TINJAUAN PUSTAKA
5
2.1 Intensitas Konsumsi Energi (IKE) Gedung
Intensitas Konsumsi Energi (IKE) listrik merupakan istilah yang digunakan
untuk mengetahui besarnya pemakaian energi pada suatu sistem (bangunan).
Namun enegi yang dimaksudkan dalam hal ini adalah energi listrik. Pada
hakekatnya intensitas konsumsi energi ini adalah hasil bagi antara konsumsi energi
total selama periode tertentu (satu tahun) dengan luasan bangunan. Satuan IKE
adalah kWh/m2 per tahun. Dan pemakaian IKE ini telah di tetapkan di berbagai
negara antara lain ASEAN dan APEC.
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh ASEAN-USAID pada tahun
1987 yang laporannya baru dikeluarkan tahun 1992, target besarnya Intensitas
Konsumsi Energi (IKE) listrik untuk Indonesia adalah sebagai berikut [2]:
a. IKE untuk perkantoran (komersil) : 240 kWh/m2 per tahun
b. IKE untuk pusat belanja : 330 kWh/m2 per tahun
c. IKE untuk hotel/apartemen : 300 kWh/m2 per tahun
d. IKE untuk rumah sakit : 380 kWh/m2 per tahun
Dalam menghitung IKE listrik pada bangunan gedung, ada beberapa istilah
yang digunakan, antara lain:
a. IKE listrik per satuan luas kotor (gross) gedung
b. Luas kotor (gross) = luas total gedung yang di kondisikan (berAC) ditambah
luas gedung yang tidak dikondisikan
c. IKE listrik per satuan luas total gedung yang dikondisikan (net)
d. IKE listrik per satuan luas ruang dari gedung yang di sewakan (net product).
Istilah istilah tersebut diatas dimaksudkan sebagai alat pembanding besarnya
IKE antara suatu luasan dalam bangunan terhadap luasan lain. Dan besarnya target
ike diatas merupakan nilai IKE listrik per satuan luas bangunan gedung yang
dikondisikan (net).
Adapun perhitungan dari IKE per tahun sebagai berikut [2]:
Energi listrik selama satu tahun (2.1)
IKE = 2
Luas seluruh lantai (m )
6
Sebagai pedoman, telah ditetapkan nilai standar Intensitas Konsumsi Energi
(IKE) untuk bangunan di Indonesia yang telah ditetapkan dapat dilihat pada Tabel
2.1[3].
7
sederhana. Umumnya fokus audit ini adalah pada bidang perawatan dan
penghematan yang tidak terlalu memerlukan biaya investasi yang besar.
b. Preliminary audit
Audit yang hanya dilakukan pada bagian vital saja. Analisa didapat dengan
melakukan perhitungan yang cukup jelas. Audit ini meliputi indentifikasi
mesin, analisis kondisi aktual, menghitung konsumsi energi, menghitung
pemborosan energi dan beberapa usulan
c. Detailed audit
Audit energi yang dilakukan secara menyeluruh tehadap seluruh aspek yang
mengkonsumsi energi listrik beserta semua kemungkinan penghematan yang
dapat dilakukan. Biasanya dilakukan oleh lembaga auditor yang profesional
dalam jangka waktu tertentu. Pelaksanaan audit didahului dengan analisis biaya
audit energi, indentifikasi mesin, analisis kondisi aktual dan menghitung semua
konsumsi energi. Konsumsi energi ini meliputi energi primer dan energi
sekunder. Selain itu dilakukan perhitungan pemborosan energi, kesempatan
konservasi energi, sampai beberapa usulan untuk melakukan penghematan
energi beserta dengan dampak dari usulan tersebut. Untuk mencari
kemungkinan penghematan maka harus diketahui terlebih dahulu analisa biaya
audit energi, identifikasi gedung, analisa kondisi sesungguhnya dan menghitung
semua penggunaan energi.
d. Energy management plan and implementation action
Audit energi yang dilakukan adalah suatu alat dalam manajemen energi. Pada
dasarnya audit ini sama dengan detailed audit, akan tetapi audit ini dilakukan
secara berkesinambungan, dalam jangka waktu yang cukup lama. Audit energi
ini dimulai dengan membentuk sebuah organisasi manajement energi. Hasil dari
audit menjadi masukan utama bagi sistem manajemen energi untuk melakukan
pengaturan energi secara terpadu.
