Anda di halaman 1dari 4

 Nama : Mulatsih Siswinarti

 No : 23
 Kelas : XI IPA III

TUGAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEJARAH NABI (23) YAHYA AS

Nama Yahya bin Zakaria


Adam as – Syits – Anusy – Qainan –
Mahlail – Yarid – Idris as – Mutawasylah –
Lamak – Nuh as – Sam – Arfakhsyadz –
Syalih – Abir – Falij – Ra’u – Saruj – Nahur
– Azar – Ibrahim as – Ishaq as – Yahudza
– Farish – Hashrun – Aram – Aminadab –
Garis Keturunan
Hasyun – Salmun – Bu’az – Uwaibid – Isya
– Daud as – Sulaiman as – Rahab’am –
Aynaman – Yahfayath – Syalum – Nahur –
Bal’athah – Barkhiya – Shiddiqah – Muslim
– Sulaiman – Daud – Hasyban – Shaduq –
Muslim – Dan – Zakaria as – Yahya as
Usia 32 tahun
Periode sejarah 1 SM – 31 M
Tempat diutus (lokasi) Palestina
Jumlah keturunannya (anaknya) –
Tempat wafat Damaskus
Sebutan kaumnya Bani Israil
di Al-Quran namanya disebutkan sebanyak 5 kali

Nabi Yahya (Yohanes) adalah anak Nabi Zakaria. Dalam Al-Qur’an Nabi Yahya tidak
banyak diuraikan, hanya dijelaskan beliau dikaruniai hikmah dan ilmu semasa kanak-kanak.
Beliau hormat pada orang tuanya, dan tidak sombong ataupun durhaka. Beliau pintar dan
tajam pemikirannya, beribadah siang malam.

Di kalangan bani Israil, beliau dikenal sebagai ahli agama dan hafal Taurat. Ia berani
mengambil keputusan, tidak takut dihina orang, dan tidak menghiraukan ancaman penguasa
dalam usahanya menegakkan kebenaran. Ia menganjurkan orang bertobat, dan sebagai tanda,
ia memandikan orang yang bertobat di sungai Jordan, yang sebenarnya adalah mandi besar,
dan disebut pembaptisan dalam ajaran Kristen.

Kisah Nabi Yahya

Kisah Nabi Yahya tidak terpisahkan dengan kisah ayahnya (Nabi Zakaria). Nabi Zakaria
diutus kepada bani Israil ketika kemaksiatan, kemungkaran, kezhaliman, dan kerusakan
merajalela di kalangan mereka. Selain itu, raja-raja kejam serta zhalim juga berkuasa di sana
dan selalu berbuat kerusakan. Herodes, penguasa Palestina adalah raja yang paling jahat dan
suka melanggar. Dialah yang memerintahkan membunuh Nabi Zakaria dan Nabi Yahya.
Nabi Zakaria memulai dakwah dengan mengajak kaumnya menyembah Allah dan
memperingatkan mereka tentang akibat buruknya perbuatan mereka jika tidak segera
bertaubat. Meski sudah renta dan rambutnya memutih, dia terus berdakwah menyeru
kaumnya. Selain itu, Nabi Zakaria juga tak pernah letih berdoa kepada Allah agar dikarunia
putra yang dapat menggantikannya dalam memikul tugas dakwah ini setelah dia wafat nanti.
Hal ini dikisahkan dalam firman Allah, “Dia (Zakaria) berkata “Ya Tuhanku, sesungguhnya
tulangku telah lemah dan kepalaku telah ditumbuhi uban, dan aku belum pernah kecewa
dalam berdoa kepada Engkau, ya Tuhanku. Dan sesungguhnya aku khawatir terhadap
mawaliku sepeninggalku, sedang isteriku adalah seorang yang mandul, maka anugerahilah
aku dari sisi Engkau seorang putera, yang akan mewarisi aku dan mewarisi sebagian
keluarga Yakub; dan jadikanlah ia, ya Tuhanku, seorang yang diridhai.” (QS. Maryam
[19]: 4-6).

Allah lantas mengabulkan permohonannya. Sebagaimana firman-Nya, “Hai Zakaria,


sesungguhnya Kami memberi kabar gembira kepadamu akan (beroleh) seorang anak yang
namanya Yahya, yang sebelumnya Kami belum pernah menciptakan orang yang serupa
dengan dia.” (QS. Maryam [19]: 7).

Nabi Yahya dilahirkan tiga bulan lebih awal dari kelahiran Nabi Isa. Dia kemudia dibesarkan
dan dididik oleh orang tuanya dengan kebaikan dan ketakwaan, seperti firman Allah, “Wahai
Yahya, ambillah (pelajarilah) kitab (Taurat) itu dengan sungguh-sungguh. Dan, Kami
berikan kepadanya (Yahya) hikmah selagi ia masih kanak-kanak” (QS. Maryam [19]: 12).

Sejak kecil, Allah telah memberinya ilmu dan hikmah dan setelah dewasa dia diangkat
menjadi nabi. Nabi Yahya terkenal dengan sifatnya yang lemah lembut, penuh kasih saying,
bersih, apik, dan zuhud. Selain itu, dia juga banyak menangis karena takut kepada Allah,
senantiasa mengajak kaumnya bertaubat dan meninggalkan kemaksiatan, serta mengingatkan
mereka tentang akibat dari pelanggaran yang mereka lakukan. Nabi Yahya membaptis
umatnya dengan membasuh dosa-dosa dan kesalahan mereka di sungai Jordan (asy-Syari’ah)
dan dia pula yang membaptis Nabi Isa.

