Anda di halaman 1dari 11

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA

DALAM PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR BAHASA INDONESIA


(Studi pada SMP Negeri 1 Libureng Kabupaten Bone)

Oleh: Zainal Abidin

Abstrak; Kerumitan bahan yang akan d i s a m p a i k a n kepada anak


didik dapat disederhanakan dengan bantuan media. Dalam proses
belajar mengajar bahasa Indonesia, kehadiran media mempunyai arti
yang cukup penting atau urgen. Karena dalam kegiatan tersebut,
ketidakjelasan bahan yang disampaikan dapat dibantu dengan
menyediakan media sebagai perantara.
Kata kunci; Media, Prestasi Belajar.

A. Pendahuluan
Seiring dengan lajunya pembangunan pada era globalisasi dalam segala
bidang dan perkembangan teknologi, juga dalam bidang bahasa dan sastra
mengalami perkembangan, khususnya bahasa Indonesia. Perkembangan bahasa
Indonesia menjadi media yang menghubungkan jalur komunikasi dikalangan
masyarakat bangsa Indonesia, apabila pemahaman terhadap bahasa Indonesia
menjadi rendah akan dikhawatirkan timbul permasalahan yang sukar dijejaki atau
ditemukan pemecahannya terkait dengan perkembangan dalam bangsa Indonesia.
Akibatnya sering ditemui kesukaran dalam menemukan solusi disebabkan tidak
mengetahui atau kurang memahami bahasa Indonesia.
Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional mempunyai peranan yang
sangat penting. Selain sebagai alat komunikasi antarpenutur, penghubung antara
bangsa dan suku, serta sebagai sarana penyerapan dan pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Melalui bahasa, manusia dapat hidup bermasyarakat
dan memenuhi kebutuhan hidup dengan menggunakan bahasa sebagai alat
penggerak dan matarantai penghubung antara warga masyarakat. Untuk peran
dalam memahami dan mengetahui bahasa, khususnya bahasa Indonesia secara
maksimal, sangat erat kaitannya dengan proses belajar-mengajar. Intinya tersedia
fasilitas seperti media yang memungkinkan tercapainya suatu proses belajar-
mengajar. Dalam proses belajar mengajar bahasa Indonesia, kehadiran media
mempunyai arti yang cukup penting atau urgen. Karena dalam kegiatan tersebut,
ketidakjelasan bahan yang disampaikan dapat dibantu dengan menyediakan media
sebagai perantara. Kerumitan bahan yang disampaikan kepada anak didik dapat

1
disederhanakan dengan bantuan media. Media dapat mewakili hal-hal yang tidak
dapat diucapkan guru melalui kata atau kalimat tertentu, bahkan keabstrakan bahan
dapat dikonkretkan dengan kehadiran media.
Media sebagai salah satu alat bantu dalam proses belajar mengajar bahasa
Indonesia, merupakan suatu kenyataan yang tidak dapat dipungkiri. Guru diharapkan
dapat menyiapkan media untuk membantu tugasnya dalam menyampaikan pesan-
pesan dari bahan pelajaran. Guru seharusnya menyadari bahwa tanpa bantuan media,
maka bahan pelajaran sukar untuk dicerna dan dipahami oleh setiap anak didik,
terutama bahan pelajaran yang rumit atau kompleks seperti bahasa Indonesia.