8
pengawasan dan pengelolaan bangunan gedung dalam rangka peningkatan efisiensi
penggunaan energi dan menekan biaya energi tanpa harus mengurangi kualitas
kinerjanya.
Audit energi adalah teknik yang dipakai untuk menghitung besarnya konsumsi
energi pada bangunan gedung dan mengenali cara-cara untuk penghematannya.
Secara rinci, audit energi adalah variasi pendekatan standar yang dikembangkan
untuk membantu perusahaan untuk mengevaluasi efisiensi energinya,
mengindentifikasi peluang-peluang hemat energi dan menetapkan perencanaan
untuk implementasi proyek audit energi. Adapun tujuan dilakukannya audit energi
adalah untuk mengetahui “Potret Penggunaan Energi” dan mencari upaya
peningkatan efisiensi penggunaan energi. Adapun tahapan audit energi sebagai
berikut:
9
3. Pembayaran rekening listrik bulanan bangunan gedung selama satu tahun
terakhir dan rekening pembelian bahan bakar minyak (bbm), bahan bakar
gas (bbg), dan air.
4. Tingkat hunian bangunan (occupancy rate).
b. Menghitung besarnya Intensitas Konsumsi Energi (IKE) gedung
Berdasarkan data yang telah dikumpulkan sebelumnya, maka dapat dihitung :
1) Rincian luas bangunan gedung dan luas total bangunan gedung (m2)
2) Konsumsi Energi bangunan gedung per tahun (kWh/tahun).
3) Intensitas Konsumsi Energi (IKE) bangunan gedung per tahun (kWh/m2
tahun).
4) Biaya energi bangunan gedung (Rp/kWh).
10
Alat ukur yang digunakan dapat berupa alat ukur yang dipasang tetap
(permanent) pada instalasi atau alat ukur yang dipasang tidak tetap (portable)
[4].
11
diperlukan. Dengan sistem manual on/off switches maka kelebihan
penyinaran yang ada tidak terhindarkan, seperti kontribusi dari sinar
matahari yang melebihi output dari lampu baru atau desain berlebihan yang
menghasilkan tingkat cahaya yang tinggi yang tidak perlu.
2. Penyinaran pada ruangan yang tidak digunakan juga merupakan suatu
konsumsi sumber daya energi yang tidak diperlukan. Persoalan diatas dapat
diatasi dengan pengontrolan terjadwal dan sensor pemakaian.
12
2.5.2 Intensitas Pencahayaan
Intensitas pencahayaan harus ditentukan dimana pekerjaannya akan
dilakukan. Bidang kerja umumnya diambil 80 cm diatas lantai. Bidang kerja ini
mungkin sebuah meja, bangku kerja atau suatu bidang horizontal khayalan 80 cm
diatas lantai.
Intensitas penerangan E dinyatakan dalam satuan lux, sama dengan jumlah
lumen/m2. Jadi fluks cahaya yang diperlukan untuk suatu bidang kerja seluas A
(m2) ialah [6]:
Ø (2.2)
E= 𝐾 𝑥𝐾
A 𝑝 𝑑
Dengan :
Ø = Fluks cahaya (lumen)
E = Intensitas pencahayaan (lux)
A = Luas bidang kerja (m2)
Kp = Koefisien penggunaan
Kd = Koefisien penyusutan
13
Gambar 2.2 Lampu TL
14
Berikut ini gambar 2.4 yang merupakan gambar contoh lampu LED.
