MAKALAH Sistem Otot
MAKALAH Sistem Otot
SISTEM OTOT
Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Fisiologi Hewan yang telah
diberikan oleh Drs. Nurwidodo, M. Kes.
Disusun Oleh:
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat, taufiq,
serta hidayah-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah yang disusun
untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Fisiologi Hewan yang telah diberikan oleh
Drs. Nurwidodo, M. Kes dengan tepat waktu.
Shalawat dan salam selalu penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad
SAW, yang telah memberikan petunjuk hingga akhir zaman untuk kita umatnya.
Dalam penyusunan makalah ini tentu penulis mengalami masalah, namun itu
semua dapat teratasi dengan berbagai dukungan dan bimbingan dari pihak lain.
Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih, kepada:
1. Drs. Nurwidodo, M. Kes selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah
Fisiologi Hewan,
2. Semua teman-teman Pendidikan Biologi IV-A yang telah senantiasa
memberikan saran dan kritik dalam penyusunan makalah ini, serta
3. Kedua orang tua yang telah membantu baik dalam moril maupun
materi.
Demikian penyusunan dari makalah ini. Penulis menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, khususnya dari Dosen
Mata Kuliah Fisiologi Hewan guna menjadi acuan bekal pengalaman bagi penulis
untuk lebih baik di masa yang akan datang dan demi kesempurnaan dari makalah
ini.
Penulis
DAFTAR ISI
ii
HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
KATA PENGANTAR...................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR....................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................. 2
1.3 Tujuan..................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 3
2.1 Organ Sistem Otot.................................................................................. 3
2.1.1 Pengertian Otot dan Sistem Otot................................................. 3
2.1.2 Struktur dari Otot secara Keseluruan........................................... 3
2.1.3 Jenis-jenis Organ Sistem Otot...................................................... 5
2.2 Fungsi Sistem Otot................................................................................. 10
2.3 Sitem Otot pada Hewan Invertebrata..................................................... 10
2.4 Sistem Otot pada Hewan Vertebrata...................................................... 12
2.4.1 Pisces........................................................................................... 12
2.4.2 Amphibi....................................................................................... 13
2.4.3 Reptil............................................................................................ 14
2.4.4 Aves.............................................................................................. 14
2.4.5 Perbandingan Otot dari tiap Vertebrata ....................................... 15
2.5 Kinerja Sistem Otot................................................................................ 17
2.5.1 Sifat Gerak Otot........................................................................... 17
2.5.2 Macam-macam Gerak Otot.......................................................... 18
2.5.3 Mekanisme Gerak Otot................................................................ 18
2.6 Metabolisme Sistem Otot....................................................................... 20
BAB III PENUTUP......................................................................................... 24
3.1 Kesimpulan............................................................................................ 24
3.2 Saran....................................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 26
DAFTAR GAMBAR
iii
Gambar 8. Otot pada Reptilia..........................................................................14
Gambar 9. Otot pada Aves...............................................................................15
Gambar 10. Mekanisme Kontraksi Otot..........................................................19
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja Organ sistem otot pada hewan?
2. Apa saja fungsi otot pada hewan?
3. Bagaimana Sistem otot hewan Invertebrata?
4. Bagaimana Sistem otot hewan Vertebrata?
5. Bagaimana proses kinerja sistem otot?
6. Bagaimana proses metabolisme Sistem otot?
1.3 Tujuan
1. untuk mengetahui organ sistem otot pada hewan
2. untuk mengetahui fungsi otot pada hewan
3. untuk memahami Sistem otot pada hewan Invertebrata
4. untuk memahami Sistem otot pada hewan Vertebrata
5. untuk memahami kinerja sistem otot
6. untuk mengetahui metabolisme pada sistem otot
BAB II
PEMBAHASAN
2
Otot adalah jaringan yang paling banyak terdapat pada sebagian besar
hewan, dan kontraksi otot merupakan bagian besar dari kerja seluler yang
memerlukan energi dalam suatu hewan yang aktif.