B. Pengertian Media

Media berarti alat, sarana komunikasi seperti: koran, majalah, radio, televisi,
film, dan sebagainya perantara, penghubung dan sebagainya (Depdiknas, 2003). Media
yang dimaksud di sini adalah media sebagai alat bantu yaitu alat bantu dalam proses
belajar mengajar.
Menurut Djamarah (2002:136) mengemukakakan bahwa media adalah
perantara atau pengantar. Media merupakan wahana penyalur informasi belajar
atau penyalur pesan. Secara luas media dapat diartikan dengan manusia, benda,
ataupun peristiwa yang memungkinkan anak dididik memperoleh pengetahuan dan
keterampilan.
Media adalah alat bantu yang digunakan untuk menyalurkan isi pelajaran
agar dapat dilihat, dibaca, atau didengar oleh mahasiswa (peserta didik). Jenis
media yang sering digunakan dalam pengajaran adalah buku atau bahan cetak, papan
tulis, gambar, transparan dan over head projector (OHP).
Dalam proses belajar-mengajar bahasa Indonesia, media merupakan
perangkat penting yang berguna bagi pelaksanaan pembelajaran siswa. Media
berfungsi untuk mengantarkan isi pelajaran kepada siswa. Dimana setiap materi
tentu memiliki tingkat kesukaran yang bervariasi. Pada satu sisi ada bahan pelajaran
yang tidak memerlukan alat bantu, tetapi di sisi lain ada bahan pelajaran yang
sangat memerlukan alat bantu media pengajaran seperti globe, grafik, gambar, dan
gambar. Bahan pelajaran dengan tingkat kesukaran yang tinggi tentu sukar diproses

2
oleh siswa, terutama bagi mereka yang kurang menyukai materi pelajaran yang
disampaikan.
Guru yang bijaksana sebaiknya menyadari bahwa timbulnya rasa bosan
pada anak didik berawal dari guru yang menjelaskan materi pelajaran tidak secara
sistematis. Akibatnya siswa merasa susah memahami dan malas untuk mempelajari.
Oleh karena itu, guru sebaiknya memiliki kemampuan untuk menjelaskan bahan
pelajaran tertentu dengan baik. Dalam menjelaskan bahan pelajaran tertentu dapat
dilakukan dengan memanfaatkan media sebagai alat bantu pengajaran untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelum pelaksanaan pengajaran.
Berdasarkan penjelasan tersebut, media memiliki fungsi memudahkan
pencapaian tujuan pengajaran. Hal ini dilandasi dengan keyakinan bahwa proses
belajar mengajar dengan bantuan media dapat meningkatkan frekuensi kegiatan
belajar anak didik dalam selang waktu yang cukup lama. Hal tersebut menunjukkan
kegiatan belajar anak didik dengan bantuan media akan menghasilkan proses dan
hasil belajar yang lebih baik daripada tanpa bantuan media. Namun demikian,
penggunaan media tidak bisa sembarangan menurut sekehendak hati guru, tetapi
harus memperhatikan dan mempertimbangkan tujuan yang akan dicapai.
Media yang dapat menunjang tercapainya tujuan pengajaran tentu lebih
diperhatikan, sedangkan media yang tidak relevan dengan kegiatan pembelajaran
sebaiknya tidak dipergunakan dalam kegiatan pembelajaran siswa. Selain itu, perlu
diperhatikan faktor kompetensi guru dalam memanfaatkan media pembelajaran.
Peran kompetensi guru dengan pemanfaatan media pembelajaran adalah membantu
siswa untuk memahami lebih lanjut mengenai media dengan aktivitas pembelajaran
yang dilakukan.
Uraian tersebut memberikan pemahaman kepada kita bahwa kegiatan
pembelajaran, kehadiran media mempunyai arti yang cukup penting karena dalam
kegiatan tersebut ketidakjelasan bahan yang disampaikan dapat dibantu dengan
menghadirkan media sebagai perantara. Kerumitan bahan yang akan disampaikan
kepada anak didik disederhanakan dengan bantuan media. Media dapat mewakili
apa yang kurang mampu diucapkan oleh guru melalui kata-kata atau kalimat
tertentu. Keabstrakan materi pelajaran dapat dikonkritkan dengan penggunaan
media pembelajaran. Dengan demikian, anak didik lebih mudah mencerna bahan

3
daripada tanpa bantuan media. Namun demikian, peranan media tidak akan terlihat
bila penggunaannya tidak sejalan dengan isi dari tujuan pengajarannya yang telah
dirumuskan. Oleh karena itu, tujuan pengajaran harus dijadikan sebagai pangkal
acuan untuk menggunakan media. Manakala diabaikan, maka media bukan lagi
sebagai alat bantu pengajaran, tetapi sebagai penghambat dalam pencapaian tujuan
secara efektif dan efisien. Karena itu dapat dipahami bahwa media adalah alat bantu
apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tuiuan
pengajaran.

