Anda di halaman 1dari 6

1.

Ma’rifatullah
Ma’rifah berasal dari kata ‘arafa – ya’rifu – ma’rifah yang berarti mengenal. Dengan
demikian ma’rifatullah berarti usaha manusia untuk mengenal Allah baik wujud maupun sifat-
sifat-Nya. Manusia sangat berkepentingan untuk mengetahui siapa penciptanya dan untuk apa
ia diciptakan. Karena itu, manusia pun mulai melakukan penelitian dan mencari-cari siapa
gerangan Tuhannya. Allah yang Maha Rahman dan Maha Rahim tentu tidak akan membiarkan
kita terkatung-katung tanpa adanya pembimbing yaitu utusan-utusan-Nya para nabi dan rasul
yang akan menunjukkan kita ke jalan yang benar. Maka di antara manusia ada yang berhasil
mengetahui Allah dan banyak pula yang tersesat, berjalan dengan angan-angannya sendiri.

“Maka berpalinglah kamu dari orang yang telah berpaling dari peringatan Kami dan dia tidak
menghendaki, kecuali kehidupan dunia. Itulah kesudahan pengetahuan mereka. Sungguh
Tuhanmu lebih mengetahui orang yang telah sesat dari jalan-Nya, dan Dia lebih mengetahui
orang yang dapat petunjuk”. (QS. An Najm: 29-30).

2. Ma’rifatul Insan (Mengenal diri sendiri)

Ma’rifatul Insan mempunyai dua kata yaitu ma’rifat dan Insan. Ma’rifat berarti
mengenal sedangkan insan berarti manusia atau diri sendiri. Jadi Ma’rifatul
Insan dapat diartikan mengenali diri sendiri. Secara istilah ma’rifatul insan
sendiri merupakn suatu proses mengenali dan memahami penciptaan manusia
oleh Allah SWT yang mana manusia merupakan makhluk yang paling sempurna
di antara makhluk lainnya.Manusia terdiri dari 3 unsur utama (QS. Shaad: 72),
yaitu:
 Fisik : segala bentuk yang dapat dilihat secara kasat mata oleh
manusia, seperti tangan, kaki, kepala, dll.
 Ruh : merupakan mental yang dimiliki manusia
 Akal : hal ini merupakan hal yang membedakan dengan makhluk
lain yang merupakan unsur yang yang digunakan manusia untuk mampu berfikir,
dll
Ketiga unsur tersebut hendaknya harus selalu kita syukuri dengan cara menjaga
dan mengembangkan unsur-unsur tersebut. Manusia sendiri memilki beberapa
keistimewaan jika dibandingkan dengan makhluk.Keistimewaan tersebut dapat
dilihat dari berbagai segi, antara lain:
a. Segi Penciptaan
Manusia adalah satu-satunya makhluk yang diciptakan Allah dengan sebaik-
baiknya (QS. At-Tin: 4)
b. Segi ilmu
Allah menciptakan manusia dengan kelengkapan otak dan potensinya agar
manusia mampu mengembangkan diri dan alam di sekitarnya.
c. Segi kehendak
Manusia mampu menentukan mana yang dianggap baik dan mana yang dianggap
buruk ketika ilmu belum mampu mengarahkan kepada kebaikan.
d. Segi posisi
Manusia diberi kedudukan yang tinggi di antara makhluk Allah yang lain, yaitu
sebagai khalifah dan pemimpin di muka bumi ini.
e. Segi kemampuan bicara
Manusia juga diberu mulut dan kemampuan berbicara dengan karakter bahasa
mereka masing-masing.
f. Segi tendensi moral
Manusia mampu membentuk sifat dan perilaku mereka, apakah mereka menjadi
baik, buruk, maupun munafik.
Tujuan manusia diciptakan di dunia ini antara lain:
a) Beribadah kepada Allah SWT
Allah menciptakan manusia di dunia ini tidak lain dan tidak bukan adalah untuk
beribadah kepada-Nya. Jadi yang merupakan tugas utama kita sebagai makhluk
Allah yaitu menyembah Allah SWT.
b) Sebagai Pemimpin di muka bumi
Selain menyembah Allah manusia juga diberi tugas untuk menjadi khalifah di
muka bumi ini. Dengan segala kelebihan yang dimiliki manusia manusia dituntut
untuk memanfaatkan segala sumber daya yang ada di bumi ini dengan sebaik -
beiknya.
c) Sebagai Pembangun Peradaban
Manusia hendaknya mampu membangun suatu peradaban dan sejarah yang baik.
Seperti Rasulullah yang telah mampu membangun peradaban yang dulunya
gelap (jahiliyah) menjadi baik.

