Pembangunan Perumahan Dan Permukiman Di-Dikonversi
Pembangunan Perumahan Dan Permukiman Di-Dikonversi
PERUMAHAN
PERMUKIMAN
di Indonesia
Oktober 2008
Pengarah
Budi Hidayat (Direktur Permukiman dan Perumahan, BAPPENAS), Nugroho Tri Utomo (Kasubdit Air
Minum dan Air Limbah, BAPPENAS), Hari Kristijo (Kasubdit Pengembangan Perumahan, BAPPENAS)
Editor
Oswar Mungkasa
Penyusun
Willy Irawan, Darajat Mulyanto, Kurnia Ratna Dewi, Alis Listalatu, Anna Farahdiba, Dendra Falah,
Rebecca (Tim Penulis); Tata Letak dan Desain Grafis : Rudi Kosasih
Dukungan
Maraita Listyasari, Nurul Wajah Mujahid, Ira Lubis, Nur Aisyah Nasution, Dyota Condrorini, Fatty
Rakhmaniar, Meddy C. Foto : Bowo Leksono
Diterbitkan Oleh
Direktorat Permukiman dan Perumahan
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS)
Bekerjasama dengan
Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan/POKJA AMPL
P uji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, atas perkenannya
sehingga buku Pembangunan Perumahan dan Permukiman di Indonesia dapat ter-
bit sesuai dengan rencana.
Gagasan untuk menerbitkan buku ini timbul pertama-tama didasari oleh
keprihatinan kami terhadap kurang tersedianya sumber informasi yang memadai
tentang pemba- ngunan perumahan dan permukiman di Indonesia. Sementara
disadari sepenuhnya bahwa ketersediaan data dan informasi yang memadai
merupakan salah satu kebu- tuhan mendasar bagi terselenggaranya pembangunan
perumahan dan permukiman yang optimal.
Kami tidak berpretensi untuk terlihat lain, tetapi buku yang kami susun ini
memang sedikit berbeda dengan apa yang selama ini kita punyai. Hal ini dilakukan
untuk lebih mengoptimalkan ketersediaan data dan informasi yang selama ini masih
berserak. Untuk itu, materi yang kami sajikan tidak hanya berupa data tetapi
juga merangkum berbagai ragam informasi mulai dari isu pembangunan, kerangka
kebijakan, kesepa- katan internasional, regulasi, dan bahkan kisah sukses.
Tentunya usaha untuk merealisasikan buku ini tidak akan tercapai tanpa
kerjasama dan dukungan dari berbagai pihak. Kami berhutang ucapan terima kasih
kepada berba- gai pihak diantaranya (i) Sekretariat Kelompok Kerja Air Minum
dan Penyehatan Lingkungan yang merupakan mitra kerja utama kami dalam
merampungkan kerja besar ini. Sebagian besar informasi yang terkumpul
didapatkan dari Pusat Informasi AMPL yang merupakan salah satu bentuk layanan
Sekretariat Pokja AMPL; (ii) Nara sumber yang telah meluangkan waktu untuk
menyediakan informasi berharga yang kami butuhkan, khususnya dari sekretariat
proyek; dan (iii) banyak pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.
Akhir kata, semoga buku ini dapat menambah keragaman sumber informasi
pem- bangunan perumahan dan permukiman dan bahkan menjadi pemicu
pemangku kepentingan lainnya untuk melengkapi sumber informasi yang telah
ada, serta memberi manfaat bagi peningkatan kinerja pembangunan perumahan
dan permukiman di Indonesia.
Budi Hidayat
v
DAFTAR ISI
vii
3.4 Persampahan ................................................................................................ 41
3.4.1 Cara Pembuangan Sampah................................................................ 41
3.4.2 Timbulan Sampah Kota Besar dan Metropolitan ................................ 42
3.4.3 Tempat Pembuangan Akhir Sampah .................................................. 43
3.4.4 Kelembagaan ...................................................................................... 44
3.5 Drainase ........................................................................................................ 46
3.5.1 Luas Kawasan Tergenang .................................................................. 46
3.5.2 Kondisi Saluran Drainase.................................................................... 46
viii
5.2.7 Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1990 tentang Pengendalian
Pencemaran Air.......................................................................................77
5.2.8 Peraturan Pemerintah RI Nomor 82 Tahun 2001 tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air..................77
ix
DAFTAR TABEL
Tabel III.1 Rumah Tangga menurut Status Penguasaan Tempat Tinggal Tahun
2004 dan 2007 (%)...................................................................................... 19
Tabel III.2 Rumah Tangga menurut Status Hukum Tanah Tahun 2004 dan 2007
(%)............................................................................................................... 20
Tabel III.3 Rumah Tangga yang Menempati Rumah Milik Sendiri menurut Cara
Memperoleh Bangunan Tahun 2007 (%).................................................... 21
Tabel III.4 Rumah Tangga yang Cara Memperoleh Bangunannya dengan Membeli
menurut Cara Pembayaran Tahun 2004 dan 2007 .................................... 21
Tabel III.5 Rumah Tangga menurut Kondisi Bangunan Tempat Tinggal Tahun 2004
dan 2007 (%)............................................................................................... 23
Tabel III.6 Luas, Lokasi, dan Jumlah Penghuni Kawasan Kumuh Tahun 1996,
2000, dan 2003 ........................................................................................... 24
Tabel III.7 Jumlah Desa yang Memiliki Lingkungan Permukiman Kumuh Tahun
2003 dan 2005 ............................................................................................ 24
Tabel III.8 Backlog Perumahan Tahun 2007 ............................................................... 24
Tabel III.9 Jumlah Kebutuhan Rumah Tahun 2000, 2004, dan 2009 .......................... 25
Tabel III.10 Jumlah Rusunawa Terbangun tiap Propinsi Tahun 2004-2007 ................. 25
Tabel III.11 Tingkat Hunian Rusunawa (unit) Tahun 2007 ............................................ 26
Tabel III.12 Jumlah Penerbitan KPRSH Bersubsidi Tahun 2004-2007 (unit)................ 27
Tabel III.13 Rumah Tangga menurut Sumber Air yang Digunakan Tahun 2002-2007
(%)............................................................................................................... 27
Tabel III.14 Kapasitas Produksi Perusahaan Air Bersih Tahun 2001-2005 .................. 29
Tabel III.15 Rumah Tangga di Perkotaan dan Perdesaan menurut Kepemilikan
Fasilitas Air Minum Tahun 2007 ................................................................. 29
Tabel III.16 Status Mutu Air pada 35 Sungai di Indonesia Tahun 2006 ........................ 30
Tabel III.17 Potensi Cekungan Air Tanah ...................................................................... 31
Tabel III.18 KPS Air Minum yang Telah Beroperasi di Indonesia.................................. 32
Tabel III.19 Peluang KPS Sektor Air Minum di Indonesia ............................................. 35
Tabel III.20 Perbandingan Tarif Air dan Harga Pokok Produksi .................................... 37
Tabel III.21 Cakupan Pelayanan Sanitasi Dasar menurut Tempat Penampungan
Akhir Tinja Tahun 2001 dan 2007.............................................................. 38
Tabel III.22 Lokasi Instalasi Pengolahan Air Limbah Tahun 2007 dan Rencana
Tahun 2008 ................................................................................................. 40
Tabel III.23 Status Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Tahun 2007 ..................... 41
Tabel III.24 Rumah Tangga menurut Cara Pembuangan Sampah Tahun 2001, 2004,
dan 2007 ..................................................................................................... 42
Tabel III.25 Timbulan Sampah di Kota Besar dan Metropolitan Tahun 2002 dan 2006 43
Tabel III.26 Profil Tempat Pembuangan Akhir Sampah di Indonesia Tahun 2007........ 43
Tabel III.27 Daftar TPA yang Menggunakan Sistem Sanitary Landfill........................... 43
Tabel III.28 Ketersediaan Fasilitas di TPA..................................................................... 44
Tabel III.29 Aspek Kelembagaan dalam Bidang Persampahan .................................... 45
Tabel III.30 Luas Kawasan Tergenang di Indonesia Tahun 2003, 2005, dan 2006 ...... 46
x
Tabel III.31 Rumah Tangga menurut Keadaan Air Got/Selokan di Sekitar Rumah
Tahun 2007 ................................................................................................. 47
Tabel IV.1 Kesepakatan Internasional Terkait Perumahan dan/atau Permukiman .... 51
Tabel IV.2 Tujuan dan Target MDGs ........................................................................... 53
Tabel IV.3 Indikator dan Target MDGs Permukiman (Air Minum dan Sanitasi Dasar)
Indonesia..................................................................................................... 55
Tabel IV.4 Indikator dan Target MDGs Perumahan ..................................................... 57
Tabel IV.5 Proporsi Rumah Tangga yang Memiliki atau Menyewa Rumah Tahun
1992-2006 (%) ............................................................................................ 57
Tabel IV.6 Status Pencapaian MDGs Indonesia per Tahun 2007 (%)......................... 60
Tabel IV.7 Kesepakatan Internasional Terkait Pembangunan Perumahan dalam
Kurun Waktu 1966-1996 ............................................................................. 64
Tabel IV.8 Kesepakatan Internasional Terkait Pembangunan Permukiman ............... 66
Tabel VI.1 Alokasi Dana Program Pengembangan Perumahan Tahun 2005-2008
(juta Rupiah)................................................................................................ 81
Tabel VI.2 Alokasi Dana Program Pemberdayaan Komunitas Perumahan Tahun
2005-2008 (juta Rupiah) ............................................................................. 82
Tabel VI.3 Alokasi Dana Program Pemberdayaan Masyarakat Tahun 2005-2008
(juta Rupiah)................................................................................................ 86
Tabel VI.4 Alokasi Dana Program Pengembangan Kelembagaan Tahun 2005-2008
(juta Rupiah)................................................................................................ 87
Tabel VI.5 Alokasi Dana Program Pengembangan Kinerja Air Minum dan Air
Limbah Tahun 2005-2008 (juta Rupiah) ..................................................... 88
Tabel VI.6 Pencapaian Program Pengembangan Kinerja Pelayanan Air Minum dan
Air Limbah ................................................................................................... 88
Tabel VI.7 Alokasi Dana Program Peningkatan Kinerja Persampahan dan Drainase
Tahun 2005-2008 (juta Rupiah) .................................................................. 89
Tabel VI.8 Perkembangan Pelaksanaan Kegiatan STBM untuk Pilar Stop Buang Air
Besar Sembarangan per Desember 2008 .................................................. 91
Tabel VI.9 Perkembangan Pelaksanaan Kegiatan Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat untuk Pilar Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) per Desember
2008 ............................................................................................................ 92
Tabel VI.10 Daftar Lokasi Proyek Sanimas.................................................................... 97
Tabel VI.11 Pencapaian Proyek Sanimas...................................................................... 98
Tabel VI.12 Kondisi Kecamatan Berdasarkan Ada Tidaknya IKK SPAM ...................... 103
Tabel VI.13 Lokasi Proyek WES-Unicef per Tahun Anggaran....................................... 106
Tabel VI.14 Lokasi Proyek WES-Unicef ......................................................................... 106
Tabel VI.15 Alokasi Pendanaan per Periode Proyek WES - UNICEF ........................... 107
Tabel VI.16 Pencapaian Kerjasama Bappenas - Plan Perjanjian Kerja Tahun 2007 .... 108
Tabel VI.17 Pencapaian Kerjasama Bappenas - Plan Perjanjian Kerja Tahun 2008 .... 108
Tabel VI.18 Daftar Lokasi Proyek SToPS ...................................................................... 109
Tabel VI.19 Daftar Lokasi Proyek Pamsimas................................................................. 111
Tabel VI.20 Target dan Realisasi Lokasi Desa Sasaran Program PAMSIMAS
Komponen C Tahun 2008........................................................................... 112
Tabel VI.21 Pelaksanaan Kegiatan STBM oleh Proyek PAMSIMAS Tahun 2008 ........ 112
Tabel VII.1 Daftar Kisah Sukses Pembangunan Perumahan ....................................... 117
Tabel VII.2 Daftar Kisah Sukses Peningkatan Kapasitas Pokja AMPL ........................ 119
Tabel VII.3 Daftar Kisah Sukses Pemeliharaan Kualitas Sumber Air ........................... 120
xi
Tabel VII.4 Daftar Kisah Sukses Penyediaan Air Minum dan Pengelolaan Sanitasi .... 121
Tabel VII.5 Daftar Kisah Sukses Pengelolaan Sampah dengan Konsep 3R ................ 121
Tabel VII.6 Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat............................................. 123
Tabel VII.7 Daftar Kisah Sukses Pemeliharaan Kualitas Lingkungan .......................... 123
Tabel VII.8 Daftar Kisah Sukses Teknologi Ramah Lingkungan .................................. 124
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Rumah Tangga yang Belum Memiliki Rumah Tahun 2004 dan 2007
(%)............................................................................................................ 19
Gambar 3.2 Rumah Tangga menurut Status Penguasaan Tempat Tinggal Tahun
2004 dan 2007 ......................................................................................... 20
Gambar 3.3 Rumah Tangga menurut Kepemilikan Bukti Hukum Tanah Tahun 2004
dan 2007 (%)............................................................................................ 20
Gambar 3.4 Rumah Tangga yang Memiliki Rumah Melalui KPR menurut Jangka
Waktu Pengembalian Kredit Tahun 2007 ................................................ 22
Gambar 3.5 Rumah Tangga menurut Jenis Plafon Terluas Tahun 2004 dan 2007.... 22
Gambar 3.6 Rumah Tangga menurut Luas Tapak Bangunan (m2) Tahun 2004 dan
2007 ......................................................................................................... 22
Gambar 3.7 Rumah Tangga menurut Kondisi Bangunan Tempat Tinggal Tahun
2004 dan 2007 (%)................................................................................... 23
Gambar 3.8 Rumah Tangga Menurut Sumber Penerangan menggunakan Listrik
dari PLN Tahun 2004 dan 2007............................................................... 23
Gambar 3.9 Perkembangan Alokasi Dana dan Subsidi Perumahan Tahun 2004-
2009 ......................................................................................................... 26
Gambar 3.10 Cakupan Pelayanan Air Minum di Kota-Desa Tahun 2002 dan 2007 ..... 28
Gambar 3.11 Cakupan Pelayanan Air Minum di Perkotaan Tahun 2002 dan 2007...... 28
Gambar 3.12 Cakupan Pelayanan Air Minum di Perdesaan Tahun 2002 dan 2007..... 28
Gambar 3.13 Rumah Tangga di Perkotaan dan Perdesaan menurut Kepemilikan
Fasilitas Air Minum Tahun 2007 .............................................................. 29
Gambar 3.14 Potensi Cekungan Air Tanah di Indonesia .............................................. 31
Gambar 3.15 Proyek KPS Air Minum di Indonesia ........................................................ 32
Gambar 3.16 Status Kinerja PDAM ............................................................................... 36
Gambar 3.17 Status Kinerja PDAM terkait Penyertaan Modal Pemerintah .................. 38
Gambar 3.18 Cakupan Pelayanan Sanitasi Dasar menurut Tempat Penampungan
Akhir Tinja di Kota-Desa Tahun 2001 dan 2007...................................... 39
Gambar 3.19 Cakupan Pelayanan Sanitasi Dasar menurut Tempat Penampungan
Akhir Tinja di Perkotaan Tahun 2001 dan 2007 ...................................... 39
Gambar 3.20 Cakupan Pelayanan Sanitasi Dasar menurut Tempat Penampungan
Akhir Tinja di Perdesaan Tahun 2001 dan 2007 ..................................... 39
Gambar 3.21 Proporsi Rumah Tangga menurut Cara Pembuangan Sampah Tahun
2007 ......................................................................................................... 42
Gambar 3.22 Jenis Timbulan Sampah Berdasarkan Klasifikasi.................................... 42
Gambar 3.23 Klasifikasi TPA Berdasarkan Estimasi Periode Penggunaannya ............ 44
Gambar 3.24 Klasifikasi Rumah Tangga menurut Keadaan Air Got/Selokan di
Sekitar Rumah Tahun 2007 ..................................................................... 47
Gambar 4.1 Rumah Tangga yang Memiliki atau Menyewa Rumah Tahun 1992-
2006 (%)................................................................................................... 57
Gambar 4.2 Pelayanan Air Minum Sumber Air Terlindungi di Indonesia Tahun
1992-2006 (%) ......................................................................................... 58
xiii
Gambar 4.3 Pelayanan Air Minum Sumber Air Terlindungi Menurut Desa dan Kota,
Tahun 1992-2006 (%) .............................................................................. 58
Gambar 4.5 Akses Penduduk pada Fasilitas Sanitasi Layak Menurut Desa, Kota,
dan Total Tahun 2006 (%) ....................................................................... 60
Gambar 6.1 Kondisi Operasi Sistem IKK di Indonesia ................................................ 104
Gambar 6.2 Kondisi SPAM-IKK per Wilayah di Indonesia .......................................... 104
xiv
DAFTAR SINGKATAN
xv
BP2BPK Pedoman Umum Pembangunan Perumahan dan Permukiman
Bertumpu pada Kelompok
BPABS Badan Pengelola Air Bersih dan Sanitasi
BPAM Badan Pengelolaan Air Minum
BPN Badan Pertanahan Nasional
BPO Bahan Perusak Ozon
BPP Badan Pendukung Pengembangan
BPPSPAM Badan Pendukung Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
BPS Badan Pusat Statistik
BR2K Bantuan Revitalisasi Rumah Kumuh
BRI Bank Rakyat Indonesia
BUMD Badan Usaha Milik Daerah
BUMN Badan Usaha Milik Negara
BUMS Badan Usaha Milik Swasta
BUS Berlian Unggas Sakti
CAP Community Action Plan
CBO Community-Based Organization
CBSWM Community Based Solid Waste Management
CCTV Closed Circuit Television
CDM Clean Development Mechanism
CDS City Development Strategies
CFR Case Fatality Rate
CIBLAS Koperasi Cibangkong Sebelas
CLTS Community Led Total Sanitation
CO2 Karbondioksida
Co-BILD Community Based Initiatives for Housing and Local Development
COD Chemical Oxygen Demand
CPAP Country Program and Action Plan
CPM Country Program Mission
CSP Country Strategy and Program
CSR Corporate Social Responsibility
CTPS Cuci Tangan Pakai Sabun
CU Credit Union
CWSHP Community Water Service and Health Program
DAS Daerah Aliran Sungai
DBOM Design Build Operate Maintain
DED Detail Engineering Design
DEPDAGRI Departemen Dalam Negeri
DEPKES Departemen Kesehatan
DEPKEU Departemen Keuangan
DEWATS Decentralized Wastewater Treatment System
DIPA Daftar Isian Proyek dan Anggaran
DIPDA Daftar Isian Proyek Daerah
DITJEN Direktorat Jenderal
DIY Daerah Istimewa Yogyakarta
DKI JAKARTA Daerah Khusus Ibukota Jakarta
DML Dana Mitra Lingkungan
DPR/DPRD Dewan Perwakilan Rakyat/Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
xvi
DSDP Denpasar Sewerage Development Project
DSR Debt to Service Ratio
EE Environmental Education
ESP Environmental Services Program
FBOOT Finance Build Own Operate Transfer
FHN Family Health Nutrition
FMCU Forum Masyarakat Code Utara
fMPS Forum Masyarakat Peduli Sungai
GBHN Garis-Garis Besar Haluan Negar
GDP Gross Domestic Product
GNPSR Gerakan Nasional Pembangunan Satu Juta Rumah
GOI Government of Indonesia
GPL Gerakan Peduli Lingkungan
GRK Gas Rumah Kaca
GTZ Deutsche Gesselschaft fur Technische Zusammenarbeit
HA Hektar
HAM Hak Asasi Manusia
HDI Human Development Index
HGB Hak Guna Bangunan
HGU Hak Guna Usaha
HIPPAM Himpunan Penduduk Pengelola Air Minum
HIV Human Immunodeficiency Virus
HPAT Hak Pakai Atas Tanah
HPI Human Poverti Index
HSF Hanns Seidel Foundation
HSP Health Services Program
HU Hidran Umum
IKK Ibukota Kecamatan
IPAL Instalasi Pengolahan Air Limbah
IPESATU Instalasi Pengolahan Sampah Terpadu
IPLBM Instalasi Pengolah Limbah Berbasis Masyarakat
IPLT Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja
ISPA Infeksi Saluran Pernafasan Atas
ISSDP Indonesia Sanitation Sector Development Program
ITS Institut Teknologi Sepuluh November
IWRM Integrated Water Resources Management
IYS International Year of Sanitation
JABAR Jawa Barat
Jampedas Jaringan Masyarakat Peduli Sub DAS Cikundul
JO Joint Operation
JICA Japan International Cooperation Agency
JKM Jaringan Kesejahteraan dan Kesehatan Masyarakat
JUMANTIK Juru Pemantau Jentik
K3A Kelompok Kerja Komunikasi Air
KANCIL Kader Anak Cinta Lingkungan
KASIBA Kawasan Siap Bangun
KBR Komunitas Berpenghasilan Rendah
KEHATI Keanekaragaman Hayati Indonesia
xvii
KEMENPERA Kementerian Negara Perumahan Rakyat
KEPMEN Keputusan Menteri
KfW German Bank for Reconstruction
KIP Kampung Improvement Program
KIR Kelompok Ilmiah Remaja
KITA Kitakyusu International Techno-Cooperative Association
KK Kepala Keluarga
KKS Klub Konservasi Sekolah
KLB Kejadian Luar Biasa
KLH Kementerian Negara Lingkungan Hidup
KM Kilometer
KONUS Konservasi Alam Nusantara
KORPRI Korps Pegawai Republik Indonesia
KPM Komite Pemberdayaan Masyarakat
KPR/KPRS Kredit Pemilikan Rumah/Kredit Pemilikan Rumah Sederhana
Sehat
KPS Kerjasama Pemerintah Swasta
KPSHK Konsorsium Pendukung Sistem Hutan Kerakyatan
KRuHA Koalisi Rakyat untuk Hak Atas Air
KTP2D Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa
KTT Kelompok Tani Tahura
KTT Konferensi Tingkat Tinggi
LDR Loan to Deposit Ratio
Lisiba Lingkungan Siap Bangun
Lisiba-BS Lingkungan Siap Bangun yang Berdiri Sendiri
LKB Lembaga Keuangan Bank
LKM Lembaga Keuangan Mikro
LKM-KOLISA Lembaga Keuangan Mikro Koperasi Lima Saudara
LKNB Lembaga Keuangan Non-Bank
LMD/LKMD Lembaga Masyarakat Desa/Lembaga Ketahanan Masyarakat
Desa
LPK Lembaga Penjamin Kredit
LPMK Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan
LPP Lembaga Pembiayaan Perumahan
LPW Lembaga Perwakilan Warga
LSM Lembaga Swadaya Masyarakat
MAP Mangrove Action Project
MBR Masyarakat Berpenghasilan Rendah
MCK Mandi Cuci Kakus
MCS Marine Conservation Society
MDGs Millennium Development Goals
MENDIKNAS Menteri Pendidikan Nasional
MENKOKESRA Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat
MENPERA Menteri Perumahan Rakyat
MOU Memorandum of Understanding
MPA Methodology for Participatory Assessment
MPAP Mar del Plata Action Plan
MPR Majelis Permusyawaratan Rakyat
xviii
MSC Mitra Surya Cemerlang
MSJ Mekarsari Jaya
MURI Museum Rekor Indonesia
MUSPIKA Musyawarah Pimpinan Kecamatan
NAD Nanggroe Aceh Darussalam
NATURLIKE Naturalis Cilik Beretika
NGO Non-Government Organization
NSPM Norma, Standar, Pedoman, dan Manual
NTB Nusa Tenggara Barat
NTT Nusa Tenggara Timur
NUP Neighborhood Upgrading Plan’s
NUSSP Neighborhood Upgrading and Shelter Sector Project
ODF Open Defecation Free
OISCA Organization for Industrial, Spiritual, and Cultural Advancement
OM Operation and Monitoring
P2KP Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan
P2BPK Pembangunan Perumahan Bertumpu pada Kelompok
P3KT Proyek Pembangunan Prasarana Kota Terpadu
P3DT Proyek Pembangunan Prasarana Desa Terpadu
PAGARWAJA Paguyuban Masyarakat Bukit Kencana
PAMRT Pengelolaan Air Minum Tingkat Rumah Tangga
PAMSIMAS Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat
PARAS Penguatan Ekonomi Kerakyatan
PARING Sampah Kering
PBB Perserikatan Bangsa-Bangsa
PCI Project Concern International
PD Perusahaan Daerah
PDAM Perusahaan Daerah Air Minum
PDAL Perusahaan Daerah Air Limbah
PDB Pendapatan Domestik Bruto
PDPAL Perusahaan Daerah Pengolahan Air Limbah
PELITA Pembangunan Lima Tahun
PEMKOT Pemerintah Kota
PEMPROV Pemerintah Provinsi
PERMEN Peraturan Menteri
PERPRES Peraturan Presiden
PHAST Participatory Health and Sanitation Transformation
PHBS Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
PID Project Implementation Document
PJU Penerangan Jalan Umum
PKK Program Kesejahteraan Keluarga
PKT Pembangunan Kawasan Terpadu
PLED Partnership for Local Economic Development
PLN Perusahaan Listrik Negara
PLN Pinjaman Luar Negeri
PLP Penyehatan Lingkungan Permukiman
PMA Perlindungan Mata Air
PMD Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
xix
PNBI Program Nasional Bagi Anak Indonesia
PNPM Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
PNS Pegawai Negeri Sipil
PODES Potensi Desa
Pokja AMPL Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan
Pokmer Kelompok Pemakai Air Bersih
Polri Kepolisian Republik Indonesia
POSYANDU Pos Pelayanan Terpadu
PP Peraturan Pemerintah
PPAB Pengurus Pemakai Air Bersih
PPAT Pejabat Pembuat Akta Tanah
PPP Public Private Partnership
PPP Purchasing Power Parity
PPK Program Pengembangan Kecamatan
PPK-IPM Program Pendanaan Kompetisi - Indeks Pembangunan
Masyarakat
PPM-PL Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan
PPSAB Panitia Pembangunan Sarana Air Bersih
PPSDA Perempuan Peduli Sumber Daya Air
PROPENAS Program Pembangunan Nasional
PSU Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum
PT Perguruan Tinggi
PTPN Perseroan Terbatas Perkebunan Nusantara
PU Pekerjaan Umum
PUSDAKOTA Pusat Pemberdayaan Komunitas Perkotaan
PUSLITBANGKIM Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman
RENSTRA Rencana Strategis
REPELITA Rencana Pembangunan Lima Tahun
RBC Rotating Biological Contractors
RCS Raptor Conservation Society
RIT Rumah Inti Tumbuh
RP4D Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
Permukiman Daerah
RPJMN Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
RPJPN Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
RsH Rumah Sederhana Sehat
RSS Rumah - Inti Sehat Sederhana
RT Rumah Tangga
RT/RW Rukun Tetangga/Rukun Warga
RTRW Rencana Tata Ruang Wilayah
RUSUNAMI Rumah Susun Sederhana Milik
RUSUNAWA Rumah Susun Sederhana Sewa
RWSS Rural Water Supply and Sanitation
SANIMAS Sanitasi Berbasis Masyarakat
SARAR Self-Esteem, Associative Strength, Resourcefulness, Action
Planning, and Responsibility
SARUT Saringan Rumah Tangga
SBM Setara Barel Minyak
xx
SD Sekolah Dasar
SDA Sumber Daya Air
SDA Sumber Daya Alam
SDM Sumber Daya Manusia
SERULING Sekolah Ramah Lingkungan
SIMASTER Sistem Mengolah Sampah Terpadu
SK Surat Keputusan
SLA Subsidiary Loan Agreement
SMA Sekolah Menengah Atas
SMF Secondary Mortgage Facility
SMK Sekolah Menengah Kejuruan
SMM Secondary Mortgage Market
SMP Sekolah Menengah Pertama
SMUN Sekolah Menengah Umum Negeri
SPAM Sistem Penyediaan Air Minum
SPTPD Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Daerah
SR Sambungan Rumah
STBM Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
STIKES Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
SToPS Sanitasi Total dan Pemasangan Sanitasi
SUSENAS Survey Sosial Ekonomi Nasional
SWS Safe Water System
TA Technical Assistance
TAD Tidak Ada Data
TERANGI Terumbu Karang Indonesia
THM Takakura Home Method
TK Taman Kanak-Kanak
TKM Tim Kerja Masyarakat
TNI Tentara Nasional Indonesia
TOGA Tanaman Obat Keluarga
TOT Training of Trainer
TPA Tempat Pembuangan Akhir
TPAK Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
TPS Tempat Pembuangan Sementara Sampah
TPT Tingkat Pengangguran Terbuka
TSSM Total Sanitation and Sanitation Marketing
UASB Upflow Anerobic Sludge Blanket
UKL Upaya Pengelolaan Lingkungan
UKS Usaha Kesehatan Sekolah
UN United Nations
UNCED United Nations Conference on Environment and Development
UNDP United Nations Development Programme
UNESCO United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization
UNHCS United Nations for Human Settlements
UNICEF United Nations Children's Fund
UNSGAB United Nation Secretary General’s Advisory Board on Water and
Sanitation
UPL Upaya Pemantauan Lingkungan
xxi
USAID United States Agency for International
Development US-EPA United States-Environmental Protection Agency
USD/US$ United States Dollar
UU Undang-Undang
UUD Undang-Undang Dasar
WALHI Wahana Lingkungan Hidup Indonesia
WASPOLA Water Supply and Sanitation Policy and Action Planning
WES Water and Environmental Sanitation
WHO World Health Organization
WJEMP Implementation of Western Java Environmental Management
Project
WNI Warga Negara Indonesia
WPL Warga Peduli Lingkungan
WSM Watershed Management
WTE Waste to Energy
WTP Wajar Tanpa Pengecualian
WTP Water Treatment Plants
WSLIC Water and Sanitation for Low Income Communities
WSP-EAP Water and Sanitation Program East Asia and the Pacific
WWD World Water Day
WWF World Water Forum
YBL Yayasan Bina Lestari
YPAL Yayasan Pribumi Alam Lestari
xxii
DAFTAR ISTILAH
D alam buku ini dipakai berbagai istilah teknis yang biasa ditemukan dalam bidang
perumahan dan permukiman. Pencantuman istilah teknis dalam buku ini bertujuan untuk
memudahkan pengguna data dalam memahami maksud dari setiap data dan
analisis yang dipaparkan.