C. Media Sebagai Sumber Belajar

Belajar mengajar adalah suatu proses yang mengolah sejumlah nilai untuk
dikonsumsi oleh setiap anak didik. Nilai-nilai itu tidak datang dengan sendirinya,
tetapi terambil dari berbagai sumber. Sumber belajar yang sesungguhnya terdapat
di mana-mana seperti, di sekolah, di halaman, di pusat kota, di pedesaan, dan
sebagainya. Sumber belajar menjadi "ilmu kategori", yaitu manusia,
buku/perpustakaan, media massa, alam lingkungan, dan media pendidikan. Oleh
karena itu, sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai
tempat di mana bahan pengajaran terdapat atau asal untuk seseorang belajar.
Media pendidikan sebagai salah satu sumber belajar ikut membantu guru
memperkaya wawasan anak didik. Aneka macam bentuk dan jenis media pendidikan
yang digunakan oleh guru menjadi sumber ilmu pengetahuan bagi anak didik. Dalam
menerangkan suatu benda, guru dapat membawa bendanya secara langsung ke
hadapan anak didik di kelas. Dengan menghadirkan bendanya seiring dengan
penjelasan mengenai benda itu, maka benda tersebut dijadikan sebagai sumber belajar.
Kalau pendidikan di masa lalu, guru merupakan satu-satunya sumber belajar bagi anak
didik, sehingga kegiatan pendidikan cenderung masih tradisional. Perangkat teknologi
penyebarannya masih sangat terbatas dan belum memasuki dunia pendidikan, tetapi
lain halnya sekarang, perangkat teknologi sudah ada di mana-mana, pertumbuhan dan
perkembangannya hampir tak terkendali, sehingga wabahnya pun menyusup ke dalam
dunia pendidikan. Di sekolah-sekolah terutama di kota-kota besar, teknologi dalam
berbagai bentuk dan jenisnya sudah dipergunakan untuk mencapai tujuan. Ternyata

4
teknologi yang disepakati sebagai media tersebut tidak hanya sebagai alat bantu, tetapi
juga sebagai sumber belajar dalam proses belajar mengajar (Hamalik, 2001:62).
Menurut Djamarah (2002:140) bahwa media yang telah dikenal dewasa ini
tidak hanya terdiri dari dua jenis, tetapi sudah lebih dari itu. Klasifikasinya bisa
dilihat dari jenisnya, daya liputnya, dan dari bahan serta cara pembuatannya.
Media berdasarkan jenisnya meliputi; Media Auditif yang merupakan media
yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja, seperti radio, cassette recorder,
piringan hitam. Selanjutnya, media visual merupakan media yang hanya
mengandalkan indra penglihatan. Media visual ini ada yang menampilkan gambar
diam seperti film strip (film rangkai), slides (film bingkai) foto, gambar atau
lukisan, cetakan. Ada pula media visual yang menampilkan gambar atau simbol
yang bergerak seperti film bisu, atau film kartun. Media audiovisual merupakan
media yang mempunyai suara dan unsur gambar. Jenis media ini terbagi ke dalam;
audiovisual diam, audiovisual gerak, audiovisual murni, dan audiovisual tidak
murni.
Media berdasarkan daya liputnya meliputi; media dengan daya liput luas dan
media dengan daya liput serentak. Penggunaan media ini tidak terbatas oleh tempat
dan ruang serta dapat menjangkau jumlah anak didik yang banyak dalam waktu
yang sama. Misalnya: radio dan televisi. Di samping itu, terdapat media dengan
daya liput yang terbatas oleh ruang dan tempat, dimana media ini dalam
penggunaannya membutuhkan ruang dan tempat yang khusus seperti film, sound
slide yakni film rangkai yang menggunakan tempat yang tertutup dan gelap.
Selanjutnya media unit pengajaran individual yang penggunaannya hanya untuk
seorang diri. Termasuk media ini adalah modul berprogram dan pengajaran melalui
komputer.
Media berdasarkan pembuatannya meliputi; Media sederhana, yakni media
yang bahan dasarnya mudah diperoleh dan harganya murah, cara pembuatannya
mudah, dan penggunaannya tidak sulit. Media kompleks, yakni Media yang bahan
dan alat pembuatannya, serta penggunaanya memerlukan keterampilan yang
memadai.
Berdasarkan jenis-jenis dan karakteristik media sebagaimana disebutkan di
atas, patut menjadi perhatian dan pertimbangan bagi guru bahasa Indonesia ketika