3. Ma’rifatul Rasul

Manusia sangat membutuhkan adanya seorang Rosul, karena secara fitrah, manusia
selalu ingin tahu keberadaan sang pencipta, selalu menginginkan untuk dapat mengabdi
secara benar kepada sang pencipta (Alloh SWT), dan selalu menginginkan kehidupan yang
teratur.
Untuk bisa mengetahui secara benar tentang keberadaan Alloh, bagaimana cara melakukan
pengabdian kepada-Nya, dan bagaimana bisa memahami aturan main hidup yang dibuat
oleh Alloh SWT sebagai pencipta yang akan menjadikan kehidupan manusia menjadi
teratur, semuanya itu hanya bisa diperoleh melalui penjelasan atau petunjuk dari seorang
Rosul. Maka keberadaan seorang Rosul menjadi sangat dibutuhkan oleh manusia.

Alloh SWT berfirman:

Artinya:
“Katakanlah: Kepunyaan siapakah bumi ini, dan semua yang ada padanya, jika kamu
mengetahui? Mereka akan menjawab: Kepunyaan Alloh.Katakanlah: Maka apakah kamu
tidak ingat? Katakanlah: Siapakah Yang Empunya langit yang tujuh dan Yang Empunya
'Arsy yang besar? Mereka akan menjawab: Kepunyaan Alloh. Katakanlah: Maka apakah
kamu tidak bertakwa? Katakanlah: Siapakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan atas
segala sesuatu sedang Dia melindungi, tetapi tidak ada yang dapat dilindungi dari (azab)-
Nya, jika kamu mengetahui? Mereka akan menjawab: Kepunyaan Alloh. Katakanlah:
(Kalau demikian), maka dari jalan manakah kamu ditipu?" (QS. Al-Mukminun: 84—89).

Ma’rifatul Rosul ini membincangkan bagaimana mengenal Rosul, apa saja yang perlu
dikenal dari Rosul dan bagaimana pula kita mengamalkan Islam melalui petunjuk Rosul.
Yang penting dari paket ini adalah kita mengetahui, memahami, dan dapat mengamalkan
Sunnah Nabi dan menjalankan Ibadah dengan baik.
Mengenal Rosul tidak saja dalam bentuk fisikal atau penampilannya tetapi segala aspek
syari berupa sunnah yang didedahkan Nabi kepada kita sama ada tingkah laku, perkataan
ataupun sikap. Pengenalan kepada Rosul dapat dilihat melalui syirah nabi yang
menggambarkan kehidupan Nabi serta latar belakangnya seperti nasab. Kemudian melalui
sunnah dan dakwah Nabi pun dapat memberikan penjelasan siapa Nabi sebenarnya.
Dengan mengenal Rosul diharapkan kita dapat mencintai Rosul dan mengikutinya,
perkara ini sebagai cara bagaimana kita taat dan mencintai Alloh SWT. Oleh karena itu
mengenal Rosul tidak saja dari segi jasad, nasab, dan latar belakangnya, tetapi bagaimana
beliau beribadah dan beramal soleh. Setengah masyarakat mengetahui dan mengamalkan
sunnah Nabi dari segi ibadah saja bahkan dari segi penampilan saja. Sangat jarang muslim
yang mengambil contoh kehidupan Nabi secara keseluruhannya sebagai contoh, misalnya
peranan Nabi dari segi politik, pemimpin, penjaga, dan juga Nabi sebagai suami, ayah, dan
ahli di masyarakat. Semua Peranan Nabi ini perlu dicontoh dan diikuti sehingga kita dapat
mengamalkan Islam secara sempurna dan menyeluruh. Walaupun demikian, umat Islam
masih menjadikan Nabi sebagai Rosul adalah dari segi lafaz atau kebiasaan umat Islam
bersalawat ke atas Nabi. Bagaimana pun umat lslam yang sholat akan selalu bersalawat ke
atas Nabi dan selalu menyebutnya.
Pengenalan kepada Rosul juga pengenalan kepada Alloh dan Islam. Memahami Rosul
secara komprehensif adalah cara yang tepat dalam mengenal Islam yang juga komprehensif
Rosul dikenal sebagai pribadi teladan dan unggul dan lelaki terpilih di antara manusia yang
sangat layak dijadikan model bagi setiap muslim. Berarti Nabi adalah ikutan bagi setiap
tingkah laku, perkataan, dan sikap yang disunnahkannya.
Setiap manusia diciptakan oleh Alloh SWT dengan fitrah, di mana manusia bersih, suci,
dan mempunyai kecenderungan yang baik dan ke arah positif yaitu ke arah lslam. Fitrah
manusia di antaranya adalah mengakui kewujudan Alloh sebagai pencipta, keinginan untuk
beribadah, dan menghendaki kehidupan yang teratur. Fitrah demikian perlu diaplikasikan
ke dalam kehidupan sehari-hari melalui petunjuk Al Quran (Firman-firman dan panduan
dari Alloh SWT) dan panduan Sunnah (Sabda Nabi dan perbuatannya). Semua panduaan
ini memerlukan petunjuk dan Rosul khususnya dalam mengenal pencipta dan sebagai
panduan kehidupan manusia. Dengan cara mengikuti panduan Rosul kita akan mendapati
ibadah yang sohih.