Unit dasar dari seluruh jenis otot adalah miofibril yaitu struktur filamen
yang berukuran sangat kecil yang tersusun dari protein kompleks, yaitu filamen
aktin dan miosin. Pada saat berkontraksi, filamen-filamen tersebut saling
bertautan yang mendapatkan energi dari mitokondria di sekitar miofibil.
Sistem Otot merupakan sistem tubuh yang memiliki fungsi untuk alat
gerak. Otot terdiri dari sel-sel (serabut otot) yang terspesialisasi untuk kontraksi
(mengandung protein kontraktil). Sel otot memiliki kemampuan untuk
berkontraksi (memendek dan menebal) dan relaksasi (kembali ke keadaan
semula).
Otot rangka (skeletal muscle) merupakan organ utama dari sistem otot
yang menyusun tubuh. Sistem ini terutama terdiri dari otot lurik dan jaringan ikat,
mengandung jaringan syaraf yang mengontrol kontraksi otot, dan jaringan epitel
yang melapisi bagian dalam jaringan pembuluh darah.
Satu otot sebagai organ hanya punya satu aksi tertentu saja yaitu
menggerakkan satu bagian tertentu tubuh. Sedangkan kerjasama semua otot tubuh
sebagai satu sistem yang akan menghasilkan semua gerakan tubuh yang
terkoordinasi.
3
menempel ke tulang sebagai sebuah tendon, sebuah struktur seperti tali. Lapisan
lain dari jaringan penghubung, disebut perimisium, mengelilingi kumpulan otot
yang lebih kecil. Kumpulan otot disebut fasikulus. Serat otot secara individual
ditemukan dalam fasikulus dan dikelilingi oleh lapisan ketiga dari jaringan
penghubung yang disebut endomisium.
4
filamen aktin. Perluasan dari filamen miosin adalah struktur yang disebut kepala
miosin. Pengaturan aktin dan miosin dalam setiap sarkomer memberikan bentuk
lurik pada otot rangka dan otot jantung.
Otot-otot membentuk penempelan ke struktur-struktur lain dengan tiga
cara. Pertama, tendon menempelkan otot ke tulang. Kedua, otot menempel secara
langsung (tanpa sebuah tendon) ke tulang atau ke jaringan lunak. Ketiga, sebuah
fasia yang rata, berbentuk seperti lembaran yang disebut aponeurosis dapat
menghubungkan otot ke otot atau otot ke tulang.
Jadi susunan otot adalah:
Miofibril sel otot berkas serabut otot jenis otot.
5
Gambar 3.Otot Polos
Sumber: http://www.softilmu.com/2014/08/macam-macam-otot.html
Ciri-ciri Otot Polos:
Bentuk: Gelendong
Satu sel inti di tengah
Tidak ada garis-garis melintang
Aktivitas lambat, geraknya beruntun
Berkontraksi dalam waktu lama
Dikontrol oleh saraf tidak sadar dan sebagai otot tidak sadar
Cara kerja otot polos: Bila otot polos berkontraksi, maka bagian tengahnya
membesar dan otot menjadi pendek. Kerutan itu terjadi lambat, bila otot itu
mendapat suatu rangsang, maka reaksi terhadap berasal dari susunan saraf tak
sadar (otot involunter), oleh karena itu otot polos tidak berada di bawah kehendak.
Jadi bekerja di luar kesadaran kita.
6
mempunyai hubungan dengan tulang dan berfungsi menggerakkan tulang. Otot ini
bila di lihat di bawah mikroskop, maka tampak susunannya serabut-serabut
panjang yang mengandung banyak inti sel, dan tampak adanya garis-garis terang
di selingi gelap yang melintang (Ville,1984).
Otot-otot kulit seperti yang terdapat pada roman muka termasuk otot-otot
lurik berada di bawah kehendak kita. Perlekatannya pda tulang dan kulit, tetapi
ada juga terdapat dalam kulit seluruhnya. Otot-otot yang merupakan lingkaran di
sebuah otot lingkaran, misalnya otot yang mengelilingi mulut dan mata.