5
akan memilih dan mempergunakan media dalam pengajaran. Karakteristik media
yang mana dianggap tepat untuk menunjang pencapaian tujuan pengajaran bahasa
Indonesia yang seharusnya tepat untuk dipakai.
Sebagaimana dipahami bahwa setiap media pengajaran memiliki keampuhan
masing-masing, maka diharapkan kepada guru agar menentukan pilihannya sesuai
dengan kebutuhan pada saat pertemuan. Hal ini dimaksudkan agar penggunaan
media tidak menjadi penghalang proses belajar mengajar khususnya bahasa
Indonesia yang akan guru lakukan, yakni alat bantu yang dapat
mempercepat/mempermudah pencapaian tujuan pengajaran.
Ketika suatu media akan dipilih dan digunakan, ketika itulah beberapa
prinsip perlu diperhatikan dan pertimbangkan. Beberapa prinsip pemilihan media
pengajaran yang dibagi ke dalam tiga kategori, meliputi; tujuan pemilihan,
karakteristik media pengajaran, dan alternatif pilihan.
Pada hakikatnya, memilih adalah proses membuat keputusan dari berbagai
alternatif pilihan. Guru dapat menentukan pilihan media yang akan digunakan
apabila terdapat beberapa media yang dapat diperbandingkan. Sedangkan apabila
media pengajaran itu hanya ada satu, maka guru tidak bisa memilih, tetapi
menggunakan apa adanya .
Dalam penggunaan media hendaknya guru memperhatikan sejumlah prinsip,
menurut Sudjana (1991:104) mengemukakan beberapa prinsip yaitu; menentukan
jenis media dengan tepat, menetapkan atau memperhitungkan subjek dengan tepat,
menyajikan media dengan tepat, dan menempatkan atau memperlihatkan media
pada waktu, tempat dan situasi yang tepat.
Selanjutnya, prinsip tersebut diterapkan dalam interaksi edukatif. Yang
dimaksudkan yakni; proses berlangsung situasi tertentu antara pendidik dengan
peserta didik untuk saling berkomunikasi dengan sengaja dan direncanakan.
Dengan demikian, pengertian belajar-mengajar yaitu urutan tahapan atau fase
dalam mempelajari sesuatu atau dapat pula berarti urutan kegiatan yang dilakukan
oleh pendidik dalam pelaksanan pengajaran.
Pada dasarnya proses belajar-mengajar merupakan inti dari proses
pendidikan yang terjadi antara guru dengan siswa di sekolah yang terdiri dari empat
komponen. Adapun keempat komponen dimaksud adalah; tujuan, bahan, metode

6
atau alat seperti media serta penilaian. Untuk mencapai hasil tersebut, maka
diperlukan tiga faktor (Ali, 1987: 15) yakni; faktor kesiapan (kepastian baik fisik
maupun mental untuk melakukan sesuatu), faktor motivasi (dorongan dari dalam
diri sendiri untuk melakukan sesuatu), dan tujuan yang ingin dicapai.

D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Belajar Mengajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar-mengajar pada dasarnya


