendarahan setelah persalinan)
3) Mengganggu ikatan/bonding dengan bayinya
4) Meningkatnya depresi paska persalinan
5) Kejadian kanker rahim dan kanker payudara lebih rendah pada
ibu menyusui.
F. Pengetahuan
1. Pengertian
6. Evaluasi (Evaluation)
a) Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang pada orang
lain terhadap sesuatu hal agar mereka dapat memahami. Tidak dapat
dipungkiri bahwa makin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah pula
mereka menerima informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula
pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya jika seseorang tingkat
pendidikannya rendah, akan menghambat perkembangan seseorang
terhadap penerimaan, informasi dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan
(Wahit, 2007: 30). Pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang
makin mudah menerima informasi. Pengetahuan seseorang bukan hanya
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, karena pengetahuan tidak hanya
didapat dari bangku sekolah, namun pengetahuan lebih banyak diperoleh
dari pengalaman hidup. Orang yang berpendidikan lebih tinggi punya
kesempatan yang luas untuk terpapar berbagai informasi dan akan menjadi
lebih berpengetahuan baik dibandingkan dengan meraka yang tidak
berpendidikan tinggi. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka
semakin tinggi pula intelektualnya. Maka dapat disimpulkan, Ibu yang
berpendidikan lebih tinggi lebih banyak mendapat informasi seperti
tentang PMBA dibandingkan dengan Ibu yang berpendidikan rendah.
dikarenakan lingkungan pendidikan dan tingkat pendidikannya berbeda
dari ibu yang berpendidikan lebih rendah. Ibu yang memiliki pendidikan
lebih tinggi mempunyai kesadaran yang tinggi pula akan kesehatan
khususnya di lingkungan keluarga. Serta informasi yang didapat lebih
cepat diserap/dipahami dan lebih aktif dalam kegiatan-kegiatan
penyuluhan kesehatan dibandingkan dengan Ibu yang berpendidikan
rendah. Kriteria pendidikan yaitu:
1) Sekolah Dasar (SD)
2) Sekolah Menengah Pertama (SMP)
3) Sekolah Menengah Atas (SMA)
4) Akademi/Perguruan Tinggi (PT)
b) Pekerjaan
Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh
pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun secara tidak
langsung (Wahit, 2007: 30). Ibu yang sehari-harinya hanya sebagai IRT
cenderung memiliki rendahnya pengetahuan terutama tentang PMBA,
sedangkan ibu yang bekerja diluar misalnya bekerja dikantor akan
memiliki pengetahuan yang lebih tinggi yang bisa didapatkan dari
lingkungan sekitar tempat bekerja. Adapun contoh beberapa pekerjaan,
yaitu:
1) Pegawai Negeri Sipil
2) Swasta
3) Ibu Rumah Tangga (IRT) (Ariani, 2014: 25).
c) Umur
Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada
aspek fisik dan psikologis (mental). Pertumbuhan pada fisik secara garis
besar ada empat kategori perubahan pertama, perubahan ukuran, kedua,
perubahan proporsi, ketiga, hilangnya ciri-ciri lama, keempat, timbulnya
ciri-ciri baru. Ini terjadi akibat pematangan fungsi organ. Pada aspek
psikologis atau mental taraf berpikir seseorang semakin matang dan
dewasa (Wahit, 2007:30). Umur ibu sangat menetukan kesehatan maternal
karena berkaitan dengan kondisi kehamilan, persalinan, dan nifas, serta
cara mengasuh juga menyusui bayinya. Ibu yang berumur kurang dari 20
tahun masih belum matang dan belum siap secara jasmani dan sosial
dalam menghadapi kehamilan, persalinan, serta dalam membina bayi
setelah dilahirkan (Arini H, 2012) sedangkan ibu yang berumur 20-35
tahun, menurut (Arini H, 2012) disebut sebagai “masa dewasa” dan
disebut juga masa reproduksi, dimana pada masa ini diharapkan orang
telah mampu untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dengan
tenang secara emosional, terutama dalam menghadapi kehamilan,
persalinan, nifas, dan merawat bayinya nanti. Adapun berbagai jenis
pembagian golongan umur, yaitu:
1) < 20 Tahun
2) 20-35 Tahun
3) > 35 Tahun
d) Sumber Informasi
Kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat membantu
mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru
(Wahit, 2007:30). Adapun berbagai sumber informasi, yaitu:
1) Petugas kesehatan
2) Koran, majalah
3) Keluarga
4) Televisi, radio
G. Konsep Perilaku
1. Definisi Perilaku
a) Faktor predisposisi
Faktor predisposisi adalah faktor yang melatarbelakangi perubahan perilaku
yang menyediakan pemikiran rasional atau motivasi terhadap suatu perilaku. Faktor
ini meliputi pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai, dan sebagainya.
b) Faktor pendukung
Faktor pendukung adalah faktor yang memungkinkan atau yang
memfasilitasi. Perilaku indicidu atau organisasi termasuk tindakan/ketrampilan.
Faktor ini meliputi ketersediaan, keterjangkuan sumber daya pelayanan kesehatan,
prioritas dan komitmen masyarakat dan peerintah dan tindakan yang berkaitan
dengan kesehatan.
c) Faktor pendorong
Faktor pendorong adalah faktor yang mendorong atau memperkuat
terjadinya perilaku. Faktor ini memberikan penghargaan/insentif untuk ketekunan
atau pengulangan perilaku. Faktor penguat ini terdiri dari tokoh masyarakat,
petugas kesehatan, guru, keluarga dan sebagainya.
3. Domain perilaku
Pelatihan PMBA
Pengetahuan Pengetahuan
Gizi Seimbang
Pengalaman
Penyegaran dan
pelatihan lain
sebelumnya
OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep
Tingkat Pengetahuan
Ibu tntang Gizi
Seimbang
Pendapingan
PMBA
HIPOTESIS
Ada perbedaan tingkat pengetahuan kader dalam pemantauan
pertumbuhan bayi dan baduta, antara sebelum dan sesudah pelatihan
konseling PMBA di puskesmas Kluwut
Ada perbedaan tingkat ketrampilan kader dalam pemantauan
pertumbuhan bayi dan baduta, antara sebelum dan sesudah pelatihan
konseling PMBA di puskesmas Kluwut
18
PENINGKATAN PENGETAHUAN MENU GIZI SEIMBANG DAN
B. Hipotesis
Ada Pengaruh Media Lingkaran Status Gizi Sebagai Alat Bantu untuk
Meningkatkan Keterampilan Kader Posyandu dalam Menentukan Status Gizi
Balita Umur 12-24 Bulan di Posyandu wilayah kerja Puskesmas Singkawang
Tengah.
C. Definisi Operasional
1. Media Lingkaran Status Gizi
Alat dari modifikasi cakram gizi untuk meningkatkan keterampilan kader
menentukan status gizi balita umur 12-24 bulan.
2. Keterampilan Kader
Kemampuan yang dimiliki kader dalam menentukan status gizi balita
umur 12-24 bulan dengan alat lingkaran status gizi, diukur dengan kuisioner, skala
rasio dengan hasil ukur numerik.
19