Anda di halaman 1dari 6

1

Analisis Percepatan Dengan Metode Time Cost Trade Off pada


Proyek Pembangunan Jalan Tol Solo – Ngawi – Kertosono
(Ruas: Solo – Ngawi) STA 56+050 – STA 90+250
Bayu Fajar Islami dan Cahyono Bintang Nurcahyo
Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil, Lingkungan
dan Kebumian, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111
E-mail: bayu.islami@gmail.com ; bintang@ce.its.ac.id

Abstrak— Penelitian ini melakukan analisis percepatan pada tersebut bisa berupa ketersediaan sumber daya, produktivitas
Proyek Pembangunan Jalan Tol Solo – Ngawi – Kertosono pekerja, faktor cuaca dan lain-lain. Akibat keterlambatan ini
Ruas: Solo – Ngawi Paket 2 STA 56+050 – STA 90+250. yang sering terjadi adalah menurunnya kualitas konstruksi
Kontraktor yang melaksanakan proyek ini adalah PT. Waskita
dikarenakan pekerjaan yang dipaksa lebih cepat agar sesuai
Karya (Persero) Tbk. Lokasi pelaksanaan proyek terletak pada
Kabupaten Boyolali, Kabupaten Karanganyar, Kabupaten dengan jadwal yang telah ditentukan dan terhindar dari denda
Sragen, dan Kabupaten Ngawi. Pelaksanaan proyek ini sehingga memungkinkan beberapa pelanggaran hal teknis.
dijadwalkan selama 95 minggu dimulai pada minggu ke-4 bulan Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis percepatan
September 2015 sampai dengan minggu ke-2 bulan Juli 2017. terhadap proyek konstruksi yang pelaksanaannya mengalami
Namun pada realita mengalami penurunan kinerja sejak keterlambatan.
minggu ke-32 hingga minggu ke-47. Progress kumulatif proyek
yang terealisasi pada minggu ke-32 sebesar 17,4% sedangkan B. Rumusan Masalah
progress kumulatif proyek yang direncanakan pada minggu ke-
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan
32 sebesar 18,02%. Faktor yang menyebabkan penurunan
kinerja pada proyek ini adalah masalah quarry. Masalah quarry sebelumnya, maka masalah yang dapat dirumuskan adalah:
yang sebelumnya menghambat kinerja proyek telah berhasil 1. Berapa durasi total proyek setelah dilakukan analisis
diatasi oleh pihak kontraktor sehingga sejak minggu ke-47 percepatan dengan menggunakan metode Time Cost
proyek dapat kembali berjalan normal meskipun progress Trade Off?
kumulatif proyek yang terealisasi masih tidak sesuai dengan 2. Berapa total biaya yang harus dikeluarkan setelah
progress kumulatif proyek yang direncanakan.
dilakukan analisis percepatan dengan menggunakan
Analisis percepatan pada penelitian ini menggunakan metode
Time Cost Trade Off (TCTO). Langkah-langkah yang dilakukan
metode Time Cost Trade Off?
dalam melakukan percepatan ini adalah identifikasi aktivitas C. Tujuan
sisa pekerjaan, penyusunan Network Diagram, menentukan
scenario crashing, menentukan crash duration dan crash cost, Tujuan yang akan dicapai dari pembahasan penelitian ini
menghitung cost slope, dan melakukan tahap iterasi. Setelah adalah :
dilakukan analisa TCTO maka didapatkan output berupa 1. Mengetahui biaya optimum proyek setelah dilakukan
beberapa alternatif waktu dan biaya proyek yang baru. Dari analisis percepatan dengan metode Time Cost Trade Off.
banyaknya alternatif, dipilih waktu dan biaya penyelesaian 2. Untuk mengetahui total durasi proyek dalam kondisi
proyek yang optimum.
dicapainya biaya optimum setelah dilakukan analisis
Biaya total semula untuk aktivitas sisa pada proyek ini
adalah sebesar Rp.564.960.477.351,32. Setelah dilakukan percepatan dengan metode Time Cost Trade Off.
percepatan, biaya total untuk aktivitas sisa pada proyek ini D. Batasan Masalah
menjadi Rp.543.989.181.600,00 dengan pengurangan durasi
selama 60 hari yaitu 337 hari menjadi 277 hari dan selesai pada Agar dalam penyelesaian penulisan penelitian ini dapat
tanggal 23 Oktober 2017. lebih terarah dan terencana, maka penulis menentukan suatu
batasan masalah. Adapun batasan masalah tersebut adalah:
Kata kunci— Optimasi Waktu dan Biaya, Percepatan, 1. Pembahasan hanya dilakukan pada 1 proyek yaitu Proyek
Metode Time Cost Trade Off. Pembangunan Jalan Tol Solo – Ngawi – Kertosono ruas:
Solo – Ngawi paket 2 STA 56+050 – STA 90+250.
I. PENDAHULUAN 2. Analisis percepatan hanya dilakukan dengan metode Time
Cost Trade Off.
A. Latar Belakang

