Anda di halaman 1dari 22

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konservasi Energi Listrik


Negara Indonesia kaya akan sumber energi, tetapi pemanfaatannya selama ini
belum seimbang karena terlalu banyak tergantung pada sumber energi minyak
bumi. Padahal sumber energi minyak bumi dewasa ini merupakan sumber
pendapatan yang terpenting dan persediaannya terbatas. Ketergantungan pada satu
sumber energi yaitu minyak bumi dan produk turunannya ini tidak dapat dibiarkan
secara terus menerus karena kebutuhan energi akan terus meningkat baik
disebabkan meningkatnya industri maupun pertambahan jumlah penduduk serta
adanya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Untuk menghadapi masalah-
masalah tersebut di atas, disusunlah langkah - langkah kebijakansanaan energi oleh
pemerintah, langkah-langkah itu adalah:
1. Intensifikasi
2. Diversifikasi
3. Konservasi
Konservasi energi merupakan langkah kebijaksanaan yang pelaksanaannya
paling mudah dan biayanya paling murah diantara langkah – langkah di atas, serta
sekarang juga dapat dilaksanakan oleh seluruh lapisan masyarakat. Kebijakan
energi ini dimaksudkan untuk memanfaatkan sebaik - baiknya sumber energi yang
ada, juga dalam rangka mengurangi ketergantugan akan minyak bumi, dengan
pengertian bahwa konservasi energi tidak boleh menjadi penghambat kerja
operasional maupun pembangunan yang telah direncanakan.
Oleh Karena itu disamping harus secepatnya mengembangkan sumber - sumber
energi dari bahan bakar non fosil seperti biomassa, biogas, dan sebagainya, harus
juga berusaha untuk dapat mengoptimalkan penggunaan energi minyak bumi secara
lebih tepat, cermat, hemat dan efisien dalam rangka pelaksanaan program
konservasi energi [1].

5
2.1 Intensitas Konsumsi Energi (IKE) Gedung
Intensitas Konsumsi Energi (IKE) listrik merupakan istilah yang digunakan
untuk mengetahui besarnya pemakaian energi pada suatu sistem (bangunan).
Namun enegi yang dimaksudkan dalam hal ini adalah energi listrik. Pada
hakekatnya intensitas konsumsi energi ini adalah hasil bagi antara konsumsi energi
total selama periode tertentu (satu tahun) dengan luasan bangunan. Satuan IKE
adalah kWh/m2 per tahun. Dan pemakaian IKE ini telah di tetapkan di berbagai
negara antara lain ASEAN dan APEC.
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh ASEAN-USAID pada tahun
1987 yang laporannya baru dikeluarkan tahun 1992, target besarnya Intensitas
Konsumsi Energi (IKE) listrik untuk Indonesia adalah sebagai berikut [2]:
a. IKE untuk perkantoran (komersil) : 240 kWh/m2 per tahun
b. IKE untuk pusat belanja : 330 kWh/m2 per tahun
c. IKE untuk hotel/apartemen : 300 kWh/m2 per tahun
d. IKE untuk rumah sakit : 380 kWh/m2 per tahun

Dalam menghitung IKE listrik pada bangunan gedung, ada beberapa istilah
yang digunakan, antara lain:
a. IKE listrik per satuan luas kotor (gross) gedung
b. Luas kotor (gross) = luas total gedung yang di kondisikan (berAC) ditambah
luas gedung yang tidak dikondisikan
c. IKE listrik per satuan luas total gedung yang dikondisikan (net)
d. IKE listrik per satuan luas ruang dari gedung yang di sewakan (net product).
Istilah istilah tersebut diatas dimaksudkan sebagai alat pembanding besarnya
IKE antara suatu luasan dalam bangunan terhadap luasan lain. Dan besarnya target
ike diatas merupakan nilai IKE listrik per satuan luas bangunan gedung yang
dikondisikan (net).
Adapun perhitungan dari IKE per tahun sebagai berikut [2]:
Energi listrik selama satu tahun (2.1)
IKE = 2
Luas seluruh lantai (m )

6
Sebagai pedoman, telah ditetapkan nilai standar Intensitas Konsumsi Energi
(IKE) untuk bangunan di Indonesia yang telah ditetapkan dapat dilihat pada Tabel
2.1[3].

Tabel 2.1 Standar Intensitas Konsumsi Energi (IKE) ruangan ber-AC


No Kriteria (kWh/m2/bulan)
1 Sangat efisien (4.17-7.92)
2 Efisien (7.92-12.08)
3 Cukup efisien (12.08-14.58)
4 Boros (19.17-23.75)

2.2 Audit Energi


Audit energi adalah suatu analisis terhadap konsumsi energi dalam sebuah
sistem yang menggunakan energi, seperti gedung bertingkat, pabrik dan
sebagainya. Hasil dari audit energi adalah laporan tentang bagian yang mengalami
pemborosan energi. Umumnya bentuk energi yang diaudit adalah energi listrik.
Audit energi dapat dilakukan setiap saat atau sesuai dengan jadwal yang sudah
ditetapkan. Monitoring pemakaian energi secara teratur merupakan keharusan
untuk mengetahui besarnya energi yang digunakan pada setiap bagian operasi
selama selang waktu tertentu. Dengan demikian usaha penghematan dapat
dilakukan [4].

