Anda di halaman 1dari 51

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami sampaikan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan
ridho-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan tutorial ini dengan lancar.
Berdasarkan hasil analisis kelompok pada tutorial pertemuan pertama, dapat
disimpulkan, materi atau bahan kajian yang harus dibahas adalah ‘Hiperemesis
Gravidarum’.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ini.
Demikian makalah ini kami susun dan kami berharap bermanfaat dan dapat
mendampingi kita dalam proses belajar, dan kami juga mengucapkan terima kasih
banyak atas dukungan dari teman-teman dan dosen pembimbing kami.

Jambi, 24 Oktober 2019

Penulis

1
Daftar Isi

Kata Pengantar ........................................................................................................... 1


Daftar isi ...................................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 3
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................................. 4
1.4 Manfaat ............................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................ 5
2.1 Definisi Hyperemesis Gravidarum ........................................................................ 5
2.2 Etiologi Hyperemesis Gravidarum ........................................................................ 6
2.3 Patofisiologi Hyperemesis Gravidarum ................................................................ 8
2.4 Manifestasi Klinis Hyperemesis Gravidarum ....................................................... 8
2.5 Komplikasi Hyperemesis Gravidarum .................................................................. 9
2.6 Diagnosa Hyperemesis Gravidarum .................................................................... 10
2.7 Faktor Risiko Hyperemesis Gravidarum ............................................................. 11
2.8 Tingkatan Diagnosa Hyperemesis Gravidarum................................................... 11
2.9 Penatalaksanaan Hyperemesis Gravidarum ........................................................ 13
2.10 Akibat Hiperemesis Gravidarum………………………………………………15
2.11 Pencegahan Hiperemesis Gravidarum………………………………………...16
2.12 Pengobatan dan Perawatam Hiperemesis Gravidarum……………………….16
2.13 Pathway Hiperemesis Gravidarum…………………………………………….18
2.14 Asuhan Keperawatan Hiperemesis Gravidarum……………………………...18
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KASUS ..................................................... 29
BAB IV PENUTUP................................................................................................... 46
4.1 Kesimpulan ........................................................................................................ 46
4.2 Saran ................................................................................................................... 46
Daftar Pustaka .......................................................................................................... 47
Lampiran ................................................................................................................... 48

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Kehamilan menurut Morgan (2009) adalah merupakan proses produksi yang
memerlukan perawatan yang khusus agar persalinan dapat berjalan dengan lancar dan
aman, sehingga bayi terlahir dengan sehat, selamat sesuai keinginan keluarga.
Sedangkan menurut Hutaean (2009), kehamilan merupakan peristiwa yang sangat
ditunggu bagi perempuan yang sudah menikah. Saat perempuan tidak lagi mendapat
menstruasi dan setelah melakukan pemeriksaan urin serta ditandai dengan hasil positif
maka bisa dikatakan hamil. Perempuan tersebut akan merasa senang begitu juga dengan
keluarganya.
Hiperemesis gravidarum merupakan ibu hamil yang mengalami mual muntah
yang berlebih, dapat menimbulkan gangguan aktivitas sehari-harisehingga
membahayakan kesehatan bagi janin dan ibu, bahkan dapat menyebabkan kematian.
Selain itu, mual muntah juga berdampak negatif bagi ibu hamil, seperti aktivitas sehari-
hari menjadi terganggu. Biasanya mual muntah sering terjadi saat pagi hari, bahkan
dapat timbul kapan saja maupun terjadi kadang dimalam hari. Gejala tersebut 40-60%
biasa terjadi pada multigravida (Rocmawati, 2011).
Mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum) adalah suatu yang wajar pada ibu
hamil trimester pertama. Kondisi ini akan berubah jika mual muntah terjadi >10 kali
dalam sehari, sehingga dapat mengganggu keseimbangan gizi, cairan elektrolit, dan
dapat memengaruhi keadaan umum sertamenganggu kehidupan sehari-hari (Morgan,
2009).
Word Health Organizatition (WHO) (2013) menyatakan bahwa perempuan
meninggal selama mengandung atau melahirkan sebanyak 585.000 orang. Sedangkan
kematian ibu hamil akibat masalah persalinan atau kelahiran terjadi dinegara-negara
berkembang sebanyak 99%. Rasio kematian kematian ibu dinegara-negara berkembang
merupakan tertinggi dengan 450 kematian ibu per 100 ribu kelahiran bayi yang hidup
jika dibandingkan dengan dengan rasio kematian ibu di 9 negara dan 51 negara
persemakmuran (Depkes, 2014).