P enjadwalan merupakan penyusunan kegiatan pekerjaan


pada suatu pelaksanaan proyek konstruksi dalam rincian
II. METODOLOGI
Dalam melakukan percepatan terhadap durasi
kerangka waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan
penyelesaian sebuah proyek, perlu dilakukan penekanan
proyek tersebut. Penyusun penjadwalan diwajibkan mampu
waktu aktivitas. Diusahakan agar biaya yang ditimbulkan
menyesuaikan dengan jumlah sumber daya yang dibutuhkan seminimal mungkin dan harus diperhatikan pula bahwa
sehingga biaya yang akan dikeluarkan memang sesuai dengan penekanan waktu aktivitas tersebut dilakukan pada aktivitas-
kebutuhan proyek. Dalam pelaksanaan sering terjadi kendala aktivitas yang berada pada lintasan kritis dan mempunyai cost
yang dialami oleh kontraktor, dan kendala tersebut dapat slope terendah pada aktivitas yang berada pada lintasan kritis
menghambat keberlangsungan proyek dan dapat
mengakibatkan keterlambatan proses konstruksi. Kendala
2

tersebut. Langkah-langkah yang dilakukan dalam melakukan Pembangunan Jalan Tol Solo – Ngawi – Kertosono Paket 2
percepatan ini sebagai berikut: ini. Data proyek yang diperoleh adalah sebagai berikut:
1. Identifikasi Aktivitas Sisa Pekerjaan a. Nama Proyek : Pembangunan Jalan Tol
Analisa dilakukan pada aktivitas sisa pekerjaan yang Solo – Ngawi – Kertosono
masih berlangsung, diketahui dari time schedule (Ruas: Solo – Ngawi)
berdasarkan laporan kemajuan proyek mingguan. Setelah Paket 2 STA 56+050 –
dilakukan analisa, didapatkan waktu normal (normal 90+250
duration) dan biaya normal (normal cost). Pekerjaan yang b. Alamat Kantor : Kedungprahu RT 003 RW
berada di lintasan kritis digunakan dalam menghitung 001, kel. Widodaren, kec.
percepatan waktu dan biaya. Widodaren, kab. Ngawi,
2. Penyusunan Network Diagram Jawa Timur
Penyusunan Network Diagram berdasarkan urutan c. Pemilik Proyek : PT. Solo Ngawi Jaya (SNJ)
pekerjaan yanng diperoleh dari hasil wawancara terhadap d. Konsultan Perencana : PT. Virama Karya
narasumber yaitu pihak kontraktor selaku pelaksana e. Konsultan Pengawas : PT. Virama Karya
proyek ini. Lalu dari penyusunan Network Diagram ini f. Nilai Kontrak : Rp 1.898.133.123.548,00
diketahui lintasan kritisnya. Pekerjaan yang berada di g.Waktu Pelaksanaan Awal : 702 hari (21 September
lintasan kritis digunakan dalam menghitung percepatan 2015 – 12 September 2017)
waktu dan biaya. h. Masa Pemeliharaan : 36 Bulan.
3. Menentukan Skenario Crashing
B. Identifikasi Aktivitas Pekerjaan
Menentukan beberapa alternatif percepatan yang akan
digunakan yaitu penambahan jumlah alat berat dan tenaga Identifikasi aktivitas sisa pekerjaan ini dilakukan untuk
kerja, jam kerja, maupun kombinasi dari keduanya. mengetahui pekerjaan yang belum terlaksana pada proyek ini
4. Menentukan Crash duration dan Crash cost yang selanjutnya akan disebut aktivitas sisa. Aktivitas sisa
Setelah itu diperoleh produktivitas crashing. diketahui dari selisih antara total volume pekerjaan dengan
Produktivitas crashing berbeda-beda sesuai dengan volume pekerjaan yang telah terlaksana. Aktivitas sisa akan
alternatif percepatan yang digunakan. Produktivitas ditampilkan pada Tabel 1.
crashing digunakan dalam perhitungan crash duration Tabel 1. Aktivitas Sisa
yaitu dengan membagi volume pekerjaan dengan No. Uraian Pekerjaan Satuan Volume