xxiii
b. Membeli melalui Koperasi/Yayasan
Cara memperoleh tempat tinggal/rumah yang dibeli dari koperasi/yayasan
pengembang, baik dengan pembayaran kredit maupun tunai, termasuk juga
mereka yang membeli rumah alih kredit dari penghuni lama dengan masih
melanjutkan membayar angsuran.
c. Membeli Baru dari Perorangan
Cara memperoleh tempat tinggal/rumah yang dibeli dari perorangan atau pihak
lain dalam keadaan baru. Dikatakan baru bila pembeli merupakan penghuni
pertama dari rumah tersebut.
d. Membeli bukan Baru
Cara memperoleh rumah yang dibeli dari perorangan atau dari pihak lain dalam
keadaan tidak baru/sudah pernah ditempati oleh orang (ART) lain.
e. Membangun dengan Biaya Sendiri
Cara memperoleh tempat tinggal/rumah dengan membangun sendiri dengan
biaya sendiri tanpa meminjam dari pihak manapun.
f. Membangun dengan Pinjaman Perorangan
Cara memperoleh tempat tinggal/rumah dengan membangun sendiri dan
biayanya berasal dari pinjaman/hutang dari perorangan, misalkan dari orang tua,
saudara, teman, dan sebagainya.
g. Membangun dengan Pinjaman Bank/Koperasi
Cara memperoleh tempat tinggal/rumah dengan membangun sendiri dan
biayanya berasal dari pinjaman/hutang dari lembaga keuangan seperti bank
atau pinjaman/hutang dari koperasi.
h. Lainnya
Cara memperoleh tempat tinggal/rumah yang tidak termasuk ke dalam kategori
diatas, contohnya pengalihan administrasi, warisan, dan hibah. Pengalihan
administrasi adalah cara memperoleh rumah melalui pengalihan administrasi,
seperti pembelian rumah dinas. Perolehan rumah dengan fasilitas pengalihan
administrasi biasanya mendapat subsidi tertentu dibandingkan cara lainnya.
3. Cara Pembayaran
a. Tunai
Adalah membayar secara kontan (bukan kredit) kepada pihak penjual dan tidak
melalui hutang dari manapun.
b. Angsuran KPR (Bank, Lembaga Keuangan)
Adalah angsuran yang dipergunakan untuk kredit pemilikan rumah yang
dikeluarkan oleh bank/lembaga keuangan.
c. Angsuran Bukan KPR
Adalah angsuran yang dipergunakan untuk pembayaran kredit pemilikan rumah
yang dikeluarkan bukan oleh KPR. Termasuk dalam kategori ini adalah membeli
langsung kepada pengembang yang uangnya dipinjam dari koperasi untuk
membeli rumah.
d. Lainnya
Adalah cara pembayaran yang tidak termasuk dalam kategori diatas. Misalnya
membeli rumah dengan meminjam kepada saudara, teman, dan sebagainya.
xxiv
4. Surat Tanah
a. Sertifikat dari BPN/Kantor Agraria
Adalah tanda bukti yang diberikan oleh pemilik tanah. Sertifikat ini bisa berupa
sertifikat hak milik, hak guna bangunan, atau hak pakai.
b. Akta Jual Beli
Adalah salah satu tanda bukti kepemilikan tanah oleh pejabat pembuat akta
tanah (PPAT/Notaris) yang berupa akta perjanjian jual beli antara penjual dan
pembeli atas tanah yang dipergunakan sebagai tempat tinggal responden
c. Girik
Adalah surat tanda bukti kepemilikan tanah yang dikeluarkan dari kepala
desa/kelurahan yang digunakan untuk penarikan Pajak Bumi dan Bangunan
(PBB).
d. Lainnya
Misalnya surat jual beli tanah (bukan akta jual beli) baik di atas segel/meterai
maupun tidak, dan tanda bukti kepemilikan lain selain kategori diatas.
e. Tidak Ada Bukti
Apabila tanah dari rumah yang ditempati tidak memiliki tanda bukti kepemilikan
apapun.
7. Plafon Bangunan
Plafon adalah jenis pembatas ruang bagian atas ruangan yang terletak di bawah
atap yang berfungsi untuk melindungi penghuni ruangan dari udara panas, dingin,
dan tampias air hujan sehingga ruangan menjadi aman/nyaman untuk ditinggali.
Bahan plafon antara lain:
a. Beton (catatan : jika beton juga berfungsi sebagai atap, maka masuk kategori
tidak ada plafon).
xxv
b. Gypsum
c. Kayu/Triplek
d. Asbes
e. Anyaman Bambu
f. Lainnya
g. Tidak Ada, jika bangunan tidak memiliki plafon atau jika atap bangunan langsung
merangkap sebagai plafon.
9. Secure Tenure adalah jaminan bagi masyarakat untuk tinggal di suatu tempat
karena adanya bukti kepemilikan, sewa, atau mengontrak rumah, baik secara
pribadi ataupun kelompok.
10. Backlog adalah jumlah akumulasi kebutuhan yang tidak terpenuhi pada tahun-tahun
sebelumnya.
xxvi
d. Bukan jamban, apabila tempat pembuangan air besar yang penampungan
akhirnya sungai, kolam, lubang, dan sebagainya
xxvii
03 Perkembangan Isu
1
Sebagian besar materi pada bagian ini dikutip dari dua dokumen. Materi tentang perumahan dikutip dari Kajian
Pendahuluan Penyusunan RPJMN 2010-2014 Bidang Perumahan dan Permukiman, sementara materi permukiman dikutip dari Dokumen
Kebijakan Nasional Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat 2003.
Pembangunan Perumahan dan Permukiman di Indonesia
04
D. Era Setelah 2004 rencana ini mengutarakan visi dan misi pembangun- an
Setelah lebih dari tiga puluh tahun penyelenggaraan pem- Indonesia, kemudian menguraikan apa yang hendak dica-
bangunan di Indonesia yang selalu dipandu oleh Garis
Besar Haluan Negara melalui ketetapan MPR sebagai
lembaga ter- tinggi negara, terhitung sejak disahkannya
amandemen UUD 45 telah terjadi perubahan mendasar.
Selain MPR tidak lagi menetapkan haluan negara juga
telah diterbitkan UU Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan yang menentukan adanya Rencana
Pembangunan Jangka Panjang yang dite- tapkan dengan
undang-undang.
Perubahan institusional ini sesungguhnya merupakan
pengejawantahan sikap dan tekad bangsa menuju negara
yang makin demokratis, pemberian penghargaan yang makin
tinggi pada hak asasi manusia dan penyelenggaraan
negara yang makin terdesentralisasi. Selain perubahan
tata penye- lenggaraan Negara, perubahan sikap tersebut
juga memba- wa konsekuensi pada kerangka pikir
penyelenggaraan pem- bangunan dan metoda serta
sistimatika GBHN menjadi tidak sesuai lagi. Oleh karena
itu, pemikiran jangka panjang yang disebut "haluan
negara" yang berangkat dari dasar-dasar filosofis, tata
nilai dan norma yang disepakati melalui per-
musyawaratan wakil rakyat harus diganti dengan
kerangka pikir yang baru. Perencanaan pembangunan
jangka panjang kemudian disusun berdasarkan kesamaan
pandangan tentang kondisi sekarang, tantangan yang
dihadapi, potensi yang dimi- liki yang kemudian dirumuskan
dalam visi dan misi pemba- ngunan untuk 20 tahun yang
akan datang.
Kondisi transisional menyebabkan RPJPN muncul ketika
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) tengah dilaksanakan. Oleh karena itu, sangat bisa
dimengerti apabila asumsi yang digunakan oleh RPJM,
terutama bidang perumahan, kemudian juga diungkapkan
kembali sebagai kondisi dan tantangan yang dihadapi dalam
RPJPN. Padahal banyak asumsi tentang kondisi tahun
2004 tersebut, khusus- nya tentang kondisi perumahan,
yang perlu dikoreksi.
Meskipun GBHN berangkat dari pemikiran filosofis dan
normatif seperti wawasan nusantara dan ketahanan nasional,
tetapi arah pembangunan telah disistematisasikan
menurut bidang yang berkaitan dengan
penyelenggaraannya. RPJPN 2005-2025 tidak secara
langsung dan tegas mengarahkan apa yang harus
dilakukan untuk setiap bidang pembangunan. Dokumen
pai dengan misi tersebut. Ditentukan sasaran pokok dan penghambat dalam penyediaan perumahan untuk
ukur- an keberhasilan yang abstrak dan kualitatif yang masyarakat berpendapatan rendah serta pemicu
harus diter- jemahkan dalam sasaran nyata dan terukur. menurunnya kualitas kawasan yang dihuni oleh
Bidang dan sektor pembangunan yang pada umumnya masyarakat berpendapatan rendah.
menjadi garapan departe- men, kementerian dan b. Meningkatnya luasan kawasan kumuh.
lembaga non departemen tidak diungkapkan secara Luasan kawasan kumuh cenderung terus meningkat
eksplisit dan jelas. Karena kelembagaan negara ini setiap tahunnya selaras dengan pertumbuhan penduduk dan
memang tidak disusun berdasarkan misi yang diru- makin tidak terkendalinya pertumbuhan kota utama
muskan dalam RPJPN. Oleh karena itu, apa yang (primacy city) yang menjadi penarik meningkatnya arus
harus dilakukan oleh suatu bidang garapan seperti migrasi. Selain itu, laju pertumbuhan kawasan kumuh (di
perumahan dan permukiman harus menelisik dengan pusat kota maupun di tepi kota) juga dipicu oleh
cermat, dan menafsirkan serta menjabarkan lebih lanjut keterbatasan kemampuan dan keti- dakpedulian
dimana posisinya, perannya dan apa yang harus masyarakat untuk melakukan perbaikan rumah (home
dilakukan. improvement).
c. Belum mantapnya kelembagaan
1.2 Isu Pembangunan Perumahan dan Permukiman penyelenggaraan pembangunan perumahan
1.2.1Perumahan dan permukiman.
Kelembagaan penyelenggara pembangunan perumahan
Isu pembangunan perumahan meliputi beberapa hal
belum berada pada tingkat kinerja yang optimal untuk
seba- gai berikut.
menja- lankan fungsi, baik sebagai pembangun (provider)
a. Terbatasnya kemampuan penyediaan prasarana
maupun pemberdaya (enabler).
dan sarana perumahan.
d. Meningkatnya jumlah rumah tangga yang belum
Kemampuan pemerintah untuk mendukung
memi- liki rumah.
penyediaan prasarana dan sarana dasar perumahan
Jumlah rumah tangga yang belum memiliki rumah
masih terbatas. Faktor ini menjadi salah satu semakin
09 Perkembangan Isu
1
Pilihan yang terinformasikan mencakup saat berpartisipasi, pilihan teknologi dan tingkat pelayanan berdasar pada keinginan memba-
yar (willingness to pay), bagaimana dan kapan diterimanya pelayanan, bagaimana pengelolaan dana dan pertanggungjawabannya, dan
bagaimana pengelolaan pelayanan.
Pembangunan Perumahan dan Permukiman di Indonesia
16
TABEL III.1
RUMAH TANGGA MENURUT STATUS PENGUASAAN TEMPAT TINGGAL
TAHUN 2004 DAN 2007 (%)
2004 2007
STATUS
KOTA DESA NASIONAL KOTA DESA NASIONAL
TABEL III.3
RUMAH TANGGA YANG MENEMPATI RUMAH MILIK SENDIRI
MENURUT CARA MEMPEROLEH BANGUNAN TAHUN 2007 (%)
Cara pembayaran yang dominan dalam pembelian rumah 3.1.3Kondisi Fisik Bangunan
di tingkat nasional dan perkotaan adalah membayar tunai, Kondisi fisik rumah merupakan hal yang penting untuk
di- susul angsuran KPR, angsuran non KPR, dan kategori meli- hat kelayakan hunian sebuah rumah. Bila kondisi
lainnya. Proporsi cara pembayaran relatif stabil jika fisiknya masih baik maka penghuni rumah tersebut akan
dibandingkan kon- disi tahun 2007 terhadap tahun 2004. nyaman ting- gal di dalam rumahnya. Kondisi fisik rumah
Kondisi di perdesaan terlihat berbeda, yaitu angsuran non juga mempe- ngaruhi segi kesehatan pemilik rumah. Bila
KPR terlihat lebih dominan dibanding angsuran KPR, bahkan kondisi fisik rumah tersebut buruk maka fungsi rumah
ang- suran KPR cenderung menurun. Selengkapnya pada Tabel sebagai pelindung bagi penghuninya tidak akan
III.4. Jangka waktu pengembalian KPR yang dominan berkisar terpenuhi.
antara 6-15 tahun di nasional dan perkotaan. Namun di perde- Salah satu kriteria kondisi bangunan adalah jenis bahan
saan terlihat waktu pengembalian 1-5 tahun cukup yang digunakan, dan yang paling sering digunakan adalah
dominan bersama dengan waktu pengembalian 6-15 kayu/triplek, asbes, dan anyaman bambu. Namun demikian
tahun. masih banyak pula rumah yang tidak memiliki plafon. Pada
Selengkapnya pada Gambar 3.4. tahun 2007, 42,95% rumah di Indonesia tidak memiliki plafon,
meningkat sebesar 2,45% dari tahun 2004. Selengkapnya
pada Gambar 3.5.
TABEL III.4
RUMAH TANGGA YANG CARA MEMPEROLEH BANGUNANNYA DENGAN
MEMBELI MENURUT CARA PEMBAYARAN, TAHUN 2004 DAN 2007 (%)
2004 2007
CARA PEMBAYARAN
PERKOTAAN PERDESAAN NASIONAL PERKOTAAN PERDESAAN NASIONAL
GAMBAR 3.6
RUMAH TANGGA MENURUT LUAS TAPAK BANGUNAN (M2)
TAHUN 2004 DAN 2007
GAMBAR 3.5
RUMAH TANGGA MENURUT JENIS PLAFON TERLUAS Sumber: Statistik Perumahan dan Permukiman, BPS (berbagai tahun)
TAHUN 2004 DAN 2007 (%)
Terdapat 4 kriteria yang menggambarkan kondisi
bangunan rumah, yaitu baik, sedang, rusak, dan rusak
berat. Rumah de- ngan kondisi baik didefinisikan sebagai
rumah yang kerangka pokoknya (atap, dinding, dan lantai)
atau komponen bangunan- nya belum memerlukan
perbaikan. Rumah dengan kondisi sedang adalah rumah
yang kerangka pokoknya atau sebagian kecil komponen
bangunannya memerlukan perbaikan atau salah satu
kerangka pokoknya saja yang rusak. Rumah de- ngan
kondisi rusak adalah rumah yang sebagian besar kompo- nen
bangunannya memerlukan perbaikan, sedangkan rumah
Sumber: Statistik Perumahan dan Permukiman, BPS (berbagai tahun) dengan kondisi rusak berat adalah rumah yang
kerangka pokoknya memerlukan perbaikan segera
Kriteria lainnya adalah luas tapak bangunan yang menun- karena memba- hayakan penghuninya.
jukkan kenyamanan untuk sebuah rumah yang layak Sebagian besar kondisi bangunan di Indonesia (mencapai
tinggal. Standar yang dimiliki WHO, sebuah rumah 90%) dalam kondisi layak huni (kondisi baik dan
dikatakan meme- nuhi syarat rumah sehat bila luas per sedang). Namun proporsinya dari tahun ke tahun cenderung
orang minimal 10 m2. Ja- di apabila jumlah anggota menurun. Pada tahun 2004, proporsinya mencapai 94%,
keluarga dalam sebuah rumah 4-5 orang, maka rumah kemudian menurun menjadi 90% pada tahun 2007.
tersebut harus mempunyai luas 40-50 m2. Berdasarkan data, Proporsi rumah de- ngan kondisi baik lebih banyak berada
proporsi yang terbesar adalah rumah tangga yang memiliki di kawasan perkotaan daripada perdesaan. Sementara
rumah dengan luas diatas 70 m2, menca- pai sekitar 40%. itu, proporsi rumah dengan kondisi rusak dan rusak berat
Sementara sekitar 51% rumah tangga mem- punyai mengalami peningkatan dari 5,71% pada tahun 2004
luasan rumah berkisar 28-70 m . Walaupun demikian
2
menjadi 10,12% pada tahun 2007. Selengkapnya pada
Tabel III.5.
23 Data dan Informasi Dasar
TABEL III.5
RUMAH TANGGA MENURUT KONDISI BANGUNAN TEMPAT TINGGAL
TAHUN 2004 DAN 2007 (%)
3.1.4Fasilitas Rumah
Beberapa aspek perumahan yang perlu diperhatikan
antara lain ketersediaan penerangan, air bersih, fasilitas Sumber: Statistik Perumahan dan Permukiman, BPS (berbagai tahun)
persampah- an, dan kepemilikan kamar mandi. Pada bagian
3.1.5Permukiman Kumuh
ini hanya akan memaparkan fasilitas rumah berupa
penerangan (listrik). Pen- jelasan mengenai air minum, Salah satu permasalahan perumahan di Indonesia adalah
fasilitas sanitasi, dan persampah- an dipaparkan secara semakin meluasnya permukiman kumuh. Dalam jangka
rinci pada bagian profil permukiman. waktu tiga tahun ternyata luas permukiman kumuh di
Penerangan yang memadai, membantu manusia hidup Indonesia bertambah hingga 18%. Pada tahun 1996, luas
sehat, nyaman, dan beraktivitas dengan semestinya. permukiman kumuh di Indonesia mencapai 40.053 hektar.
