Anda di halaman 1dari 6

III.

SINKRONISASI ESTRUS DONOR-RESIPIEN

TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS

Setelah menyelesaikan mata kuliah ini mahasiswa diharapkan


mampu membuat konsep paket kegiatan sinkronisasi estrus
ternak donor-resipien dalam program TE secara skematis.

DESKRIPSI POKOK BAHASAN

Sinkronisasi estrus merupakan suatu tindakan memanipulasi


proses reproduksi dari beberapa/kelompok ternak, sehingga akan
mengalami peristiwa estrus dalam waktu yang relatif bersamaan.
Sinkronisasi estrus bertujuan untuk menentukan saat yang tepat
munculnya estrus yang pertama untuk efisiensi keberhasilan suatu
perkawinan/IB. Sedangkan aplikasi sinkronisasi estrus dalam
program TE akan meningkatkan efisiensi manajemen kelompok
ternak, dimana TE dapat dilakukan secara serentak pada hari yang
sama untuk beberapa/kelompok resipien yang tersedia, sehingga
akan menghemat waktu, tenaga dan biaya TE.
Sinkronisasi estrus dapat dilakukan secara mekanik manual atau
secara fisiologis dengan preparat luteolitik. Secara mekanik manual
sinkronisasi estrus dilakukan dengan memecah korpus luteum
dengan jari-jari tangan melalui palpasi rektal (enukleasi=luteal
nucleation). Sedangkan secara fisiologis preparat luteolitik yang biasa
digunakan untuk sinkronisasi estrus adalah PGF2α.
SINKRONISASI ESTRUS DONOR-RESIPIEN

Dasar Fisiologis dari Sinkronisasi Estrus

1. Hambatan pelepasan Luteinizing Hormone (LH) dari adenohi-


pofisa, yang menghambat pematangan folikel de Graaf.
2. Penyingkiran korpus luteum (CL) secara mekanik manual
(=enukleasi) atau secara fisiologis, dengan preparat-preparat
luteolitik.

1. Hambatan pelepasan LH dari adenohipofisa yang


menghambat pematangan folikel de Graaf.
 Prinsip: memperpanjang fase luteal
 Preparat: hormon progesteron (progestagen)
 Mekanisme kerja: Progesteron memiliki mekanisme
umpan balik negatif (negative feedback mechanism)
terhadap LH. Hambatan terhadap pelepasan LH ini akan
menyebabkan tidak terjadinya pematangan folikel de
Graaf, sehingga ovulasi tidak terjadi. Apabila pemberian
progesteron ini dihentikan, maka pada kebanyakan
ternak (sapi, domba, kambing) estrus akan terjadi secara
serentak dua hari kemudian.
 Penggunaan preparat hormon progesteron (progestagen):
 Injeksi (long term; 14-21 hari),
 Peroral (long term),
 Implant (short term)
 Kombinasi dengan estrogen: progesteron
diberikan selama 9 hari, estrogen diberikan pada
hari ke-1)
 Kombinasi dengan PGF2α: progesteron diberikan
selama 7 hari, PGF2α diberikan pada hari ke-6
 intravaginal spons (removal device: 10-14 hari).
SINKRONISASI ESTRUS DONOR-RESIPIEN

2. Penyingkiran korpus luteum secara mekanik manual atau


secara fisiologis
a). Penyingkiran korpus luteum secara mekanik manual
b). Penyingkiran korpus luteum secara fisiologis

a) Penyingkiran korpus luteum secara mekanik manual


 Metode: Enukleasi (luteal enucleation)
 Prinsip dasar enukleasi: untuk memperpendek fase luteal.
 estrus kurang lebih 4 hari kemudian (apabila 50-60% CL
pecah).
 kelemahan: perdarahan ovarium atau perlekatan fimbriae
dengan ovarium.
 cara ini tidak lagi dianjurkan untuk digunakan dalam
pelaksanaan TE.

b) Penyingkiran korpus luteum secara fisiologis


 Metode: menggunakan preparat-preparat luteolitik.
 Prinsip: memperpendek fase luteal
 Preparat luteolitik: PGF2α, yang berfungsi untuk melisiskan
korpus luteum
SINKRONISASI ESTRUS DONOR-RESIPIEN
DENGAN PREPARAT LUTEOLITIK PGF2α

 PGF2α hanya digunakan untuk ternak betina yang tidak bunting.