produktivitas crashing yang didapatkan. Crash cost A UMUM


1 Pekerjaan Persiapan Ls 0.48
diperoleh dari harga satuan alternatif percepatannya B PEMBERSIHAN TEMPAT KERJA -
dikalikan dengan produktivitas crashing. C
2 Pembersihan Tempat Kerja
PEMBONGKARAN
m2 -
-
5. Menghitung Cost slope 3 Pembongkaran RCBC Unit -
4 Pembongkaran perkerasan aspal dan bangunan rumah m2 -
Menghitung cost slope dari masing-masing aktivitas dan 5 Pembongkaran pasangan batu / beton m3 -
pilih aktivitas yang berada pada lintasan kritis yang D PEKERJAAN TANAH -
6 Pekerjaan Tanah m3 -
mempunyai nilai cost slope terendah. E GALIAN STRUKTUR -
6. Tahap Kompresi 7 Galian Struktur m3 -
F DRAINASE -
Melakukan kompresi pada aktivitas yang berada pada 8 RCBC Precast Unit 359.41
9 RCP Beton Bertulang m' 573.51
lintasan kritis yang mempunyai nilai cost slope terendah. 10 Saluran Tipe SD m' 57,430.47
Lalu selanjutnya dilakukan kembali penyusunan aktivitas 11
12
Catch Basin
Deck Drain
Unit
Buah
634.70
370.53
setiap pekerjaan dengan durasi setelah dilakukan G SUBGRADE -
13 Persiapan Tanah Dasar m2 217,292.73
kompresi. Kemudian kompresi kembali pada aktivitas H LAPIS PONDASI AGREGAT (SUB BASE) -
yang berada pada lintasan kritis dengan cost slope 14 Sub Base m3 53,795.34
I PERKERASAN -
terendah. Kompresi terus dilakukan sampai salah satu 15 Bituminous Kg 188,050.06
lintasan kritis mempunyai aktivitas-aktivitas yang telah 16 Double Bituminous Surface Treatment (DBST) m2 2,757.98
17 Asphalt Ton 17,005.69
jenuh seluruhnya sehingga hal tersebut sudah mengalami 18 Perkerasan Beton m2 610,424.58
J STRUKTUR BETON -
keadaan optimum dalam pengendalian biaya. 19 Beton Kelas B-1, fc' = 30 Mpa (Pier Head, Diafragma, Portal Frames, Slab) m3 3,523.57
7. Mengevaluasi Hasil Analisa TCTO 20 Beton Kelas B-1, fc' = 30 Mpa Struktur Bawah m3 7,549.20
21 Beton Kelas C-1, fc' = 25 Mpa (Plat injak, Kerb, Barrier, Portal Drainase) m3 6,815.53
Setelah dilakukan analisa TCTO maka didapatkan hasil 22 Deck Galvanised , t = 0,75 mm m2 5,667.01
23 Batang Baja Tulangan Ulir (BJTD-40) Kg 1,024,094.88
berupa beberapa alternatif waktu dan biaya proyek yang 24 PC-I Girder Buah 176.20
baru. Dari banyaknya alternatif, dipilih waktu dan biaya 25 Tiang Pancang D=50 cm m' -
26 Tiang bor beton cast in place, dia 80 cm m' -
penyelesaian proyek yang optimum. 27 Batang Baja Tulangan Ulir (penulangan tambahan bore pile dia. 80 cm) kg -
8. Kesimpulan dan Saran 28
29
Expansion Joint
Bearing Pad
m'
Buah
1,219.92
634.51
Dari hasil analisa yang diperoleh maka dapat diambil 30 Test untuk Tiang Bor Beton Titik -
31 Dinding Penahan Tanah Underpass Widodaren 1 m2 120.00
kesimpulan dan saran yang dapat digunakan bagi 32 Detour Underpass Widodaren 1 Ls 1.00
K PEKERJAAN LAIN-LAIN -
pelaksana proyek dalam hal waktu maupun biaya yang 33 Solid sodding m2 291,164.22
sebaiknya digunakan. 34 Vehicle guardrail m' 31,933.32
35 End Section Guardrail Buah 364.89
36 Fence m' 2,399.93
37 Rambu Petunjuk, Peringatan, dan Larangan Buah 127.00
III. HASIL PENELITIAN 38 Marka Jalan, tipe 1 m2 25,650.06
39 Guide Post Buah 8,205.55
40 Barrier m' 84,918.23
A. Deskripsi Umum Proyek 41 Perlindungan Lereng m2 9,407.27
42 Sand Work Floor m3 -
L PENCAHAYAAN, LAMPU LALU LINTAS, DAN PEKERJAAN LISTRIK -
Pada Penelitian ini data umum didapatkan dari PT. 43 Road Lighting LS 1.00
Waskita Karya (Persero) selaku kontraktor pada proyek M PENGALIHAN DAN PERLINDUNGAN UTILITAS YANG ADA -
44 Pengalihan dan Perlindungan Utilitas yang Ada LS 0.48
N PLAZA TOL -
45 Gerbang Tol Ngawi Unit 0.66
O PEKERJAAN FASILITAS TOL DAN KANTOR GERBANG TOL -
46 Fasilitas Tol LS 1.00
47 Kantor PJR Ngawi Unit 1.00
3