Pene- rangan yang dianggap baik adalah yang bersumber Sedangkan pada tahun 2000, luas permukiman kumuh telah
dari listrik. Listrik yang dikonsumsi dapat berasal dari PLN berkembang men- jadi 47.393 hektar. Namun demikian,
maupun non- PLN. Pada tahun 2007 proprosi rumah tangga data terakhir tahun 2003 menunjukkan bahwa luas
Indonesia yang telah menggunakan listrik dari PLN adalah permukiman kumuh berhasil ditu- runkan menjadi 45.565
sebanyak 88,51%. Dengan demikian telah terjadi kenaikan hektar.
jumlah rumah tangga yang menggunakan PLN dari tahun Berdasarkan data dari RPJMN 2005-2009, meningkatnya
2004 sebesar 3,5%. Di perkotaan, penggunaan listrik PLN luas permukiman kumuh tersebut selaras dengan pertum-
oleh rumah tangga lebih ba- nyak dibanding di perdesaan.
Selengkapnya pada Gambar 3.8.
Pembangunan Perumahan dan Permukiman di Indonesia
24
TABEL III.6
LUAS, LOKASI, DAN JUMLAH PENGHUNI KAWASAN
KUMUH TAHUN 1996, 2000, 2003, DAN 2005
Sumber :
* RPJMN 2005-2009, Bappenas
** Statistik Potensi Desa Indonesia, BPS, (berbagai tahun)
Keterangan :
*** Menggunakan asumsi rata-rata anggota keluarga pada Statistik Potensi
Desa Indonesia 2003 yaitu 1 rumah tangga terdiri atas 4,1 jiwa
JUMLAH DESA YANG ADA PERMUKIMAN KUMUH Kemenpera 2005 - 2007,13 Desember 2007
TAHUN
PERKOTAAN PERDESAAN NASIONAL
Pada tahun 2000, jumlah rumah tangga yang belum
2003 1.774 2.315 4.089
memi- liki rumah mencapai 4 juta rumah tangga. Jumlah
2005 2.269 3.921 6.190
tersebut merupakan akumulasi dari kebutuhan tahun
Sumber: Statistik Potensi Desa Indonesia, BPS (Tahun 2003 dan 2005)
sebelumnya yang belum terakomodasi oleh penyediaan
3.1.6Backlog Perumahan rumah yang dilakukan oleh BUMN, developer swasta,
maupun swadaya masyarakat. Selain itu, peningkatan
Kondisi backlog perumahan sampai dengan tahun 2007
kebutuhan rumah juga disebabkan oleh pertumbuhan
dapat dikatakan cukup tinggi yaitu mencapai 5,8 juta unit de-
jumlah rumah tangga. Bila pemerintah berke- inginan agar
ngan pertumbuhan kebutuhan sekitar 800.000 unit pertahun. Hal
kebutuhan tersebut dapat dipenuhi dalam waktu 10 tahun,
tersebut ditambah lagi dengan kondisi rumah tidak layak huni
ditambah dengan peningkatan kebutuhan rumah aki- bat
yang mencapai 13 juta unit.
pertumbuhan penduduk (pertumbuhan rumah tangga),
TABEL III.8 maka sejak tahun 2000 total kebutuhan rumah per tahun
ada- lah sebesar
BACKLOG 1,1 PERUMAHAN
juta unit. Dengan demikian
TAHUN 2007 pada
akhir tahun 2004 total kebutuhan rumah akan mencapai
5,8 Kjuta
ONDISI PERUMAHAN
unit, dan pada tahun 2009 JUMLAH (JUTA UNIT
sebesar 11,6) juta
unit.
Backlog 5,8
Pertumbuhan kebutuhan/tahun 0,8
Rumah Tidak Layak Huni 13
Sumber: Presentasi Rencana dan Sasaran Program
25 Data dan Informasi Dasar
TABEL III.12
pompa, mata air terlindungi, air kemasan dan air hujan.
JUMLAH PENERBITAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH
Berdasarkan data Susenas, sumber air minum yang aman
SEDERHANA SEHAT BERSUBSIDI (KPRSH)
telah terjangkau oleh sekitar 81,5% masyarakat pada
TAHUN 2004-2007 (UNIT)
tahun 2007. Angka tersebut tidak menunjukkan perubahan
TAHUN JUMLAH cakupan layanan air minum yang signifikan dibanding tahun
2004 30.918 2002 yang sebesar 78%.
2005 63.713 Peningkatan tersebut terutama didominasi oleh
2006 78.174 pening- katan pemanfaatan sumber air minum dari sumur
2007 122.811 pompa. Penggunaan air kemasan walaupun meningkat
Sumber : Kementerian Negara Perumahan Rakyat, 2008 tajam tetapi bukan merupakan sumber yang layak
dikategorikan sebagai barang publik tetapi lebih sebagai
3.2Air Minum
komoditas dagang. Sumber air ledeng dan air hujan relatif
3.2.1Cakupan Pelayanan Air Minum stabil. Sementara penggunaan sumber air yang tidak
Air minum yang aman menurut Susenas 2007 aman seperti sumur tak terlindungi dan air sungai
didefinisikan sebagai air yang berasal dari sumur cenderung berkurang signifikan. Pemanfaatan sum- ber
terlindungi, ledeng, tidak aman lainnya relatif tetap.
TABEL III.13
PROPORSI RUMAH TANGGA MENURUT SUMBER AIR YANG DIGUNAKAN
TAHUN 2002-2007 (%)
Hal yang menarik di daerah perkotaan adalah penggunaan berarti, baik kapasitas produksi potensial maupun efektif.
sumber air minum berupa air kemasan yang mengalami lon- Sementara kapasitas produksi efektif meningkat dari 41,62%
jakan hampir 400% dari tahun 2002 yang hanya sebesar (tahun 2001) meningkat menjadi 50,52% (tahun 2005).
2,89% menjadi 14,45% pada tahun 2007. Sementara penggu- Efektifitas produksi yang pada tahun 2001 menca- pai 71,95%
naan sumber air minum berupa air ledeng menurun dalam meningkat menjadi 78,36% pada tahun 2005. Hal ini
Walaupun demikian, penggunaan sumber air minum tidak kontinu terus meningkat secara signifikan sejalan dengan
aman berupa sumur tak terlindungi juga mengalami penu- kesadaran masyarakat akan kebutuhan air bersih.
29 Data dan Informasi Dasar
TABEL III.14
KAPASITAS PRODUKSI PERUSAHAAN AIR MINUM TAHUN 2001 - 2005
2. Kapasitas Produksi Potensial (%) 71.95 77.72 80.17 77.42 78.36 77,12
3. Kapasitas Produksi Efektif (%) 41.62 44.69 46.09 45.72 50.53 45,73
4. Efektifitas Produksi Air Bersih (%) 19.35 22.28 23.04 22.57 25.07 22,46
Kelas C : Sedang, skor = -11 s.d -30 atau cemar TABEL III.17
sedang
Kelas D : Buruk, skor =30 atau cemar berat
Pada kolom status mutu terdapat dua hasil yang
menun-
jukkan hasil bagian hulu dan bagian hilir. Hasil bagian hulu
POTENSI CEKUNGAN AIR TANAH DI INDONESIA
ditu- lis dahulu menyusul bagian hilir. Misal memenuhi-cemar
berat artinya bagian hulu memenuhi dan bagian hilir tercemar
C EKUNGAN
berat. Status mutu kualitas air yang ada di 32 sungai di NO . TIPE DAERAH
Indonesia sebagian besar menunjukkan kondisi yang LUAS VOLUME
JUMLAH
tercemar baik di daerah hulu dan hilir. Variasi kondisi tercemar
(Km2) (JUTA m3)
ini berkisar pada jenis tercemar ringan, tercemar sedang, 1 Sumatera 65 270.656 109.926
hingga tercemar berat. 2 Jawa 80 80.936 41.334
Walaupun demikian masih ditemui beberapa sungai yang
3 Kalimantan 22 209.971 68.473
di bagian hulunya kondisinya masih memenuhi syarat.
4 Bali 8 4.381 1.598
Sumber mata air selain sungai adalah cekungan.
5 Nusa Tenggara 47 41.425 10.139
Cekungan-cekungan di muka bumi yang dapat
6 Sulawesi 91 37.768 20.244
menampung air, seperti waduk, danau, rawa, dan lainnya.
7 Maluku 68 25.830 13.174
Potensi cekungan air tanah yang ada di Indonesia tersebar
di seluruh propinsi dan potensi cekungan yang paling 8 Papua 16 52.662 43.400
besar terdapat di Propinsi Sumatera dan Kalimantan. Total 397 723.629 308.288
Selengkapnya pada Tabel III.17 dan Gambar 3.14.
GAMBAR 3.14 Sumber : Dit. Geologi Tata Lingkungan, Dep. ESDM, 2006
TABEL III.18
KPS AIR MINUM YANG TELAH BEROPERASI DI INDONESIA
TOTAL
PERIODE
NO. TIPE DAN WILAYAH KPS INVESTASI PENJELASAN
KONSESI INVESTOR
(JUTA)
1 Medan BOT US$ 5 25 Tahun Lyonnaise Operasi Penuh
- IPA 500 l/detik (2000-2025 Des Eaux
- Pipa Transmisi
2 Batam Konsesi US$ 100 25 Tahun Cascal By Sumber Air Baku dari Estuari Reservoir
- Kapasitas Produksi: 3000 (1996-2021) dan Duriangkang
l/d Bangun
- Perpipaan Cipta Sarana
4 Part Palembang Konsesi US$ 5 25 Tahun PT. Bangun - Di Kabupaten Sukarame pada tahun
- IPA : 80 l/detik (1998-2023) Cipta Sarana 2005 telah ditingkatkan menjadi 120
- Perpipaan l/detik
- Operasi Penuh
33 Data dan Informasi Dasar
TOTAL PERIODE
NO. TIPE DAN WILAYAH KPS INVESTASI INVESTOR PENJELASAN
KONSESI
(JUTA)
5 Pekanbaru BOT US$ 10 15 Tahun PT. DAPENMA Dalam Operasi
JO Existing + 600 l/detik (2005-2020)
6 Serang Utara BOO US$ 5 1993 PT. Sauh Kapasitas Penuh, Pemerintah
- Kapasitas Bahtera Daerah mendapatkan royalti sebesar
Produksi 150 l/det Samudra 5% tarif. Tarif ditentukan dengan
- Pipa transmisi 40 km kuesioner
7 Wilayah Barat Jakarta Kon- US$ 225 25 Tahun PT. Palyja - Kapasitas Penuh
sesi (1997-2022) - Kendala sumber air baku untuk
- Kapasitas Produksi : 6200 pe- nambahan kapasitas setelah
l/d 2007
- Perpipaan Transmisi - Masalah impelementasi tarif
8 Wilayah Timur Jakarta Kon- US$ 225 25 Tahun PT. - Kendala dalam proyeksi kebutuhan
sesi (1998-2023) Thames yang lebih kecil daripada
- Kapasitas Produksi : 6500 PAM Jaya kebutuhan nyata
l/d - Masalah implementasi tarif
- Perpipaan Transmisi - Kendala sumber air baku untuk
penambahan kapasitas setelah
2007
9 Cisadane JO - 25 Tahun Tirta Sumber air baku untuk Jakarta
Operasi IPA sebesar 3000 (1998-2023) Cisadane dan Tangerang
l/dtk
11 Lippo Karawaci BOT US$ 10 25 Tahun Lippo Kawasan Tempat Tinggal (Tarif ditentu-
- IPA : 120 l/detik (1999-2024) Karawaci kan dengan kuesioner) Potable
- Perpipaan Transmisi Full Water
Private
12 Bintaro Jaya BOO US$ 10 1990 Pembangunan Kawasan Tempat Tinggal, Full Private
- Kapasitas Produksi : 100 Jaya (Tarif ditentukan dengan kuesioner)
l/dtk sejak Tahun 1990
- Perpipaan Distribusi
13 Cikampek BOT US$ 0,5 25 Tahun - Operasi Penuh
- Peningkatan : 60 l/detik (2000-2025)
Beroperasi untuk 2000 SR
14 Bekasi (Kemang Pratama) US$ 10 1993 PT. Kawasan Tempat Tinggal, Full Private
BOO Kemang (Tarif ditentukan dengan kuesioner) sejak
- Kapasitas Produksi : Pratama Tahun 1993
50 l/detik
- Perpipaan
15 Hunday Industrial Estate US$ 5 1994 PT. Kawasan Industri, Full Private (Tarif di-
BOO Hunday tentukan dengan kuesioner) sejak
- Sistem Penyediaan Air Ta-
Minum: 50 l/detik
hun 1994
Pembangunan Perumahan dan Permukiman di Indonesia
34
TOTAL PERIODE
NO. TIPE DAN WILAYAH KPS INVESTASI PENJELASAN
KONSESI INVESTOR
(JUTA)
16 Kota Legenda BOO US$ 2,5 1995 PT. Kawasan Tempat Tinggal, Full Private
- Sistem Penyediaan Air Cikarang (Tarif ditentukan dengan kuesioner)
Minum : 25 l/detik (IPA Permai
+ Perpipaan)
17 Bukit Indah Cikarang BOO US$ 10 1998 PT. Bukit Kawasan Tempat TInggal dan Industri
- IPA 150 l/detik Indah sejak Tahun 1998
- Perpipaan Ditribusi Full Private
18 Subang BOT US$ 2,5 20 Tahun PT. MLD Operasi Penuh
- Kapasitas Produksi : 50 (2005- 2025)
l/detik
- Pipa Distribusi
19 Up Rating Gajah Mungkur US$ 2 20 Tahun PT. Tirta Dalam Tahap Konstruksi
(400 ha 600 l/detik) (2006-2026) Gajah
Mungkur
20 Bawen BOT US$ 10 2004 APAC INTI Kawasan Industri, PDAM memilik hak
IPA 250 l/dtk + Sistem Full Private sebesar 50 l/detik sejak Tahun 2004
distribusi
21 Kabupaten Sidoarjo BOT US$ 2,5 (1998-2023) PT. Vivendi Operasi Penuh
Kapasitas Produksi : US$ 3 (2005-2030) PT. Hanarida
200 l/detik + 450 l/detik
22 Denpasar BOT US$ 10 25 Tahun PT. Tirta Operasi Penuh Rencana Untuk Fase
- Kapasitas Produksi : (1995-2020) Artha II
300 l/detik Buana
- Suplai untuk Nusa Dua
dan
Wilayah Bali Selatan
23 Samarinda Konstruksi BOT US$ 5 25 years WATS Operasi Penuh
: (2004-2029)
- IPA: 400 l/detik
- Perpipaan Tranmisi
24 Banjarmasin Konstruksi BTO US$ 5 5 Years PT. Adi Operasi Penuh
- IPA 500 l/detik (2005-2010) Karya
25 Kota Tangerang BOT US$ 5 25 Tahun Gadang Dalam tahap Konstruksi
(2006-2031) Berhad
Sumber : BPPSPAM, 2007
Keterangan: financing);
1. WTP = Water Treatment Plant (Instalasi Pengolah Air
Minum)
2. Pola BOO/BOT (Build Operate Own/Build Operate Transfer) Pertimbangan-pertimbangan pokok bagi pembangunan proyek
dikenal luas di dunia, sebagai salah satu jalan keluar bagi infrastruk- tur dengan pola BOO/BOT yang didasarkan atas
permasalahan dana dalam membangun infrastruktur, seperti sarana kepentingan Pemerintah Daerah, seperti:
transportasi, telekomu- nikasi, air dan listrik. Terdapat berbagai 1. Tidak membebani neraca pembayaran pemerintah (off
variasi atau istilah BOO/BOT yang dikenal luas, diantaranya: balance-sheet
FBOOT (Finance Build Own Operate Transfer), BOL (Build
Operate Lease), DBOM (Design Build Operate Maintain), BOT
(Build Operate Transfer), dan sebagainya. Istilah BOO/BOT
digunakan untuk semua tipe Concession Agreement.
2. Mengurangi jumlah pinjaman Pemerintah maupun sektor publik lainnya; 6. Mengoptimalkan kemungkinan pemanfaatan perusahaan maupun
3. Merupakan tambahan sumber pembiayaan bagi proyek-proyek yang teknologi asing;
diprioritaskan (additional finance sources for priority projects); 7. Mendorong proses alih teknologi, khususnya bagi kepentingan negara-
4. Tambahan fasilitas baru; negara berkembang;
5. Mengalihkan resiko bagi konstruksi, pembiayaan dan pengoperasian 8. Diperolehnya fasilitas yang lengkap dan operasional setelah masa
kepada sektor swasta; akhir konsesi.
35 Data dan Informasi Dasar
TABEL III.19
PELUANG KPS SEKTOR AIR MINUM DI INDONESIA
PERKIRAAN
KAPASITAS
NO. PROYEK (JUTA TIPE
(LITER/DETIK)
DOLLAR)
TABEL III.20
PERBANDINGAN TARIF AIR DAN HARGA POKOK PRODUKSI
Minimal 343,74 PDAM Kab. Buol 520,47 PDAM Kab. Tojo Una-Una
Maksimal 9.490,22 PDAM Tirta Pangabuan 12.248,13 PDAM Tirta Pangabuan
Kab. Tanjung Jabung Kab. Tanjung Jabung
Barat Barat
Rata-rata (Rp/m )
3
2.253,11 2.248,54
C. Tingkat Kebocoran
E. Penyertaan Modal Pemerintah
Presentasi kehilangan air juga menjadi penyebab
Berdasarkan data Departemen Keuangan, dari total
kondisi PDAM tidak sehat. Berdasarkan laporan audit
205 PDAM yang berutang pada pemerintah, 175 PDAM
keuangan dan laporan audit kinerja oleh Badan Pendukung
memiliki tunggakan baik tunggakan pokok maupun non
Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (BPPSPAM)
pokok sebesar Rp 4,6 triliun. Besarnya tunggakan ini
Tahun 2007, hing- ga saat ini, rata-rata tingkat kehilangan
menyebabkan PDAM tidak mampu mendapatkan pinjaman
air di PDAM masih sa- ngat tinggi yaitu 39% dengan
baru karena berdasarkan UU No. 33 tahun 2004 tentang
kerugian setiap tahunnya menca- pai Rp 1,64 triliun.
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Kehilangan air ini disebabkan oleh aspek administratif dan
Pemerintah Daerah beserta peraturan pendukungnya
aspek teknis. Kehilangan air administratif tim- bul akibat
menyatakan bahwa salah satu persyaratan pin- jaman
kesalahan pencatatan meter, tidak akuratnya meter air, tidak
daerah adalah tidak adanya tunggakan pinjaman.
berfungsinya meter induk air maupun pencurian air
Kesulitan untuk mendapat sumber pendanaan
(sambungan ilegal). Sedangkan kehilangan air teknis umum-
berimplikasi pada kemampuan PDAM untuk memperbaiki
nya diakibatkan oleh kebocoran pipa. Dengan tingginya
kinerja dan mem- perluas cakupan pelayanan. Untuk
vo- lume kehilangan air maka PDAM harus menanggung
mengatasi permasalahan tersebut, Departemen Keuangan
biaya dasar yang tinggi. Berdasarkan Peraturan Menteri
menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan No. 120 Tahun
Dalam Negeri No. 26 Tahun 2006, volume kehilangan air
2008 tentang Penyelesaian Piutang Negara yang
yang diper- bolehkan adalah 20% sehingga biaya dasar
Bersumber dari Penerusan Pinjaman Dalam Negeri,
menunjukan biaya sesungguhnya yang harus ditanggung
Rekening Dana Investasi dan Rekening Pembangunan
oleh PDAM.
Daerah pada Perusahaan Daerah Air Minum. Hingga awal
tahun 2009, 40 PDAM telah mengajukan permo- honan
D. Pemekaran PDAM.
restrukturisasi utang dengan perincian 19 PDAM telah
Sejak tahun 2000 hingga tahun 2007 terdapat 47 PDAM
dibahas tim restrukturisasi, 26 PDAM dalam pembahasan
yang dimekarkan menjadi 111 PDAM, dimana sebanyak 38
dan 5 PDAM belum dapat ditindaklanjuti.
PDAM (59,37%) pemekaran mempunyai masalah dengan
PDAM induk, terutama masalah sumber air dan
pembagian aset.
Pembangunan Perumahan dan Permukiman di Indonesia
38
GAMBAR 3.17
STATUS KINERJA PDAM TERKAIT PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH
lingkungan.
TABEL III.21
CAKUPAN PELAYANAN SANITASI DASAR MENURUT TEMPAT PENAMPUNGAN AKHIR TINJA
TAHUN 2001 DAN 2007
GAMBAR 3.20
GAMBAR 3.18 CAKUPAN PELAYANAN SANITASI DASAR
CAKUPAN PELAYANAN SANITASI DASAR MENURUT TEMPAT PENAMPUNGAN AKHIR
MENURUT TEMPAT PENAMPUNGAN AKHIR TINJA DI PERDESAAN, 2001 - 2007
TINJA DI KOTA - DESA, 2001 - 2007
GAMBAR 3.19
CAKUPAN PELAYANAN SANITASI DASAR
MENURUT TEMPAT PENAMPUNGAN AKHIR
Sumber : Statistik Kesejahteraan
TINJA DI PERKOTAAN, 2001 - 2007 Rakyat, BPS
Sumber : Statistik Kesejahteraan Rakyat, BPS barangan masih sebesar 49,5% pada tahun 2001. Sementara
perubahan di perkotaan relatif kecil hanya sekitar 7%.
Penduduk BAB di sungai/danau berkurang (4,43%), selama
Perubahan tersebut baik di perkotaan maupun perdesaan
periode 2001 - 2007, tetapi cenderung tetap pada lokasi seper- ti
terutama terjadi pada kategori BAB di sungai/danau.
kolam/sawah dan pantai/tanah terbuka.
Penggunaan tangki septik dominan di perkotaan, semen- tara
3.3.2Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
penduduk perdesaan meskipun penggunaan tangki septik
Konsep IPAL terpadu bertujuan untuk mencegah pence-
meningkat dengan signifikan akan tetapi penggunaan su-
maran pada sumber air seperti sungai tidak terjadi lagi.
ngai/danau dan lobang tanah juga relatif mendominasi.
IPAL terpadu adalah instalasi dimana seluruh industri
Penduduk perkotaan yang BAB sembarangan relatif jauh
membuang limbah di tempat yang sama. Jika tersedia IPAL
lebih kecil yaitu hanya sekitar 18,5% dibanding dengan pen-
terpadu, maka pengawasan mudah dilakukan. Setiap ada
duduk perdesaan 40,5%. Walaupun demikian telah terlihat
pendirian suatu industri, persyaratannya harus memiliki
perubahan signifikan dari perilaku penduduk perdesaan jika
IPAL.
membandingkan penduduk perdesaan yang BAB sem-
Pembangunan Perumahan dan Permukiman di Indonesia
40
TABEL III.22
LOKASI INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH TAHUN 2007 DAN RENCANA TAHUN 2008
TABEL III.23
STATUS INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) TAHUN 2007
Jumlah IPAL 20
Kapasitas pengolahan (m3/hari) 429.993
Metode pengolahan 6,3% Aerated Lagoon + Upflow Anerobic Sludge Blanket (UASB)
37,5% Aerated Lagoon
6,3% Oxidation Ditch
6,3% Oxidation Pond
12,5% RBC (Rotating Biological Contractors)
12,5% Stabilization Pond
12,5% UASB
6,3% Extended Aeration
Sumber: http://www.pu.go.id/infostatistik, tanggal 25 maret 2008
3.4 Persampahan
3.4.1Cara Pembuangan Sampah
Cara pembuangan sampah beragam mulai cara yang
be- nar seperti diangkut, dibuat kompos, ditimbun, sampai
cara yang kurang tepat seperti dibuang ke selokan, dibuang
semba- rangan, bahkan dibakar.
Cara membuang sampah yang paling banyak dipilih
adalah membakar dan menimbun sampah, terutama bagi
rumah tang- ga di perdesaan. Sementara sampah yang
diangkut petugas walaupun belum dominan tetapi telah
menunjukkan pening- katan dari tahun 2001, terutama di
perkotaan.