2.3 Macam-Macam Audit Energi


Jenis dari Audit energi bukan hanya satu jenis saja melainkan audit energi ada
bermacam-macam jenis dimana tiap jenis memiliki fungsi masing-masing. Adapun
jenis-jenis audit energi tersebut dapat dibagai menjadi beberapa bentuk, seperti
walking audit, preliminary audit, detailed audit, dan energy management
plan and implementation action [4].
a. Walking audit
Walking audit ini sering disebut dengan mini audit. Audit yang dilakukan secara
sederhana, tanpa perhitungan yang rinci, hanya melakukan analisis secara

7
sederhana. Umumnya fokus audit ini adalah pada bidang perawatan dan
penghematan yang tidak terlalu memerlukan biaya investasi yang besar.
b. Preliminary audit
Audit yang hanya dilakukan pada bagian vital saja. Analisa didapat dengan
melakukan perhitungan yang cukup jelas. Audit ini meliputi indentifikasi
mesin, analisis kondisi aktual, menghitung konsumsi energi, menghitung
pemborosan energi dan beberapa usulan
c. Detailed audit
Audit energi yang dilakukan secara menyeluruh tehadap seluruh aspek yang
mengkonsumsi energi listrik beserta semua kemungkinan penghematan yang
dapat dilakukan. Biasanya dilakukan oleh lembaga auditor yang profesional
dalam jangka waktu tertentu. Pelaksanaan audit didahului dengan analisis biaya
audit energi, indentifikasi mesin, analisis kondisi aktual dan menghitung semua
konsumsi energi. Konsumsi energi ini meliputi energi primer dan energi
sekunder. Selain itu dilakukan perhitungan pemborosan energi, kesempatan
konservasi energi, sampai beberapa usulan untuk melakukan penghematan
energi beserta dengan dampak dari usulan tersebut. Untuk mencari
kemungkinan penghematan maka harus diketahui terlebih dahulu analisa biaya
audit energi, identifikasi gedung, analisa kondisi sesungguhnya dan menghitung
semua penggunaan energi.
d. Energy management plan and implementation action
Audit energi yang dilakukan adalah suatu alat dalam manajemen energi. Pada
dasarnya audit ini sama dengan detailed audit, akan tetapi audit ini dilakukan
secara berkesinambungan, dalam jangka waktu yang cukup lama. Audit energi
ini dimulai dengan membentuk sebuah organisasi manajement energi. Hasil dari
audit menjadi masukan utama bagi sistem manajemen energi untuk melakukan
pengaturan energi secara terpadu.

2.4 Prosedur Audit Energi


Standar prosedur audit energi pada bangunan gedung ini dimaksudkan sebagai
pedoman bagi semua pihak yang terlibat dalam perencanaan, pelaksanaan,

8
pengawasan dan pengelolaan bangunan gedung dalam rangka peningkatan efisiensi
penggunaan energi dan menekan biaya energi tanpa harus mengurangi kualitas
kinerjanya.
Audit energi adalah teknik yang dipakai untuk menghitung besarnya konsumsi
energi pada bangunan gedung dan mengenali cara-cara untuk penghematannya.
Secara rinci, audit energi adalah variasi pendekatan standar yang dikembangkan
untuk membantu perusahaan untuk mengevaluasi efisiensi energinya,
mengindentifikasi peluang-peluang hemat energi dan menetapkan perencanaan
untuk implementasi proyek audit energi. Adapun tujuan dilakukannya audit energi
adalah untuk mengetahui “Potret Penggunaan Energi” dan mencari upaya
peningkatan efisiensi penggunaan energi. Adapun tahapan audit energi sebagai
berikut:

2.4.1 Audit Energi Awal


Audit energi awal adalah pengumpulan contoh data awal dan
memperkenalkan istilah-istilah seperti audit singkat dan survey awal. Audit energi
awal pada prinsipnya dapat dilakukan pemilik atau pengelola bangunan gedung
yang bersangkutan berdasarkan data rekening pembayaran energi yang dikeluarkan
dan pengamatan visual.
a. Pengumpulan dan penyusunan data energi bangunan gedung
Kegiatan audit energi awal meliputi pengumpulan data energi bangunan gedung
dengan data yang tersedia dan tidak memerlukan pengukuran. Data tersebut
meliputi :
1. Dokumentasi bangunan yang dibutuhkan adalah gambar teknik bangunan
sesuai pelaksanaen konstruksi (as built drawing), terdiri dari :
2. Tapak, denah dan potongan bangunan gedung seluruh lantai.
a. Denah instalasi pencahayaan bangunan seluruh lantai.
b. Diagram satu garis listrik, lengkap dengan penjelasan penggunaan daya
listriknya dan besarnya penyambungan daya listrik PLN serta besarnya
daya listrik cadangan dari Diesel Generating Set.