7
perintah otak. Reaksi kerja otot lurik terhadap perangsang cepat tapi tidak tahan
kelelahan.
Otot Rangka (skeletal muscle) yang dilekatkan ke tulang oleh tendon,
bertanggung jawab atas pergerakan tubuh secara sadar. Orang dewasa memiliki
jumlah sel-sel otot yang tetap, mengangkat beban dan metode lain untuk
membentuk otot tidak meningkatkan jumlah sel, tetapi hanya memperbesar
ukuran sel yang sudah ada. Otot rangka disebut juga otot lurik (skeletal muscle)
karena pengaturan filamennya yang tumpang tindih, sehingga memberikan sel-sel
itu penampakan berlurik atau bergaris dibawah mikroskop (Campbell, Neil A.
2003).
8
Gambar 5.Otot Jantung
Sumber: http://www.softilmu.com/2014/08/macam-macam-otot.html
Ciri-ciri Jantung:
Letak: Dinding jantung dan vena kava
Bentuk: Seperti otot rangka, seperti anyaman
Percabangan sel otot jantung terdapat jaringan ikat = Diskus
interkalaris.
Berkontraksi secara ritmis dan terus menerus
Dikendalikan oleh saraf tidak sadar (otonom)
Satu inti sel di tengah sel.
9
disimpan glikogen yang berfungsi sebagai cadangan energi yang akan digunakan
oleh otot untuk berkontraksi. Organ yang berada dalam sistem otot ini adalah otot
lurik, otot polos, dan otot jantung. Organ penyusunnya adalah serabut dan tendon
Fungsi Sistem Otot:
1. Pergerakan. Otot menghasilkan gerakan pada tulang tempat otot tersebut
melekat & bergerak dalam bagian-bagian organ internal tubuh.
2. Penopang tubuh dan mempertahankan postur. Otot menopang rangka dan
mempertahankan tubuh saat berdiri atau duduk terhadap gaya gravitasi.
3. Produksi panas. Kontraksi otot secara metabolis menghasilkan panas untuk
mempertahankan suhu normal tubuh.
10
Ex: cacing pipih, cacing gilig, hewan golongan annelida dan coelenterata.Adanya
rangka hidrostatik memungkinkan gerakan peristaltis.
Gerakan peristaltis adalah Pergerakan yang dihasilkan oleh kontraksi otot
yang ritmik dari kepala sampai ekor. Gerakan ini dapat terjadi karena otot sirkuler
dan otot longitudinal.
Pada Platyhelminthes terdapat sistem otot yang juga berfungsi sebagai alat
gerak aktif terutama berfungsi dalam mengatur gerakan tubuhnya. Pada
Nemathelminthes kita mengenal adanya otot-otot longitudinal yang mengontrol
gerakan tubuh membengkok kea rah dorsoventral. Sementara pada Annelida kita
bisa menemukan adanya otot longitudinal dan otot melingkar pada dinding tubuh
dan saluran pencernaanya. Otot-otot inilah yang berperan dalam mengatur
gerakan pada cacing tanah, mislanya ketika memendek, memanjang dan merayap
bekerja sama denga setae.
Otot rangka Arthropoda hampir identik dengan otot rangka vertebrata.
Akan tetapi. Otot terbang pada serangga mampu melakukan kontraksi independen
dan ritmik (berirama), sehingga sayap serangga sesungguhnya dapat mengibas
lebih cepat dari potensial aksi yang tiba di sistem saraf pusat. Mollusca, pada
kelompok hewan ini sudah memiliki jenis otot bergaris melintang. Yang menarik
pada sistem otot pada kijing atau remis, kemampuan otot yang menahan
cangkangnya agar tetap dalam keadaan menututp. Filamen tebal pada serabut otot
ini mengandung suatu protein unik yang disebut paromiosin, yang memungkinkan
otot tetap berada dalam kondisi kontraksi dengan laju konsumsi energy yang
rendah selama sekitar satu bulan (Sonic, 2008).