Upaya yang telah dilakukan pemerintah untuk mendorong pe-
nerapan 3R telah berlangsung cukup lama, tetapi terlihat Foto: Istimewa
TABEL III.24
RUMAH TANGGA MENURUT CARA PEMBUANGAN SAMPAH
TAHUN 2001, 2004, DAN 2007 (%)
1 Diangkut Petugas 40,09 41,28 44,62 1,02 1,49 2,41 18,03 18,41 20,63
2 Ditimbun 7,54 7,97 13,80 12,71 12,64 27,28 10,46 10,66 21,46
3 Dibuat Kompos 1,61 1,15 - 4,98 3,18 - 3,51 2,31 -
4 Dibakar 35,49 35,59 48,94 50,14 55,27 79,36 43,76 46,90 66,23
5 Dibuang ke Kali/Selokan 5,81 6,90 8,28 8,34 8,50 13,67 7,24 7,82 11,34
6 Dibuang Sembarangan 3,35 0,72 3,85 13,70 11,31 15,87 9,27 7,66 10,68
7 Lainnya 5,94 4,39 6,09 9,11 7,61 12,61 7,73 6,24 9,80
Sumber : Statistik Perumahan dan Permukiman , 2001, 2004, dan 2007
Catatan: Setiap rumah tangga bisa mempunyai cara pembuangan lebih dari satu kategori.
GAMBAR 3.21
GAMBAR 3.22
PROPORSI RUMAH TANGGA MENURUT
PERSENTASE JENIS TIMBULAN SAMPAH
CARA PEMBUANGAN SAMPAH TAHUN 2007
BERDASARKAN KLASIFIKASI (%)
(%)
TABEL III.25
Mamuju. Selain itu, terdapat 55 TPA yang
TIMBULAN SAMPAH DI KOTA BESAR DAN
menggunakan metode controlled landfill, 4 TPA
METROPOLITAN DI INDONESIA
membakar dan membuang sampahnya ke hutan/tanah
TAHUN 2002 DAN 2006 (m3/hari)
kosong, dan 286 TPA menggu- nakan metode open
dumping.
NO KOTA 2002 2006
TABEL III.26
1 Medan 6.157 4.382
PROFIL TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) DI
2 Palembang tad 4.837 INDONESIA TAHUN 2007
3 Jakarta 25.176 26.444
Jumlah TPA 378 unit
4 Bandung 6.470 7.484
5 Semarang 3.500 3.805 Luas (Ha) 1.886,99 hektar
6 Yogyakarta 1.591 tad 15,5% Controlled Landfill
7 Surabaya 8.700 6.234 80,6% Open Dumping
8 Denpasar Tad 2.300 Metode pengolahan 1,1% Dibakar, Dibuang ke
9 Manado 1.400 tad hutan, Tanah Kosong
10 Makassar 3.918 tad 2,8% Sanitary Landfill
Sumber : Statistik Lingkungan Hidup, 2003 dan Sumber : http://www.pu.go.id/infostatistik, tanggal 25 maret 2008
2006/2007
Keterangan: tad = tidak tersedia
data TABEL III.27
DAFTAR TPA YANG MENGGUNAKAN
Berdasarkan data dari Statistik Lingkungan Hidup
SISTEM SANITARY LANDFILL
tahun 2006/2007, persentase volume sampah yang terangkut
di kota- kota di Indonesia cukup baik dimana rata-rata No Kota/Kab Nama TPA
hampir 50% vo- lume sampah yang sudah terangkut. 1 Kota Padang Air Dingin
Proporsi volume sampah terangkut yang mencapai 100% 2 Kab. Dharmasraya Koto Baru
dijumpai di Kota Padang. Namun, masih terdapat volume
3 Kab. Bengkulu Selatan Pager Dewa
sampah yang belum ditangani dengan baik yaitu di Kota
4 Kota Banjar Cibureum
Jambi dan Palembang dimana persentase volume
5 Kota Semarang Jatibarang
sampah yang terangkut di kota ini kurang dari 50%.
6 Kab. Bantul Regional Piyungan
7 Kota Samarinda Bukit Pandang
3.4.3 Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah
8 Kota Tarakan Akibahu
Sampai dengan tahun 2007, jumlah TPA di
Indonesia adalah 378 unit yang hampir berada di setiap 9 Kota Bontang Bontang
kabupaten/kota. Luas total TPA mencapai sekitar 1.886 Sumber : http://www.pu.go.id/infostatistik, tanggal 25 maret 2008
hektar. TPA-TPA di Indonesia memiliki metode pengolahan
yang berbeda-beda, yaitu sanitary landfill, controlled Penerapan metode pengolahan open dumping dan
landfill, dan open dumping. Bahkan ada beberapa TPA yang con- trolled landfill tidak ramah lingkungan karena sampah
membakar, atau membuang sampahnya ke hutan. hanya diurug dan seringkali tidak menggunakan tanah
Sampai tahun 2007, terdapat sekitar 2,8% atau 10 TPA penutup hari- an. Hal ini membuat tumpukan sampah menjadi
yang menggunakan metode sanitary landfill, yaitu Kabupaten tidak stabil dan pada akhirnya dapat mengakibatkan longsor
Dhamasraya, Kabupaten Bengkulu Selatan; Kota Banjar seperti yang terja- di di TPA Bantargebang. Selain itu,
(Cibeureum), Kota Semarang, Kabupaten Bantul, Kota proses degradasi sampah berlangsung tanpa ada oksigen
Samarinda, Kota Tarakan, Kota Bontang, dan Kabupaten (anaerob) sehingga menim- bulkan bau dan gas metan
yang dapat menimbulkan bahaya
Pembangunan Perumahan dan Permukiman di Indonesia
44
TABEL III.28
KETERSEDIAAN FASILITAS DI TPA
T IDAK
NO FASILITAS A DA
A DA
Sumber: Statistik Persampahan Indonesia
1 Pengolahan lindi 53% 47% Tahun 2008, KLH, 2008
3.4.4Kelembagaan
Kelembagaan di bidang persampahan tidak terlepas
dari peran Pemerintah Pusat, Pemerintah Propinsi,
Pemerintah Kabupaten/Kota, dan lembaga Swadaya
Masyarakat. Keterkaitan antar pihak tersebut dapat
dilihat dalam tabel berikut ini.
Foto: PERKIM BAPPENAS
45 Data dan Informasi Dasar
TABEL III.29
ASPEK KELEMBAGAAN DALAM BIDANG PERSAMPAHAN
1 Pemerintah Pusat Bappenas, Kantor Meneg a. Menetapkan kebijakan dan strategi nasional pengelolaan
KLH, Dep.PU, Depkes, sampah;
b. Menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria pengelo-
Depdagri, dan Depkeu
laan sampah;
c. Memfasilitasi dan mengembangkan kerja sama
antardae-
rah, kemitraan, dan jejaring dalam pengelolaan sampah;
d. Menyelenggarakan koordinasi, pembinaan, dan peng-
awasan kinerja pemerintah daerah dalam pengelolaan sam-
pah; dan
e. Menetapkan kebijakan penyelesaian perselisihan antardae-
rah dalam pengelolaan sampah.
2 Pemerintah Propinsi Bappeda, Dinas PU, dan a. Menetapkan kebijakan dan strategi nasional
pengelolaan
Dinas Kesehatan sampah;
b. Menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria pengelo-
laan sampah;
c. Memfasilitasi dan mengembangkan kerja sama
antardae-
rah, kemitraan, dan jejaring dalam pengelolaan sampah;
d. Menyelenggarakan koordinasi, pembinaan, dan peng-
awasan kinerja pemerintah daerah dalam pengelolaan sam-
pah; dan
e. Menetapkan kebijakan penyelesaian perselisihan antardae-
rah dalam pengelolaan sampah.
3 Pemerintah Bappeda, Dinas PU, a. Menetapkan kebijakan dan strategi pengelolaan sampah
Kabupaten/Kota Dinas Kesehatan, Dinas berdasarkan kebijakan nasional dan provinsi;
b. Menyelenggarakan pengelolaan sampah skala
Tata Kota, Dinas
kabupaten/kota sesuai dengan norma, standar, prosedur,
Kebersihan, PDAM/
dan kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah;
PDPAL, dan Bapedalda
c. Melakukan pembinaan dan pengawasan kinerja
pengelo-
laan sampah yang dilaksanakan oleh pihak lain;
d. Menetapkan lokasi tempat penampungan sementara, tem-
pat pengolahan sampah terpadu, dan/atau tempat pemro-
sesan akhir sampah;
e. Melakukan pemantauan dan evaluasi secara berkala
setiap 6 (enam) bulan selama 20 (dua puluh) tahun
terhadap tem- pat pemrosesan akhir sampah dengan
sistem pembuangan
terbuka yang telah ditutup; dan
f. Menyusun dan menyelenggarakan sistem tanggap
darurat
pengelolaan sampah sesuai dengan kewenangannya.
4 Lembaga Swadaya LKMD/RT-RW Melakukan pembinaan terhadap masyarakat dalam bidang
Masyarakat masyarakat (mengelola sampah dengan melibatkan
masyarakat, dan lain-lain)
Sumber : National Action Plan Bidang Persampahan, Hotel Bidakara, Jakarta, 25-26 November 2004 dan UU No.18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sampah
Pembangunan Perumahan dan Permukiman di Indonesia
46
sampah, sedangkan pihak swasta umumnya mengelola Luas Genangan (ha) 31.631.174 29.195.643 23.923.981
persampahan pada kawasan masyarakat berpenghasilan
Luas Genangan (%) 17.92 16.54 13.55
ke atas dimana kemam- puan membayar dari konsumen
Total Luas Area
sudah cukup tinggi. 176.565.430
Kab/Kota (ha)
Pada umumnya dinas kebersihan selain berfungsi
sebagai pengelola persampahan kota, juga berfungsi sebagai Sumber : Review Renstra, Direktorat PLP Dept. PU, Tahun 2008
GAMBAR 3.24
TABEL III.31 KLASIFIKASI RUMAH TANGGA MENURUT KEADAAN AIR
RUMAH TANGGA MENURUT KEADAAN AIR GOT/SELOKAN DI GOT/SELOKAN DI SEKITAR RUMAH
SEKITAR RUMAH TAHUN 2007 (%)
PERKOTAAN
KEADAAN AIR GOT/
PERKOTAAN PERDESAAN +
SELOKAN
PERDESAAN
Proporsi rumah tangga yang tinggal di daerah perkotaan dengan kondisi air got/selokan mengalir lancar lebih tinggi
diban- dingkan dengan daerah perdesaan yaitu 66,09% berbanding 42,76%. Sedangkan persentase keadaan air got/selokan
yang meng- alir lambat dan tergenang tidak jauh berbeda antara daerah perkotaan dan perdesaan.
51 Kesepakatan Internasional
TABEL IV.1
KESEPAKATAN INTERNASIONAL TERKAIT PERUMAHAN DAN/ATAU PERMUKIMAN
1966 Kovenan Internasional tentang Hak Mengatur berbagai hak asasi manusia mulai dari hak tenaga kerja,
Ekonomi, Sosial dan Budaya (The hak keamanan sosial, hak kehidupan keluarga, hak memperoleh
Interna- tional Covenant on Economic, standar hidup yang layak, hak kesehatan, hak pendidikan, dan
Social, and hak ikut serta
Cultural Rights) dalam kebudayaan
1992 Deklarasi Rio tentang Lingkungan dan Kesepakatan terkait perumahan terutama menegaskan akses ter-
Pembangunan (Rio Declaration on Environ- hadap perumahan diakui sebagai suatu hal yang hakiki dan
ment and Development), dikenal sebagai pemerin- tah didorong untuk memenuhi kewajibannya.
Agenda 21 Khususnya bagi masyarakat berpenghasilan rendah .
Kesepakatan terkait penyediaan air minum didedikasikan khusus
pada Bab 18 yang menegaskan pengelolaan air global dan
menterpadukan program dan rencana pembangunan terkait air
kedalam kerangka kebi-
jakan.
Pembangunan Perumahan dan Permukiman di Indonesia
52
1996 Deklarasi Istanbul tentang Permukiman Komitmen untuk meningkatkan kondisi lingkungan dan pekerjaan
(Istanbul Declaration on Human Settle- yang berkelanjutan sehingga semua orang dapat memperoleh
ments), dikenal sebagai Agenda Habitat perumahan layak yang sehat, aman, nyaman, akses mudah, dan
(Habitat Agenda) murah serta
memiliki prasarana dasar yang memadai.
2000 Tujuan Pembangunan Milenium (Millenium Pemimpin dunia bersepakat mengurangi tingkat kemiskinan
Development Goals) melalui tujuan pembangunan yang disepakati dan terukur. Secara
ringkas, arah tujuan pembangunan yang disepakati secara global
meliputi:
1. Menghapus kemiskinan dan kelaparan berat
2. Mewujudkan pendidikan dasar untuk semua orang
3. Mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayaan perem-
puan
4. Menurunkan tingkat kematian anak
5. Meningkatkan kesehatan ibu melahirkan
6. Melawan penyebaran HIV/AIDS dan penyakit kronis lainnya
(malaria dan tuberkulosa)
7. Menjamin keberlangsungan lingkungan
8. Mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan
Sumber : diperoleh dari berbagai literatur
4.2 Tujuan Pembangunan Milenium (Millenium Develop- jutan (World Summit on Sustainable Development) di
ment Goals/MDGs) Johan- nesburg tahun 2002, dengan agenda menyepakati
4.2.1Latar Belakang MDGs rencana implementasi (plan of implementation) MDGs,
Pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Milenium kemudian dise- pakati untuk menambahkan target sanitasi
Perseri- katan Bangsa-Bangsa (PBB) bulan September pada target 10 sehingga selengkapnya menjadi
2000, sebanyak 189 negara anggota PBB yang sebagian "Mengurangi separuhnya, pada tahun 2015, proporsi
besar diwakili oleh kepala pemerintahan sepakat untuk penduduk tanpa akses air minum dan sanitasi dasar".
mengadopsi Deklarasi Milenium. Deklarasi ini menghimpun
komitmen para pemimpin dunia yang tidak pernah ada 4.2.2Tujuan MDGs
sebelumnya untuk menangani isu perdamaian, keamanan, Tujuan Pembangunan Milenium terdiri dari 8 tujuan
pembangunan, hak asasi, dan kebe- basan fundamental yang disepakati secara global meliputi:
dalam satu paket. Dalam konteks inilah, negara-negara 1. Menghapus kemiskinan dan kelaparan berat
anggota PBB kemudian mengadopsi Tujuan 2. Mewujudkan pendidikan dasar untuk semua orang
Pembangunan Milenium (Millennium Development Goals/ 3. Mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayaan
fokus utama pembangunan serta memiliki tenggat waktu 6. Melawan penyebaran HIV/AIDS dan penyakit kronis
dan kemajuan yang terukur. MDGs didasarkan atas lain- nya (malaria dan tuberkulosa)
tanggung jawab negara berkembang untuk melaksanakan 8.Mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan
tugas tersebut. Di sisi lain, negara maju berkewajiban untuk Dari 8 tujuan tersebut, yang terkait dengan
TABEL IV.2
TUJUAN DAN TARGET MDGS
TARGET 1 Menurunkan proporsi penduduk yang tingkat pendapatannya di bawah US$ 1 per hari menjadi setengahnya
dalam kurun waktu 1990-2015
TARGET 2 Menurunkan proporsi penduduk yang menderita kelaparan menjadi setengahnya dalam kurun waktu 1990-
2015
TARGET 6 Menurunkan angka kematian ibu sebesar tiga-perempatnya dalam kurun waktu 1990-2015
INDIKATOR
1. Proporsi rumah tangga dengan berbagai kriteria sumber air (total) (%)
2. Proporsi rumah tangga/penduduk dengan berbagai kriteria sumber air (perdesaan) (%)
3. Proporsi rumah tangga/penduduk dengan berbagai kriteria sumber air (perkotaan) (%)
4. Cakupan pelayanan perusahaan daerah air minum (KK)
5. Proporsi rumah tangga dengan akses pada fasilitas sanitasi yang layak (total) (%)
6. Proporsi rumah tangga dengan akses pada fasilitas sanitasi yang layak (perdesaan) (%)
7. Proporsi rumah tangga dengan akses pada fasilitas sanitasi yang layak (perkotaan) (%)
TARGET 11 Mencapai perbaikan yang berarti dalam kehidupan penduduk miskin di permukiman kumuh pada tahun 2020
INDIKATOR
1. Proporsi rumah tangga yang memiliki atau menyewa rumah (%)
TABEL IV.3
INDIKATOR DAN TARGET MDGs PERMUKIMAN (AIR MINUM DAN SANITASI DASAR) INDONESIA
I NDIKA T O R
NOMOR TARGET
D UNIA I NDONESIA
1 Proporsi penduduk dengan berbagai kriteria Sumber Air Terlindungi - Total (Proporsi 67%
sumber air (total) (%) pendu- duk, baik perdesaan maupun
perkotaan, yang sumber air minumnya
berasal dari sumber air yang terlindungi baik
perpipaan maupun non perpipaan terhadap
total penduduk)
2 Proporsi penduduk dengan berbagai kriteria Sumber Air Terlindungi - Perkotaan 67%
sumber air (perkotaan) (%) (Proporsi penduduk perkotaan yang sumber
air minumnya berasal dari sumber air yang
terlin- dungi baik perpipaan maupun non
perpipaan terhadap jumlah total penduduk
perkotaan)
3 Proporsi penduduk dengan berbagai kriteria Sumber Air Terlindungi - Perdesaan 65,5%
sumber air (perdesaan) (%) (Proporsi penduduk perdesaan yang sumber
air minumnya berasal dari sumber air yang
terlin- dungi baik perpipaan maupun non
perpipaan terhadap jumlah total penduduk
perdesaan)
Pembangunan Perumahan dan Permukiman di Indonesia
56
I NDIKA T O R
NOMOR TARGET
D UNIA I NDONESIA
4 Cakupan pelayanan perusahaan daerah air Air Minum Perpipaan (Proporsi penduduk baik 57,4 %
minum (KK) perkotaan maupun perdesaan yang sumber air
minumnya berasal dari sumber air yang
terlin- dungi berupa perpipaan terhadap
jumlah total
penduduk)
Air Minum Perpipaan Perkotaan (Proporsi pen- 67,7%
duduk perkotaan yang sumber air minumnya
berasal dari sumber air yang terlindungi
berupa perpipaan terhadap jumlah total
penduduk perkotaan)
5 Proporsi rumah tangga dengan akses pada Sanitasi yang layak (Proporsi penduduk, 65,5%
fasili- tas sanitasi yang layak (total) (%) baik perkotaan maupun perdesaan, yang
mem- buang air besar pada fasilitas
sanitasi yang memenuhi syarat terhadap
jumlah total pen- duduk)
6 Proporsi rumah tangga dengan akses pada Sanitasi yang layak di Perkotaan (Proporsi 78,8%
fasili- tas sanitasi yang layak (perkotaan) pen- duduk perkotaan yang membuang air
(%) besar pada fasilitas sanitasi yang memenuhi
syarat terhadap jumlah penduduk
perkotaan)
7 Proporsi rumah tangga dengan akses pada Sanitasi yang layak di Perdesaan (Proporsi 59,6%
fa- silitas sanitasi yang layak (perdesaan) penduduk perdesaan yang membuang air
(%) be- sar pada fasilitas sanitasi yang
memenuhi sya- rat terhadap jumlah
penduduk perdesaan)
Sumber: Diolah dari Laporan Pencapaian
MDGs Indonesia, 2007
TABEL IV.4
INDIKATOR DAN TARGET MDGs PERUMAHAN
I NDIKA T O R
NOMOR TARGET
D UNIA I NDONESIA
1 Proporsi penduduk perkotaan yang tinggal di Proporsi rumah tangga yang memiliki rumah *
permukiman kumuh atau menyewa rumah
perdesaan.
Proporsi rumah tangga di perdesaan dengan akses
pada fasilitas sanitasi yang layak ternyata menunjukkan
perkem- bangan yang sangat baik. Jika pada tahun 1992
proporsi ini hanya mencapai 19,1%, pada tahun 2000
meningkat menjadi
TABEL IV.6
STATUS PENCAPAIAN MDGS INDONESIA TAHUN 2007 (%)
TAR GET 10 : MENURUNKAN HINGGA SEPARUHNY A PROPORSI PENDUDUK TANPA AKSES TE RHADAP
SUMBER AIR MINUM YANG AMAN DAN BERKELANJ UTAN SERTA FASILITAS S ANITASI DASARPADA 2015
TARGET 11 : MEMPERBAIKI KEHIDUPAN PENDUDUK MISKIN YANG HIDUP DI PERMUKIMAN KUMUH PADA 2020
maran berupa penanganan air limbah industri dan 5. Masih rendahnya akses di kawasan perkotaan terhadap
domestik. pelayanan sistem pembuangan air limbah (sewerage sys-
Sementara itu, tantangan yang dihadapi untuk tem).
mencapai target MDGs bidang sanitasi di Indonesia
antara lain:
1. Pengetahuan penduduk tentang kualitas lingkungan
yang masih rendah.
Masyarakat terutama di perdesaan kurang
memahami pentingnya sanitasi bagi kesehatan mereka. Hal
ini salah satu- nya dikarenakan rendahnya pengetahuan
mereka. Kondisi ini menyebabkan banyak jamban yang
tidak digunakan seba- gaimana mestinya. Tingkat
pemahaman dan kesadaran masyarakat, jajaran
eksekutif, jajaran legislatif dan pelaku dunia usaha harus
ditingkatkan agar memahami bahwasanya sanitasi berkaitan
erat dengan kualitas hidup. Bila masyarakat telah menyadari
pentingnya sanitasi, khususnya berkaitan de- ngan kesehatan
dan produktivitas maka kebutuhan terhadap prasarana dan
sarana sanitasi akan meningkat.
2. Persoalan sanitasi dasar bukan merupakan isu
penting bagi kalangan politisi, pemerintah, bahkan
dunia usaha.
Rendahnya perhatian mereka pada masalah sanitasi dasar
yang layak digambarkan dari masih sedikitnya anggaran pen-
danaan untuk pembangunan sanitasi dasar. Kepedulian dan
kepekaan lebih tinggi dari kalangan pengambil keputusan bahwa
masalah sanitasi sangat erat kaitannya dengan peningkatan
kuali- tas hidup dan kesehatan masyarakat, terutama
masyarakat miskin baik di perdesaan maupun di perkotaan,
sangat diperlukan di masa depan.
3. Belum adanya kebijakan terpadu lintas sektor yang
beru- paya menyediakan fasilitas sanitasi dasar yang
layak dan sehat.
Di masa depan upaya peningkatan kualitas sarana
sanita- si harus menjadi perhatian serius. Perhatian ini
diberikan dalam bentuk penyediaan dana dan
pendampingan dalam pembangunan sarana yang
memenuhi kriteria teknis dan stan- dar kesehatan yang
ditetapkan tetapi sekaligus mudah di- operasikan dan
dipelihara oleh masyarakat.
4. Rendahnya kualitas bangunan tangki septik di
perkotaan. Keterbatasan lahan di perkotaan semakin
menyulitkan banyak pihak untuk membangun sistem
pengelolaan tinja indi- vidual dengan menggunakan tangki
septik yang memenuhi
syarat.
Hal ini disebabkan laju pertumbuhan penduduk ekonomi disebabkan oleh waktu akses, pariwisata dan
di kawasan perkotaan tidak mampu diikuti oleh laju kerugian peng- gunaan lahan.
penyediaan prasarana dan sarana sistem Upaya yang dilakukan untuk menangani tantangan
pembuangan air limbah. Rendahnya laju pembangunan pem- bangunan sanitasi tersebut antara lain:
sistem pembuangan air limbah bagi kota metropolitan dan 1. Mengembangkan kerangka kebijakan dan
besar pada umumnya disebabkan oleh semakin mahalnya institusi. Kepastian pembagian peran di antara institusi yang
nilai konstruksi dan semakin terbatas- nya lahan yang terlibat, ter- masuk menerapkan institusi yang memegang
dapat dimanfaatkan sebagai jaringan pelayanan, peranan utama dalam pembangunan air limbah sangat
sementara di lain pihak kesediaan membayar (will- ingnes diperlukan untuk meningkatkan kualitas sanitasi.
to pay) dari masyarakat untuk pelayanan air limbah 2. Mengubah perilaku hidup bersih dan sehat. Hal
domestik masih sangat rendah sehingga tidak dapat ini ditempuh melalui metode CLTS (Community-Led Total
menutup biaya pelayanan. Sa- nitation), yang memicu masyarakat untuk
6. Tidak adanya pelayanan sanitasi yang layak mengubah ke- biasaan buang air besar sembarangan
berdampak pada kualitas kesehatan yang rendah. menjadi lebih tertutup buangan tinjanya.