9
3. Pembayaran rekening listrik bulanan bangunan gedung selama satu tahun
terakhir dan rekening pembelian bahan bakar minyak (bbm), bahan bakar
gas (bbg), dan air.
4. Tingkat hunian bangunan (occupancy rate).
b. Menghitung besarnya Intensitas Konsumsi Energi (IKE) gedung
Berdasarkan data yang telah dikumpulkan sebelumnya, maka dapat dihitung :
1) Rincian luas bangunan gedung dan luas total bangunan gedung (m2)
2) Konsumsi Energi bangunan gedung per tahun (kWh/tahun).
3) Intensitas Konsumsi Energi (IKE) bangunan gedung per tahun (kWh/m2
tahun).
4) Biaya energi bangunan gedung (Rp/kWh).

2.4.2 Audit Energi Rinci


Audit energi rinci dilakukan bila nilai IKE Iebih besar dari nilai target yang
ditentukan :
1. Penelitian dan pengukuran konsumsi energi
a. Audit energi rinci perlu dilakukan bila audit energi awal memberikan
gambaran nilai IKE listrik Iebih dari nilai target yang ditentukan.
b. Audit energi rinci perlu dilakukan untuk mengetahui profil penggunaan
energi pada bangunan gedung, sehingga dapat diketahui peralatan pengguna
energi apa saja yang pemakaian energinya cukup besar;
c. Kegiatan yang dilakukan dalam penelitian energi adalah mengumpulkan
dan meneliti sejumlah masukan yang dapat mempengaruhi besarnya
kebutuhan energi bangunan gedung, dan dari hasil penelitian dan
pengukuran energi dibuat profil penggunaan energi bangunan gedung.
2. Pengukuran energi
Seluruh analisa energi bertumpu pada hasil pengukuran. Hasil pengukuran
harus dapat diandalkan dan mempunyai kesalahan (error) yang masih dapat
diterima. Untuk itu penting menjamin bahwa alat ukur yang digunakan telah
dikalibrasi oleh instansi yang berwenang.

10
Alat ukur yang digunakan dapat berupa alat ukur yang dipasang tetap
(permanent) pada instalasi atau alat ukur yang dipasang tidak tetap (portable)
[4].

2.5 Sistem Pencahayaan


Sistem pencahayaan saat ini banyak menyerap penggunaan energi pada
bangunan yaitu sekitar 30% sampai 50% dari konsumsi energi listrik. Ditambah
pula dengan panas yang dikeluarkan oleh lampu yang harus dihilangkan oleh sistem
tata udara (AC). Dengan demikian efisiensi dari sistem ini akan menghasilkan
penghematan sumber daya energi yang cukup berarti. Efisiensi ini dapat dilakukan
dengan:
a. Penggunaan dari lampu dengan efisiensi yang tinggi, disini dapat dipilih
berbagai jenis lampu tersebut antara lain:
1. Full Size Fluorescent Lamp, lampu tipe ini dengan efisiensi yang tinggi
menggunakan campuran kripton, dan argon akan mampu menambah output
yang dihasilkan sekitar 10% sampai 20% yaitu 65 sampai 70 lumen/watt
menjadi 70 sampai 80 lumen/watt, dengan perbaikan dari fosfor dapat
menghasilkan efisiensi menjadi 95 sampai 100 lumen/watt.
2. Compact Fluorescent Lamp, diameter lebih kecil dan ukuran lebih pendek
sehingga menggunakan ruang lebih sedikit namun kurang efisien
dibandingkan full size fluorescent lamp yaitu output yang dihasilkan hanya
sekitar 35 sampai 55 lumen/watt.
3. Electronic lamps, mempunyai ukuran sama dengan compact fluorescent
lamp dan mempunyai output 45 sampai 50 lumen/watt.
4. Sulphur Lamp, merupakan suatu teknologi baru namun menjanjikan suatu
efisiensi yaitu dengan penggantian dari penggunaan mercury pada
fluorescent lamp dengan sulfur.

b. Pengoperasian yang efisien dari suatu sistem pencahayaan:


1. Suatu operasi yang efisien dapat diperoleh dari pengontrolan secara
otomatis dari sistem tata cahaya untuk menghindari penyinaran yang tidak

11
diperlukan. Dengan sistem manual on/off switches maka kelebihan
penyinaran yang ada tidak terhindarkan, seperti kontribusi dari sinar
matahari yang melebihi output dari lampu baru atau desain berlebihan yang
menghasilkan tingkat cahaya yang tinggi yang tidak perlu.
2. Penyinaran pada ruangan yang tidak digunakan juga merupakan suatu
konsumsi sumber daya energi yang tidak diperlukan. Persoalan diatas dapat
diatasi dengan pengontrolan terjadwal dan sensor pemakaian.

2.5.1 Tingkat Pencahayaan


Tingkat pencahayaan merupakan besarnya cahaya yang dibutuhkan untuk
menerangi suatu ruangan. Parameter ini dinyatakan dalam satuan lux. Alat untuk
mengukur tingkat pencahayaan adalah luxmeter. Daya dari sumber cahaya disebut
intensitas iluminasi, aliran cahaya yang dipancarkan oleh sumber diukur dengan
lumen. Satu lumen adalah fluksi cahaya yang dipancarkan dalam sudut pejal satuan
dari sebuah titik. Berdasarkan tabel 2.2 dibawah ini adalah tabel indeks
pencahayaan menurut jenis ruang pada gedung perhotelan berdasarkan Standar SNI
03-6197-2000 [5].