15
merupakan metode dalam menentukan jumlah lampu yang dibutuhkan pada suatu
ruangan, yaitu [7]:
a. Dengan rumus
Dalam menghitung jumlah lampu pada ruangan, digunakan persamaan :
ExA (2.3)
N=
F x UF x LLF
Dengan :
N = Jumlah lampu (EA)
E = Tingkat lux yang diperlukan ruangan
A = Luang ruangan (m2)
F = Fluks total (lumen)
UF = Faktor penggunaan dari table produk (efisiensi)
LLF = Faktor kehilangan cahaya
Misal : Pada industry kotor sebesar 0.6
Pada industry bersih sebesar 0.7
Pada kantor ber-AC sebesar 0.8
16
2.7.1 Audit Energi Sistem Pengkondisian Udara pada Bangunan Gedung
Sistem pengkondisian udara merupakan sistem yang digunakan untuk
melakukan pengendalian atau pengontrolan terhadap temperatur, kelembaban,
kebersihan terhadap kualitas udara dari kotoran maupun bau-bauan dan debu.
Kondisi suhu dan kelembaban dalam suatu ruangan sangat mempengaruhi
kenyamanan penghuni yang berada diruangan tersebut rasa nyaman diperoleh
apabila suhu ruangan berkisar antara 22.8-25.8 dan dengan kelembaban udara
dengan nilai nilai relative humandity antara 40%-60%.
Untuk mencapai kondisi yang diinginkan tersebut maka digunakan
peralatanpenyejuk udara seperti kipas angin dan air conditioning (AC). Audit
energi system tata udara bertujuan untuk mengetahui kondisi suhu dan kelembaban
dalam suatu ruangan.
Rekomendasi dari Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-6572-2001
menyebutkan bahwa daerah keamanan suhu untuk daerah tropis dapat dibagi
menjadi [8]:
1. Sejuk, anatara temperatur efektif 20.5ºC-22.8ºC dan 40%-60%RH
2. Nyaman, antara temmperatur efektif 22.8ºC-25.8ºC dan 40%-60%RH
3. Hangat, antara temperature efektif 25.8ºC-27.1ºC dan 40%-60%RH
17
Pengadaan suatu sistem pengkondisian udara adalah agar tercapai kondisi
temperatur, kelembaban, kebersihan dan distribusi udara dalam ruangan dapat
dipertahankan pada tingkat keadaan yang diharapkan.
Faktor pemelihan sistem pengkondisian udara
a. Faktor kenyamanan
Faktor kenyamanan dalam ruangan sangat tergantung pada beberapa
parameter yang bisa diatur oleh sistem pengkondisian udara. Parameter itu
antara lain meliputi temperature bola basah dan bola kering dari udara, aliran
udara, kebersihan udara, bau, kualitas ventilasi maupun tingkat kebisingannya.
b. Faktor ekonomi
Faktor ekonomi yang menjadi pertimbangan antara lain adalah biaya awal
untuk pemasangan serta biaya operasi danperawatan untuk sistem setelah
peralatan itu difungsikan. Dari sudut pandang faktor ekonomi, suatu sistem
pengkondisian udara yang baik adalah dengan biaya total serendah-rendahnya.
c. Faktor operasi dan perawatan
Faktor yang secara umum yang menjadi pertimbangan adalah faktor
konstruksi yang mudah dimengerti susunan dan cara menjalankannya. Secara
lebih detail hal ini terkait dengan beberapa konstruksi yang sederhana, tingkat
efisiensi yang tinggi, mudah dalam perawatan, mudah direparasi jika terjadi
kerusakan, dapat melayani perubahan kondisi operasi.
2.7.3 Refrigeran
Refrigeran atau yang dikenal dengan istilah Freon adalah zat (fluida) yang
mengalir dalam mesin pendingin (refrigerasi) atau mesin pengkondisian udara
(AC). Zat ini berfungsi untuk menyerap panas dari benda atau udara yang
didinginkan dan membawanya kemudian membuangnya keudara sekeliling diluar
benda atau ruangan yang didinginkan. Saat ini sudah ada bahan pendingin alternatif
pengganti freon yaitu Hydrocarbon Refrigerant (natural refrigerant). Salah
satunya Musicool, karena musicool adalah produk dalam negeri, salah satu produk
Pertamina yang dibuat di unit Pengolahan III, Plaju, Sumsel di tepi sungai Musi.