Hasil kajian Water and Sanitation Program East Asia 3. Meningkatkan kapasitas masyarakat berdasarkan
and the Pacific (WSP - EAP), World Bank Office pendekatan tanggap kebutuhan (demand responsive app-
Jakarta Tahun 2008 berjudul "Dampak Ekonomi Sanitasi di roach/demand driven), partisipatif, pilihan yang
Indonesia" menye- butkan bahwa total kerugian ekonomi diinformasikan (informed choice), keberpihakan pada
dari sanitasi dan higinitas buruk mencapai Rp. 56 triliun masyarakat miskin (pro poor), gender, pendidikan, dan
per tahun. Dari total jumlah keru- gian tersebut, swadaya (self financing).
sebesar 53% (Rp 29,5 triliun) merupakan dampak 4. Mengembangkan model penyediaan fasilitas
kesehatan dan sebesar 24% (Rp 13,3 triliun) meru- sanitasi dasar di perkotaan seperti program Sanimas
pakan dampak pencemaran air. Sisanya 23% biaya (Sanitasi Berbasis Masyarakat). Hal ini menjadi jalan keluar
untuk lahan perko-
Pembangunan Perumahan dan Permukiman di Indonesia
64
taan yang sempit, yakni dengan menyediakan sistem
secara eksplisit telah mendorong agar pemerintah
peng- olahan tinja komunal.
menjamin kepemilikan rumah bagi masyarakat.
5. Mengembangkan sistem database dan informasi
Kesepakatan semakin mengerucut ketika pada tahun
untuk sanitasi dasar. Hal ini akan membantu dalam peren-
1988 melalui The Global Strategy for Shelter to the Year
canaan, pengawasan dan evaluasi program sekaligus
2000 pemerintah diminta untuk melakukan perubahan
menjadi bahan baku untuk program advokasi dan
mendasar untuk mengatasi perma- salahan perumahan.
kampanye publik.
Pemenuhan kebutuhan bagi masyarakat berpenghasilan
rendah (MBR) mulai dipertegas pada tahun 1992 melalui
4.3 Perumahan
Agenda 21. Kemudian semakin lengkap dengan keluarnya
Selama kurun waktu 30 tahun (1966-1996) tercatat
Habitat Agenda pada tahun 1996 yang tidak hanya
enam kesepakatan internasional yang terkait dengan
sekedar pemenuhan kebutuhan perumahan saja tetapi
pembangunan perumahan, baik langsung maupun tidak
juga dengan persyaratan perumahan layak yang sehat,
langsung. Dimulai pada tahun 1966 dengan The
aman, nya- man, akses mudah, dan murah serta memiliki
International Covenant on Economic, Social, and
prasarana dasar yang memadai. Ringkasan selengkapnya
Cultural Rights yang lebih menyoroti tentang hak asasi
dapat dilihat pada lampiran.
manusia. Kemudian diikuti pada tahun 1976 The Vancouver
Declaration on Human Settlements yang
TABEL IV.7
KESEPAKATAN INTERNASIONAL TERKAIT PEMBANGUNAN PERUMAHAN
DALAM KURUN WAKTU 1966-1996
T AHUN J UDUL
R INGKASAN K ESEP AKA T A N
K ESEP AKA T A N /D EKLARASI
1966 Kovenan Internasional tentang Hak Ekonomi, Memasukkan hak perumahan sebagai bagian dari hak
Sosial dan Budaya (The International Covenant asasi pada artikel 11 yang menegaskan bahwa
on Eco- nomic, Social, and Cultural Rights) "Pemerintah di setiap negara harus dapat memberikan
hak berupa standar hidup yang layak bagi penduduknya,
termasuk makanan, pakaian, dan rumah, serta
peningkatan kondisi kehidupan- nya kepada setiap
orang di negara tersebut"
1976 Deklarasi Vancouver tentang Permukiman (The Van- Kesepakatan mengenai penanganan masalah
couver Declaration on Human Settlements) permukiman dan hal-hal yang harus diperhatikan oleh
pemerintah di seluruh dunia untuk menjamin
kepemilikan rumah bagi masyarakat
1988 Strategi Global untuk Perumahan sampai Tahun Mendapatkan perumahan yang layak merupakan
2000 (The Global Strategy for Shelter to the hak universal dan menjadi dasar dari suatu
Year 2000) kebijakan pemenuhan kebutuhan perumahan
Pemerintah harus membuat berbagai perubahan
yang fundamental untuk mengatasi permasalahan
perumahan
yang ada
Pembangunan Perumahan dan Permukiman di Indonesia
66
tersebut didedikasikan khusus bagi pembangunan air minum.
kesepakatan Dekade Air dan Sanitasi Internasional tahun Tahun 1996 PBB menyelenggarakan Konferensi tentang
1981-1990. Walaupun dianggap kurang berhasil tetapi pene- Permukiman (Habitat II) di Istanbul Turki, yang
tapan dekade memberi pengalaman berharga tentang menelurkan Deklarasi Istanbul tentang Permukiman yang
pen- tingnya pendekatan terpadu dan sesuai dengan kondisi lebih sering dise- but sebagai Agenda Habitat (the Habitat
setem- pat dalam pembangunan air dan sanitasi. Agenda). Setahun ke- mudian, 1997, diselenggarakan untuk
Segera setelah diakhirinya dekade air dan sanitasi pertama kalinya Forum Air Dunia (World Water Forum) di
interna- sional, dilaksanakan Konsultasi Global tentang Air Marrakech, yang menelurkan Deklarasi Marakesch
dan sanitasi yang aman untuk dekade 1990 (Global (Marakesch Declaration).
Consultation on Safe Water and Sanitation for the 1990's) Tonggak sejarah terjadi pada tahun 2000 menyusul
di New Delhi Tahun 1990. Pernyataan New Delhi yang disepa- katinya Deklarasi Millenium PBB (United Nations
terkenal adalah "Some for all rather than more for some" Millenium De- clarations) yang menjadi dasar penetapan
yang kira-kira mengandung arti sedikit untuk semua Tujuan Pembangun- an Millenium (Millenium Development
daripada banyak hanya untuk segelintir. Deklarasi New Goals/MDGs). Disusul tahun 2002, melalui Pertemuan Dunia
Delhi juga mendorong semua negara untuk memungkinkan tentang Pembangunan Berkelanjutan (World Summit on
semua orang memperoleh akses terhadap dua kebutuhan Sustainable Development) di Johannesburg, Afrika Selatan,
dasar manusia yaitu air dan sanitasi lingkungan. yang menambahkan isu sanitasi sebagai tambahan target
Tidak lama setelah itu, atau 15 tahun setelah Mar del MDGs bersama dengan air minum.
Plata yaitu tahun 1992, dilaksanakan Konferensi Selain itu, PBB menetapkan tahun 2005-2015 sebagai
Internasional ten- tang Air dan Lingkungan (International Dekade Internasional untuk Kegiatan Air untuk Kehidupan
Conference on Water and the Environment) di Dublin yang (International Decade for Action "Water for Life"). Selain
menghasilkan Pernyataan Dublin tentang Air dan juga ditetapkan Tahun 2008 sebagai Tahun Sanitasi
Pembangunan Berkelanjutan (Dublin Statement on Water Internasional (International Year of Sanitation).
and Sustainable Development) yang terdiri dari 4 (empat) Keseluruhan pertemuan dan kesepakatan yang dihasilkan
prinsip dasar (lihat Tabel). Pada tahun yang sama juga menunjukkan semakin besarnya perhatian bagi isu air minum
diselenggarakan Konferensi PBB tentang Lingkungan dan sanitasi, walaupun disadari hasilnya masih belum
dan Pembangunan (UN Conference on Environ- ment and optimal. Rangkuman tonggak sejarah air minum dan
Development/UNCED Earth Summit) yang menelur- kan sanitasi selengkapnya pada Tabel IV.8 dan penjelasan
Deklarasi Rio tentang Lingkungan dan Pembangunan atau lengkapnya pada bagian lampiran.
dikenal sebagai Agenda 21. Salah satu bab dari
deklarasi
TABEL IV.8
KESEPAKATAN INTERNASIONAL TERKAIT PEMBANGUNAN PERMUKIMAN
1977 Rencana Tindak Mar del Plata (Mar del Plata Terdapat dua hal penting dalam rencana kerja
Action) yang tersusun tersebut. Pertama, rekomendasi
penting berkaitan dengan manajemen air meliputi
efisiensi penggunaan, lingkungan, pengendalian
polusi, pen- didikan publik, bencana alam serta
kerjasama lintas negara. Kedua, ada sebanyak 12
resolusi yang menje- laskan secara lebih spesifik
dari masing-masing isu.
Merekomendasikan tahun 1980 -1990 sebagai dekade
air bersih dan sanitasi.
Pembangunan Perumahan dan Permukiman di Indonesia
66
tersebut didedikasikan khusus bagi pembangunan air minum.
kesepakatan Dekade Air dan Sanitasi Internasional tahun Tahun 1996 PBB menyelenggarakan Konferensi tentang
1981-1990. Walaupun dianggap kurang berhasil tetapi pene- Permukiman (Habitat II) di Istanbul Turki, yang
tapan dekade memberi pengalaman berharga tentang menelurkan Deklarasi Istanbul tentang Permukiman yang
pen- tingnya pendekatan terpadu dan sesuai dengan kondisi lebih sering dise- but sebagai Agenda Habitat (the Habitat
setem- pat dalam pembangunan air dan sanitasi. Agenda). Setahun ke- mudian, 1997, diselenggarakan untuk
Segera setelah diakhirinya dekade air dan sanitasi pertama kalinya Forum Air Dunia (World Water Forum) di
interna- sional, dilaksanakan Konsultasi Global tentang Air Marrakech, yang menelurkan Deklarasi Marakesch
dan sanitasi yang aman untuk dekade 1990 (Global (Marakesch Declaration).
Consultation on Safe Water and Sanitation for the 1990's) Tonggak sejarah terjadi pada tahun 2000 menyusul
di New Delhi Tahun 1990. Pernyataan New Delhi yang disepa- katinya Deklarasi Millenium PBB (United Nations
terkenal adalah "Some for all rather than more for some" Millenium De- clarations) yang menjadi dasar penetapan
yang kira-kira mengandung arti sedikit untuk semua Tujuan Pembangun- an Millenium (Millenium Development
daripada banyak hanya untuk segelintir. Deklarasi New Goals/MDGs). Disusul tahun 2002, melalui Pertemuan Dunia
Delhi juga mendorong semua negara untuk memungkinkan tentang Pembangunan Berkelanjutan (World Summit on
semua orang memperoleh akses terhadap dua kebutuhan Sustainable Development) di Johannesburg, Afrika Selatan,
dasar manusia yaitu air dan sanitasi lingkungan. yang menambahkan isu sanitasi sebagai tambahan target
Tidak lama setelah itu, atau 15 tahun setelah Mar del MDGs bersama dengan air minum.
Plata yaitu tahun 1992, dilaksanakan Konferensi Selain itu, PBB menetapkan tahun 2005-2015 sebagai
Internasional ten- tang Air dan Lingkungan (International Dekade Internasional untuk Kegiatan Air untuk Kehidupan
Conference on Water and the Environment) di Dublin yang (International Decade for Action "Water for Life"). Selain
menghasilkan Pernyataan Dublin tentang Air dan juga ditetapkan Tahun 2008 sebagai Tahun Sanitasi
Pembangunan Berkelanjutan (Dublin Statement on Water Internasional (International Year of Sanitation).
and Sustainable Development) yang terdiri dari 4 (empat) Keseluruhan pertemuan dan kesepakatan yang dihasilkan
prinsip dasar (lihat Tabel). Pada tahun yang sama juga menunjukkan semakin besarnya perhatian bagi isu air minum
diselenggarakan Konferensi PBB tentang Lingkungan dan sanitasi, walaupun disadari hasilnya masih belum
dan Pembangunan (UN Conference on Environ- ment and optimal. Rangkuman tonggak sejarah air minum dan
Development/UNCED Earth Summit) yang menelur- kan sanitasi selengkapnya pada Tabel IV.8 dan penjelasan
Deklarasi Rio tentang Lingkungan dan Pembangunan atau lengkapnya pada bagian lampiran.
dikenal sebagai Agenda 21. Salah satu bab dari
deklarasi
TABEL IV.8
KESEPAKATAN INTERNASIONAL TERKAIT PEMBANGUNAN PERMUKIMAN
1977 Rencana Tindak Mar del Plata (Mar del Plata Terdapat dua hal penting dalam rencana kerja
Action) yang tersusun tersebut. Pertama, rekomendasi
penting berkaitan dengan manajemen air meliputi
efisiensi penggunaan, lingkungan, pengendalian
polusi, pen- didikan publik, bencana alam serta
kerjasama lintas negara. Kedua, ada sebanyak 12
resolusi yang menje- laskan secara lebih spesifik
dari masing-masing isu.
Merekomendasikan tahun 1980 -1990 sebagai dekade
air bersih dan sanitasi.
67 Kesepakatan Internasional
1981- Dekade Air dan Sanitasi Internasional (International Tujuannya adalah menyediakan bagi setiap penduduk
1990 Decade for Water and Sanitation) akses air dan sanitasi dasar yang memadai baik
kualitas maupun kuantitasnya pada tahun 1990.
1990 Pernyataan New Delhi (New Delhi Statement) Pernyataan New Delhi yang terkenal dengan motto
"Some for all rather than more for some" terdiri dari
4 prinsip :
1. Perlindungan lingkungan dan menjamin
kesehatan melalui manajemen yang terintegrasi
dari sumber daya air, air limbah dan
persampahan
2. Diperlukan partisipasi dan peran wanita diseluruh
tingkatan institusi
3. Peningkatan pelayanan terhadap masyarakat
4. Penyederhanaan teknologi sebagai solusi
bagi penyediaan kebutuhan air bagi masyarakat
miskin
1992 Pernyataan Dublin tentang Air dan Kesepakatan Dublin berisikan 4 prinsip sebagai
Pembangunan Berkelanjutan (Dublin sebuah rekomendasi untuk diterapkan pada tingkatan
Statement on Water and Sustainable lokal, nasio- nal hingga internasional. Keempat prinsip
Developmet). tersebut adalah sebagai berikut :
1. Pengelolaan sumber daya air merujuk pada suatu
pen- dekatan yang menyeluruh (holistic approach)
yang mengkaitkan pembangunan sosial dan
ekonomi de- ngan perlindungan terhadap
ekosistem alami;
2. Dalam setiap pemanfaatannya air memiliki nilai
ekono- mi, dengan demikian air harus
diperlakukan sebagai benda ekonomi;
3. Pengembangan dan pengelolaan air, hendaknya
didasarkan atas pendekatan partisipatif yang pada
semua tingkatan mengikutsertakan para
pengguna, perencana, penyusun kebijakan,
dimana keputusan harus dihasilkan oleh
tingkat/masyarakat paling ren- dah; dan
4. Kaum perempuan hendaknya diberi peran
utama dalam setiap upaya penyediaan,
pengelolaan dan pemeliharaan kelestarian air.
Oleh sebab itu, mereka harus diikutsertakan secara
aktif dalam pengambilan keputusan yang
menyangkut air dan pemanfaatannya.
Pembangunan Perumahan dan Permukiman di Indonesia
68
1992 Deklarasi Rio tentang Lingkungan dan Rencana aksi Agenda 21 Bagian 2 Bab 18
Pemba- ngunan (Rio Declaration on didedikasikan untuk air yang secara ringkas menyatakan
Environment and De- velopment) atau Agenda pengelolaan air terpadu, dan menterpadukan program
21 dan rencana pem- bangunan air dalam kerangka
kebijakan ekonomi dan sosial nasional merupakan ciri
pembangunan era setelah tahun 1990.
1994 Pertemuan Bumi: Hari Air Dunia I (Earth Summit : Wahana memperbarui tekad semua pihak untuk
World Water Day I ) melak- sanakan Agenda 21 yang dicetuskan pada
tahun 1992 dalam United Nations Conference on
Environment and Development (UNCED) yang
diselenggarakan di Rio de Janeiro, atau secara
populer disebut sebagai Earth Summit. Hari Air
Dunia mulai diperingati sejak tahun 1993 oleh negara-
negara anggota PBB.
1996 Habitat Agenda "Kita harus juga mempromosikan lingkungan hidup
yang sehat, khususnya melalui penyediaan air yang
aman dalam jumlah memadai dan pengelolaan
limbah yang efektif" (paragraf 10).
pengertian rumah yang layak mencakup ....infrastruk- tur
dasar seperti air, sanitasi, dan air kotor, kondisi
lingkungan yang baik, .... dan seluruhnya dapat
diper-
oleh dengan harga terjangkau.
1997 Deklarasi Marrakesch/Forum Air Dunia I (Marrakech Deklarasi Marrakesch dihasilkan dari World Water Forum
Declaration /World Water Forum I) Pertama. Deklarasi ini berisikan rekomendasi aksi
dalam rangka menyediakan akses terhadap air bersih
dan sani- tasi, mendukung konservasi ekosistem,
mendukung efisiensi penggunaan air, isu gender dalam
penggunaan air dan kerjasama antara pemerintah
dan civil society.
2000 Tujuan Pembangunan Millenium (Millenium Develop- Pembangunan permukiman termasuk dalam Tujuan 7
ment Goals/MDGs) Target 10 yaitu menurunkan proporsi penduduk tanpa
akses terhadap sumber air minum yang aman dan
berke- lanjutan serta fasilitas sanitasi dasar sebesar
separuhnya pada 2015
69 Kesepakatan Internasional
2008 Tahun Sanitasi Internasional (International Year of Tahun 2008 ditetapkan sebagai tahun sanitasi dengan
Sanitation/IYS) tujuan membantu mempercepat kemajuan pembangunan
sanitasi dengan memberi perhatian khusus. Rencana aksi
ini dimaksudkan untuk mendorong dialog pada semua
tingkatan agar dapat menghasilkan komitmen alokasi
sum- ber daya yang lebih besar dari pemerintah dan
pimpinan politik untuk sanitasi bagi yang miskin.
5.1 Undang-Undang
Terdapat beberapa undang-undang yang terkait langsung
dengan perumahan dan permukiman yaitu Undang-
Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan
Permukiman, Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1985
tentang Rumah Susun, Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1960 tentang Pokok-Pokok Agraria, Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya
Air, dan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sampah. Selain undang- undang tersebut di
atas, masih banyak undang-undang lainnya yang juga terkait
yang disajikan selengkapnya pada lampiran.
Tujuan
Tujuan dari program ini adalah (i) memantapkan
sistem hunian bagi masyarakat; (ii) mengembangkan pola
subsidi perumahan yang efisien; (iii) meningkatkan
keswadayaan masyarakat dalam penyediaan dan
pembangunan perumahan;
(iv) meningkatkan peran aktif swasta dalam penyediaan
dan pembangunan perumahan; (v) meningkatkan
kualitas BUMN/BUMD yang bergerak dalam penyediaan dan
pengelo- laan perumahan; (vi) meningkatkan keamanan
dan kesela- matan bangunan.
Sasaran
Sasaran program ini adalah (i) tersedianya perumahan
yang layak dan terjangkau; (ii) terhindarinya kegiatan
spekulasi tanah dalam pembangunan perumahan dan
permukiman; (iii) meningkatnya ketersediaan dana bagi
pembiayaan perumahan yang berasal dari dana
masyarakat; (iv) terwujudnya pasar primer dan pasar
hipotik sekunder yang berkualitas; (v) terwu- judnya
mekanisme subsidi perumahan yang efisien dan tepat
sasaran sesuai dengan kemampuan keuangan pemerintah;
(vi) meningkatnya kemudahan bagi masyarakat miskin
dan berpenghasilan rendah untuk mendapatkan hunian yang
layak;
(vii) terwujudnya BUMN/BUMD yang bergerak di
bidang perumahan dan permukiman yang efisien, efektif
dan akun- tabel; (viii) meningkatnya investasi di bidang
man dan standar teknis konstruksi bangunan gedung dan Sumber dana adalah APBN, dan terlihat peningkatan
lingkungan serta sistem pengawasannya. yang signifikan sejak pertama kali program dilangsungkan
yang hanya sebesar Rp. 487,8 miliar (2005) berkembang
Kegiatan menjadi Rp. 2,4 triliun (2008). Selengkapnya pada Tabel
Kegiatan utama dari program ini mencakup (i) VI.1.
penyediaan kredit pemilikan rumah-inti sehat dan rumah-
TABEL VI.1
inti sehat seder- hana (KP-RS/RSS); (ii) pengembangan
ALOKASI DANA PROGRAM PENGEMBANGAN
perumahan yang bertumpu pada keswadayaan
PERUMAHAN TAHUN 2005-2008 (JUTA RUPIAH)
masyarakat; (iii) pengembangan rumah susun sederhana
sewa/rusunawa; (iv) pengembangan Kasiba/Lisiba; (v) 2005 2006 2007 2008
pemenuhan kebutuhan perumahan dan per- mukiman 512.424,5 1.033.048 1.309.208 2.010.940,5
akibat bencana alam dan kerusuhan sosial; (vi) pe-
Sumber : Bappenas, 2009
nguatan kelembagaan pengawasan konstruksi dan
kesela- matan bangunan; (vii) pengembangan Waktu
manajemen pemba- ngunan perumahan. Tahun 2005 sampai dengan 2009.
Tujuan
Program ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas
perumahan melalui penguatan lembaga komunitas dalam
rangka pemberdayaan sosial kemasyarakatan agar
tercipta masyarakat yang produktif secara ekonomi dan
berkemam- puan mewujudkan terciptanya lingkungan
permukiman yang sehat, harmonis dan berkelanjutan.
Sasaran
Sasaran program ini adalah (i) terlaksananya fasilitasi dan
stimulasi pembangunan perumahan swadaya; (ii)
terlak- sananya fasilitasi dan stimulasi perbaikan rumah di
kawasan permukiman kumuh, desa nelayan, desa eks-
transmigrasi, dan desa nelayan; (iii) terlaksananya fasilitasi
dan stimulasi penye- diaan sarana dan prasarana dasar di
kawasan permukiman kumuh, desa nelayan, desa eks-
transmigrasi, dan desa nelayan; (iv) terlaksananya
bantuan pembangunan rumah pasca-bencana; (v)
meningkatnya kualitas lingkungan perko- taan; (vi)
terbangunnya sarana dan prasarana dasar permu- kiman
di kawasan pesisir, pulau kecil, pulau terpencil, dan
kawasan perbatasan; (vii) tersusunnya kebijakan, strategi,
dan program perumahan swadaya; (viii) terlaksananya
kembali penataan kawasan tradisional dan bersejarah; (ix)
berkem- bangnya sistem penanggulangan kebakaran; (x)
terlaksananya kegiatan penanggulangan kemiskinan
perkotaan; (xi) me- ningkatnya infrastruktur sosial
ekonomi wilayah.
kualitas lingkungan pada kawasan kumuh, desa
tradisional, desa nelayan, dan desa eks transmigrasi; (ii) Dana
fasilitasi dan ban- tuan teknis perbaikan rumah pada Sumber dana berasal dari APBN, dan menunjukkan
kawasan kumuh, desa tradi- sional, desa nelayan, dan pe- ningkatan signifikan dari Rp. 598,7 miliar (2005)
desa eks transmigrasi; (iii) fasilitasi dan stimulasi menjadi Rp. 2,37 triliun (2008).
pembangunan perumahan swadaya yang berba- sis
TABEL VI.2
pemberdayaan masyarakat; (iv) pengembangan sistem
ALOKASI DANA PROGRAM PEMBERDAYAAN
penanggulangan kebakaran (fire fighting system); (v)
KOMUNITAS PERUMAHAN
pember- dayaan masyarakat miskin di kawasan perkotaan
TAHUN 2005-2008 (JUTA RUPIAH)
dan kawasan perdesaan; (vi) penataan, peremajaan,
dan revitalisasi kawasan; (vii) penyusunan NSPM 2005 2006 2007 2008
pemberdayaan komunitas perumahan pemberdayaan
598.484,2 958.447 2.346.266,8 1.904.296
masyarakat miskin di perkotaan;
Sumber : Bappenas, 2009
(viii) fasilitasi dan stimulasi pembangunan perumahan
yang tanggap terhadap bencana. Waktu
Tahun 2005 sampai dengan 2009.