1. Sistem otot pada cacing pipih (Platyhelminthes)
Serabut otot terbagi atas Sirkular, Longitudinal, Serong atau vertical yang
mana Sirkular terdapat di bawah epidermis dan berkontraksi memanjang kan
tubuh nya, longitudinal yang berfungsi memperpendek tubuh nya ,dan otot
serong atau vertical yang berfungsi untuk bergerak seperti membalik,melipat
dan merentangkan diri nya keseluruh arah.
2. Sistem otot pada Molusca
Sebagian otot besar otot berupa otot halus yang berkontraksi lambat namun
yang dapat aktif berenag menggerakkan cangkang nya terdapat otot halus atau
11
lurik. Otot halus yang berfungsi untuk menutup cangkang pada saat istirahat
dan otot lurik yang berfungsi untuk menimbulkan gerakan berenang.
3. System otot pada Arthropoda
Pada mosculer sangat kompleks ukuran maupun otot-otot tubuh yang banyak
jumlah nya dan bersendi dan otot melekat pada permukaan dalam rangka luar.
12
Gambar 6.Otot pada Pisces
Sumber: http://indomaterikuliah.blogspot.co.id.html
2.4.2. Amphibi (Hewan Hidup di Darat)
Otot-otot segmental mencolok pada tubuh. Segmen kaki teratas berotot
besar. Dan otot fleksor.
13
Gambar 8.Otot pada Reptilia
Sumber: http://indomaterikuliah.blogspot.co.id.html
14
Gambar 9.Otot pada Aves
Sumber: http://indomaterikuliah.blogspot.co.id.html
Sistem otot pada hewan avertebrata atau Alat gerak hewan pada umumnya
merupakan kontraksi sel-sel khusus (otot) material kontraksi yang disebut sebagai
aktomiosin .pada dasar nya sama baik otot polos lurik maupun otot jantung
vertebrata maupun avertebrata (Ville, 1984).
Dibalik mekanisme otot yang secara eksplisit hanya merupakan gerak
mekanik itu. Terjadilah beberapa proses kimiawi dasar yang berseri demi
kelangsungan kontraksi otot. Hampir semua jenis makhluk hidup memilki
kemampuan untuk melakukan pergerakan. Fenomena pergerakan ini dapat berupa
transport aktif melalui membran, translokasi polimerase DNA sepanjang rantai
DNA, dan lain-lain termasuk kontraksi otot (Ville, 1984).
15
Ikan hiu, Sistem otot: Otot-otot di seluruh tubuh secara teratur
bersegemen (materik) disebut miotom. Otot-otot itu bermodifikasi
kepala dan di apendiks.
Ikan perak, Sistem otot: Otot tubuh dan ekor terutama terdiri dari
miomer-miomer (otot-otot bersegmen) yang berselang-seling/berganti-
ganti tempat dengan vertebra ketika mengadakan gerakan berenang
dan berbalik arah. Miomer-miomer itu secara kasar berbentuk seperti
hurup W dan dirakit menjadi 4 sabuk miomer, yang di sepanjang
punggung merupakan rakitan yang terberat. Antara miomer-miomer itu
terdapat jaringan ikatan yang jika direbus, sabuk-sabuk miomer itu
terpisah-pisah menjadi lapisan-lapisan daging (Sonic, 2008).
b. Amphibi
Secara majemuk, sistem otot katak berbeda dari susunan mioton primitif,
terutama dalam apendiks. Otot-otot segmental mencolok pada tubuh. Segmen
kaki teratas berotot besar (Sonic, 2008).
c. Reptilia
Dibandingkan dengan katak, sistem otot buaya itu lebih rumit, karena
gerakannya lebih kompleks. Otot-otot kepala, leher, dan kaki tumbuh baik,
walaupun kurang jika dibandingkan pada mammalia. Segmentasi otot jelas pada
kolumna vertebralis dan rusuk (Sonic, 2008) .
d. Aves
Tulang kuadrat dari tengkorak mempunyai 2 permukaan artikular dorsal.
