Anda di halaman 1dari 3

A.

Pengertian Hukum Pemburuhan


Hukum perburuhan adalah seperangkat aturan dan norma, baik tertulis
maupun tidak tertulis, yang mengatur pola hubungan industrial antara pemberi
kerja (pengusaha, perusahaan, atau badan hukum) di satu sisi dan penerima kerja
(pekerja atau buruh) di sisi yang lain.
Hukum perburuhan terletak di antara hukum publik dan hukum privat.
Dikatakan hukum privat karena mengatur hubungan antara dua individu (pemberi
kerja dan penerima kerja), dan dikatakan hukum publik karena negara melakukan
campur tangan melalui pengikatan aturan yang mengurus hubungan antara dua
individu.
Hukum perburuhan terbagi menjadi:
1. hukum perburuhan individu (mengenai kontrak kerja), dan
2. hukum perburuhan kolektif (mengenai serikat buruh, pemogokan, dan
lain-lain)

B. Sifat Hukum Pemburuhan


1. Mencapai dan Melaksanakan Keadilan Social Dalam Bidang
Ketenagakerjaan
Ketenagakerjaan sendiri merupakan sebuah bidang yang komplek, sebab
didalamnya melibatkan banyak unsur dan elemen yang saling berkaitan dan
berhubungan satu sama lain. Tentu saja hal ini dapat membuat kepentingan satu
sama lain dapat saling bersinggungan. Terlebih lagi dalam sistem ketenagakerjaan
selalu mengenai istilah atasan dan bawahan, artinya hal ini dapat menimbulkan
sebuah diskriminasi. Sering juga kita mendengar banyak kaus seputar tindakan
ketidak adilan yang diterima oleh para pekerja terutama kalangan buruh
sebagaimana juga contoh kasus perdata internasional sengketa warisan.
2. Melindungi Tenaga Kerja Dari Kekuasaan yang Tidak Terbatas
Hal ini banyak dialami oleh tenaga kerja akibat perlakuan apara
pengusaha, sevbagai contoh dengan membuat atau menciptakan peraturan-
peraturan yang sifatnya memaksa agar pengusaha tidak bertindak sewenang-
wenang terhadap para tenaga kerjanya yang merupakan pihak lemah. Tentu saja

1
hal ini tidak dibenarkan baik secara etika dan juga secara hukum. Tindakan ini
dapat dikategorikan sebagai sebuah tindakan yang tidak manusiawi. Sebab pada
dasarnya baik pekerja ataupun pengusahan memiliki hak serta kewajiban yang
harus dilakukan satu sama lain.
3. Mengatur
Ciri utama dari adanya Hukum ketenagakerjaan ialah sifatnya yang
mengatur ditandai dengan adanya aturan yang tidak sepenuhnya memaksa dengan
kata lain boleh dilakukan penyimpangan atas ketentuan tersebut dalam perjanjian.
Sebagi contoh: perjanjian kerja, peraturan perusahaan dan perjanjian kerja
bersama
4. Memaksa
Dalam melaksanakan hubungan kerja terutama dalam masalah‐masalah
tertentu diperlukan campur tangan dari pemerintah. Campur tangan ini akan
menjadikan hukum ketenagakerjaan bersifat publik. Adapin sifat publik dari
Hukum Ketenagakerjaan ini ditandai dengan ketentuan‐ketentuan memaksa
(dwingen), jika hak ini tidak dipenuhi maka negara/pemerintah dapat melakukan
aksi tertentu berupa sanksi. Hal ini berarti hukum yang harus ditaati secara
mutlak, tidak dan boleh dilanggar.

C. Hakikat Hukum Pemburuhan


Untuk mengkaji hakikat hukum kerja, perlu dibandingkan hubungan
antara pekerja/buruh dan pengusaha dengan hubungan antara penjual dan pembeli.
Seorang penjual dan pembeli bebas hendak melakukan hubungan hukum, dalam
arti seorang penjual tidak dapat dipaksa untuk menjual barang yang dimilikinya
jika harga yang ditawarkan tidak sesuai dengan kehendaknya. Demikian juga
seorang pembeli tidak dapat dipaksa untuk membeli sesuatu barang dari penjual
jika barang tersebut tidak sesuai kehendaknya.
Tenaga kerja/buruh yang menjadi kepentingan pengusaha merupakan
sesuatu yang sedemikian melekatnya pada pribadi pekerja/buruh sehingga
pekerja/buruh itu selalu mengikuti tenaganya ke tempat dimana dipekerjakan, dan
pengusaha kadang kala seenaknya memutuskan hubungan kerja pekerja/buruh

2
karena tenaganya sudah tidak diperlukan lagi. Oleh karena itu, pemerintah dengan
mengeluarkan peraturan perundang-undangan, turut serta melindungi pihak yang
lemah (Pekerja/Buruh) dari kekuasaan penguasa, guna menempatkannya pada
kedudukan yang layak sesuai dengan harkat dan martabat manusia.
Dengan demikian, pada hakikatnya hukum kerja dengan semua peraturan
perundang-undangan yang ada bertujuan untuk melaksanakan keadilan sosial
dengan jalan memberikan perlindungan kepada pekerja/buruh terhadap kekuasaan
penguasa. Tujuan tersebut akan tercapai apabila pemerintah mengeluarkan
peraturan perundang-undangan yang bersifat memaksa dan memberikan sanksi
yang tegas kepada pengusaha yang melanggarnya. Dengan siifatnya yang
memaksa ikut campur tangannya pemerintah, membuat hukum kerja menjadi
hukum publik dan hukum privat sekaligus.

D. Riwayat Hukum Pemburuhan


1. Perbudakan
Pada zaman perbudakan ini, orang yang melakukan pekerjaan dibawah
pimpinan orang lain, yaitu para budak, tidak mempunyai hak apapun, bahkan hak
atas hidupnya juga tidak. Yang mereka miliki hamya kewajiban untuk melakukan
pekerjaan, kewajiban untuk menjalankan perintah, menuruti semua petunjuk dan
mengikuti aturan dari para pemilik budak.
Pemilik budak budak ini adalah satu-satunya pihak dalam hubungan antara
pekerja dan pemberi kerjaan yang mempunyai segala hak : hak meminta
pekerjaan, hak mengatur pekerjaan, hak memberi perintah dan semua hak lainnya.
2. Pekerjaan Rodi
Selain bentuk kerja perbudakan, sejak dahulu kala para penduduk, anggota
suku atau anggota desa, di mintakan pekerjaan-pekerjaan yang harus dilakukan
demi kepentingan mereka bersama dan untuk suku atau desa sebagai kesatuan.
Pekerjaan yang mula-mula merupakan pembagian pekerjaan antar sesama anggita
untuk keperluan dan kepentingan bersama, karena pelbagai keadaaan dan alasan
bekembang menjadi kerja paksa untuk kepentingan seseorang atau pihak lain
dengan tiada bayaran ( upah).

Anda mungkin juga menyukai