C. Hubungan Antar Aktivitas Pekerjaan Setelah diketahui durasi sisa masing-masing aktivitas,
Selanjutnya adalah membuat diagram jaringan kerja lalu hal yang dilakukan selanjutnya adalah membuat
(Network Diagram) berdasarkan hubungan antar aktivitas. penjadwalan menggunakan program bantu Ms. Project
Penentuan hubungan antar aktivitas sudah dikonsultasikan berdasarkan hubungan antar aktivitas yang telah diketahui
dengan pihak kontraktor sehingga hubungan antar pada sub bab sebelumnya.
aktivitasnya menjadi sesuai dengan kenyataan di lapangan. Dari hasil penjadwalan diketahui normal duration dari
pekerjaan sisa proyek ini adalah 337 hari dan proyek akan
D. Produktivitas Normal berakhir pada 31 Desember 2017.
Produktivitas normal harian masing-masing aktivitas 2. Normal cost
pekerjaan yang didapatkan dari perhitungan: Normal cost terdiri dari Direct Cost dan Indirect Cost.
volume total aktivitas pekerjaan Untuk Direct Cost didapatkan dari hasil perkalian volume
produktivi tas  sisa dan harga satuan masing-masing aktivitas pekerjaan.
durasi total aktivitas pekerjaan
Tabel 2. Produktivitas Normal Harian F. Alternatif Percepatan
Produktivitas
Sebelum melakukan perhitungan crash cost, crash
No. Item Pekerjaan Satuan
(/hari) duration, dan produktivitas crashing terlebih dahulu
A UMUM
1 Pekerjaan Persiapan Ls 0.00
direncanakan beberapa alternatif skenario crashing.
B PEMBERSIHAN TEMPAT KERJA Percepatan ini hanya dilakukan pada aktivitas pekerjaan
2 Pembersihan Tempat Kerja m2 2,005.45
C PEMBONGKARAN yang berada pada lintasan kritis sehingga dapat mengurangi
3 Pembongkaran RCBC Unit 2.03
4 Pembongkaran perkerasan aspal dan bangunan rumah m2 103.71
durasi total proyek. Beberapa alternatif skenario crashing
5 Pembongkaran pasangan batu / beton m3 10.50 yang digunakan pada analisis Time Cost Trade Off ini
D PEKERJAAN TANAH
6 Pekerjaan Tanah m3 19,376.58 adalah:
E GALIAN STRUKTUR
7 Galian Struktur m 3 119.82
1. Penambahan alat berat dan tenaga kerja/grup pekerja
F DRAINASE 2. Penambahan jam lembur
8 RCBC Precast Unit 4.41
9 RCP Beton Bertulang m' 6.53 3. Kombinasi keduanya
10 Saluran Tipe SD m' 580.44
11 Catch Basin Unit 5.13
Pada penelitian ini, seluruh aktivitas sisa dapat
12 Deck Drain Buah 2.71 dipercepat.
G SUBGRADE
13 Persiapan Tanah Dasar m2 2,531.56
H LAPIS PONDASI AGREGAT (SUB BASE) G. Produktivitas Crashing
14 Sub Base m3 345.98
I PERKERASAN Setelah menentukan alternatif skenario crashing
15 Bituminous Kg 1,213.23
16 Double Bituminous Surface Treatment (DBST) m2 183.87
selanjutnya adalah menghitung produktivitas harian setelah
17 Asphalt Ton 100.03 dilakukan crashing yang selanjutnya akan disebut
18 Perkerasan Beton m2 3,906.16
J STRUKTUR BETON produktivitas crashing. Produktivitas crashing didapat dari
19 Beton Kelas B-1, fc' = 30 Mpa (Pier Head, Diafragma, Portal Frames, Slab) m3 19.91
penjumlahan produktivitas normal dengan produktivitas