terdiri dari dua bagian yakni faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah
faktor yang ada dalam individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern
adalah faktor yang ada di luar individu.
Faktor intern, yang dimaksudkan di sini adalah faktor intern yang terjadi
di sekolah. Untuk mencapai tujuan dalam proses belajar mengajar terbentuk
manusia yang utuh di setiap aspek, baik akal, jasmani, rohani dan kesehatan dengan
kehidupan kemasyarakatan, diperlukan syarat mutlak yakni kesehatan badan. Tanpa
ditunjang dengan kesehatan badan, maka yang terlaksana di sekolah tidak bisa
dikatakan proses belajar yang potensial. Hal ini sejalan dengan pendapat Slameto
(1994:5) yang mengemukakan bahwa agar seorang dapat belajar dengan baik
haruslah mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin dengan cara selalu
mengindahkan ketentuan-ketentuan dalam bekerja, tidur, makan, olah raga dan
rekreasi.
Faktor psikologi, yang dimaksudkan di sini adalah mengetahui tingkah laku
yang terjadi dalam proses belajar mengajar. Yang termasuk pembawaan sebagai
faktor dasar yang dapat mempengaruhi proses belajar mengajar, karena belajar dan
mengajar merupakan perilaku inti dalam proses pendidikan. Faktor pembawaan
yang mempengaruhi proses belajar meliputi; intelegensi, perhatian, minat, bakat,
dan faktor kelelahan.
Faktor ekstern, faktor ini mempunyai peranan yang sangat penting dalam
proses belajar mengajar, di mana terdapat tiga faktor yang mempengaruhi proses
belajar-mengajar, yaitu; keluarga, sekolah dan masyarakat.
Menurut Suwarsono (2002) mengemukakan bahwa keluarga tidak hanya
sebagai persekutuan hidup antara orangtua dan anak, tetapi juga arena di mana
anak mendapatkan pendidikan pertama baik jasmani maupun rohani.

7
Selain keluarga, sekolah sebagai lembaga pendidikan adalah suatu
organisasi dan wadah kerjasama sekelompok orang untuk mencapai tujuan
pendidikan dengan memanfaatkan semua sumber daya secara selektif, efesien dan
efektif. Sebab dalam hidup dari kehidupan manusia, tidak hanya hidup dalam
keluarga saja, melainkan juga pada umur tertentu harus terlepas dari rumah untuk
mendapatkan pengalaman-pengalaman yang lebih luas diluar rumah, baik di
sekolah maupun pada masyarakat umumnya. Salah satu faktor masyarakat yang
juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaan
siswa dalam masyarakat yang mencakup kegiatan siswa dalam masyarakat, media
massa, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat di sekitarnya. Berdasarkan
uraian-uraian yang dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa keluarga,
sekolah dan masyarakat sangat menentukan pertumbuhan dan perkembangan anak.
Untuk itu dalam pencapaian hasil yang maksimal, maka diperlukan kerjasama yang
baik dari subyek pendidikan tersebut, agar pertumbuhan dan perkembangan anak
dapat berlangsung secara positif.
E. Berbagai Konsep dan Pendekatan dalam Proses Belajar
Mengajar
Dalam pengelolaan kelas dan proses belajar-mengajar diperlukan
pendekatan kepada siswa, diantaranya;
Memperkuat motivasi pelajar
Motivasi ialah kekuatan tersembunyi di dalam diri manusia, yang
mendorongnya untuk berkelakuan dan bertindak dengan cara yang khas. Kadang
kekuatan itu berpangkal pada naluri, kadang pula berpangkal pada suatu keputusan
rasional; tetapi lebih sering hal itu merupakan perpaduan dari kedua proses tersebut.
Akan tetapi, terlepas dari apa yang menjadi sumbernya, agak mengherankan bahwa
sedikit sekali penelitian diadakan mengenai penguatan motivasi belajar, padahal
memperkuat motivasi pelajar jelas termasuk tugas pengajar. Selama 50 tahun
belakangan ini banyak penelitian diadakan oleh ahli pendidikan dan ilmu jiwa
mengenai aspek pengenalan dalam pengajaran, tetapi hampir tidak ada penelitian
tentang penguatan motivasi, itu biasa diadakan terhadap hewan dan anak kecil, dan
tidak ada relevansinya dengan tugas guru yang selalu dihadapkan kepada