Semua tulang pelvis bersatu. Ada sebuah pigostil. Sternum mempunyai 4 buah
tekik (celah) posterior. Otot pektoralis mayor dimulai pada lunas tulang sternum,
dan menarik tulang humerus kebawah (berarti menarik sayap ke bawah).
Sebaliknya, otot pektoralis minor menarik sayap ke atas (Sonic, 2008).
e. Mamalia
Tulang kuadrat dari tengkorak mempunyai 2 permukaan artikular dorsal.
Semua tulang pelvis bersatu. Ada sebuah pigostil. Sternum mempunyai 4 buah
tekik (celah) posterior. Otot pektoralis mayor dimulai pada lunas tulang sternum,
dan menarik tulang humerus kebawah (berarti menarik sayap ke bawah).
Sebaliknya, otot pektoralis minor menarik sayap ke atas (Sonic, 2008).
16
2.5 Kinerja Sistem Otot
2.5.1. Sifat Gerak Otot
Penggerak Utama, Sinergis dan Antagonis. Meskipun sebagian besar
gerakan diselesaikan melalui kerjasama dari sekelompok otot, satu otot umumnya
bertanggung jawab untuk sebagian besar gerakan. “Otot utama” disebut
penggerak utama. Yang membantu penggerak utama adalah “otot penolong” yang
disebut sinergis. Sinergis bekerjasama dengan otot-otot yang lain. Sebaliknya,
antagonis adalah otot yang berlawanan aksinya dengan otot yang lain. Singkatnya,
kontraksi dari biceps brachii, penggerak utama, menarik lengan bawah ke bahu.
Triceps brachii (lengan atas bagian belakang) adalah antagonis. Dia melawan
gerakan dari biceps brachii dengan menarik lengan bawah menjauhi scapula. Otot
yang digunakan secara berlebihan dan yang kurang digunakan.
2.5.1.1. Antagonis
Otot antagonis adalah dua otot atau lebih yang tujuan kerjanya
berlawanan. Jika otot pertama berkontraksi dan yang kedua berelaksasi, akan
menyebabkan tulang tertarik atau terangkat. Sebaliknya, jika otot pertama
berelaksasi dan yang kedua berkontraksi akan menyebabkan tulang kembali ke
posisi semula. Contoh otot antagonis adalah otot bisep dan trisep. Otot bisep
adalah otot yang memiliki dua ujung (dua tendon) yang melekat pada tulang dan
terletak di lengan atas bagian depan. Otot trisep adalah otot yang memiliki tiga
jung (tiga tendon) yang melekat pada tulang, terletak di lengan atas bagian
belakang. Untuk mengangkat lengan bawah, otot bisep berkontraksi dan otot
trisep berelaksasi. Untuk menurunkan lengan bawah, otot trisep berkontraksi dan
otot bisep berelaksasi.
Antagonis juga adalah kerja otot yang kontraksinya menimbulkan efek
gerak berlawanan, contohnya adalah:
1. Ekstensor( meluruskan) dan fleksor (membengkokkan), misalnya otot trisep
dan otot bisep.
2. Abduktor (menjauhi badan) dan adductor (mendekati badan) misalnya gerak
tangan sejajar bahu dan sikap sempurna.
3. Depresor (ke bawah) dan adduktor (ke atas), misalnya gerak kepala merunduk
dan menengadah.
4. Supinator (menengadah) dan pronator (menelungkup), misalnya gerak telapak
tangan menengadah dan gerak telapak tangan menelungkup.
17
2.5.1.2. Sinergis
Sinergis juga adalah otot-otot yang kontraksinya menimbulkan gerak
searah. Contohnya pronator teres dan pronator kuadratus (Otot yang menyebabkan
telapak tngan menengadah atau menelungkup).
Otot sinergis adalah dua otot atau lebih yang bekerja bersama – sama
dengan tujuan yang sama. Jadi, otot – otot itu berkontraksi bersama dan
berelaksasi bersama. Misalnya, otot – otot antar tulang rusuk yang bekerja
bersama ketika kita menarik napas, atau otot pronator, yaitu otot yang
menyebabkan telapak tangan menengadah atau menelungkup. Gerakan pada
bagian tubuh, umumnya melibatkan kerja otot, tulang, dan sendi. Apabila otot
berkontraksi, maka otot akan menarik tulang yang dilekatinya sehingga tulang
tersebut bergerak pada sendi yang dimilikinya.