20 Beton Kelas B-1, fc' = 30 Mpa Struktur Bawah m3 116.18
21 Beton Kelas C-1, fc' = 25 Mpa (Plat injak, Kerb, Barrier, Portal Drainase) m3 33.91 harian dari skenario crashing. Produktivitas crashing
22 Deck Galvanised , t = 0,75 mm m2 74.24
23 Batang Baja Tulangan Ulir (BJTD-40) Kg 22,335.62 dihitung menggunakan ketiga skenario percepatan.
24 PC-I Girder Buah 1.96
25
26
Tiang Pancang D=50 cm
Tiang bor beton cast in place, dia 80 cm
m'
m'
44.62
79.52
H. Crash duration dan Crash cost
27
28
Batang Baja Tulangan Ulir (penulangan tambahan bore pile dia. 80 cm)
Expansion Joint
kg
m'
939.62
6.78
1. Crash duration
29 Bearing Pad Buah 8.41 Setelah produktivitas percepatan diperoleh, maka dapat
30 Test untuk Tiang Bor Beton Titik 4.91
31 Dinding Penahan Tanah Underpass Widodaren 1 m2 3.87 dihitung berapa waktu percepatan yang dapat dilakukan pada
32
K
Detour Underpass Widodaren 1
PEKERJAAN LAIN-LAIN
Ls 0.14
proyek ini. Perhitungan durasi percepatan dilakukan dengan
33 Solid sodding m2 2,200.83 membagi volume dengan produktivitas total setelah
34 Vehicle guardrail m' 246.57
35 End Section Guardrail Buah 24.33 crashing.
36 Fence m' 16.00 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒
37 Rambu Petunjuk, Peringatan, dan Larangan Buah 1.00 Durasi setelah crashing =
𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑐𝑟𝑎𝑠ℎ𝑖𝑛𝑔
38 Marka Jalan, tipe 1 m2 173.31
39 Guide Post Buah 48.20 Crash duration = durasi normal – durasi setelah crashing
40 Barrier m' 488.05
41 Perlindungan Lereng m2 61.18 2. Crash cost
42
L
Sand Work Floor
PENCAHAYAAN, LAMPU LALU LINTAS, DAN PEKERJAAN LISTRIK
m3 16.58 Tahap selanjutnya dalam melakukan percepatan waktu
43 Road Lighting LS 0.03 proyek adalah perhitungan crash cost. Perhitungan crash
M PENGALIHAN DAN PERLINDUNGAN UTILITAS YANG ADA
44 Pengalihan dan Perlindungan Utilitas yang Ada LS 0.00 cost dilakukan dengan menambahkan biaya normal dengan
N
45
PLAZA TOL
Gerbang Tol Ngawi Unit 0.01
item-item biaya percepatan pekerjaan lainnya, seperti biaya
O PEKERJAAN FASILITAS TOL DAN KANTOR GERBANG TOL sewa alat berat dan biaya penambahan upah pekerja.
46
47
Fasilitas Tol
Kantor PJR Ngawi
LS
Unit
0.02
0.01 Crash cost = Normal cost + Σ(biaya percepatan x crash
duration)
E. Normal Duration dan Normal cost
I. Cost slope
1. Normal Duration
Untuk mengetahui normal duration dari pekerjaan sisa Cost slope merupakan perbandingan antara besarnya
pada proyek ini adalah dengan membuat penjadwalan. Hal pertambahan biaya dengan percepatan durasi pekerjaan.
pertama yang dilakukan adalah menghitung durasi yang Sehingga perhitungan cost slope dapat dilakukan dengan
diperlukan untuk menyelesaikan masing-masing aktivitas membandingkan antara selisih crash cost dan normal cost
dengan cara: terhadap selisih crash duration dan normal duration.
volume sisa aktivitas crash cost - normal cost
durasi sisa  Cost slope =
produktivitas normal aktivitas normal duration - crash duration
4