Musicool adalah refrigeran dengan bahan dasar hydrocarbon alam dan termasuk
18
dalam kelompok refrigeran ramah lingkungan. Musicool telah memiliki
persyaratan teknis sebagai refrigeran yaitu meliputi aspek sifat fisika dan
termodinamika, diagram tekanan versus suhu serta uji kinerja pada siklus
refrigerasi. Hasil pengujian menunjukkan bahwa dengan beban pendingin yang
sama, musicool memiliki keunggulan-keunggulan dibandingkan dengan refrigeran
sintetik.
Beberapa keunggulan Musicool Refrigeran yaitu :
a. Ramah Lingkungan dan Nyaman
Musicool tidak beracun, tidak membentuk gum, nyaman dan pelepasannya
kealam bebas tidak akan merusak lapisan ozon dan tidak menimbulkan efek
pemanasan global.
b. Hemat Listrik/Energi
Musicool mempunyai sifat termodinamika yang lebih baik sehingga dapat
menghambat pemakaian energi/listrik hingga 30% dibanding dengan refrigeran
fluorocarbon pada kapasitas pendingin mesin yang sama.
c. Lebih Irit
Musicool memiliki sifat kerapatan yang rendah sehingga hanya memerlukan
sekitar 30% dari penggunaan fluorocarbon pada kapasitas mesin pendingin
yang sama.
d. Pengganti untuk semua
Musicool dapat menggantikan refrigeran yang digunakan selama ini tanpa
mengubah atau mengganti komponen maupun pelumas.
Penggantian Musicool dapat dilakukan di berbagai jenis AC, yaitu AC
splite, central, cassete, dan floor standing. Pada tabel 2.4 dibawah ini adalah hasil
pengukuran dapat dilihat perbandingan sebelum dan sesudah pergantian musicool
serta presentase penurunan energi listrik [9].
19
Tabel 2.3 Penghematan energi listrik pada AC dengan menggunakan musicool.
Arus Arus
Kapasitas Penggunaan
Menggunakan Menggunakan
Mesin Energi Listrik
Refrigerant R22 Musicool M22
AC (PK) (%)
(A) (A)
0.5 1.4 1.2 14.3
0.75 2.7 2 25.9
1 4 3.1 22.5
1.5 5.8 4.5 22.4
2 8.8 6.2 29.5
3 5.9 5.1 13.6
5 7.1 5.9 16.9
Sumber : Penelitian Nandhersyah Syahputera, 2015
20
Selain menggunakan pergantian menggunakan musicool teknologi pergantian jenis
AC menjadi AC inverter merupakan salah satu alternatif yang bisa dilakukan.
Dimana teknologi inverter adalah teknologi yang terintegrasi didalam unit outdoor
yang ada di AC dimana dengan menggunakan teknologi Inverter, ada beberapa
keuntungan yang bisa didapatkan dengan menggunakan AC inverter:
1. Waktu yang lebih cepat untuk mencapai suhu ruangan yang kita inginkan
2. Tarikan pertama pada listrik 1/3 lebih rendah dibandingkan AC yang tidak
menggunakan teknologi inverter.
3. Lebih hemat energi dan uang karena teknologi ini menggunakan sumber
daya yang 30% lebih kecil dibandingkan AC biasa.
4. Dapat menghindari beban yang berlebihan pada saat AC dijalankan.
5. Fluktuasi temperatur hampir tidak terjadi.
AC dengan teknologi inverter, suhu ruangan yang telah di set dapat dijaga suhu
nya sehingga kerja unit outdoor tidak berat dan pada akhirnya dengan fluktuasi suhu
yang kecil (hampir dikatakan nol), otomatis akan lebih menghemat listrik. Tetapi
teknologi yang canggih dan dapat menghamat tagihan PLN ini harus anda bayar
sedikit lebih mahal dibandingkan dengan AC yang belum menggunakan teknologi
inverter.