Otot yang sedang bekerja akan berkontraksi sehingga otot akan
memendek, mengeras, dan bagian tengahnya menggembung. Karena memendek,
tulang yang dilekati otot tersebut tertarik atau terangkat. Kontraksi satu macam
otot hanya mampu untuk menggerakan tulang ke satu arah tertentu. Agar tulang
dapat kembali ke posisi semula, otot tersebut harus mengadakan relaksasi. Namun
relaksasi otot ini saja tidak cukup. Tulang harus ditarik ke posisi semula. Oleh
karena itu, harus ada otot lain yang berkon traksi yang merupakan kebalikan dari
kerja otot pertama. Jadi, untuk menggerakan tulang dari satu posisi ke posisi yang
lain, kemudian kembali ke posisi semula, diperlukan paling sedikit dua macam
otot dengan kerja berbeda. Berdasarkan tujuan kerjanya tadi, otot dibedakan
menjadi otot antagonis dan otot sinergis.
18
Zat yang sangat peka terhadap rangsangan adalah asetil kolin
Bila otot rangsang maka asetil kolin akan terurai. Asetil kolin
menyebabkan aktin miosin (protein otot) yang membuat otot berkontraksi.
Kontraksi otot menyebabkan tulang bergerak
Aktin Miosin
Gerak Tulang
19
miosin kembali ke posisi semula. Karena aktivitas aktin dan miosin yang
menyelisihi ini, kontraksi otot disebut hipotesis selisih filamen dari kontraksi otot
Kontraksi otot secara umum mengikuti urutan proses berikut :
1. Aksi potensial dihantarkan sepanjang saraf dan berakhir pada membran
otot
2. Pada ujung saraf dilepaskan neurotrasnmitter asetilkolin
3. Asetilkolin akan bekerja pada membran serabut otot dan membuka gate
Natrium
4. Masuknya ion Natrium dalam jumlah banyak memulai terjadinya aksi
potensial pada membran otot
5. Aksi potensial dihantarkan sepanjang membran otot sebagaimana yang
terjadi pada membran saraf
6. Aksi potensial yang terjadi di membran otot akhirnya sampai ke bagian
tengah otot yang menstimulasi retikulum sarkoplasma melepaskan ion
Kalsium
7. Ion Kalsium akan berikatan dengan troponin-C, dan ini mengawali ikatan
antara aktin dengan myosin
8. Ikatan antara aktin dan myosin menyebabkan kedua filamen ini saling
menarik ke arah tengah (sliding filament mechanism) dan inilah yang
disebut kontraksi otot
9. Setelah beberapa waktu, ion Kalsium dipompa kembali ke retikulum
sarkoplasma, lalu terjadi pelepasan ikatan antara aktin dan myosin
(relaksasi).
Kontraksi yang terjadi melalui sliding filament mechanism, akibat
terbentuknya cross-bridge yang disusun oleh filamen myosin dan aktin, yang akan
menarik aktin ke arah myosin (tengah). Kekuatan untuk menarik diperoleh dari
ATP yang tersedia di kepala myosin dan akan aktif saat aksi potensial mencapai
bagian otot.
20
Jika setelah berkontraksi otot tersebut mencapai relaksasi penuh, kemudian
potensi aksi kedua diberikan, akan terjadi kontraksi tunggal yang kekuatanya
sama dengan kontraksi yang pertama tadi. Jika potensi aksi yang kedua diberikan
saat otot belum mencapai relaksasi penuh dari relaksasi pertama akan terjadi
kontraksi tambahan pada puncak kontraksi pertama. Ini dinamakan penjumlahan
kontraksi. bila otot diberikan rangsangan yang sangat cepat, tetapi masih ada
relaksasi diantara dua rangsangan, akan terjadi keadaan yang dinamakan tetanus
tidak sempurna. Jika tidak ada kesempatan relaksasi diantara kedua rangsangan,
akan terjadi kontraksi dengan kekuatan maksimum yang disebut tetanus sempurna
(Razak. Datu. 2004).