J. Analisa Time Cost Trade Off • Direct Cost


Analisa Time Cost Trade Off dilakukan untuk dapat Total crash cost = Rp.42.744.000,00
mengetahui keseimbangan antara biaya dan waktu setelah Normal cost = Rp.533.652.333.953,63
dilakukan percepatan. Analisa Time Cost Trade Off dilakukan Direct Cost = total crash cost + normal cost
untuk dapat mengetahui keseimbangan antara biaya dan = Rp.42.744.000,00 +
waktu setelah dilakukan percepatan. Analisa ini dilakukan Rp.533.652.333.953,63
untuk mencapai beberapa tujuan, antara lain: = Rp.533.695.077.953,63
1. Percepatan Maksimum • Indirect Cost
Percepatan maksimum merupakan percepatan durasi Indirect Cost (/hari) = Rp.92.902.502,66
pekerjaan yang dilakukan secara maksimal tanpa menyisakan Durasi proyek setelah = 331 hari
slack waktu, serta tanpa mempertimbangkan besarnya biaya crashing
percepatan yang dialami akibat percepatan tersebut. Indirect Cost = Indirect cost x durasi lintasan
2. Percepatan Optimum setelah crashing
Percepatan optimum merupakan percepatan yang = Rp.92.902.502,66 x 331 hari
dilakukan untuk mendapatkan durasi percepatan terbesar = Rp.30.750.728.381,70
dengan biaya paling optimum atau yang sering disebut • Total Cost
dengan biaya terendah. Total Cost = Direct cost + indirect cost
Pada penelitian ini, dilakukan analisa Time Cost Trade Off = Rp.533.695.077.953,63 +
untuk mencari percepatan optimum. Percepatan akan Rp.30.750.728.381,70
dilakukan berdasarkan besarnya harga cost slope, dimana = Rp.564.445.806.335,33
kompresi dilakukan mulai dari pekerjaan dengan harga cost Dari hasil kompresi, didapatkan Network Diagram baru
slope terendah hingga harga cost slope tertinggi. Kemudian yang ditunjukkan pada Tabel 5 berikut.
dari keseluruhan perhitungan akan dipilih alternatif Tabel 5. Hasil Kompresi 1
percepatan dengan biaya total optimum atau biaya yang No. Network Diagram Durasi Start Finish Keterangan
1 F2-F1- F3-F4-F5 230 1/9/2017 9/6/2017
paling rendah. 3 G1-H1-I4-I1-I2 330 1/9/2017 12/15/2017
K. Tahap Kompresi 4 G1-H1-I4-I1-I3 331 1/9/2017 12/16/2017 KRITIS
5 J5-J2-J11-J4-J6-J1-J3-J10 285 1/9/2017 10/31/2017
1. Kompresi 1 6 J13-J14 38 5/9/2017 6/15/2017
Sebelum melakukan kompresi, harus diketahui cost slope 7 K1-K9 174 1/9/2017 7/12/2017
terendah pada lintasan kritis. Cost slope masing-masing 8 K2-K3 145 1/9/2017 6/2/2017
9 K2-K8-K7-K5-K4-K6 331 1/9/2017 12/16/2017 KRITIS
aktivitas pada lintasan K2-K8-K7-K5-K4-K6 dijelaskan pada
10 N1-O1-O2 176 1/9/2017 7/14/2017
Tabel 3 berikut.
Tabel 3. Cost slope untuk Kompresi 1 Diketahui dari Tabel 5 tersebut di atas bahwa akibat
kompresi tahap 1 muncul lintasan kritis baru yaitu G1-H1-I4-
No. Alternatif Cost Slope I1-I3.
1 K2 1,974,000.00 2. Kompresi 2
2 K8 2,710,000.00 Karena ada lintasan kritis yang baru maka sebelum
3 K7 1,355,000.00 melakukan kompresi, harus diketahui cost slope terendah
4 K5 822,000.00 pada lintasan yang baru. Cost slope masing-masing aktivitas
5 K4 1,355,000.00 pada lintasan G1-H1-I4-I1-I3 dapat dilihat pada Tabel 6.
6 K6 1,355,000.00 Tabel 6. Cost slope untuk Kompresi 2
Dari Tabel 3 tersebut di atas diketahui bahwa aktivitas K5 No. Alternatif Cost Slope
(Rambu Petunjuk, Peringatan, dan Larangan) memiliki cost 1 GI 1,974,000.00
slope terendah. Lalu dilakukan kompresi seperti pada Tabel 4 2 HI 2,710,000.00
berikut. 3 I4 1,355,000.00
Tabel 4. Kompresi 1 4 I1 822,000.00
Crash Durasi Durasi
Pekerjaan Normal Normal Crash
No. Lintasan Kritisyang di Duration Duration Duration
Duration Pekerjaan Lintasan 5 I3 1,355,000.00
yang Setelah Setelah
Crashing Lintasan Pekerjaan Pekerjaan
dipakai Crashing Crashing Dari Tabel 6 di atas diketahui bahwa aktivitas I1
1 K2-K8-K7-K5-K4-K6 K5 337 127 63 52 75 331
(bituminous) memiliki cost slope terendah. Lalu dilakukan
kompresi seperti yang ditunjukkan Tabel 7 berikut.
Karena ada lintasan lain yang memiliki durasi 331 hari Tabel 7. Kompresi 2
(G1-H1-I4-I1-I3), maka pada pekerjaan K5 hanya dilakukan Crash Durasi Durasi
Pekerjaan Normal Normal Crash
crashing selama 52 hari saja. No. Lintasan Kritisyang di Duration Duration Duration
Duration Pekerjaan Lintasan
yang Setelah Setelah
Crashing Lintasan Pekerjaan Pekerjaan
Dari hasil kompresi pada Tabel 4 tersebut di atas, langkah dipakai Crashing Crashing
1 K2-K8-K7-K5-K4-K6 K5 75 11 11 64
selanjutnya mencari Total Cost dari crashing tersebut. Total 1 G1-H1-I4-I1-I3 I1
331
155 77 77 78
330

Cost terdiri dari Direct Cost dan Indirect Cost. Pada kompresi tahap selanjutnya aktivitas pekerjaan K5
Perhitungannya adalah sebagai berikut: dan I1 sudah tidak dapat digunakan lagi karena sudah
• Aktivitas K5 (Rambu Petunjuk, Peringatan, dan dilakukan crashing maksimal.
Larangan) Dari hasil kompresi pada Tabel 7 tersebut di atas, langkah
Cost slope = Rp.822.000,00 selanjutnya mencari total cost dari crashing tersebut. Total
Durasi pemampatan = 52 hari cost terdiri dari direct cost dan indirect cost. Perhitungannya
Crash cost 1 = Rp.822.000,00 x 52 hari adalah sebagai berikut:
= Rp.42.744.000,00
5