Tabel 2.2 Standar tingkat pencahayaan menurut jenis ruangan


Tingkat Pencahayaan
Fungsi ruangan
(Lux)
Lobby, Koridor 100
Ruang serba guna 200
Ruang makan 250
Kafetaria 200
Kamar tidur 150
Dapur 300
Sumber : SNI 03-6197-2000

12
2.5.2 Intensitas Pencahayaan
Intensitas pencahayaan harus ditentukan dimana pekerjaannya akan
dilakukan. Bidang kerja umumnya diambil 80 cm diatas lantai. Bidang kerja ini
mungkin sebuah meja, bangku kerja atau suatu bidang horizontal khayalan 80 cm
diatas lantai.
Intensitas penerangan E dinyatakan dalam satuan lux, sama dengan jumlah
lumen/m2. Jadi fluks cahaya yang diperlukan untuk suatu bidang kerja seluas A
(m2) ialah [6]:
Ø (2.2)
E= 𝐾 𝑥𝐾
A 𝑝 𝑑

Dengan :
Ø = Fluks cahaya (lumen)
E = Intensitas pencahayaan (lux)
A = Luas bidang kerja (m2)
Kp = Koefisien penggunaan
Kd = Koefisien penyusutan

2.5.3 Macam-Macam Jenis Lampu


2.5.3.1 Fluorescent Lamp atau Lampu Tabung (TL)
Definisi lampu tabung atau lampu TL (Tubular Lamp) yaitu jenis lampu
pelepasan gas berbentuk tabung, berisi uap raksa bertekanan rendah, elektroda yang
dipasang pada ujung-ujung tabung berupa kawat lilitan pijardan akan menyala bila
dialiri listrik. Dengan ciri-ciri lampu sebagai berikut:
1. Efficacy 53 lumens/watt
2. Indeks perubahan warna 2-3
3. Umur lampu 7-15.000 jam
Berikut ini gambar 2.2 yang merupakan contoh Gambar dari lampu TL.

13
Gambar 2.2 Lampu TL

2.5.3.2 Lampu LED (Light Emitter Diode)


LED (Light Emitter Diode) merupakan sejenis lampu yang akhir-akhir ini
muncul dalam kehidupan kita. LED umumnya digunakan pada gadget seperti
ponsel serta computer. LED merupakan diode yang dirancang untuk melepaskan
sejumlah banyak foton, sehingga dapat mengeluarkan cahaya yang tampak oleh
mata. Umumnya LED dibungkus oleh bohlam plastic yang dirancang sehingga
cahaya yang dikeluarkan terfokus pada suatu arah tertentu.
Kualitas cahaya yang memang berbeda dibandingkan dengan lampu TL atau
lampu lainnya. Tingkat pencahayaan LED dalam ruangan memang tidak lebih
terang dengan lampu neon, ini sebabnya LED dianggap belum layak dipakai secara
luas. Beruntung para ilmuan di University of Glasgow menemukan cara untuk
membuat LED bersinar lebih terang. Solusinya adalah dengan membuat lubang
mikroskopis pada permukaan LED sehingga lampu bisa menyala lebih terang tanpa
menggunakan tambahan energy apapun. Pelubangan tersebut menerapkan sistem
nano-imprint lithography yang sampai saat ini proyeknya masih dikembangkan
bersama-sama dengan institute of photonics. Sementara itu beberapa jenis lampu
LED sudah dipasarkan oleh Philips. Anda bisa menemui beberapa model lampu
LED bergaya bohlam yang hadir dalam warna putih susu dan juga warna-warni.
Daya yang diperlukan lampu jenis ini hanya sekitar 4-10 watt saja dibandingkan
lampu neon sejenis yang mencapai 12-20 watt. Jika dihitung secara seksama
memang bisa diakui bahwa lampu LED menggunakan daya yang lebih hemat
daripada lampu TL.

14
Berikut ini gambar 2.4 yang merupakan gambar contoh lampu LED.

Gambar 2.4 jenis lampu LED

2.5.4 Metode Penentuan dan Pengukuran Tingkat Cahaya


Dalam menentukan titik-titik ukur dalam pengukuran ruangan pada ruang
kantor, digunakan metode SNI 16-7062-2004 tentang “Pengukuran Intensitas
Ruangan di Tempat Kerja”. Untuk mencari besarnya tingkat intensitas pencahayaan
dalam suatu ruangan, harus melalui suatu pengukuran dengan alat berupa luxmeter.
Pengukuran dilakukan dengan meletakkan luxmeter diatas meja kerja yang ada.
Untuk luas ruangan antara 10 m2 sampai 100 m2 dibuat titik potong garis horizontal
panjang ruangan dan garis vertical lebar ruangan pada jarak 3 m. pengukuran akan
dilakukan pada titik-titik potong tersebut.
Saat pengukuran dilakukan, pintu ruangan dalam keadaan sesuai dengan
kondisi tempat pekerjaan dilakukan dan lampu ruangan dalam keadaan dinyalakan
sesuai dengan kondisi pekerjaan.