Kontraksi dan Relaksasi membutuhkan peran dari Kalsium dan ATP.
Adenosin triphosphate (ATP) dan kalsium memainkan peran yang penting dalam
kontraksi dan relaksasi otot. ATP membantu kepala miosin membentuk dan
memecahkan crossbridges dengan aktin. Meskipun demikian, ATP dapat
menjalankan perannya hanya jika ada kalsium. Bila otot relaksasi, kalsium
disimpan dalam retikulum sarkoplasma, jauh dari aktin dan miosin. Bila otot
dirangsang, kalsium dikeluarkan dari retikulum sarkoplasma dan menyebabkan
aktin, miosin, dan ATP berinteraksi. Kontraksi otot kemudian terjadi. Bila kalsium
dipompa kembali ke retikulum sarkoplasma, jauh dari aktin dan miosin, dan ATP,
crossbridge pecah, dan otot relaksasi. Perhatikan bahwa ketersediaan kalsium
terhadap protein aktin dan miosin kontraktil perlu untuk kontraksi otot.
Dalam sistem mekanisme kerja otot, komponen yang berperan dalam
kontraksi otot adalah dua set filamen, yaitu filamen aktin yang tipis dan filamen
miosin yang tebal. Kedua jenis filamen tersebut menyusun sebuah serabut otot.
Setiap serabut otot diatur sebagai ikatan unit kontraktil yang disebut sarkomer.
Sarkomer ini yang membuat penampakan bergaris atau lurik pada otot rangka atau
otot jantung. Sarkomer terdiri dari beberapa daerah. Ujung tiap sarkomer disebut
garis Z; terdapat daerah gelap yang disebut daerah A yang hanya terdiri dari
filamen miosin, berselang seling dengan daerah terang yang disebut daerah I yang
hanya terdiri dari aktin; ditepi daerah A filamin aktin dan miosin saling tumpang
tindih; sedangkan daerah tengah hanya terdiri dari miosin yang terdiri dari zona
21
H; filamen aktin terikat; filamen miosin terikat pada garis M di bagian tengah
sarkomer (Kus. Irianto. 2004).
Saat kontraksi filamen aktin bergeser di antara miosin kedalam zona H,
Sehingga serabut otot memendek. Panjang pita A tetap, sedangkan pita I dan zona
H menjadi lebih pendek. Filamen tebal otot terdiri dari beberapa ribu miosin yang
tersusun secara pararel. Ujung miosin mengikat ATP kemudian mengubahnya
menjadi ADP, melepaskan beberapa energi ke miosin yang kemudian berubah
bentuk menjadi konfigurasi energi tinggi. Miosin berenergi tinggi tersebut
berikatan dengan aktin dengan kedudukan tertentu yang akan membentuk
jembatan silau. Lalu energi yang terdapat pada miosin dilepaskan, dari ujung
miosin beristirahat dengan energi rendah. Keadaan inilah yang dinamakan
relaksasi. Relaksasi tersebut, mengubah sudut perlekatan yang sebelumnya ada di
ujung miosin menjadi di ekor miosin. Ikatan antara miosin energi rendah dan aktin
akan terpecah saat molekul ATP baru bergabung dengan ujung miosin. Kemudian
proses kontraksi akan terjadi lagi berulang membentuk siklus (Wulangi. S.
Kartolo. 2000).