• Aktivitas K5 (Rambu Petunjuk, Peringatan, dan cara yang sama dengan perhitungan sebelumnya, diperoleh
Larangan) total cost sebesar Rp.561.842.834.196,82 dengan durasi
Cost slope = Rp.822.000,00 percepatan 279 hari.
Durasi pemampatan = 11 hari 6. Kompresi 6
Crash cost 1 = Rp.822.000,00 x 11 hari Kompresi tahap 6 ini dilakukan kompresi pada aktivitas
= Rp.9.042.000,00 K7 (Guide Post), I3 (Asphalt) dan J5 (Batang Baja Tulangan
• Aktivitas I1 (Bituminous) Ulir (BJTD-40)). Dengan cara yang sama dengan perhitungan
Cost slope = Rp.8.835.000,00 sebelumnya, diperoleh total cost sebesar
Durasi pemampatan = 77 hari Rp.561.774.407.191,49 dengan durasi percepatan 277 hari.
Crash cost 2 = Rp.8.835.000,00 x 77 hari 7. Kompresi 7
= Rp.680.295.000,00 Kompresi tahap 7 ini dilakukan kompresi pada aktivitas
• Direct Cost K7 (Guide Post), I3 (Asphalt) dan J1 (Beton Kelas B-1, fc' =
Total crash cost = Crash cost 1 + Crash cost 2 30 Mpa (Pier Head, Diafragma, Portal Frames, Slab)).
= Rp.9.042.000,00 + Dengan cara yang sama dengan perhitungan sebelumnya,
Rp.680.295.000,00 diperoleh total cost sebesar Rp 562.569.614.186,16 dengan
= Rp.42.744.000,00 durasi percepatan 275 hari.
Normal cost (Direct Cost = Rp.533.695.077.953,63
L. Hasil Analisis
tahap sebelumnya)
Direct Cost = total crash cost + normal cost Dari hasil tahap kompresi sebanyak 7 kali, didapatkan
= Rp.42.744.000,00 + biaya optimum (paling rendah) pada tahap kompresi 6 yaitu
Rp.533.695.077.953,63 sebesar Rp 561.774.407.191,49 dengan rincian direct cost
= Rp.534.384.414.953,63 sebesar Rp 536.040.413.953,63 dan indirect cost sebesar Rp
• Indirect Cost 25.733.993.237,86 dengan durasi proyek akhir sebesar 277
Indirect Cost (/hari) = Rp.92.902.502,66 hari.
Durasi proyek setelah = 330 hari Grafik hubungan antara Direct Cost dengan durasi proyek
crashing dapat dilihat pada Gambar 1 berikut.
Indirect Cost = Indirect cost x durasi lintasan
setelah crashing
= Rp.92.902.502,66 x 330 hari
= Rp.30.657.825.879,04
• Total Cost
Total Cost = Direct cost + indirect cost
= Rp.534.384.414.953,63 +
Rp.30.657.825.879,04
= Rp.565.042.240.832,67

Dari hasil kompresi, didapatkan Network Diagram baru


yang ditunjukkan pada Tabel 8 berikut.
Tabel 8. Hasil Kompresi 2
No. Network Diagram Durasi Start Finish Keterangan
1 F2-F1- F3-F4-F5 230 1/9/2017 9/6/2017 Gambar 1. Grafik Hubungan Direct Cost dan Waktu
3 G1-H1-I4-I1-I2 253 1/9/2017 9/29/2017
4 G1-H1-I4-I1-I3 330 1/9/2017 12/15/2017 KRITIS Grafik hubungan antara Indirect Cost dengan durasi
5 J5-J2-J11-J4-J6-J1-J3-J10 285 1/9/2017 10/31/2017 proyek dapat dilihat pada Gambar 2 berikut.
6 J13-J14 38 5/9/2017 6/15/2017
7 K1-K9 174 1/9/2017 7/12/2017
8 K2-K3 145 1/9/2017 6/2/2017
9 K2-K8-K7-K5-K4-K6 330 1/9/2017 12/15/2017 KRITIS
10 N1-O1-O2 176 1/9/2017 7/14/2017
Diketahui dari Tabel 8 tersebut di atas bahwa lintasan
kritis tidak berubah.
3. Kompresi 3
Kompresi tahap 3 ini dilakukan kompresi pada aktivitas
K7 (Guide Post) dan G1 (Persiapan Tanah Dasar). Dengan
cara yang sama dengan perhitungan sebelumnya, diperoleh
total cost sebesar Rp.565.449.535.324,68 dengan durasi
percepatan 327 hari.
4. Kompresi 4
Kompresi tahap 4 ini dilakukan kompresi pada aktivitas Gambar 2. Grafik Hubungan Indirect Cost dan Waktu
K7 (Guide Post) dan I3 (Asphalt). Dengan cara yang sama
dengan perhitungan sebelumnya, diperoleh total cost sebesar
Rp 562.277.820.212,80 dengan durasi percepatan 285 hari.
5. Kompresi 5
Kompresi tahap 5 ini dilakukan kompresi pada aktivitas
K7 (Guide Post), I3 (Asphalt) dan J11 (Bearing Pad). Dengan
6

Grafik hubungan antara Total Cost dengan durasi proyek 8. Asphalt


dapat dilihat pada Gambar 3 berikut. Jumlah grup alat berat yang digunakan semula adalah 2
grup, ditambahkan 1 grup menjadi 3 grup alat berat.
Sedangkan jumlah grup pekerja yang bekerja semula adalah
2 grup, ditambahkan 1 grup juga menjadi 3 grup pekerja.