2.6 Metode Menentukan Jumlah Lampu yang dibutuhkan pada Suatu


Ruangan
Didalam suatu ruangan sering kali terdapat ruangan yang nilai intensitasnya
tidak standar atau dengan kata lain kurang terang atau terdapat ruangan yang nilai
intensitasnya melebihi standar atau sangat terang sehingga terjadi pemborosan
dalam pemakaian energi listrik. Oleh sebab itu, diperlukan metode dalam
menentukan jumlah lampu yang dibutuhkan pada suatu ruangan. Dibawah ini

15
merupakan metode dalam menentukan jumlah lampu yang dibutuhkan pada suatu
ruangan, yaitu [7]:
a. Dengan rumus
Dalam menghitung jumlah lampu pada ruangan, digunakan persamaan :
ExA (2.3)
N=
F x UF x LLF

Dengan :
N = Jumlah lampu (EA)
E = Tingkat lux yang diperlukan ruangan
A = Luang ruangan (m2)
F = Fluks total (lumen)
UF = Faktor penggunaan dari table produk (efisiensi)
LLF = Faktor kehilangan cahaya
Misal : Pada industry kotor sebesar 0.6
Pada industry bersih sebesar 0.7
Pada kantor ber-AC sebesar 0.8

2.7 Sistem Pengkondisian Udara (AC)


Pengkondisian udara merupakan yang digunakan untuk melakukan
pengendalian atau pengkontrolan terhadap temperatur, kelembaban, kebersihan
terhadap kualitas udara dari kotoran maupun bau-bauan dan debu. Kondisi suhu dan
kelembaban dalam suatu ruangan sangat mempengaruhi kenyamanan penghuni
yang berada diruangan tersebut rasa nyaman diperoleh apabila suhu ruangan
berkisar antara 24ºC-26 ºC dan dengan kelembaban udara antara 50-70%.
Untuk mencapai kondisi yang diinginkan tersebut maka digunakan peralatan
penyejuk udara seperti kipas angin dan air conditioning (AC). Audit energi sistem
tata udara bertujuan untuk mengetahui kondisi suhu dan kelembaban dalam suatu
ruangan dan mengetahui efisiensi penggunaan peralatan penyejuk udara.

16
2.7.1 Audit Energi Sistem Pengkondisian Udara pada Bangunan Gedung
Sistem pengkondisian udara merupakan sistem yang digunakan untuk
melakukan pengendalian atau pengontrolan terhadap temperatur, kelembaban,
kebersihan terhadap kualitas udara dari kotoran maupun bau-bauan dan debu.
Kondisi suhu dan kelembaban dalam suatu ruangan sangat mempengaruhi
kenyamanan penghuni yang berada diruangan tersebut rasa nyaman diperoleh
apabila suhu ruangan berkisar antara 22.8-25.8 dan dengan kelembaban udara
dengan nilai nilai relative humandity antara 40%-60%.
Untuk mencapai kondisi yang diinginkan tersebut maka digunakan
peralatanpenyejuk udara seperti kipas angin dan air conditioning (AC). Audit
energi system tata udara bertujuan untuk mengetahui kondisi suhu dan kelembaban
dalam suatu ruangan.
Rekomendasi dari Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-6572-2001
menyebutkan bahwa daerah keamanan suhu untuk daerah tropis dapat dibagi
menjadi [8]:
1. Sejuk, anatara temperatur efektif 20.5ºC-22.8ºC dan 40%-60%RH
2. Nyaman, antara temmperatur efektif 22.8ºC-25.8ºC dan 40%-60%RH
3. Hangat, antara temperature efektif 25.8ºC-27.1ºC dan 40%-60%RH

2.7.2 Air Conditioner (AC)


Air Conditioner (AC) adalah peralatan yang digunakan untuk mengambil
panas dari suatu area ataupun menyediakan panas disuatu area, dengan
menggunakan Refrigeration Cycle. Secara umum, saat ini AC digunakan untuk
mendinginkan dan memanaskan ruangan pada bangunan ataupun kendaraan.
Fungsi utama AC ada 4 yaitu:
a. Memperoleh suhu yang diinginkan dan konstan sepanjang hari
b. Memperoleh kelembaban udara yang konstan sepanjang hari
c. Memperoleh aliran udara yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan
d. Membersihkan atau menyaring debu dan asap dari udara