Instansi Pelaksana
Departemen Pekerjaan Umum dan Kementerian Pencapaian
Negara Perumahan Rakyat. Pencapaian program ini diantaranya adalah (i)
pembangun- an kawasan kumuh dan nelayan berupa
Lokasi Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP) di
Lokasi pelaksanaan program berada di 33 propinsi 18.357 kelurahan; (ii) penataan dan perbaikan lingkungan
di Indonesia. permukiman (NUSSP) di 828 kelurahan, seluas 5.167
hektar dan dapat membantu
83 Program dan Proyek
6.1.2 Proyek
2. Sasaran Operasional
Terbangunnya kelembagaan lokal sebagai representasi
warga masyarakat (Badan Keswadayaan
Masyarakat/BKM) yang mampu melakukan peran
dan fungsi serta mampu memfasilitasi terjadinya
berbagi peran antara warga masyarakat dengan pelaku
kunci lain- nya serta mampu memfasilitasi terbangunnya
aksesibili- tas dan posisi tawar KBR terhadap
pemerintah sebagai pemegang kewenangan dalam
penetapan kebijakan dan penganggaran.
Terfasilitasinya aksesibilitas masyarakat miskin kepada
sumber daya keuangan sehingga dapat membantu
dan memberikan peluang untuk meningkatkan kualitas
rumah secara berkelanjutan.
Terpenuhinya kebutuhan rumah yang layak huni pada
lingkungan permukiman yang sehat dan harmonis.
Kegiatan
Kegiatan yang dilaksanakan pada program ini antara
lain:
1. Membangun serta meningkatkan sistem
implementasi perencanaan dan pengelolaan sektor
hunian yang memi- hak pada kepentingan komunitas
berpenghasilan rendah. Hasil antara (output) yang
diharapkan adalah terben- tuknya Badan
Koordinasi Pengembangan dan Pembangunan
Perumahan dan Permukiman Daerah (BKP4D). Hasil
akhir (outcome) yang diharapkan adalah tersusunnya
Rencana Pengembangan dan Pemba- ngunan
Perumahan dan Permukiman Daerah (RP4D).
2. Membuka akses dan sistem pembiayaan perumahan
yang terjangkau dan berkesinambungan untuk
memenuhi kebutuhan peningkatan kualitas perumahan
dan lingkung- an masyarakat miskin perkotaan.
Hasil antara yang diharapkan adalah terbentuknya
lembaga keuangan lokal di daerah dan hasil akhir
yang diharapkan adalah terlem- baganya sistem
3. Peningkatan kualitas lingkungan bagi permukiman
miskin dan berpendapatan rendah. Hasil antara Instansi Pelaksana
komponen ini adalah terbangunnya Kelembagaan Departemen Pekerjaan Umum
Masyarakat dengan nama generik Badan
Keswadayaan Masyarakat (BKM), dan sebagai hasil Lokasi
akhir adalah tersusunnya Neigh- borhoods NUSSP dilaksanakan di 32 Kota/Kabupaten yang
Upgrading Plan's (NUP) untuk peningkatan kualitas dipilih secara kompetitif berdasarkan kriteria tertentu. Kota-
perumahan dan permukiman. kota terse- but antara lain (i) wilayah Sulawesi mencakup
4. Peningkatan dan penguatan kapasitas kelembagaan Kota Kendari, Kota Bau-Bau, Kab. Muna, Kab. Buton,
sek- tor terkait untuk melaksanakan program. Kab. Kolaka, Kota Makassar, Kab. Bulukumba, Kab. Gowa,
Komponen keempat ini mencakup (i) Pelaksanaan Kab. Jeneponto, Kab. Bone, Kota Palopo, Kab. Luwu,
dan penyeleng- garaan pelatihan bagi aparat Kab. Luwu Timur, Kab. Polewali, Kota Palu; (ii) wilayah
pemerintah dan masyarakat; Jawa, Kalimantan Barat dan NTB mencakup Kota
(ii) Pelaksanaan dan pengembangan sosialisasi bagi Tangerang, Kab. Serang, Kab. Subang, Kota Sukabumi,
kha- layak sasaran pemanfaat langsung dan khalayak Kota Yogyakarta, Kab. Rembang, Kota Pontianak, Kota
sasaran masyarakat luas secara menyeluruh; (iii) Surabaya, Kab. Lamongan, Kota Mataram; (iii) wilayah
Pelaksanaan pengembangan masyarakat melalui Sumatera meliputi Kota Medan, Kota Tanjung Balai, Kota
proses pengorgani- sasian masyarakat secara organik Padang, Kota Jambi, Kota Bengkulu, Kota Palembang,
dan berkelanjutan; (iv) Pengembangan kelembagaan, dan Kota Bandar Lampung.
baik untuk instansi/insti- tusi di tingkat pemerintah
maupun di tingkat masyarakat; Dana
Komponen ini menjadi pengikat ketiga komponen Total dana mencapai USD 106,7 juta, yang terdiri dari
lainnya yang berperan sebagai elemen penyedia dan pen- danaan luar negeri sebesar USD 83,9 juta, dan
pemberi masukan yang dibutuhkan. dana pen- damping USD 22,8 juta.
85 Program dan Proyek
Pencapaian
Sampai dengan bulan Agustus tahun 2008, NUSSP
telah melakukan penanganan permukiman kumuh seluas
7.675,78 hektar di kota-kota sasaran proyek.
6.2 Permukiman
6.2.1Program
Terdapat 4 program permukiman yang tercantum
dalam RPJM yaitu program pemberdayaan masyarakat,
program pengembangan kelembagaan, program
pengembangan kiner- ja air minum dan air limbah, dan
program peningkatan kinerja persampahan dan drainase.
Sementara itu terdapat 1 (satu) program yang baru saja
dicanangkan yaitu Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
(STBM).
Tujuan
Tujuan program ini adalah (i) meningkatkan kesadaran
masyarakat terhadap pentingnya peranan air minum dan
air limbah dalam meningkatkan kualitas sumber daya
manusia dan produktivitasnya; (ii) meningkatkan kesadaran
masyarakat dalam penanganan persoalan persampahan
dan drainase.
Sasaran
Sasaran program ini adalah (i) meningkatnya
kesadaran masyarakat terhadap perlunya perilaku hidup
bersih dan sehat;
(ii) meningkatnya partisipasi masyarakat dalam
pembangunan dan pengelolaan air minum dan air limbah;
(iii) berkurangnya timbulan sampah; (iv) menurunnya
perambahan terhadap su- ngai, kanal, dan saluran drainase;
dan (v) meningkatnya peran serta masyarakat dalam
penanganan persampahan dan drainase.
Kegiatan
dasar dalam mendukung perilaku hidup bersih dan center) yang berbasis masyarakat di kota metropolitan
sehat, (iii) pelaksanaan percontohan dan dan kota besar, (xii) pemasyarakatan struktur pembiayaan
pengembangan peran masyarakat dalam menjaga dalam penanganan per- sampahan dan drainase, (xiii)
kelestarian sumber air baku, (iv) pelaksanaan pengembangan kapasitas bagi pemulung dan lapak di kota
percontohan dan pengembangan peran masyarakat metropolitan dan kota besar, (xiv) pengembangan vermi
dalam meningkatkan kualitas lingkungan, (v) pelestarian compost dan pengomposan yang berba- sis masyarakat di
budaya dan kearifan lokal yang mendukung pelestarian kota besar dan kota sedang, (xv) proyek per- contohan
dan penjagaan kualitas air baku, (vi) pengembang- an pengembangan produk pertanian organik skala kecil sebagai
budaya penghargaan dan hukuman (reward and punish- upaya pengembangan pasar kompos, (xvi) kampanye
ment) terhadap partisipasi masyarakat dalam penyadaran publik (public awareness campaign)
meningkatkan kualitas lingkungan, (vii) peningkatan mengenai perlunya saluran drainase dalam mengurangi
peran charity fund dan LSM/NGO, (viii) peningkatan genangan di kota metropolitan, kota besar, dan kota
kapasitas masyarakat dengan berdasar kepada sedang, (xvii) peningkatan pemeliharaan dan normalisasi
pendekatan tanggap kebutuhan (demand responsive saluran drainase yang berbasis masyarakat pada kawasan-
approach/demand driven), partisipatif, pilihan yang kawasan kumuh di kota metropoli- tan, kota besar, dan
diinformasikan (informed choice), keberpihakan pada kota sedang.
masyarakat miskin (pro-poor), gender, pendidikan, dan
swa- daya (self-financing), (ix) pelibatan masyarakat dalam Instansi Pelaksana
peren- canaan awal, desain, konstruksi maupun operasi dan Departemen Pekerjaan Umum
pemeli- haraan, khususnya di daerah eks bencana alam
sebagai upaya pemulihan, (x) kampanye penyadaran publik Lokasi
(public awareness campaign) mengenai 3R (reduce, reuse, Lokasi pelaksanaan program tersebar di seluruh
recycle), (xi) pengem- bangan pusat daur ulang (recycle wilayah Indonesia
Pembangunan Perumahan dan Permukiman di Indonesia
86
air minum dan air limbah, (vi) pulihnya kinerja lembaga pe-
Dana ngelola pelayanan air minum dan air limbah pada daerah
Sumber dana berasal dari APBN, dan menunjukkan eks bencana alam, (vii) tersedianya perangkat perundang-
kecen- derungan menurun dari Rp. 19 Milyar pada tahun undang- an yang mengatur hubungan kerjasama antara
2006 menja- di Rp. 13 Milyar pada tahun 2008. pemerintah dan swasta dalam pengelolaan persampahan
dan drainase, (viii) terciptanya sumber-sumber
TABEL VI.3
pembiayaan baru bagi pena- nganan persampahan dan
ALOKASI DANA PROGRAM
drainase, (ix) meningkatnya kualitas koordinasi dan
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
kerjasama antarwilayah dalam penanganan
TAHUN 2005-2008 (JUTA RUPIAH)
persampahan dan drainase.
2005 2006 2007 2008
Kegiatan
- 19.000 18.000 13.000 Kegiatan program ini diantaranya adalah (i)
Sumber : Bappenas, 2009 penyusunan peraturan presiden tentang kerjasama
Waktu antarwilayah (regional- isasi) dalam pembangunan dan
Tahun 2005 sampai dengan 2009 pengelolaan air minum dan air limbah, (ii) penyusunan
peraturan presiden tentang kerjasama antara BUMN/BUMD
B. Program Pengembangan Kelembagaan dengan BUMS, (iii) peningkatan ker- jasama BUMD
Selain pemberdayaan masyarakat, kelembagaan yang dengan BUMS yang saling menguntungkan, akuntabel,
terkait dengan pembangunan perumahan dan dan transparan, (iv) pengembangan water supply and
permukiman juga harus dikembangkan. Pengembangan wastewater fund, (v) penyusunan peraturan presiden ten-
kelembagaan disi- ni mencakup penataan peraturan tang penerbitan obligasi oleh BUMD, (vi) pemberian
perundang-undangan maupun lembaga pemerintah dan bantuan teknis pada lembaga pengelola pelayanan air
non-pemerintah untuk meningkatkan kualitas minum dan air limbah pada daerah eks bencana alam,
pembangunan air minum dan air limbah. (vii) review dan revisi peraturan perundang-undangan yang
terkait dengan persoalan persampahan dan drainase, (viii)
Tujuan
penyusunan naskah aka- demik rencana undang-undang
Melakukan penataan kembali peraturan perundang-un-
persampahan, (ix) penyusunan kebijakan, strategi, dan
dangan dan pengembangan kelembagaan yang terkait
rencana tindak penanggulangan sam- pah secara nasional,
dengan pembangunan air minum, air limbah,
(x) pelaksanaan proyek percontohan regionalisasi
persampahan, dan drainase untuk mewujudkan sistem
penanganan persampahan dan drainase, (xi) peningkatan
kelembagaan dan tata lak- sana pembangunan air minum, air
kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan dan
limbah, persampahan, dan drainase yang efektif.
pelatihan, (xii) proyek percontohan kerjasama pemerintah
Sasaran dan BUMS dalam pengelolaan persampahan, serta (xiii) pem-
Sasaran program ini adalah (i) meningkatnya berian bantuan teknis pada lembaga pengelola pelayanan
koordinasi dan kerjasama antarkegiatan dan antarwilayah per- sampahan dan drainase pada daerah eks bencana
dalam pemba- ngunan air minum dan air limbah, (ii) alam.
terciptanya peraturan perundang-undangan yang mengatur
Instansi Pelaksana
kemitraan pemerintah- swasta (public private partnership)
Departemen Pekerjaan Umum
dalam pembangunan air minum dan air limbah, (iii)
meningkatnya peranan badan usaha milik swasta dalam Lokasi
pembangunan dan pengelolaan air minum dan air limbah, Lokasi pelaksanaan program tersebar di seluruh
(iv) tersedianya sumber pembiayaan yang murah dan wilayah Indonesia
berkelanjutan, (v) terselesaikannya revisi peraturan Dana
perundang-undangan yang melakukan pengaturan terhadap Sumber dana berasal dari APBN, dan menunjukkan
BUMD yang bergerak dalam pembangunan dan pengelolaan kecen- derungan menurun dari Rp. 38,4 Milyar pada tahun
2006 men- jadi Rp. 22,2 Milyar pada tahun 2008.
87 Program dan Proyek
Waktu
Tahun 2005 sampai dengan 2009
Pencapaian
Terdapat dua pencapaian penting yaitu (i)
Penetapan Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun
2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air
Minum; (ii) penetapan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008
tentang Pengelolaan Sampah.
Tujuan
Tujuan program adalah meningkatkan cakupan pelayanan
air minum dan air limbah yang dilaksanakan oleh badan
usaha milik daerah (BUMD) dan yang dilaksanakan oleh
komunitas masyarakat secara optimal, efisien, dan
berkelanjutan.
Sasaran
Sasaran program ini adalah (i) meningkatnya cakupan
pelayanan air minum dan air limbah yang dikelola oleh
BUMD,
(ii) meningkatnya kinerja BUMD pengelola air minum dan
air limbah hingga berpredikat Wajar Tanpa Pengecualian
(WTP),
(iii)meningkatnya cakupan pelayanan air minum dan air
limbah yang dikelola secara langsung oleh masyarakat.
Secara rinci sasaran pembangunan air minum adalah
meningkatnya cakupan pelayanan air minum perpipaan
secara nasional hingga mencapai 40 persen pada akhir
tahun 2009 dengan perincian cakupan pelayanan air
minum perpipaan untuk penduduk yang tinggal di kawasan
perkotaan diharapkan dapat meningkat hingga mencapai
66 persen dan di kawasan perdesaan meningkat hingga
mencapai 30 persen. Sedangkan sasaran pembangunan air
limbah adalah open defecation free (stop buang air besar
Kegiatan 11. Pengembangan pelayanan sistem pembuangan air
Kegiatan program ini diantaranya adalah limbah dengan sistem terpusat pada kota-kota
1. Restrukturisasi manajemen PDAM dan PDAL; metropolitan dan besar;
2. Peningkatan jumlah PDAM dan PDAL yang 12.Penyediaan air minum dan prasarana air limbah bagi
berpredikat WTP di kota metropolitan dan besar; kawasan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan
3. Peningkatan kapasitas (Capacity building) bagi PDAM rendah;
dan PDAL melalui uji kompetensi, pendidikan dan 13.Pengembangan teknologi pengolahan lumpur tinja dan
pelatihan, optimasi rasio pegawai dan pelanggan; air minum;
4. Revisi peraturan mengenai struktur dan penentuan 14.Restrukturisasi hutang PDAM dan PDAL khususnya yang
tarif; terkait dengan pinjaman luar negeri melalui subsidiary
5. Penurunan kebocoran melalui penggantian pipa bocor loan agreement (SLA); serta
dan berumur, penggantian pipa air, penegakan 15.Perbaikan prasarana dan sarana air minum dan air
hukum ter- hadap sambungan liar (illegal limbah yang rusak serta pembangunan dibeberapa
connection), peningkatan efisiensi penagihan; permukiman baru pada lokasi eks bencana alam.
6. Peningkatan operasi dan pemeliharaan;
Instansi Pelaksana
7. Penurunan kapasitas tidak terpakai (idle capacity);
Departemen Pekerjaan Umum
8. Refurbishment terhadap sistem penyediaan air minum
dan pembuangan air limbah yang telah terbangun; Lokasi
9. Peningkatan peranserta masyarakat dalam Lokasi pelaksanaan program tersebar di seluruh Indonesia
pembangunan dan pengelolaan air minum dan air Dana
limbah; Sumber dana berasal dari APBN, dan menunjukkan
10.Pengembangan pelayanan air minum dan air limbah kecen- derungan terus meningkat dari Rp. 468 Milyar pada
yang berbasis masyarakat; tahun 2005 menjadi Rp. 1,8 Triliun pada tahun 2008.
Pembangunan Perumahan dan Permukiman di Indonesia
88
Waktu
TABEL VI.5 Tahun 2005 sampai dengan 2009
ALOKASI DANA PROGRAM PENGEMBANGAN
Pencapaian
KINERJA AIR MINUM DAN AIR LIMBAH
Hasil yang telah dicapai dari program pengembangan
TAHUN 2005-2008 (JUTA RUPIAH)
ki- nerja pelayanan air minum dan air limbah semenjak
2005 2006 2007 2008 awal RPJMN adalah sebagai berikut :
TABEL VI.6
PENCAPAIAN PROGRAM PENGEMBANGAN KINERJA PELAYANAN AIR MINUM DAN AIR LIMBAH
Tujuan
Tujuan program ini adalah meningkatkan kinerja
pemba- ngunan persampahan dan drainase sehingga
lebih cepat, tepat, bermanfaat, efisien, dan berwawasan
lingkungan (envi- ronmental friendly).
Sasaran
Sasaran program ini adalah (i) meningkatnya cakupan
pelayanan persampahan; (ii) berkurangnya luasan wilayah
ter- genang; (iii) meningkatnya pemanfaatan teknologi tepat
guna, dan (iv) meningkatnya kinerja pengelola
persampahan dan drainase.
Secara rinci, pelayanan persampahan dan drainase
memi- liki sasaran umum meningkatnya jumlah sampah
terangkut hingga 75% dan meningkatnya kinerja pengelolaan
TPA yang berwawasan lingkungan. Selain itu, saluran-saluran
drainase juga harus terbebas dari sampah sehingga
mampu meningkatkan fungsi saluran drainase sebagai
pematus air hujan.
Kegiatan
Kegiatan program ini diantaranya adalah
1. Restrukturisasi dan korporitisasi PD Kebersihan dan
atau Dinas Kebersihan yang menangani
persampahan;
2. Pengembangan sumber daya manusia melalui
pen- didikan dan pelatihan bagi aparat maupun
pegawai insti- tusi yang menangani persampahan
dan drainase;
3. Peningkatan kualitas dan kuantitas pengangkutan
per- sampahan;
4. Pengembangan pemisahan sampah organik dan
anor- ganik;
5. Penerapan teknologi tinggi untuk pengurangan
volume sampah bagi kota-kota metropolitan;
6. Peningkatan kualitas pengelolaan tempat pembuangan
akhir dengan standar sanitary landfill system untuk kota-
kota besar;
7. Penyusunan studi kelayakan pemanfaatan WTE-incene-
rator (waste to energy) dalam pengolahan
sampah;
8. Peningkatan kapasitas (capacity building) bagi Departemen Pekerjaan Umum
institusi yang menangani pembangunan dan
pemeliharaan drainase; Lokasi
9. Penegakan hukum terhadap permukiman liar Lokasi pelaksanaan program tersebar di seluruh
yang memanfaatkan lahan di jaringan drainase; wilayah Indonesia
10.Peningkatan dan normalisasi saluran drainase;
11. Pembangunan jaringan drainase primer dan Dana
sekunder bagi kota-kota besar; Sumber dana berasal dari APBN, dan menunjukkan
12.Peningkatan operasi dan pemeliharaan jaringan kecen- derungan terus meningkat dari Rp. 263 Milyar pada
drainase primer dan sekunder; tahun 2006 menjadi Rp. 545 Milyar pada tahun 2008.
13.Peningkatan kerjasama antara pemerintah dan
BUMS baik melalui kontrak manajemen (contract TABEL VI.7
management), sewa beli (leasing), BOT, dan BOO ALOKASI DANA PROGRAM PENINGKATAN KINERJA
dalam pengelolaan persampahan dan drainase; PERSAMPAHAN DAN DRAINASE TAHUN 2005-2008
14.Pengembangan teknologi tepat guna bidang (JUTA RUPIAH)
persampa- han dan drainase; serta
2005 2006 2007 2008
15.Perbaikan prasarana dan sarana persampahan serta
sis- tem drainase yang rusak serta pembangunan di - 263.140,1 360.389,1 545.116
beberapa permukiman baru pada lokasi eks Sumber : Bappenas, 2009
bencana alam.
Waktu
Tahun 2005-2009
Instansi Pelaksana
Pembangunan Perumahan dan Permukiman di Indonesia
90
Pencapaian
Pencapaian program ini diantaranya (i) pengelolaan
per- sampahan di 171 kab/kota untuk 6.978.687 jiwa, (ii)
pemban- gunan drainase untuk menangani kawasan seluas
5.018 hek- tar, (iii) penataan dan revitalisasi kawasan
perkotaan di 116 kawasan.
Foto: Istimewa
Program STBM diterapkan dengan tujuan agar meningkatkan anggaran daerah untuk fasilitasi stop BABS,
masyarakat sebagai sasaran pembangunan dapat (v) menyediakan data dan informasi tentang perkembangan
mengubah perilaku mereka menjadi lebih sehat dan pem- bangunan sanitasi.