IV. KESIMPULAN
1. Biaya total semula untuk aktivitas sisa pada proyek ini
adalah sebesar Rp.564.960.477.351,32. dengan rincian
direct cost sebesar Rp.533.652.333.953,63 dan indirect
cost sebesar Rp.31.308.143.397,68. Setelah dilakukan
percepatan, biaya optimum total untuk aktivitas sisa pada
proyek ini adalah Rp.543.989.181.600,00 dengan rincian
direct cost sebesar Rp.535.523.179.100,00 dan indirect
Gambar 3. Grafik Hubungan Total Cost dan Waktu
cost sebesar Rp.8.466.002.500,00.
Dari Gambar 1, Gambar 2, dan Gambar 3 di atas dapat 2. Durasi awal dari aktivitas sisa pada Proyek Pembangunan
diketahui bahwa semakin besar durasi proyek maka Direct Jalan Tol Solo - Ngawi - Kertosono (Ruas: Solo - Ngawi)
Cost atau biaya langsung akan semakin kecil. Namun STA 56+050 - STA 90+250 adalah 337 hari (9 Januari
berbanding terbalik dengan Indirect Cost atau biaya tak 2017 - 21 Desember 2017). Setelah dilakukan analisis
langsung, semakin besar durasi proyek Indirect Cost akan percepatan dengan menggunakan metode Time Cost
semakin besar pula.
Trade Off diketahui bahwa durasi proyek dalam kondisi
Dari hasil analisis diketahui penambahan jumlah alat
berat dan pekerja pada aktivitas pekerjaan: biaya optimum dapat dipercepat menjadi 277 hari yang
1. Rambu petunjuk, peringatan, dan larangan artinya dilakukan percepatan sebesar 60 hari.
Jumlah grup alat berat yang digunakan semula adalah 1
grup, ditambahkan 1 grup menjadi 2 grup alat berat. V. DAFTAR PUSTAKA
Sedangkan jumlah grup pekerja yang bekerja semula [1] Soeharto, Iman. 1997. Manajemen Proyek Dari Konseptual Sampai
adalah 1 grup, ditambahkan 1 grup juga menjadi 2 grup Operasional, Penerbit Erlangga, Jakarta.
pekerja. [2] Badri, S. 1997. Dasar-dasar Network Planning (Dasar-dasar
2. Bituminous Perencanaan Jaringan Kerja) Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
Jumlah grup alat berat yang digunakan semula adalah 1 [3] Gray, Clifford F. 2007. Manajemen Proyek Proses Manajerial, Penerbit
grup, ditambahkan 1 grup menjadi 2 grup alat berat. Andi, Yogyakarta.
Sedangkan jumlah grup pekerja yang bekerja semula [4] Frederika, Ariany. 2010. “Analisis Percepatan Pelaksanaan dengan
Menambah Jam Kerja Optimum pada Proyek Konstruksi (Studi Kasus :
adalah 1 grup, ditambahkan 1 grup juga menjadi 2 grup
Proyek Pembangunan Super-Villa, Peti Tenget-Badung)”. Jurnal Ilmiah
pekerja.
Teknik Sipil Universitas Udayana Vol.14, No.2, Juli 2010.
3. Persiapan Tanah Dasar [5] Ermis Vera, Iramutyn, 2010. “Optimasi Waktu dan Biaya dengan
Jumlah grup alat berat yang digunakan semula adalah 1 Metode Crash”. Skripsi Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret,
grup, ditambahkan 1 grup menjadi 2 grup alat berat. Surakarta.
Sedangkan jumlah grup pekerja yang bekerja semula
adalah 1 grup, ditambahkan 1 grup menjadi 2 grup
pekerja.
4. Bearing Pad
Jumlah grup pekerja yang bekerja semula adalah 2 grup,
ditambahkan 1 grup juga menjadi 3 grup pekerja.
5. Batang Baja Tulangan Ulir (BJTD-40)
Jumlah grup alat berat yang digunakan semula adalah 8
grup, ditambahkan 4 grup menjadi 12 grup alat.
Sedangkan jumlah grup pekerja yang bekerja semula
adalah 8 grup, ditambahkan 4 grup juga menjadi 12 grup
pekerja.
6. Beton Kelas B-1, fc' = 30 Mpa (Pier Head, Diafragma,
Portal Frames, Slab)
Jumlah grup alat berat yang digunakan semula adalah 1
grup, ditambahkan 1 grup menjadi 2 grup alat. Sedangkan
jumlah grup pekerja yang bekerja semula adalah 2 grup,
ditambahkan 2 grup juga menjadi 4 grup pekerja.
7. Guide Post
Jumlah grup alat berat yang digunakan semula adalah 1
grup, ditambahkan 1 grup menjadi 2 grup alat berat.
Sedangkan jumlah grup pekerja yang bekerja semula
adalah 1 grup, ditambahkan 1 grup menjadi 2 grup
pekerja.

Anda mungkin juga menyukai