17
Pengadaan suatu sistem pengkondisian udara adalah agar tercapai kondisi
temperatur, kelembaban, kebersihan dan distribusi udara dalam ruangan dapat
dipertahankan pada tingkat keadaan yang diharapkan.
Faktor pemelihan sistem pengkondisian udara
a. Faktor kenyamanan
Faktor kenyamanan dalam ruangan sangat tergantung pada beberapa
parameter yang bisa diatur oleh sistem pengkondisian udara. Parameter itu
antara lain meliputi temperature bola basah dan bola kering dari udara, aliran
udara, kebersihan udara, bau, kualitas ventilasi maupun tingkat kebisingannya.
b. Faktor ekonomi
Faktor ekonomi yang menjadi pertimbangan antara lain adalah biaya awal
untuk pemasangan serta biaya operasi danperawatan untuk sistem setelah
peralatan itu difungsikan. Dari sudut pandang faktor ekonomi, suatu sistem
pengkondisian udara yang baik adalah dengan biaya total serendah-rendahnya.
c. Faktor operasi dan perawatan
Faktor yang secara umum yang menjadi pertimbangan adalah faktor
konstruksi yang mudah dimengerti susunan dan cara menjalankannya. Secara
lebih detail hal ini terkait dengan beberapa konstruksi yang sederhana, tingkat
efisiensi yang tinggi, mudah dalam perawatan, mudah direparasi jika terjadi
kerusakan, dapat melayani perubahan kondisi operasi.

2.7.3 Refrigeran
Refrigeran atau yang dikenal dengan istilah Freon adalah zat (fluida) yang
mengalir dalam mesin pendingin (refrigerasi) atau mesin pengkondisian udara
(AC). Zat ini berfungsi untuk menyerap panas dari benda atau udara yang
didinginkan dan membawanya kemudian membuangnya keudara sekeliling diluar
benda atau ruangan yang didinginkan. Saat ini sudah ada bahan pendingin alternatif
pengganti freon yaitu Hydrocarbon Refrigerant (natural refrigerant). Salah
satunya Musicool, karena musicool adalah produk dalam negeri, salah satu produk
Pertamina yang dibuat di unit Pengolahan III, Plaju, Sumsel di tepi sungai Musi.
Musicool adalah refrigeran dengan bahan dasar hydrocarbon alam dan termasuk

18
dalam kelompok refrigeran ramah lingkungan. Musicool telah memiliki
persyaratan teknis sebagai refrigeran yaitu meliputi aspek sifat fisika dan
termodinamika, diagram tekanan versus suhu serta uji kinerja pada siklus
refrigerasi. Hasil pengujian menunjukkan bahwa dengan beban pendingin yang
sama, musicool memiliki keunggulan-keunggulan dibandingkan dengan refrigeran
sintetik.
Beberapa keunggulan Musicool Refrigeran yaitu :
a. Ramah Lingkungan dan Nyaman
Musicool tidak beracun, tidak membentuk gum, nyaman dan pelepasannya
kealam bebas tidak akan merusak lapisan ozon dan tidak menimbulkan efek
pemanasan global.
b. Hemat Listrik/Energi
Musicool mempunyai sifat termodinamika yang lebih baik sehingga dapat
menghambat pemakaian energi/listrik hingga 30% dibanding dengan refrigeran
fluorocarbon pada kapasitas pendingin mesin yang sama.
c. Lebih Irit
Musicool memiliki sifat kerapatan yang rendah sehingga hanya memerlukan
sekitar 30% dari penggunaan fluorocarbon pada kapasitas mesin pendingin
yang sama.
d. Pengganti untuk semua
Musicool dapat menggantikan refrigeran yang digunakan selama ini tanpa
mengubah atau mengganti komponen maupun pelumas.
Penggantian Musicool dapat dilakukan di berbagai jenis AC, yaitu AC
splite, central, cassete, dan floor standing. Pada tabel 2.4 dibawah ini adalah hasil
pengukuran dapat dilihat perbandingan sebelum dan sesudah pergantian musicool
serta presentase penurunan energi listrik [9].

19
Tabel 2.3 Penghematan energi listrik pada AC dengan menggunakan musicool.
Arus Arus
Kapasitas Penggunaan
Menggunakan Menggunakan
Mesin Energi Listrik
Refrigerant R22 Musicool M22
AC (PK) (%)
(A) (A)
0.5 1.4 1.2 14.3
0.75 2.7 2 25.9
1 4 3.1 22.5
1.5 5.8 4.5 22.4
2 8.8 6.2 29.5
3 5.9 5.1 13.6
5 7.1 5.9 16.9
Sumber : Penelitian Nandhersyah Syahputera, 2015

Retrofit adalah penggantian refrigeran lama (synthetic) dengan Musicool


(Natural), mempunyai konsekuensi tersendiri, diantaranya :
a. Memperoleh penghematan energi listrik 10% s.d 30% yang dikarenakan sifat
fisika dari Musicool yaitu kerapatan cairan dan viskositas cairan dari Musicool
lebih kecil dari freon.
b. Musicool mempunyai sifat flammable, perlu penanganan terhadap bahaya
kebakaran yang mungkin terjadi, terutama bila memenuhi diatas ambang batas
38 gr/m3 untuk Lower Flammability Level, dan 171 gr/m3 untuk Upper
Flammability Level.
c. Ternyata retrofit tersebut tidak perlu penggantian komponen yang ada (Drop in
Substitute), juga minyak lumas cukup dengan mineral lube oil seperti pada
Freon.
d. Panas Laten Musicool lebih tinggi bila dibandingkan dengan Freon R-12
sehingga absorbs panas pada evaporator lebih besar untuk setiap bobot
refrigeran (R-12 = 1,026 KJ/KG dan Musicool = 2,701 KJ/KG).
Jumlah volume pengisian refrigeran dengan Musicool lebih kecil dibandingkan
dengan Freon R-12 (R-12 = 1 unit AC per kg dan Musicool = 3 unit AC per kg).