2. Pentingnya Iman Kepada Rosul

Iman kepada para Rosul adalah salah satu rukun iman. Seseorang tidak dianggap muslim
dan mukmin kecuali ia beriman bahwa Alloh mengutus para Rosul yang
menginterprestasikan hakikat yang sebenarnya dari agama islam yaitu Tauhidullah. Juga
tidak dianggap beriman atau muslim kecuali kepada seluruh Rosul dan tidak membedakan
antara satu dengan yang lainnya.

3. Tugas Para Rosul

Tugas-tugas Rosul Alloh SWT:


Rosul diutus oleh Alloh SWT dengan mengemban tugas-tugas yang sangat mulia. Adapun
tugas-tugas Rosul adalah sebagai berikut.

1) Rosul membimbing umatnya menuju jalan yang benar agar mendapat kebahagiaan
hidup di dunia dan di akhirat.
2) Semua Rosul menyampaikan ajaran tauhid, yakni mengesakan Alloh SWT. Adapun
peraturan agama (syariat) yang dibawa mereka berbeda-beda sesuai dengan situasi dan
kondisi umatnya saat itu.
3) Kehadiran Rosul untuk membawa kebenaran, kabar gembira, dan memberi peringatan
kepada umatnya agar mereka menjadi umat yang beriman kepada Alloh SWT. Dengan
demikian, mereka akan hidup bahagia baik di dunia maupun di akhirat kelak.

Firman Alloh SWT:

Artinya:
“Para Rosul yang Kami utus itu adalah untuk memberi kabar gembira dan memberi
peringatan. Barang siapa beriman dan mengadakan perbaikan, maka tidak ada rasa takut
pada mereka dan mereka tidak bersedih hati.” (Q.S. Al-An'am: 48)
4. Sifat Rosul
Berikut adalah sifat Rosul:
1) Jujur
Hadits Rosululloh: “Sesungguhnya kejujuran itu akan mengantarkan kepada kebajikan
dan sesungguhnya kebijakan itu akan mengantarkan ke surga. Dan seseorang senatiasa
berkata benar dan jujur hingga tercatat di sisi Alloh sebagai orang yang benar dan jujur.
Dan sesungguhnya dusta membawa kepada kejahatan, yang akhirnya akan mengantarkan
ke dalam neraka. Dan seseorang senantiasa berdusta hingga dicatat di sisi Alloh sebagai
pendusta.” (H.R. Bukhori—Muslim);
2) Siddiq, artinya benar, mustahil bersifat kizib, arinya bohong atau dusta;
3) Amanah, artinya dapat dipercaya;
4) Tabligh, artinya menyampaikan;
5) Fathanah, artinya cerdas;
6) Dermawan, “Tidaklah seorang hamba berada pada suatu pagi kecuali dua malaikat
turun menemaninya. Satu malaikat berkata: Ya Alloh berilah kanuniaMu, sebagai ganti
apa yang ia infakkan. Malaikat lainnya berkata: Ya Alloh, berilah ia kebinasaan karena
telah mempertahankan hartanya yang tidak dinafkahkannya.“ (H.R. Muttafaq’alaih);
7) Malu.