TABEL VI.8
PERKEMBANGAN PELAKSANAAN KEGIATAN STBM UNTUK PILAR STOP BUANG AIR BESAR
DESA JUMLAH KOMUNITAS/
TARGET
SEMBARANGAN PER D ESA
DESEMBER 2008 JUMLAH DESA
NO PROPINSI IMPLEMENTASI DUSUN
S.D 2012 STOP BABS
S.D 2008 STOP BABS
1 NAD 300 30 1 0
2 Sumatera Utara 55 10 0 0
3 Sumatera Barat 925 214 81 19
4 Riau 300 54 - -
5 Jambi 250 22 2 2
6 Sumatera Selatan 710 141 117 26
O
Pembangunan Perumahan dan Permukiman di Indonesia
92
DESA JUMLAH KOMUNITAS/
TARGET DESA JUMLAH DESA
NO PROPINSI IMPLEMENTASI DUSUN
S.D 2012 STOP BABS
S.D 2008 STOP BABS
7 Bengkulu 175 14 3 3
8 Lampung 1 1 0 0
9 Bangka Belitung 37 18 22 4
10 Jawa Barat 602 201 20 3
11 Jawa Tengah 1.541 302 17 5
12 DIY 1 1 0 0
13 Jawa Timur 1.797 808 335 107
14 Banten 158 70 5 3
15 Nusa Tenggara Barat 529 136 42 11
16 Nusa Tenggara Timur 709 168 5 2
17 Kalimantan Barat 283 27 6 1
18 Kalimantan Tengah 326 24 0 0
19 Kalimantan Selatan 400 72 - -
20 Kalimantan Timur 2 2 0 0
21 Sulawesi Tengah 350 63 - -
22 Sulawesi Selatan 580 127 15 3
23 Sulawesi Tenggara 5 3 2 1
24 Gorontalo 150 27 - -
25 Sulawesi Barat 300 68 29 3
26 Maluku 74 17 - -
27 Maluku Utara 100 18 - -
28 Papua Barat 24 8 0 0
29 Papua 24 8 0 0
Sumber : Sekretariat Nasional Program STBM, 2008
Sejak uji coba pendekatan STBM dilaksanakan pada orang. Kegiatan ini telah berlangsung di 14 propinsi
tahun 2005 di 6 kabupaten kemudian berkembang menjadi dengan jumlah partisipan terbesar berada di Propinsi
pen- canangan program 10.000 desa STBM oleh Menteri Nanggroe Aceh Darussalam. Kegiatan kampanye biasanya
Kesehatan RI pada bulan Agustus 2008, kinerja dari dilakukan di seko- lah dasar dengan target utama adalah
pilar Stop BABS berkembang dengan pesat. Hingga siswa dan guru, peringatan hari kesehatan dan peristiwa
Bulan Desember 2008, program ini telah yang terkait dengan isu lingkungan lainnya.
diimplementasikan di hampir 25% dari total 10.758 target Selengkapnya pada Tabel VI.9.
desa STBM hingga tahun 2012. Propinsi ter- banyak yang
TABEL VI.9
telah mengimplementasikan program STBM adalah Jawa
PERKEMBANGAN PELAKSANAAN KEGIATAN SANITASI
Tengah, Sumatera Barat, Jawa Barat, lalu Propinsi Jawa
TOTAL BERBASIS MASYARAKAT UNTUK PILAR CUCI
Timur yang merupakan propinsi dengan jumlah desa
TANGAN PAKAI SABUN (CTPS) PER DESEMBER 2008
berstatus Stop BABS terbanyak (107 desa atau sebesar
55% dari total desa berstatus Stop BABS di seluruh JUMLAH
Indonesia). NO PROPINSI PARTISIPAN
(ORANG)
2. Cuci Tangan Pakai Sabun 1 NAD 24.261
Kegiatan CTPS lebih mengutamakan pada konsep 2 Jawa Barat 8.063
kampa- nye publik dengan sasaran utama adalah ibu dan 3 Nusa Tenggara Barat 6.212
anak-anak. Saat ini jumlah partisipan yang telah diedukasi 4 Jawa Timur 5.158
6.2.2Proyek Permukiman
Pada saat ini tercatat 11 proyek permukiman dengan
status sedang dalam pelaksanaan (on going) yaitu
Water and Sanitation for Low Income Communities
(WSLIC-II), Pro Air, SANIMAS, Water Supply and
Sanitation Policy and Action Planning (WASPOLA-2),
Community Water Service and Health Project (CWSHP),
Indonesia Sanitation Sector Development Program (ISSDP),
Sistem Penyediaan Air Minum Ibu Kota Kecamatan (SPAM-
IKK), Water and Environmental Sanitation (WES) Unicef,
Program Kerjasama BAPPENAS-Plan, Sanitasi Total dan
A. Water and Sanitation for Low Income kerumitan penyaluran admistrasi keuang- an. Proyek ini
Communities diluncurkan kembali dengan WSLIC-2 yang berakhir pada
(WSLIC-II) 2007 (diperpanjang hingga 2009).
Banyak penduduk perdesaan masih tergantung pada
sum- ber air minum tradisional namun seringkali sumber air Tujuan :
tersebut berada sangat jauh dari lokasi tempat tinggal WSLIC 2 bertujuan meningkatkan status kesehatan,
penduduk, debit- nya tidak mencukupi pada saat air pro- duktivitas, serta kualitas hidup masyarakat
kering, kualitasnya belum memenuhi syarat untuk berpenghasilan ren- dah melalui perubahan perilaku,
dikonsumsi secara langsung, dan jum- lahnya tidak pelayanan kesehatan berba- sis lingkungan, penyediaan air
mencukupi kebutuhan masyarakat desa. Kondisi yang buruk minum dan sanitasi yang aman, cukup dan mudah
itu menjadi hambatan yang sangat besar bagi wani- ta dan dijangkau, berkesinambungan, dan efektif melalui
anak-anak karena waktunya tersita untuk mendapatkan air partisipasi masyarakat.
bagi keperluan mencuci, memasak, dan minum. Selain
itu, banyak keluarga berpenghasilan rendah dan berada di Sasaran :
lokasi terpencil membuang kotorannya di tempat terbuka Masyarakat perdesaan khususnya bagi komunitas miskin
atau sungai. Kebiasaan buruk ini sering menimbulkan yang tidak mempunyai cukup akses terhadap air minum
terjangkitnya penya- kit diare atau lainnya ke masyarakat dan sanitasi.
yang sama-sama menggu- nakan mata air tersebut.
Proyek WSLIC-1 telah berlangsung pada tahun 1993- Kegiatan ;
1999 untuk mengatasi berbagai permasalahan tersebut. WSLIC-2 mempunyai empat komponen utama yakni
Dari hasil studi dampak kesehatan terhadap pe- ningkatan kapasitas kelembagaan masyarakat,
pembangunan sarana air minum dan sanitasi lainnya peningkatan kesehatan dan sanitasi melalui pelayanan
terlihat adanya penurunan tingkat penyakit diare hingga kesehatan dan perubahan perilaku, penyediaan sarana air
sepertiganya. Namun proyek WSLIC-1 menghadapi kendala minum dan sani-
Pembangunan Perumahan dan Permukiman di Indonesia
94
tasi, serta pengelolaan/manajemen proyek.
Pencapaian
Proyek ini menerapkan suatu metode pendekatan
Berdasar laporan perkembangan kegiatan sampai
yang tanggap terhadap kebutuhan masyarakat. Seluruh
September 2008, pencapaian proyek mencakup (i) TKM (Tim
anggota masyarakat memiliki kesempatan untuk terlibat
Kerja Masyarakat) terbentuk di 2.340 desa atau 117% dari
(berpartisipasi) dalam pemilihan kegiatan untuk kesehatan,
tar- get, (ii) RKM (Rencana Kerja Masyarakat) tersusun di
air minum, dan sanitasi, dengan fokus khusus pada
2.313 desa atau 116% dari target, (iii) hibah desa
permintaan perempuan dan masyarakat miskin. Metode
teralokasi di 2.174 desa atau 109% dari target, (iv)
yang digunakan adalah PHAST (Participatory Health and
sarana air bersih/minum berfungsi di 2.146 desa atau
Sanitation Transformati- on/Tranformasi hidup bersih dan
107% dari target, (v) sarana fisik terselesaikan di 2.144
sehat dengan menggunakan metode partisipatif). Metode ini
desa atau 107% dari target, (v) men- jangkau masyarakat
didasari oleh metodologi partisi- patif lain yakni SARAR
pengguna sebanyak 4,66 juta (133% dari target 3.5 juta).
(percaya tanggung jawab).
Penggunaan metodologi tanggap kebutuhan menjadikan
Rencana dan Status Saat ini
masyarakat terlibat dari mulai perencanaan, pelaksanaan,
Diperpanjang untuk 3 propinsi, yaitu Sulawesi Selatan
sampai pemeliharaan. Masyarakat menentukan sendiri
dan Sulawesi Barat berupa perpanjangan pekerjaan
pilihan teknologi sarana yang akan dibangun. Kegiatan
lapangan sam- pai Maret 2009 sedangkan untuk Jawa
mereka didanai oleh hibah desa yang berasal dari
Barat pelaksanaan di lapangan sampai Desember 2008.
pinjaman Bank Dunia dan pemerintah daerah yang
Perpanjangan waktu dikare- nakan adanya dana sisa yang
mencakup 80 persen dari total pembiayaan. Selebihnya
kemudian akan digunakan untuk beberapa kegiatan yaitu (i)
dari konstribusi masyarakat berupa 4 persen tunai, dan 16
implementasi program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
persen barang dan tenaga (in- kind).
(STBM) yang akan dilaksanakan di 16 kabupaten; (ii)
tambahan kegiatan post construction census;
Instansi Pelaksana
(iii) peningkatan kapasitas untuk tahun 2009 di 16
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Kabupaten;
Penyehatan Lingkungan, Departemen Kesehatan RI (iv) tambahan waktu manajemen.
Lokasi
Tujuan
Pro Air berlokasi pada daerah perdesaan di Kabupaten
Secara umum Pro Air bertujuan memberikan
Sumba Timur, Kabupaten Sumba Barat, dan Kabupaten
konstribusi untuk menurunkan risiko kesehatan bagi
Timor Tengah Selatan, Propinsi Nusa Tenggara Timor (Tahap
masyarakat perde- saan akibat penyakit yang ditularkan
I), dan Kabupaten Ende dan Kabupaten Alor (Tahap II).
melalui air yang digu- nakan melalui peningkatan pelayanan
Kemudian ter- jadi pemekaran wilayah Kabupaten Sumba
prasarana dan sarana air minum dan sanitasi di
Barat sehingga lokasi proyek juga mencakup Kabupaten
masyarakat perdesaan di propinsi Nusa Tenggara Timur.
Sumba Barat Daya.
Sedangkan secara lebih khusus lagi melalui Pro Air ini
diharapkan masyarakat perdesaan mampu mengelola
Pembiayaan
sendiri prasarana dan sarana air bersih dan sani- tasinya
Pada tanggal 12 Desember 2001 diterbitkan Grant
secara kesinambungan dan pemerintah setempat dapat
Agreement "Rural Water Supply and Sanitation". KfW Jerman
mengadopsi pendekatan ini.
memberikan hibah untuk Propinsi Nusa Tenggara Timur sebe-
sar 15,6 juta DM untuk biaya investasi (pembangunan
kon- struksi, pengadaan barang dan jasa) serta untuk biaya
konsul- tan. Sedangkan untuk dana pendampingnya, masing-
masing kabupaten akan menyediakan investasi di dalam
Daftar Isian Proyek Daerah (DIPDA) sebesar 10 persen
dari nilai hibah yang diberikan oleh KfW Jerman dan dana
non investasi yang besarnya sesuai kebutuhan dan
kemampuan masing-masing kabupaten.
C. SANIMAS (Sanitasi Berbasis Masyarakat) melakukan pembangunan fisik termasuk mengelola kegiatan
Pembangunan prasarana dan sarana air limbah operasi dan pemeliharaannya, bahkan bila perlu
permu- kiman di Indonesia saat ini belum mencapai mengembangkannya.
kondisi yang diinginkan terutama bagi masyarakat
berpenghasilan rendah di lingkungan permukiman padat
penduduk, kumuh dan rawan sanitasi di perkotaan. Akses
penduduk kepada prasarana dan sarana air limbah
permukiman pada dasarnya erat kaitannya dengan aspek
kesehatan, lingkungan hidup, pendidikan, sosial budaya
serta kemiskinan. Hasil berbagai pengamatan dan
penelitian telah membuktikan bahwa semakin besar akses
penduduk kepada fasilitas prasarana dan sarana air
limbah permukiman (serta pemahaman tentang higienitas)
semakin kecil kemungkinan terjadinya kasus penyebaran
penyakit yang ditularkan melalui media air (waterborne
diseases).
Salah satu solusi dalam penyediaan prasarana dan
sarana air limbah permukiman bagi masyarakat
berpenghasilan ren- dah di lingkungan padat penduduk,
kumuh, dan rawan sanitasi, telah dikenalkan kegiatan
SANIMAS (Sanitasi oleh Masyarakat), yaitu sebuah
inisiatif untuk mempromosikan penyediaan prasarana dan
sarana air limbah permukiman yang berbasis masyarakat
dengan pendekatan tanggap kebutuhan (demand driven).
Fokus kegiatan SANIMAS adalah penan- ganan air limbah
rumah tangga khususnya tinja manusia, namun tidak
tertutup juga untuk menangani limbah cair indus- tri rumah
tangga yang dapat terurai secara alamiah seperti industri
tahu, tempe, dan sejenisnya. Melalui pelaksanaan
SANIMAS ini, masyarakat memilih sendiri prasarana dan
sarana air limbah permukiman yang sesuai, ikut aktif
menyusun rencana aksi, membentuk kelompok dan
Program SANIMAS berusaha untuk berperan dalam Otonomi dan desentralisasi, dimana masyarakat
me- nyediakan sarana sanitasi dalam penanganan air memper- oleh kepercayaan dan kesempatan yang luas
limbah per- mukiman bagi masyarakat berpenghasilan dalam pro- ses perencanaan, pelaksanaan,
rendah di lingkung- an padat penduduk, kumuh, dan pengawasan, peman- faatan, dan pengelolaan
rawan sanitasi dengan pen- dekatan yang tanggap hasilnya.
kebutuhan (berbasis masyarakat). Mendorong prakarsa lokal dengan iklim keterbukaan,
dimana masyarakat menyampaikan permasalahan
Pendekatan Penerapan Program : dan merumuskan kebutuhannya secara demokratis
SANIMAS merupakan salah satu program dan transparan.
pembangunan prasarana air limbah yang menggunakan Partisipatif, dimana masyarakat terlibat secara aktif
pendekatan pember- dayaan masyarakat melalui: dalam proses perencanaan, pelaksanaan, pengawasan,
Keberpihakan pada warga yang berpenghasilan rendah, peman- faatan, dan pengelolaan.
dimana orientasi kegiatan baik dalam proses Keswadayaan, dimana kemampuan masyarakat menjadi
maupun pemanfaatan hasil ditujukan kepada faktor pendorong utama dalam keberhasilan kegiatan,
penduduk miskin yang bermukim di permukiman baik proses perencanaan, pelaksanaan,
padat perkotaan berdasarkan kebutuhan. pengawasan, maupun pemanfaatan hasil
kegiatan.
97 Program dan Proyek
Instansi Pelaksana
NO TAHAP PROVINSI
Ditjen Cipta Karya Departemen PU
16. Bangka Belitung
Lokasi 17. Lampung
Kegiatan SANIMAS sudah diujicobakan dan sejauh ini 18. Kalimantan Selatan
berhasil dilaksanakan sejak tahun 2003-2005 oleh LSM 19. NTB
BORDA di Provinsi Bali, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, dan 20. NTT
Jawa Timur. Pada tahun 2006 Departemen Pekerjaan 21. Sulawesi Tenggara
Umum melalui Ditjen Cipta Karya telah melaksanakan 22. Sulawesi Utara
replikasi kegiatan SANIMAS di 22 provinsi, kemudian pada 3 Tahun 2007 27 provinsi dengan
tahun 2007 telah dialokasikan dana untuk kegiatan tambahan 5 propinsi lagi
SANIMAS bagi 27 provinsi. Tahun 2008 dan 2009 Proyek dari Tahun 2006, yaitu:
Sanimas masih terus berjalan dengan jumlah lokasi di 17 1. Kep. Riau
provinsi. Adapun lokasi Sanimas per tahun selengkapnya 2. Kalimantan Barat
dapat dilihat pada tabel berikut ini : 3. Kalimantan Tengah
4. Sulawesi Tengah
TABEL VI.10 5. Sulawesi Barat
DAFTAR LOKASI 4 Tahun 2008 17 Provinsi (provinsi sama
PROYEK dengan tahun 2009)
SANIMAS 5 Tahun 2009 17 Provinsi
1. Sumatera Utara
NO TAHAP PROVINSI 2. Sumatera Barat
3. Bangka Belitung
1 Tahun 2003 - 2005 4 Provinsi :
4. Sumatera Selatan
1. Bali
5. Lampung
2. Yogyakarta
6. Banten
3. Jawa Tengah
7. Jawa Barat
4. Jawa Timur
8. Jawa Tengah
2 Tahun 2006 22 Provinsi:
9. DI Yogyakarta
1. Sumatera Utara
10.Jawa Timur
2. Sumatera Barat
11.Kalimantan Selatan
3. Riau
12.Kalimantan Timur
4. Banten
13.Sulawesi Selatan
5. Jawa Barat
14.Sulawesi Barat
6. Jawa Tengah
15.Sulawesi Tenggara
7. Jawa Timur
16.Bali
8. Yogyakarta
17.NTB
9. Kalimantan Timur
10. Gorontalo Sumber : Ditjen Cipta Karya, Departemen PU, 2009
11. Bali
12. Sulawesi Selatan Pembiayaan
13. Jambi
14. Bengkulu Pembiayaan SANIMAS berasal dari berbagai sumber
15. Sumatera Selatan pen- danaan, yaitu dana pemerintah (APBN dan
APBD), dana masyarakat (swadaya masyarakat), dan
swasta/donor/LSM. Setiap desa peserta SANIMAS
mendapat dana block grant
Pembangunan Perumahan dan Permukiman di Indonesia
98
kebijakan, (ii) studi kasus dan studi sektoral untuk Indonesia, sehingga dapat mem- pengaruhi kebijakan masa
memperjelas gambaran tentang masalah dan besaran yang akan datang dan pengambilan
perubahan yang sesuai, (iii) strategi sektoral dan
rencana kegiatan yang didasarkan pada kebijakan-
kebijakan baru yang mungkin tim- bul dalam proses
pengkajian. Pada akhirnya, nilai keberadaan WASPOLA
harus diukur dengan melihat sejauh mana
kegiatannya dapat berpengaruh secara positif dalam
penyusunan kebijakan-kebijakan nasional, strategi
pemba- ngunan sektoral, dan dalam pengambilan
keputusan yang berkaitan dengan penanaman modal
sektor ini. Karena sifat kebijakan adalah terpusat (bahkan
terkadang juga peka), terutama dalam perannya sebagai
pendorong kinerja, WASPO- LA harus menghormati peran
kepemimpinan para "stakehold- er" lokal dari dalam
masyarakat Indonesia sendiri dalam meng- ungkapkan
masalah-masalah kebijakan, analisis implikasi kebijakan,
dan pembuatan rekomendasi yang mengarah kepa- da
perubahan yang diperlukan. Dalam proses pengembangan
strategi akan diadakan koordinasi antara tingkat pusat,
provin- si dan kabupaten, agar strategi yang dikembangkan di
masing- masing tingkat menganut pendekatan-
pendekatan yang sejalan dengan seluruh tingkatan.
Tujuan
Secara umum CWSHP bertujuan untuk meningkatkan
kual- itas hidup dan derajat masyarakat perdesaan dan
perkotaan berpenghasilan rendah. Pencapaian hal ini
dilakukan melalui perbaikan kesehatan termasuk perilaku
hidup keluarga yang berkaitan dengan air dengan
dukungan perbaikan akses ter- hadap air minum dan
sanitasi.
Bersamaan dengan itu CWSHP bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan pemerintah daerah dalam
pelayanan air minum dan kesehatan melalui pelembagaan
sis- tem yang tanggap terhadap kebutuhan dan berbasis
keluarga, program-program yang memfokuskan pada
masyarakat berpenghasilan rendah, dan dalam
kemitraan dengan masyarakat sipil dan sektor swasta.
Sasaran
Penerapan program CWSHP dilakukan melalui
pember- dayaan pemerintah daerah, masyarakat, hingga
keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat.
Pemerintah daerah diharapkan dapat memfasilitasi
perencanaan dan pelaksanaan
proyek berbasis masyarakat (termasuk manajemen proyek), (iv) angka diare, dan (v) keberadaan beberapa proyek air
dan mampu memberikan pelayanan kesehatan berbasis minum dan sa- nitasi, serta (vi) mempertimbangkan
kelu- arga khususnya terhadap penyakit menular kemungkinan keterkaitan dengan proyek ADB lainnya,
berbasis air. Di samping itu, pemberdayaan peran seperti FHN, DHS, dan RWSS.
masyarakat dan keluarga diharapkan agar mampu Lokasi yang terpilih mencakup 4 (empat) propinsi dan
merencanakan, mengadvokasi, men- gelola, dan 20 kabupaten sebagai berikut (i) provinsi Jambi
memelihara program AMPL, serta meningkatkan mencakup Kabupaten Muaro Bungo Tebo, Sarolangun
perilaku sehat. Bangko, Tanjung Jabung Barat, Batanghari, Muaro Jambi, (ii)
provinsi Bengkulu mencakup Kabupaten Bengkulu Utara,
Kegiatan
Rajang Lebong, Bengkulu Selatan, (iii) provinsi
Secara umum, kegiatannya mencakup (i) fasilitasi
Kalimantan Barat mencakup Kabupaten Sambas,
peren- canaan dan pelaksanaan proyek berbasis
Sanggau, Ketapang, Sintang, Landak, Kapuas Bulu, dan
masyarakat (terma- suk manajemen proyek) dan
(iv) provinsi Kalimantan Tengah mencakup Kabupaten
pelayanan kesehatan berbasis keluarga, khususnya
Katingan, Barito Timur, Kotawaringin Timur, Barito Selatan,
terhadap penyakit menular berbasis air oleh Pemerintah
Pulangpisau, Kuala Kapuas.
Daerah, (ii) pemberdayaan peran masyarakat dan
Keempat propinsi yang telah disebutkan di atas adalah
keluarga.
dengan status pembiayaan yang bersumber dari
Instansi Pelaksana
pinjaman. Sedangkan untuk 2 propinsi meliputi Propinsi
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan
Sumatera Utara (Nias) dan Propinsi NAD adalah dengan
Penyehat- an Lingkungan, Departemen Kesehatan RI
status pembiayaan hibah.
Lokasi Pembiayaan
Beberapa kriteria sebagai dasar pemilihan lokasi adalah Total biaya USD. 92,39 juta terdiri dari pinjaman
(i) angka Human Development Index (HDI), (ii) Human sebesar USD. 64,69 juta, Pemerintah Pusat dan Daerah
Poverti Index (HPI), (iii) cakupan air minum dan sanitasi, sebesar USD.
101 Program dan Proyek
Hingga bulan November 2008, penyerapan dana sebesar Nias: Pembangunan sarana air bersih dan sanitasi di 2
Rp 47.789.601.774 atau senilai 59,42% dari pagu. Dana kabupaten Nias dan Nias Selatan meliputi pembangunan
terse- but telah dialokasikan di sebanyak 20 kabupaten dan perpipaan, sumur gali, sumur bor, penampungan hujan,
74 desa. Sedangkan pencapaian untuk setiap fasilitas cuci tangan di sekolah, fasil- itas jamban komunal
Tujuan
Secara umum tujuan pekerjaan ini adalah (i)
meningkatkan kondisi kesehatan, lingkungan dan ekonomi
Foto: Istimewa masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat miskin,
Pencapaian CWSHP dengan pendanaan dari grant/hibah melalui peningkatan pelayanan sanitasi, (ii)
dengan lokasi proyek Propinsi NAD dan Nias untuk meningkatkan profil sanitasi di Indonesia melalui (a)
komponen pembangunan sarana air bersih dan sanitasi peningkatan kesadaran (pemerintah, masyarakat, LSM,
adalah (i) Propinsi Aceh : Pembangunan sarana air bersih dan swasta), (b) pemantapan strategi, dan
dan sanitasi di 4 kabu-
(c) membaiknya tingkat investasi (penggalian dan Tujuan khusus program adalah (i) mengkonsolidasikan
mobilisasi dana pemerintah, swasta, LSM,
masyarakat).
Pembangunan Perumahan dan Permukiman di Indonesia
102
Sasaran
Melalui perencanaan yang strategis di tingkat lokal dan
nasional, dan dengan melaksanakan reformasi/pembaharuan
kelembagaan, ISSDP akan menciptakan suatu program yang
berkelanjutan untuk meningkatkan pelayanan sanitasi
yang berpihak pada penduduk miskin di Indonesia.
Bantuan akan diberikan untuk pengembangan strategi
sanitasi setempat di enam kota yang tanggap terhadap
kebutuhan dan isu kese- hatan masyarakat yang
berkembang. ISSDP juga akan men- dukung peningkatan
kepedulian masyarakat akan sanitasi serta menggalakkan
hidup sehat pada tingkat nasional dan daerah.
Lingkungan yang mendukung pengembangan sanitasi
secara nasional akan dikembangkan melalui perkuatan kebi-
jakan, peraturan, dan pedoman, mekanisme keuangan,
kelem- bagaan, dan rencana tindak lanjut. Didasarkan
atas pengala- man masa lalu dan pengembangan sanitasi
yang sedang berlangsung di Indonesia, peningkatan
kapasitas, konsolidasi kebijakan, dan pengembangan
strategi baru akan dicapai melalui kerjasama dengan
Pemerintah Indonesia beserta para mitra pembangunan.