20
Selain menggunakan pergantian menggunakan musicool teknologi pergantian jenis
AC menjadi AC inverter merupakan salah satu alternatif yang bisa dilakukan.
Dimana teknologi inverter adalah teknologi yang terintegrasi didalam unit outdoor
yang ada di AC dimana dengan menggunakan teknologi Inverter, ada beberapa
keuntungan yang bisa didapatkan dengan menggunakan AC inverter:
1. Waktu yang lebih cepat untuk mencapai suhu ruangan yang kita inginkan
2. Tarikan pertama pada listrik 1/3 lebih rendah dibandingkan AC yang tidak
menggunakan teknologi inverter.
3. Lebih hemat energi dan uang karena teknologi ini menggunakan sumber
daya yang 30% lebih kecil dibandingkan AC biasa.
4. Dapat menghindari beban yang berlebihan pada saat AC dijalankan.
5. Fluktuasi temperatur hampir tidak terjadi.
AC dengan teknologi inverter, suhu ruangan yang telah di set dapat dijaga suhu
nya sehingga kerja unit outdoor tidak berat dan pada akhirnya dengan fluktuasi suhu
yang kecil (hampir dikatakan nol), otomatis akan lebih menghemat listrik. Tetapi
teknologi yang canggih dan dapat menghamat tagihan PLN ini harus anda bayar
sedikit lebih mahal dibandingkan dengan AC yang belum menggunakan teknologi
inverter.
Perbandingan daya yang dibutuhkan untuk AC standar yang memakai
refrigerant R-22 dengan AC inverter yang memakai refrigerant R-410A pada
umumnya yaitu dapat dilihat pada tabel 2.5 dibawah ini [10]:

Tabel 2.4 Perbandingan daya pada AC standar dan AC inverter


Kapasitas Mesin Perbandingan Daya AC (Watt)
AC Splite (PK) Standar R-22 Inverter R-410A
0.5 320 260
0.75 590 530
1 840 730
1.5 1120 1010
2 1590 1440
Sumber : Penelitian Nandhersyah Syahputera, 2015

21
2.7.4 Perhitungan Kebutuhan Air Conditioner (AC)
Perhitungan kebutuhan AC sangat dibutuhkan untuk mengetahui seberapa
besar fungsi dari AC yang ada pada ruangan. Dibawah ini adalah Tabel 2.6
kapasitas AC berdasarkan PK.
Tabel 2.5 Kapasitas AC berdasarkan PK
Kapasitas AC (PK) Kebutuhan AC
(BTU)
0.5 PK 5,000
0.75 PK 7,000
1 PK 9,000
1.5 PK 12,000
2 PK 18,000
2.5 PK 24,000
3 PK 27,000
10 PK 45,000
Sumber : Penelitian Ervan Efendi 2014

2.8 Payback Period (PBP)


Payback Period (PBP) adalah suatu periode yang dibutuhkan untuk dapat
menutup kembali pengeluaran investasi. Metode analisis payback period bertujuan
untuk mengetahui seberapa lama (periode) investasi akan dapat dikembalikan saat
terjadinya kondisi breack event point (jumlah kas masuk sama dengan kas keluar).
Dimana PBP ini dirumuskan sebagai berikut [11]:
Investasi (2.4)
PBP =
Saving

Keterangan:
PBP : Jangka waktu pengembalian investasi
Investasi : Jumlah investasi awal yang dilakukan untuk mengganti system
lama dengan system yang baru
Saving : Penghematan yang dilakukan dari system baru.

22
2.9 Perhitungan Penggunaan Energi Listrik
Besarnya penggunaan energi listrik harian, bulanan maupun dalam satu tahun,
maka perlu diketahui dan dipahami terlebih dahulu bagaimana menghitung
penggunaan listriknya tersebut [12].
a. Pemakaian energi listrik
Berikut ini merupakan persamaan untuk menghitung penggunaan energi
listrik, yaitu:
Konsumsi energi listrik = P x t (2.5)

Keterangan:
Konsumsi energi = kWh
P = Daya (kW)
t = Waktu pemakaian (hour)

b. Total biaya penggunaan energi listrik


Untuk menghitung berapa biaya konsumsi energi yang telah digunakan,
maka kita dapat menghitungnya dengan menggunakan persamaan dibawah ini:
Biaya konsumsi energi = Konsumsi energi x Tarif (2.6)

Keterangan:
Konsumsi energi = kWh
Tarif = Rupiah

2.10 Perhitungan Konsumsi Energi Listrik dan Biaya Konsumsi Energi


Listrik
Untuk bisa mendapatkan gambaran seberapa besar, pemakaian listrik harian,
bulanan maupun dalam satu tahun maka perlu diketahui dan dipahami terlebih
dahulu bagaimana menghitung pemakaian listrik tersebut.
Berikut ini merupakan persamaan untuk menghitung pemakaian konsumsi
energi listrik yang kita gunakan, yaitu [13]:

23
Pemakaian listrik: E = v x i x t x pf (2.7)

V = tegangan (V)
i = kuat arus (A)
t = waktu atau lama nyala (Jam)
pf = power faktor (cos phi)
E = pemakaian listrik (kWh)

2.11 Penghematan Listrik di Gedung


Untuk mengetahui pencapaian target tersebut maka perlu menentukan
baseline pemakaian listrik yaitu rata-rata pemakaian listrik selama bulan April 2017
sampai dengan September 2017. Sedangkan pemakaian listrik yang
diamati/dipantau adalah rata-rata pemakaian listrik bulan Oktober 2017 sampai
Desember 2017 serta Januari 2018 sampai Maret 2018 [14].
Contoh Baseline:
Tabel 2.6 Penghematan Penggunaan Listrik

Baseline 6 (enam) bulan terakhir Pengamatan Tahun Berjalan


Penghematan Penghematan
Listrik Biaya Listrik
Pemakaian Biaya Pemakaian Biaya
Periode (%) (%)
Bulan Listrik Listrik Bulan Listrik Listrik
Laporan
(kWh) (Rp) (kWh) (Rp)
Apr-17 Ke-1 Oct-17
Mei 2017 Dilaporkan Nov-17
Jun-17 Bulan Jan Des 2017
Jul-17 2018 Rata-Rata
Aug-17 Ke-2 Jan-18
Sep-17 Dilaporkan Feb-18
Rata – rata Bulan Apr Mar-18
2018 Rata-Rata

(G) - (C) (2.8)


Penghematan pemakaian listrik = x 100%
(C)

24
(H) - (D) (2.9)
Penghematan biaya listrik = x 100%
(D)

2.12 Sistem Kelistrikan


Jaringan listrik yang disalurkan oleh PLN ke konsumen merupakan bagian
dari sistem tenaga listrik secara keseluruhan. Secara umum, sistem tenaga listrik
terdiri dari komponen (generator). Komponen saluran transmisi dan komponen
beban. Untuk mengurangi kerugian daya pada saluran transmisi, tegangan listrik
tersebut dinaikkan sampai tegangan tinggi atau tegangan ekstra tinggi dengan
transformator step-up, baru kemudian dihubungkan dengan saluran transmisi.
Pada sisi penerima, tegangan listrik ini diturunkan 220 sampai 380 volt sesuai
kebutuhan. Sistem daya listrik yang digunakan adalah sistem daya listrik arus
bolak-balik 3 fasa.
Keluaran (output) 3 fasa listrik bolak-balik (AC) dari generator memiliki
perbedaan fasa sebersar 120º untuk tiap-tiap fasanya. Arus yang mengalir pada
setiap beban dinyatakan sebagai:
𝑉 (2.10)
𝐼=
𝑅
Rangkaian hubung memiliki sebuah titik hubung ketiga fasanya yang
disebut titik netral. Arus netral (In) merupakan penjumlahan arus ketiga fasanya
karena jalur netral tersebut dilalui oleh ketiga fasa yang ada, menurut persamaan :
In = Ia + Ib + Ic = 0 (2.11)
Persamaan diatas menunjukkan jika beban yang diaplikasikan dalam suatu
tegangan tiga fasa seimbang, maka arus netralnya sama dengan nol karena simetris
dan saling meniadakan. Arus netral muncul akibat pembebanan yang tidak
seimbang.

2.13 Rekomendasi
Setelah melakukan survey dan menganalisa data penggunaan energi pada
suatu plant, auditor energi, akan memberikan beberapa rekomendasi pada

25
perusahaan. Rekomendasi merupakan usulan-usulan yang dapat dilakukan
perusahaan untuk memperbaiki efisiensi penggunaan energi di perusahaan tersebut.
Secara umum, rekomendasi berupa :
a. Rekomendasi untuk mengganti sistem, karena sistem yang lama dianggap sudah
tidak efisien.
b. Rekomendasi untuk perbaikan sistem, karena sistem dianggap kurang efisien,
sehingga dirasa perlu untuk melakukan sedikit perbaikan agar efisiensinya
dapat ditingkatkan.
c. Rekomendasi untuk memasang peralatan baru.
Berdasarkan EMO (Energy Management Opportunity), rekomendasi dapat
dibagi menjadi 3 kategoriberdasarkan capital cost nya yaitu :
a. Kategori I : meliputi no cost investment dan tidak mengubah operasional sistem.
Biasanya hanya berupa rekomendasi untuk mematikan lampu atau AC ketika
tidak digunakan, mengubah settinggan suhu agar tidak terlalu rendah, dll.
b. Kategori II : meliputi low cost investment dengan sedikit perubahan atau
perbaikan pada sistem. Misalnya memasang timer untuk mematikan peralatan,
mengganti lampu T8 fluorescent tube dengan T5 fluorescent tubes.
c. Kategori III : meliputi high cost investment dengan beberapa perubahan dan
perbaikan pada sistem. Misalnya memasang peralatan power factor correction,
memasang variable speed drive.

26

Anda mungkin juga menyukai