Nabi Yahya meninggal karena dibunuh. Hal ini dikisahkan dalam satu riwayat bahwa pada
zaman itu, salah satu raja yang terkenal jahat dan zhalim, Herodes ingin menikah dengan
perempuan yang tidak halal baginya. Perempuan tersebut bernama Herodia yang tidak lain
ialah keponakannya sendiri, anak perempuan saudara kandungnya.

Wanita itu sangat cantik; memiliki tubuh dan penampilan yang amat menarik. Ketika
mendengar berita tersebut, Nabi Yahya spontan melarang dan menentang pernikahan itu serta
mengumumkan pembatalannya. Sikap Yahya ini pun tersebar ke seluruh penjuru kota.
Merasa tidak senang, wanita itu berencana membunuh Yahya. Untuk memenuhi
keinginannya, Herodia bersolek menemui pamannya yang tidak lain adalah calon suaminya
dengan wajah berseri-seri dan menggoda. Dia lantas menjerat Herodes dengan tipu daya
hingga pamannya terlena dengan ucapannya yang lembut. Pamannya kemudian bertanya,
“Apakah yang dapat aku lakukan untukmu?”

Herodia menjawab, “Jika tuanku berkenan, aku hanya menginginkan kepala Yahya bin
Zakaria.”

Sang raja pun mengabulkan permintaan calon istrinya tersebut dengan mengutus seseorang
untuk memenggal kepala Nabi Yahya. Allah berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang
kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi yang memang tak dibenarkan dan
membunuh orang-orang yang menyuruh manusia berbuat adil, maka gembirakanlah mereka
bahwa mereka akan menerima siksa yang pedih.” (QS. Ali-‘Imran [3]: 21).

Nabi Yahya dalam Al-Qur’an

Di dalam Al-Quran, nama Yahya as, disebutkan sebanyak 5 kali, seperti berikut ini.

Pada Surat Maryam [19]:ayat 7-15, Firman Allah SWT :

“Hai Zakaria, sesungguhnya Kami memberi kabar gembira kepadamu akan (beroleh)
seorang anak yang namanya Yahya, yang sebelumnya Kami belum pernah menciptakan
orang yang serupa dengan dia. Zakaria berkata: “Ya Tuhanku, bagaimana akan ada anak
bagiku, padahal isteriku adalah seorang yang mandul dan aku (sendiri) sesungguhnya sudah
mencapai umur yang sangat tua”. Tuhan berfirman: “Demikianlah”. Tuhan berfirman: “Hal
itu adalah mudah bagi-Ku; dan sesungguhnya telah Aku ciptakan kamu sebelum itu, padahal
kamu (di waktu itu) belum ada sama sekali”. Zakaria berkata: “Ya Tuhanku, berilah aku
suatu tanda”. Tuhan berfirman: “Tanda bagimu ialah bahwa kamu tidak dapat bercakap-
cakap dengan manusia selama tiga malam, padahal kamu sehat”. Maka ia keluar dari
mihrab menuju kaumnya, lalu ia memberi isyarat kepada mereka; hendaklah kamu bertasbih
di waktu pagi dan petang. Hai Yahya, ambillah Al Kitab (Taurat) itu dengan sungguh-
sungguh. Dan kami berikan kepadanya hikmah selagi ia masih kanak-kanak, dan rasa belas
kasihan yang mendalam dari sisi Kami dan kesucian (dan dosa). Dan ia adalah seorang
yang bertakwa, dan seorang yang berbakti kepada kedua orang tuanya, dan bukanlah ia
orang yang sombong lagi durhaka. Kesejahteraan atas dirinya pada hari ia dilahirkan dan
pada hari ia meninggal dan pada hari ia dibangkitkan hidup kembali.”

Pada Surat Aali ‘Imran (Ali ‘Imran) [3] : ayat 39, Firman Allah SWT :

Kemudian Malaikat (Jibril) memanggil Zakaria, sedang ia tengah berdiri melakukan shalat
di mihrab (katanya): “Sesungguhnya Allah menggembirakan kamu dengan kelahiran
(seorang puteramu) Yahya, yang membenarkan kalimat (yang datang) dari Allah, menjadi
ikutan, menahan diri (dari hawa nafsu) dan seorang Nabi termasuk keturunan orang-orang
saleh”.

Pada Surat Al-An’aam (Al-An’am) [6] : ayat 85, Firman Allah SWT :

Zakaria, Yahya, Isa dan Ilyas. Semuanya termasuk orang-orang yang shaleh.

Pada Surat Al-Anbiyaa’ (Al-Anbiya’) [21] : ayat 90, Firman Allah SWT :

Maka Kami memperkenankan do’anya, dan Kami anugerahkan kepada nya Yahya dan Kami
jadikan isterinya dapat mengandung. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu
bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada
Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu’ kepada
Kami.
Hikmah dari Kisah Nabi Yahya AS

1. Nabi Zakaria dan Nabi Yahya adalah hamba Allah yang shaleh, dengan penuh kesabaran
mereka menyeru ummatnya untuk beriman dan beribadah kepada Allah.

2. Nabi Yahya adalah hamba Allah yang suci, ia terbebas dari dari perbuatan maksiat dan
syirik.

3. Nabi Zakaria dan Nabi Yahya berani membela kebenaran walau nyawa taruhannya. Ia
berani menentang keinginan raja yang hendak mengawini anak tirinya, karena tidaksesuai
dengan syariat agama.

Allah.

2. Nabi Yahya adalah hamba Allah yang suci, ia terbebas dari dari perbuatan maksiat dan
syirik.

3. Nabi Zakaria dan Nabi Yahya berani membela kebenaran walau nyawa taruhannya. Ia
berani menentang keinginan raja yang hendak mengawini anak tirinya, karena tidaksesuai
dengan syariat agama.

Anda mungkin juga menyukai