4. Tarbiyah Islamiyah
Tarbiyah berasal dari bahasa Arab yang berarti pendidikan. Secara umum, tarbiyah dapat
dikembalikan kepada 3 kata kerja yg berbeda, yaitu pertama adalah berkembang. keudian yang
kedua adalah segi tarbiyah merupakan tumbuh. dan yang ketiga adalah masing-masing
memperbaiki, mengurus, memimpin, menjaga dan memeliharanya (atau mendidik).

Apabila kita merujuk kepada kamus bahasa Arab kita akan mendapatkan bahwa kata
"Tarbiyah" sedikitnya memiliki tiga asal kata ; Pertama, robaa-yarbuu yang berarti bertambah
dan berkembang. (ar-Rum : 39). Kedua, robiya-yarba yang berarti tumbuh dan terbina. Dan
ketiga,robba-yarubbu yang berarti mengishlah, mengurus dan memberi perhatian. Dalam Islam,
istilah pendidikan disebut dengan tarbiyah. Menurut ilmu bahasa, tarbiyah berasal dari tiga
pengertian kata -robbaba-robba-yurobbii- yang artinya memperbaiki sesuatu dan
meluruskannya.
Hubungan Antara Islam dan Tarbiyah Islam adalah syari'ah Allah untuk seluruh manusia agar
dijadikan pedoman dalam beribadah kepada-Nya termasuk di dalamnya membina dan mendidik
generasi Islam agar menjadi hamba-hamba-Nya yang berserah diri dan patuh kepada syari'ah-
Nya. Pembinaan dan pendidikan seperti inilah yang dimaksud dengan tarbiyah islamiyah.
"Tidak wajar bagi seorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al kitab, hikmah dan
kenabian, lalu ia berkata kepada manusia, 'hendaklah kamu menjadi penyembahku, bukan
penyembah Allah'. Akan tetapi(dia berkata),'hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani,
karena kamu selalu mengajarkan Al kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya."(Al
Imran:79).

Tarbiyah Islamiyah adalah suatu kewajiban agama


Pendidikan islam adalah wajib, karena ia merupakan sarana terlaksananya kewajiban din yaitu
ibadah. Ta’lim adalah bagian dari tarbiyah dan ibadah tidak sah tanpa mengetahui hokum dan
syarat sahnya ibadah. Atas dasar tersebut Rasulullah SAW bersabda “ Menuntut ilmu itu ajib
bagi setiap Muslim”.

Tujuan tarbiyah islamiyah adalah membina dan mendidik manusia agar bertahkim kepada
syari'ah Allah dalam segala prilakunya dengan penuh kepasrahan dan tidak ada rasa sempit
dan keberatan sedikitpun di dalam dadanya. (lihat : An-Nisa : 65)

5. Ukhuwah Islamiyah
Firman Allah Q.S. Al-Imran ayat 103 103.
Dan berpegang teguhlah kalian semua kepada tali Allah, dan jangalah bercerai berai.
Ingatlah nikmat Allah ketika kalian bermusuhan, maka Allah mempersatukan hati kalian; lalu
dengan nikmat Allah itu, jadilah kalian orang-orang yang bersandara. Kalian telah berada
di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kalian daripadanya. Demikianlah Allah
menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kalian agar kalian mendapat petunjuk.