Sumber energi kontraksi otot, terdapat 3 jenis sumber energi untuk
kontraksi otot rangka 1) Fosfokreatin yang mengandung banyak ATP dan dapat
langsung digunakan oleh otot tetapi cepat habis (sekitar 5-8 detik) 2) proses
glikolisis dari glikogen membentuk asam piruvat dan asam laktat. Reaksi ini tidak
memerlukan oksigen dan pembetukan energi 2,5 kali lebih cepat dari mekanisme
fosforilasi oksidatif. Namun karena akumulasi asam laktat biasanya otot mudah
mengalami kelelahan dalam beberap menit 3) Fosforilasi oksidatif merupakan
kombinasi antara oksigen dengan produk glikolisis tetapi membutuhkan waktu
yang lama untuk menghasilkan energi. Umumnya 95% sumber energi otot
didapatkan dari sumber ini.
Neuromuscular junction adalah daerah pertemuan atau sinaps antara
membran sel saraf dan membran otot. Di daerah inilah terjadi stimulasi dari
bagian saraf ke bagian otot melewati proses yang disebut transmisi sinaptik
kimiawi dengan pelepasan asetilkolin.Asetilkolin yang dipeaskan dari bagian saraf
selanjutnya akan diterima oleh reseptor yang berada di bagian otot, sehingga
ikatan antara asetilkolin dengan reseptornya memicu masuknya ion Natrium ke
22
dalam selsel otot sehingga terjadi aksi potensial di otot dan hal inilah yang
menginisiasi kontraksi otot. Bagian otot yang berada di daerah neuromuscular
junction ini biasa disebut motor end plate.
Konsentrai neurotransmiter asetilkolin menentukan kecepatan dan
kekuatan kontraksi otot yang terjadi, dan dalam sinaps tersedia enzim
asetilkolinesterase yang akan menginaktivasi asetilkolin agar kontraksi otot tidak
terjadi terus menerus. Juga terdapat beberapa zat yang dapat menghambat
neurotransmitter yang secara normal menginhibisi konduksi sinyal akibat ikatan
antara asetilkolin dengan reseptornya seperti GABA dan glysin, yang jika hal ini
terjadi akan terjadi konduksi terus menerus sehingga terjadi tetani. Sebaliknya jika
asetilkolin tidak cukup banyak atau tidak mencapai reseptornya oleh karena suatu
sebab (obat, racun, toksin bakteri) maka kontraksi tidak akan terjadi pada otot.
Jadi hubungan antara neurotransmitter asetilkolin dengan reseptornya, juga
kehadiran asetilkolinesterase dan rangsangan inhibisi oleh neurotrasmitter lainnya
sangat penting untuk membentuk kontraksi otot yang normal.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
23
seluruh rangka, cara kerjanya disadari (sesuai kehendak), bentuknya
memanjang dengan banyak lurik-lurik, memiliki nukleus banyak yang
terletak di tepi sel.
5. Sifat-sifat otot, antara lain:
a. Kontraksibilitas yaitu kemampuan otot untuk memendek dan lebih
pendek dari ukuran semula, hal ini teriadi jika otot sedang melakukan
kegiatan.
b. Ektensibilitas, yaitu kemampuan otot untuk memanjang dan lebih
panjang dari ukuran semula.
c. Elastisitas, yaitu kemampuan otot untuk kembali pada ukuran semula.
6. Pada sistem otot Invertebrata dibagi menjadi dua yaitu Eksoskeleton dan
Sistem Rangka Hidrostatik.
7. Pada hewan vertebrata, seperti halnya pada manusia, otot-otot yang
menyusun tubuhnya terdiri atas otot rangka (otot skelet), otot polos dan
otot jantung.
8. Kontraksi dan Relaksasi membutuhkan peran dari Kalsium dan ATP.
Adenosin triphosphate (ATP) dan kalsium memainkan peran yang penting
dalam kontraksi dan relaksasi otot.
3.2 Saran
24
DAFTAR PUSTAKA
Kus. Irianto. 2004. Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia untuk Paramedis.
Gramedia: Jakarta.
Wangko, Sunny.2014. Jaringan Otot Rangka Sistem Membran Dan Struktur Halus
Unit Kontraktil. Jurnal Biomedik. Vol 6 No.3 : (27:32)
25
Wulangi. S. Kartolo. 2000. Prinsip-prinsip Fisiologi Manusia. DepDikBud:
Bandung
26