 Langkah-langkah penggunaannya untuk sinkronisasi estrus pada ternak
sapi: 3 cara
(a). Hanya digunakan betina yang tidak mempunyai CL.
 Injeksi PGF2α dilakukan satu kali, dengan dosis 20 mg secara
intra muskular (IM) atau 5 mg secara intra uterin (IU).
 Kemungkinan ternak menjadi estrus adalah 100%.
 Murah, tetapi cukup sulit dilakukan karena memerlukan
ketrampilan khusus untuk menentukan ada/tidaknya CL dan
untuk melakukan injeksi IU.
(b). Untuk semua ternak betina tidak bunting, baik mempunyai/tidak
mempunyai CL.
 Injeksi PGF2α diberikan satu kali secara IM dengan dosis 20 mg,
 kemudian amati ternak yang estrus dan lakukan IB.
 mudah dilakukan tetapi mahal, karena kemungkinan ternak
menjadi estrus hanya 75%.
(c). Untuk semua ternak betina tidak bunting, baik mempunyai/tidak
mempunyai CL.
 Injeksi PGF2α dilakukan dua kali secara IM, dengan interval 11
hari.
 Semua ternak betina diIB sesudah suntikan kedua, tanpa
pengamatan estrus.
 Lebih mudah dilakukan tetapi lebih mahal, sehingga biasanya
dilakukan pada ranch-ranch besar saja.
SINKRONISASI ESTRUS DONOR-RESIPIEN
DENGAN PREPARAT LUTEOLITIK PGF2α

CONTOH :

Siklus estrus normal:

E ME DE PE E

D0 5 10 11 14 18 20 21

≠ R PGF2α:

E ME DE E ME DE

D0 5 8 10 11 13 14 19 20 21
↑ ↑
PGF2α I PGF2α II

R PGF2α:

E E ME DE E ME DE

0 3 5 8 9 11 14 19 20 21
↑ ↑
PGF2α I PGF2α II

Keterangan:
R PGF2α: ternak yang responsive terhadap PGF2α
≠ R PGF2α: Ternak yang tidak responsif terhadap PGF2α
PE: Proestrus
E: Estrus
ME: Metestrus
DE: Diestrus

Gambar 1. Bagan ilustrasi sinkronisasi estrus (untuk ternak resipien/manajemen


ternak secara umum) dengan PGF2α yang diberikan 2 kali dengan interval
11 hari.
SINKRONISASI ESTRUS DONOR-RESIPIEN
DENGAN PREPARAT LUTEOLITIK PGF2α

CONTOH :

Siklus estrus normal:

E ME DE PE E

D0 5 6 10 11 14 17 18 20 21

≠ R PGF2α:

E ME DE E ME

D0 5 6 10 12 13 16 17 18 20 21
↑ ↑
PGF2α I PGF2α II

R PGF2α:

E ME E ME DE E ME

D0 5 7 10 13 16 18 20 21
↑ ↑
PGF2α I PGF2α II

Keterangan:
R PGF2α: ternak yang responsive terhadap PGF2α
≠ R PGF2α: Ternak yang tidak responsif terhadap PGF2α
PE: Proestrus
E: Estrus
ME: Metestrus
DE: Diestrus

Gambar 1. Bagan ilustrasi sinkronisasi estrus (untuk ternak donor) dengan PGF2α
yang diberikan 2 kali dengan interval 11 hari.

Anda mungkin juga menyukai