8
pengambilan keputusan mengenai pengorganisasian suatu tugas kegiatan belajar
(Dewey, 2004).
Menentukan Strategi Mengajar Yang Tepat
Sebagian besar keputusan yang diambil guru bersifat praktis, hal ini ditandai
melalui keputusan yang berkisar pada pemilihan alternatif-alternatif. Misalnya,
antara serangkaian reprogresif dan progresif, antara gambar garis sederhana dan
gambar realistis, antara kelas besar dan kelompok kecil. Jawaban untuk setiap
kasus meliputi pemecahan masalah, dan jawaban yang telah tersedia. Sekarang kita
harus perhatikan urutan keputusan yang berbeda. Hal ini bersifat strategis, dan
meliputi kerangka dasar dimana guru dan siswa harus bekerja. Oleh sebab itu
keputusan yang strategis merupakan keputusan yang berarti. Dimana setiap
keputusan manajerial terdapat suatu asumsi atau teori dan sifat manusia, asumsi
kita sering tersirat, kadang-kadang tidak disadari, dan sering bertentangan yang
satu dengan lainnya. Namun demikian, hal itu menentukan ramalan kita yang
berpola. Kalau kita berbuat A, maka akan Terjadi B.Teori dan praktek tidak bisa
dipisahkan.
Sebagaimana Mc Gregor (Dewey, 2004) selanjutnya membedakan dua
perangkat asumsi besar yang dibuat oleh para pengelola tradisional, yang diberi
nama netral, yaitu teori X dan Teori Y. Teori X menjelaskan seorang guru-
pemimpin yang menganut gaya sesuai dengan teori X lebih memperhatikan tabiat
sang murid daripada pertumbuhan dan perkembangannya. Ia mengemukakan
bahwa kesanggupan muridnya bersifat statis dan sulit diperbaiki. Akibatnya ia
berusaha mencari kompensasi bagi kelemahan-kelemahan murid dengan memakai
salah satu dari dua gaya mengajar, yaitu berdasarkan pendekatan gula-gula dan
pendekatan rotan.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa salah satu konsep
dan pendekatan dalam proses belajar mengajar adalah tuntutan strategi mengajar
yang tepat. Diantaranya mengadakan pendekatan keras atau memaksa murid
dengan menggunakan tindakan yang otokratis, atau pendekatan lunak; yakni para
siswa dituntut dengan memakai strategi yang lunak, dan sebagainya.
Bahasa Indonesia berfungsi sebagai alat komunikasi antarpenutur;
sebagai penghubung antara bangsa dan suku; serta sarana penyerapan dan

9
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Mempelajari bahasa Indonesia
menuntut kepada siswa untuk lebih menghargai bahasa komunikasi dikalangan
mereka. Selain itu, pelajaran bahasa Indonesia merupakan pelajaran sosial dan
budaya yang berusaha ditanamkan kedalam diri generasi bangsa. Bahasa
Indonesia merupakan bahasa nasional yang terkadang sebagian pihak tidak
memahaminya, salah satu upaya yang dapat dikembangkan untuk membantu anak
didik dalam belajar bahasa Indonesia melalui pemanfaatan media dalam kegiatan
pembelajaran.

F. Penutup

Upaya memahami dan mengetahui bahasa Indonesia secara maksimal, erat


kaitannya dengan proses pembelajaran. Utamanya penyediaan alat bantu, khususnya
media yang memungkinkan tercapainya suatu proses belajar mengajar. Di dalam proses
pembelajaran bahasa Indonesia, kehadiran media mempunyai arti yang cukup penting
disebabkan dalam kegiatan tersebut ketidakjelasan bahan yang disampaikan dapat
dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara. Kerumitan bahan yang akan
disampaikan kepada anak didik dapat disederhanakan dengan bantuan media.
Media dapat mewakili hal-hal yang tidak dapat diucapkan guru melalui kata atau
kalimat tertentu. Bahkan keabstrakan bahan dapat dikonkretkan dengan kehadiran
media.

Daftar Pustaka
Ali, M., 1992. Strategi Penelitian Pendidikan. Bandung: Angkasa.
Depdiknas, 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi, Sylabus Berdiversifikasi dan
Penilaian Berbasis Kelas. Jakarta: Depdiknas.
Dewey, J.. 2004. Experience and Education. New York, Collier Books. Bandung:
TERAJU.
Djamarah, 2002. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta &
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Hamalik, 2001. Media Pendidikan. Bandung: Penerbit Alumni.
Sudjana. 1991. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Jaya.
Slameto, 1995. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka
Cipta.

10
11

Anda mungkin juga menyukai