Perbandingan daya yang dibutuhkan untuk AC standar yang memakai
refrigerant R-22 dengan AC inverter yang memakai refrigerant R-410A pada
umumnya yaitu dapat dilihat pada tabel 2.5 dibawah ini [10]:
21
2.7.4 Perhitungan Kebutuhan Air Conditioner (AC)
Perhitungan kebutuhan AC sangat dibutuhkan untuk mengetahui seberapa
besar fungsi dari AC yang ada pada ruangan. Dibawah ini adalah Tabel 2.6
kapasitas AC berdasarkan PK.
Tabel 2.5 Kapasitas AC berdasarkan PK
Kapasitas AC (PK) Kebutuhan AC
(BTU)
0.5 PK 5,000
0.75 PK 7,000
1 PK 9,000
1.5 PK 12,000
2 PK 18,000
2.5 PK 24,000
3 PK 27,000
10 PK 45,000
Sumber : Penelitian Ervan Efendi 2014
Keterangan:
PBP : Jangka waktu pengembalian investasi
Investasi : Jumlah investasi awal yang dilakukan untuk mengganti system
lama dengan system yang baru
Saving : Penghematan yang dilakukan dari system baru.
22
2.9 Perhitungan Penggunaan Energi Listrik
Besarnya penggunaan energi listrik harian, bulanan maupun dalam satu tahun,
maka perlu diketahui dan dipahami terlebih dahulu bagaimana menghitung
penggunaan listriknya tersebut [12].
a. Pemakaian energi listrik
Berikut ini merupakan persamaan untuk menghitung penggunaan energi
listrik, yaitu:
Konsumsi energi listrik = P x t (2.5)
Keterangan:
Konsumsi energi = kWh
P = Daya (kW)
t = Waktu pemakaian (hour)
Keterangan:
Konsumsi energi = kWh
Tarif = Rupiah
23
Pemakaian listrik: E = v x i x t x pf (2.7)
V = tegangan (V)
i = kuat arus (A)
t = waktu atau lama nyala (Jam)
pf = power faktor (cos phi)
E = pemakaian listrik (kWh)
24
(H) - (D) (2.9)
Penghematan biaya listrik = x 100%
(D)
2.13 Rekomendasi
Setelah melakukan survey dan menganalisa data penggunaan energi pada
suatu plant, auditor energi, akan memberikan beberapa rekomendasi pada
25
perusahaan. Rekomendasi merupakan usulan-usulan yang dapat dilakukan
perusahaan untuk memperbaiki efisiensi penggunaan energi di perusahaan tersebut.
Secara umum, rekomendasi berupa :
a. Rekomendasi untuk mengganti sistem, karena sistem yang lama dianggap sudah
tidak efisien.
b. Rekomendasi untuk perbaikan sistem, karena sistem dianggap kurang efisien,
sehingga dirasa perlu untuk melakukan sedikit perbaikan agar efisiensinya
dapat ditingkatkan.
c. Rekomendasi untuk memasang peralatan baru.
Berdasarkan EMO (Energy Management Opportunity), rekomendasi dapat
dibagi menjadi 3 kategoriberdasarkan capital cost nya yaitu :
a. Kategori I : meliputi no cost investment dan tidak mengubah operasional sistem.
Biasanya hanya berupa rekomendasi untuk mematikan lampu atau AC ketika
tidak digunakan, mengubah settinggan suhu agar tidak terlalu rendah, dll.
b. Kategori II : meliputi low cost investment dengan sedikit perubahan atau
perbaikan pada sistem. Misalnya memasang timer untuk mematikan peralatan,
mengganti lampu T8 fluorescent tube dengan T5 fluorescent tubes.
c. Kategori III : meliputi high cost investment dengan beberapa perubahan dan
perbaikan pada sistem. Misalnya memasang peralatan power factor correction,
memasang variable speed drive.
26