Kegiatan
Perkembangan kapasitas tingkat daerah serta strategi
dan rencana tindak lanjut tingkat kota akan
diimplementasikan di 6 kota sedemikian rupa, sehingga
dapat digunakan sebagai dasar untuk pengembangan
pedoman nasional bagi pemerin- tah daerah. Semua itu
didasarkan atas visi atau 'impian kota', apa yang ingin
dicapai oleh sektor sanitasi agar dapat dima- sukkan ke
dalam rencana anggaran pembangunan perkotaan. ISSDP
akan memfasilitasi pembentukan Kelompok Kerja lintas
sektoral tingkat daerah dalam bentuk Kelompok Kerja
Sanitasi yang akan mengkoordinasikan pembangunan
sanitasi melalui forum sanitasi untuk memastikan bahwa
kapasitas ting- kat daerah terbentuk, dan agar peningkatan
sanitasi menjadi proses yang berjangka panjang. Pemetaan
dan pengkajian sa- nitasi-hasilnya disebut sebagai 'buku
putih'-untuk daerah, yang berisi situasi sanitasi di daerah dan
dipadukan dalam perenca- naan kota serta mekanisme
penyediaan pelayanan. Rencana pengembangan kapasitas
dan strategi akan dikembangkan un-
tuk membentuk perubahan dan pembaharuan kelembagaan.
Hingga saat ini ISSDP telah memasuki tahap II Kebersihan/Dinas Lingkungan Hidup) dan Perusahaan
dengan komponen kegiatan adalah sebagai berikut: Daerah Air Minum. Adapun kota-kota yang diundang dalam
lokakarya ini adalah Kota Solo, Kota Yogyakarta, Kota
Komponen Program
Banjarmasin, Kota Blitar, Kota Denpasar, Kota Jambi, Kota
Komponen program mencakup (i) manajemen program,
Kendari, Kota Cirebon, Kota Surabaya, Kota Pangkal Pinang,
(ii) penguatan Kerangka Kerja Sanitasi Nasional
Kota Payakumbuh, dan Kota Tangerang.
(National Enabling Framework), (iii) replikasi dan
Peserta lokakarya kemudian dibagi dalam 4 kelompok
peningkatan kapasitas pemerintah daerah
yang membahas manfaat, risiko, penyusunan konsep, dan
Instansi Pelaksana
kriteria pemilihan kota yang dapat berpartisipasi dalam
Instansi Pelaksana terdiri dari Executing Agency: (i)
ISSDP. Dengan menggunakan pendekatan MPA-PHAST,
Direk- torat Permukiman dan Perumahan, Bappenas; (ii)
seluruh peserta dapat aktif berpartisipasi dan mengeluarkan
Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan
pendapatnya. Ringkasan hasil diskusi tentang kriteria
Umum. Sedang Implementing Agency: Departemen
pemilihan kota adalah sebagai berikut:
Kesehatan, Departemen PU dan Bappenas 1. Mewakili kota di Pulau Jawa dan luar Pulau Jawa
Lokasi 2. Kombinasi antara kota-kota yang telah dan belum
Pemilihan lokasi dilakukan melalui serangkaian memili- ki sistem sewerage
proses, yang diawali dengan Lokakarya Pematangan 3. Sedapat mungkin mencakup juga kota-kota yang
Konsep ISSDP pada 25-26 Agustus 2005. Lokakarya meru- pakan lokasi SANIMAS dan WASPOLA
dihadiri oleh 35 peserta berasal dari instansi 4. Berkomitmen untuk:
Pemerintah Daerah yaitu Badan Perencanaan a. Menunjuk lead agency dan key contact person
Pembangunan Kota (Bappeko), dinas teknis yang b. Membentuk kelompok kerja khusus untuk
menangani sanitasi (Dinas Pekerjaan Umum/Dinas menangani sanitasi
103 Program dan Proyek
TABEL VI.12
KONDISI KECAMATAN BERDASARKAN ADA TIDAKNYA IKK SPAM
JUMLAH KONDISI OPERASI
JUMLAH
PENDUDUK
SISTEM IKK
(RIBU JIWA) BAIK PERLU TIDAK TIDAK
REHABILITASI BERFUNGSI DIKETAHUI
Kecamatan SPAM 1,774 9.451 26,5 11 19 43,5
Kecamatan Non SPAM 3,536 4.980 - - - -
TOTAL 5,310
Sumber: Departemen PU, 2008
Pembangunan Perumahan dan Permukiman di Indonesia
104
GAMBAR 6.1 iklim, berkurangnya kuantitas air baku juga disebabkan oleh
KONDISI OPERASI SISTEM IKK DI INDONESIA adanya pemanfaatan
GAMBAR 6.2
KONDISI SPAM-IKK PER WILAYAH DI INDONESIA
(%)
Tujuan
Adapun tujuan dari program kerjasama ini adalah :
1. Meningkatkan kesempatan melanjutkan pendidikan bagi
anak-anak dengan membangun lingkungan yang 3. Membangun sistem monitoring dan evaluasi terpadu de-
kon- dusif dalam rangka mencapai Wajib Belajar 9 ngan mengembangkan Sistem Informasi Manajemen.
tahun dan penyediaan kesempatan pendidikan non- Kegiatan
formal termasuk mendukung pemerintah untuk Water and Environmental Services Unicef terdiri dari
mendukung penurunan angka buta huruf hingga 5 tiga komponen yaitu
persen pada tahun 2009. 1. Komponen Air Minum, Sanitasi, dan Pendidikan
2. Mengembangkan usaha-usaha dalam target PNBI Higienitas di Perdesaan
tahun 2015 untuk air minum dan sanitasi dasar. Komponen perdesaan memiliki target sebanyak
3. Meningkatkan cakupan rumah tangga dan sekolah 320.000 penduduk mendapatkan pelayanan akses air minum
dalam akses pelayanan air bersih dan sanitasi dan sani- tasi.
dasar, dengan fokus 30 kabupaten/kota. 2. Komponen Air Minum, Sanitasi, dan Pendidikan Higinitas
Sasaran di Sekolah Dasar
Dalam penerapan programnya, program kerjasama Komponen sekolah dasar memiliki target sebanyak
ini akan diarahkan pada 3 pokok sasaran, yaitu: 100.000 murid SD dan 2.000 guru di 500 sekolah dasar
1. Implementasi program dengan membangun prasarana men- dapatkan pelayanan akses air minum dan
dan sarana sesuai prinsip Kebijakan Air Minum sanitasi.
dan Penyehatan Lingkungan berbasis 3. Komponen Air Minum, Sanitasi, dan Pendidikan Higinitas
Masyarakat. di Perkotaan
2. Penguatan Pemerintah Daerah, dengan Komponen perkotaan memiliki target sebanyak 70.000
membangun kapasitas Pemda dalam menyusun penduduk kawasan kumuh di 5 kota (Makassar,
kebijakan skala dae- rah dan mengelola Kupang, Mataram, Ambon dan Jayapura) mendapatkan
implementasi program lapangan. pelayanan air minum dan sanitasi.
Pelaksanaan kegiatan dikelompokkan dalam beberapa
tahapan besar terdiri dari :
1. Proses advokasi-sosialisasi
Pembangunan Perumahan dan Permukiman di Indonesia
106
5. Proses persiapan masyarakat dan sekolah Proyek WES-Unicef akan dilaksanakan dalam kurun
6. Proses fasilitasi PHBS waktu 5 tahun yaitu tahun 2006 -2010. Terkait dengan
7. Proses pelaksanaan konstruksi kurun waktu yang relatif singkat dan besarnya target yang
8. Proses replikasi yang merupakan bagian dari ingin dicapai maka target per lokasi dibagi ke dalam 3
TABEL VI. 13
LOKASI PROYEK WES UNICEF PER TAHUN ANGGARAN
TABEL VI.14
LOKASI PROYEK WES - UNICEF
NO PROPINSI KABUPATEN/KOTA
1 Nusa Tenggara Barat Kab. Sumbawa, Kab. Bima, Kab. Lombok Barat, Kab. Lombok Tengah, Kota Mataram
2 Nusa Tenggara Timur Kab. Rote Ndao, Kab. Belu, Kab. Sumba Timur, Kab. Timor Tengah Selatan, Kota Kupang
3 Sulawesi Selatan Kab. Selayar, Kab. Takalar, Kab. Soppeng, Kab. Luwu Utara, Kab. Barru, Kota
Makasar.
4 Maluku Kab. Burru, Kab. Maluku Tenggara Barat,Kab. Seram Bagian Timur, Kab. Seram Bagian
Barat,
Kota Ambon.
5 Papua Barat Kab. Sorong, Kab. Sorong Selatan, Kab. Raja Ampat, Kab. Manokwari.
6 Papua Kab. Jayawijaya, Kab. Puncak Jaya, Kab. Biak Numfor, Kab. Jayapura, Kota
Jayapura.
Sumber : Sekretariat WES - Unicef, 2008
Pembiayaan :
WES UNICEF adalah proyek yang sepenuhnya dibiayai oleh hibah/grant. Total pendanaan untuk tiap tahun pelaksanaan
dapat dilihat pada tabel berikut ini.
107 Program dan Proyek
TABEL VI. 15
ALOKASI PENDANAAN PER PERIODE PROYEK WES - UNICEF (DALAM USD)
Waktu :
dapat meningkatkan kondisi kehidupan masyarakat. Oleh
Selama 60 bulan dari tahun 2006 - 2010
kare- na itu, pada tanggal 19 Oktober 2005 ditandatangani
Pencapaian : nota kesepahaman yang merupakan dasar dari kerjasama
a. Komponen Perdesaan antara Bappenas dan Plan. Rencana Program Kerjasama
Hingga Tahun 2008 komponen perdesaan telah memasuki periode 2006-2007 akan dijabarkan dan dilaksanakan sesuai
tahap pelaksanaan RKM (Rencana Kerja Masyarakat) dengan MoU.
yang telah tersusun di masing-masing desa.
Kegiatan
b. Komponen Sekolah
Program kerjasama yang telah disepakati terdiri dari 8
Sebagian besar desa sedang dalam persiapan
kegiatan yaitu :
untuk pelaksanaan konstruksi di tingkat masyarakat dan
1. Pengembangan modul teknologi tepat guna untuk
perlu mendapatkan dukungan terus dari tingkat
penye- diaan air minum berbasis masyarakat
pusat dan provinsi
2. Pengembangan modul promosi kesehatan anak sekolah
Pelaksanaan di desa baru tahun 2009, perlu
bidang higinitas dan sanitasi
mengacu pada PID (Project Implementation
3. Pengembangan Resource center
Document) yang ada.
4. Penyusunan Buku Pembangunan Air Minum dan Penye-
c. Komponen Perkotaan
hatan Lingkungan di Indonesia: Pembelajaran
Hingga saat ini, tahap perkotaan sedang dalam tahap
dari Berbagai Pengalaman.
per- siapan khususnya penyiapan kelembagaan. Berbagai
5. Pembuatan media pendidikan lingkungan anak-anak
pengu- atan kapasitas seperti penyiapan pokja dan renstra
"Majalah Percik Junior"
(rencana strategis) sedang dilakukan termasuk sosialisasi
6. Media komunikasi pelaksanaan MDGs di Tingkat Peme-
PID (Project Implementation Document). Khusus untuk
rintah Daerah
Kota Ambon dan Jayapura, ESP (Environmental Services
7. Pengawasan kualitas air di perdesaan
Program) akan mem- bantu memfasilitasi penyusunan
8. Koordinasi kegiatan kerjasama Bappenas-Plan
renstra kota. Untuk pelak- sanaan komponen perkotaan
UNICEF melibatkan LSM inter- nasional dan lokal yang Instansi Pelaksana
akan mendampingi Pokja Kota dalam mencapai target Instansi pelaksana berbeda untuk tiap-tiap kegiatan,
yaitu :
komponen perkotaan. LSM yang terlibat adalah CARE
1. Pengembangan modul teknologi tepat guna untuk
untuk Kota Jayapura dan Ambon serta Mercy Corps
penye- diaan air minum berbasis masyarakat oleh
untuk Kota Makassar dan Kupang.
Departemen Pekerjaan Umum
H. Program Kerjasama BAPPENAS - PLAN Indonesia 2. Pengembangan modul promosi kesehatan anak sekolah
Program kerjasama BAPPENAS-Plan Indonesia bidang higinitas dan sanitasi oleh Departemen
dilatarbe- lakangi oleh keinginan untuk memberikan Kesehatan
pelayanan air minum dan penyehatan lingkungan yang 3. Pengembangan resource center oleh Bappenas
berkelanjutan sehingga
Pembangunan Perumahan dan Permukiman di Indonesia
108
NO KEGIATAN PELAKSANAAN
TABEL VI.16
PENCAPAIAN KERJASAMA BAPPENAS - PLAN 1 Penguatan Pokja Terlaksana di 4 kabupa-
PERJANJIAN KERJA TAHUN 2007 STBM ten (Grobogan, Rem-
bang, Lembata dan Ti-
NO KEGIATAN PELAKSANAAN mor Tengah Utara)
1 Penyusunan Modul Tek- Terkumpul 8 teknologi 2 Penerbitan Majalah 3 edisi sudah terbit,
nologi Tepat Guna untuk dari beberapa daerah, Percik Yunior edisi terakhir sedang
Penyediaan Air Minum yaitu: Jawa Barat, finalisasi
Berbasis Masyarakat Kalsel dan NTT 3 Penguatan Jejaring AMPL Sudah terangkul 14
2 Penyusunan Modul Pro- Tidak terlaksana ins- tansi untuk Jaringan
mosi Kesehatan Anak Per- pustakaan
Sekolah Bidang Higiene 4 Koordinasi Kerjasama Rapat koordinasi
dan Sanitasi Bappenas-Plan sedikit terhambat,
3 Pengembangan Reso- Pembelian buku dan pe- namun pela- poran
urce Center nyebaran informasi melalui bulanan rutin dilak-
media cetak maupun sanakan
elek- tronik Sumber : Sekretariat Pokja AMPL, 2008
109 Program dan Proyek
3. Kerjasama Bappenas-Plan akan direncanakan akan cakupan yang luas, berkesinambungan, dan efektivitas
dilakukan perpanjangan untuk Tahun 2009-2011. penyediaan
Menge- nai realisasi dari rencana perpanjangan
kerjasama ini, telah dilaksanakan lokakarya evaluasi
dan perencanaan kegiatan kerjasama Bappenas-Plan
Indonesia pada bulan Februari 2009. Hingga saat ini
sedang dilakukan penyusunan kerangka kerja
kerjasama Bappenas-Plan Indonesia untuk tahun
2009 - 2011.
Tujuan
Tujuan program ini mencakup (i) menciptakan cakupan
yang luas, berkesinambungan, dan efektivitas permintaan
untuk perbaikan sanitasi dan higienis, (ii) menciptakan
pelayanan dan produk untuk perbaikan sanitasi dan Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penye-
higienis, hatan Lingkungan, Departemen Kesehatan RI
(iii) pembelajaran tentang pendekatan yang paling efektif
Lokasi
untuk memperluas cakupan pelayanan sanitasi secara
Kegiatan SToPS secara bertahap dimulai dengan 10
berkesinam- bungan, (iv) memperkuat pengetahuan secara
kabu- paten pada tahap I, disusul 11 kabupaten pada
global menge- nai dampak cakupan yang luas program
tahap II, dan 8 kabupaten pada tahap III.
sanitasi yang berkesinambungan terhadap kesehatan,
sosial, dan ekonomi.
TABEL VI.18
Sasaran DAFTAR LOKASI PROYEK SToPS
Sasaran proyek mencakup (i) pelayanan sanitasi, (ii)
NO TAHAP KABUPATAN /KOTA
pem- berdayaan masyarakat, dan (iii) peningkatan
kapasitas 1 Tahap I 10 Kabupaten: Pacitan,
Trenggalek, Tulungagung, Kediri,
Kegiatan Nganjuk, Bang- kalan, Pasuruan,
Kegiatan proyek adalah (i) peningkatan kebutuhan Lumajang, Pame- kasan,
(de- mand) pada rumah tangga dan masyarakat melalui Sumenep
pember- dayaan masyarakat, (ii) peningkatan penawaran 2 Tahap II 11 Kabupaten: Ponorogo,
Madiun, Ngawi, Tuban, Blitar,
(supply) yang cukup dan tepat guna dalam berbagai
Jombang, Pro- bolinggo,
produk dan pelayanan sanitasi, (iii) peningkatan Bondowoso, Jember, Situ- bondo,
kemampuan pemerintah pusat, dae- rah dan masyarakat Banyuwangi
dalam menciptakan dan melaksanakan kebijakan yang 3 Tahap III 8 Kabupaten: Magetan,
dapat menunjang kesinambungan, efektifitas, dan Bojonegoro, Lamongan, Gresik,
Sidoarjo, Mojo- kerto, Malang,
efesiensi program sanitasi pedesaan.
Sampang
Instansi Pelaksana Sumber : Presentasi Pencapaian Proyek TSSM, Desember 2008
Keterangan : Jumlah desa per kabupaten berkisar antara 136
sampai 474 (dengan rata-rata jumlah penduduk 4.000 jiwa)
Pembangunan Perumahan dan Permukiman di Indonesia
110
Pembiayaan
Indonesia sebagai salah satu negara dengan penyebaran
StoPS merupakan kerjasama antara pemerintah
typus yang tinggi.
Indonesia, Water and Sanitation Program (WSP) dan The Bill
and Melinda Gates Foundation. Total pembiayaan yang Tujuan
bersumber dari The Bill and Melinda Gates Foundation Secara umum pelaksanaan Program PAMSIMAS
adalah sebesar US$ 1,9 juta. bertujuan untuk mencapai target Millenium Development
Goals (MDGs) yaitu mengurangi setengah dari jumlah
Waktu penduduk yang tidak memiliki akses terhadap air minum
Januari 2007 - April 2009 yang aman dan sanitasi yang memadai pada tahun 2015.
Pencapaian Selain itu adanya program ini ditujukan untuk meningkatkan
Pencapaian Proyek SToPS sejak dimulainya pada awal kesehatan dan kualitas hidup masyarakat.
ta- hun 2007 adalah sebagai berikut : Lebih jauh lagi Program PAMSIMAS memiliki tujuan-
Tahapan Penilaian kondisi lingkungan tujuan khusus yaitu:
Tahapan ini berlangsung dalam kurun waktu Januari 2007 1. Meningkatkan kepedulian masyarakat akan hidup
- Agustus 2007. Dalam tahapan ini telah dilakukan sehat,
penilaian lingkungan melalui baseline study. 2. Meningkatkan jumlah penduduk dengan akses yang
Tahap implementasi terbagi menjadi 2 termin. Termin 3. Mengembangkan kapasitas pemerintah daerah
perta- ma (September 2007 - Juni 2008) pada tahapan ini dalam pengembangan air minum dan sanitasi
kabupaten pertama (pilot project) dengan dampingan 4. Mengembangkan kapasitas masyarakat dalam
fasilitator meliputi kegiatan advokasi, pemetaan kondisi, mengelola sarana air minum dan sanitasi,
implementasi CLTS, pemicuan dan penyusunan RKM (Rencana 5. Meningkatkan efektifitas pengelolaan sarana air minum
Kerja Masyarakat) pasca pemicuan, analisis hasil dan sanitasi berbasis masyarakat,
implementasi sebagai masukan bahan pem- belajaran. 6. Meningkatkan produktifitas desa dalam upaya
Selanjutnya termin kedua (Juli 2008-Maret 2009) sedang men- dukung keberlanjutan penggunaan dan
dalam proses implementasi di 14 kabupaten lainnya. pemeliharaan sarana air minum dan sanitasi,
Tahap Akhir 7. Meningkatkan kesehatan masyarakat, dan
Diakhir pelaksanaan proyek yang diperkirakan pada bulan 8. Meningkatkan kepedulian masyarakat pada
Cipta Karya, Departemen PU; Ditjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Depkes; Ditjen Pembangunan Daerah
dan Pembangunan Masyarakat dan Desa, Depdagri.
Lokasi
Sasaran Program PAMSIMAS dilaksanakan di 15 Propinsi, 110 kab/kota dengan target pelaksanaan di 5.000 desa dan 1.000
desa replikasi. Rinician lokasi tersebut adalah sebagai berikut :
TABEL VI.19
DAFTAR LOKASI PROYEK PAMSIMAS
NO PROPINSI KABUPATEN/KOTA
1 Sumatera Barat Kota Pariaman, Kota Sawahlunto, Kota Payakumbuh, Kab. Dharmasraya, Kab.
Pasaman Barat, Kab. Agam, Kab. Tanah Datar, Kab. Lima Puluh Kota, Kab. Padang
Pariaman, Kota Padang, Kab. Solok Selatan, Kab. Solok, Kab. Pasaman, Kab.
Sawahlunto/Sijunjung, Kab. Pesisir Selatan
2 Riau Kab. Kampar, Kab. Rokan Hulu, Kab. Indragiri Hulu, Kab. Indargiri Hilir, Kab. Kuantan
Singigi, Kab. Bengkalis
3 Sumatera Selatan Kab. OKU Timur, Kab. Musi Rawas, Kab. OKI, Kab. OKU Selatan, Kab. Musi
Banyuasin, Kab. Lahat, Kab. Muara Enim, Kab. Ogan Ilir
10 Sulawesi Tengah Kab. Donggala, Kab. Tojo Una-Una, Kab. Poso, Kab. Buol, Kab. Morowali, Kab. Banggai
Kepulauan, Kab. Parigi Moutong
11 Sulawesi Selatan Kota Palopo, Kab. Pinrang, Kab. Bulukumba, Kab. Wajo, Kab. Gowa, Kab. Tana Toraja,
Kab. Sidrap, Kota Makasar
12 Gorontalo Kab. Pohuwato, Kab. Gorontalo, Kab. Boalemo
13 Maluku Kab. Maluku Tengah
14 Maluku Utara Kab. Halmahera Barat, Kota Tidore Kepulauan
Pembiayaan PERSENTASE
Untuk melaksanakan program ini, penyediaan PROVINSI TARGET REALISASI
PENCAPAIAN
dana dilakukan dalam bentuk kerjasama dengan total
Sulawesi Barat 27 27 100
pendanaan sebesar USD 103.510.000 dengan rincian
Gorontalo 27 27 100
sebagai berikut :
1. Pendanaan luar negeri berupa pinjaman lunak dari Maluku 9 9 100
TABEL VI.20
TABEL VI. 21
TARGET DAN REALISASI LOKASI DESA SASARAN
PELAKSANAAN KEGIATAN STBM
PROGRAM PAMSIMAS KOMPONEN C TAHUN 2008 (%)
PROYEK PAMSIMAS TAHUN 2008
DESA JUMLAH
TARGET JUMLAH
DESA S.D I MPLEMEN KOMUNITAS/
DESA STOP
NO PROPINSI
TASI S.D DUSUN
2012 BABS
2008 STOP BABS
9. Maluku 50 9 - -
10. Nusa Tenggara Timur 528 99 - -
11. Maluku Utara 100 18 - -
12. Banten 100 18 - -
13. Gorontalo 150 27 - -
14. Irian Jaya Barat 50 9 - -
15. Sulawesi Barat 150 27 - -
Sumber : Sekretariat STBM 2008
TABEL VII.7
N ODAFTAR
. N AMA KPEMELIHARAAN
KISAH SUKSES EGIA T A N
KUALITAS LINGKUNGAN
1. Perbaikan Lingkungan Menyeluruh Kelurahan
Petojo Utara Jakarta Pusat
2. Cianjur Berjuang Melawan Perubahan Iklim
3. Jampedas: 7,000 pohon untuk 20 hektar lahan
kritis di Cianjur
TABEL VII.8
DAFTAR KISAH SUKSES TEKNOLOGI
RAMAH LINGKUNGAN
Badan Pusat Statistik. Statistik Perumahan dan Permukiman. Jakarta, berbagai tahun
Japan Bank for International Cooperation. Good Practices Kegiatan Lingkungan Berbasis
Masyarakat di Indonesia. Jakarta, 2008
Japan Bank for International Cooperation. Ringkasan Studi Promosi Kegiatan Lingkungan
Berbasis Masyarakat di Indonesia. Jakarta, 2008
Mungkasa, Oswar dan Kurnia Ratna Dewi. Kumpulan Regulasi Terkait AMPL. Kelompok
Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Jakarta, 2008
Pemerintah Kota Blitar. Best Practices Program Bantuan Revitalisasi Rumah Kumuh
(BR2K). Blitar, 2005
Persatuan Perusahaan Air Minum Seluruh Indonesia. Direktori 2006. Jakarta, 2007
Sekretariat Kelompok Kerja AMPL. CD Data Air Minum dan Penyehatan Lingkungan
(AMPL). Jakarta, 2008