Para pemimpin pengawal rumah Nabi ditanya mengenai makna "tali Allah" (habl
Allah). Jawaban yang umumnya diberikan adalah bahwa tali Allah yang dimaksud adalah
Alquran dan Nabi. Tali Allah merupakan garis keselamatan yang ada di segala keadaan; ia
adalah kebijaksanaan dan akal yang tercerahkan.
Ada banyak konflik etnis, penyerangan, dan kebrutalan di negara Arab sebelum datangnya
risalah kenabian. Sayangnya, beberapa karakter kesukuan sebelum Islam masih bisa terlihat
pada masa sekarang ini. Alquran meminta kita untuk melihat pada rahmat Islam karena rahmat
itulah yang dirasakan semua orang. Nilai-nilai yang diserukan Islam kepada kaum muslim
untuk dipegang teguh adalah kedermawanan, kasih sayang, dan persaudaraan. Karena nilai
keislamanlah, musuh bisa menjadi seperti saudara. Seorang muslim bisa mengarungi luas dan
lebarnya Bumi dan masih menemukan persaudaraan di rumah muslim lainnya, meskipun
mereka berbeda suku, budaya, ataupun bahasa. Bukti persaudaraan Islam yang tak dapat
dungkari ini telah berlangsung selama 1400 tahun, dan akan bertambah dalam keragaman dan
kekayaannya hingga akhir masa manusia di dunia ini.
"Kalian telah berada di tepi jurang neraka." Karena manusia tidak tahu bagaimana
memimpin diri mereka sendiri, mereka berada di tepi neraka (akhirat), dan hanya eksistensi
mereka yang rapuh sajalah yang dapat memisahkan mereka darinya. Kematian dapat
merenggut mereka kapan saja. Kedalaman pernyataan ini hanya dapat dirasakan oleh mereka
yang telah diselamatkan dari tepi jurang bencana pribadi menuju rahmat Islam.
Alquran menunjuki manusia kepada kehidupan Islam yang sesungguhnya; kebutuhan akan
persaudaraan, persahabatan dan pertemanan mendarah daging dalam sifat manusia yang
berpembawaan halus. Banyak ayat yang membawa pesan ini. Dalam kumpulan pidato, surat,
dan ucapan Ali (Nahj al-Balaghah, Pencarian Kefasihan), ia sering berbicara tentang jamaah
dan hidup bersama. "Tangan Allah bersama orang-orang yang berjamaah" (yad Allsh ma'a al-
jama'ah) ungkap sebuah hadis Nabi yang terkenal. Hamba Allah berpegangan satu sama lain,
membantu satu sama lain, dan menjadi saudara bagi lainnya, dekat satu sama lain, dan
menghindari orang-orang yang tidak sama dengan mereka sampai mereka cukup kuat untuk
tidak disesatkan.
Islam mengandung nilai-nilai kerendahan hati, Kebenaran, dan cinta kasih kepada
sesama. Namun, sebagaimana Imam Ali pernah berkata ketika membicarakan Islam dan
perpecahan kaum muslim di masa yang akan datang: "Akan datang suatu masa ketika Islam
dicampakkan seperti orang menuangkan air jamuan dari ceret." Seorang muslim harus
menyadari akan kewajibannya kepada Allah, karena jika tidak, ia akan sampai di sebuah
penampung kosong.

6. Ghazwul Fikri
Ghazwul fikri ( perang pemikiran ) merupakan hal yang sangat mungkin terjadi pada
zaman seperti ini. Suatu cara yang sangat ampuh untuk mempengaruhi seseorang atau
kelompok melalui globalisasi informasi. Perang yang jauh lebih berbahaya dari perang secara
fisik karena tidak disadari karena kelihaiannya dan dampak yang ditimbulkan yaitu dampak
psikologis yang terpengaruh dalam waktu yang lama. Dorongan untuk menerapkan al-ghozwul
fikri sebagai upaya penganekaragaman serbuan terhadap kaum muslim ialah kegagalan pasukan
nonmuslim menaklukan dunia Islam melalui perang secara konvensional ( secara fisik militer
). Hal ini menimbulkan kesadaran bagi mereka bahwa untuk menaklukan dunia Islam
diperlukan penyerbuan yang bersifat nonmiliter.

Al-ghozwul fikri menyerang pemikiran dan ajaran Islam. Karena itu medannya sangat
luas, seluas kehidupan Islam. Hampir semua bagian dari ajaran Islam dan aplikasinya dijadikan
sasaran al-ghozwul fikri. Hal ini dimaksudkan agar kaum muslimin, dalam kehidupannya
menyimpang dari wahyu, baik secara total maupun sebagian.

Al-ghozwul fikri merupakan upaya agar bangsa-bangsa lemah selalu tunduk kepada
pengaruh kaum penyerbu. Al-ghozwul fikri juga merupakan fenomena baru yang membuktikan
betapa keras dan menyeluruhnya konspirasi kaum kafir terhadap Islam dan kaum Muslimin dan
betapa halusnya tipu daya mereka. Dalam bahasa Inggris “ghozwul fikri” disebut sebagai brain
washing, thought control, menticide adalah istilah yang menunjuk kepada suatu program yang
dirancang dan dilaksanakan secara sistematis dan terstruktur oleh musuh-musuh Islam untuk
melakukan pendangkalan pemikiran dan cuci otak kepada kaum muslimin, dengan tujuan agar
kaum muslimin tunduk dan mengikuti cara hidup mereka sehingga melanggengkan
kepentingan mereka untuk menjajah/mengeksploitasi sumber daya milik kaum muslimin.
Semua yang mereka lakukan hanya untuk satu tujuan yaitu menghancurkan kaum muslimin
didunia.

Anda mungkin juga menyukai