3
1.2.Rumusan Masalah
Berdasakan latar belakang permasalahan di atas maka perumusan masalah pada
makalah ini adalah “Bagaiman konsep teori dari hiperemesis gravidarum beserta asuhan
keperawatannya?”.

1.3. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan penulisan dari laporan ini adalah:
1.3.1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami konsep dari hyperemesis gravidarum
1.3.2. Tujuan Khusus
a. Mampu memahami definisi dari hiperemesis gravidarum
b. Mampu memahami etiologi & patofisiologi dari hiperemesis gravidarum
c. Mampu memahami manifestasi klinis dan komplikasi hiperemesis
gravidarum
d. Mampu memahami diagnosis hiperemesis gravidarum
e. Mampu memahami faktor resiko hiperemesis gravidarum
f. Mampu memahami tingkatan hiperemesis gravidarum
g. Mampu memahami penatalaksanaan hyperemesis gravidarum
h. Mampu memahami akibat dari hiperemesis gravidarum
i. Mampu memahami pencegahan hiperemesis gravidarum
j. Mampu memahami pengobatan dan perawatan hiperemesis gravidarum
k. Mampu memahami pathway hiperemesis gravidarum
l. Mampu memahami asuhan keperawatan pada pasien hiperemesis gravidarum

1.4. Manfaat penulisan


a. Bagi penulis meningkatkan wawasan, pengetahuan dan mengaplikasikan cara
perawatan penderita hiperemesis gravidarum.
b. Bagi institusi pendidikan sebagai informasi dalam memberikan asuhan keperawatan
khususnya dengan klien hiperemesis gravidarum.
c. Bagi pembaca sebagai sarana untuk menambah pengetahuan tentang penyakit
hiperemesis gravidarum

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Mual dan muntah (Morning Sickness, Emesis Gravidarum) adalah mual dan
muntah selama kehamilan yang terjadi antara 4 dan 8 minggu kehamilan dan terus
berlanjut hingga 14-16 minggu kehamilan dan gejala biasanya akan membaik. Mual dan
muntah selama kehamilan dapat berupa gejala yang ringan hingga berat. Mual dan
muntah adalah keluhan utama pada 70 %-80 % kehamilan.
Hiperemesis Gravidarum adalah kondisi mual dan muntah yang berat selama
kehamilan, yang terjadi pada 1 %-2 % dari semua kehamilan atau 1-20 pasien per 1000
kehamilan.
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan pada wanita
hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan umumnya menjadi
buruk, karena terjadi dehidrasi (Mochtar,1998)
Hiperemesis gravidarum adalah keadaan dimana penderita mual dan muntah
lebih dari 10 kali dalam 24 jam,sehingga mengganggu kesehatan dan pekerjaan sehari-
hari (Arief.B, 2009)
Hiperemesis gravidarum adalah mual – muntah berlebihan sehingga
menimbulkan gangguan aktivitas sehari – hari dan bahkan membahayakan hidupnya.
(Manuaba, 2001)
Hiperemesis gravidarum menyebabkan tidak seimbangnya cairan, elektrolit,
asam-basa, defisiensi nutrisi dan kehilangan berat badan yang cukup berat. Pada
hiperemesis gravidarum dapat terjadi dehidrasi, asidosis akibat kelaparan, alkalosis
akibat hilangnya asam hidroklorida pada saat muntah, hipokalemia dan ketonuria,
sehingga mengharuskan pasien masuk dan dirawat di rumah sakit.
Dari beberapa referensi diatas penulis menyimpulkan bahwa hyperemesis
gravidarum adalah suatu keadaan mual dan muntah yang berlebihan pada seorang
wanita hamil muda sehingga aktivitas tergangg dan menyebabkan keadaan memburuk
serta dehidrasi.

5
2.2 Etiologi
Hingga saat ini penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti
dan multifaktorial. Walaupun beberapa mekanisme yang diajukan bisa memberikan
penjelasan yang layak, namun bukti yang mendukung untuk setiap penyebab
hiperemesis gravidarum masih belum jelas. Beberapa teori telah diajukan untuk
menjelaskan penyebab hiperemesis gravidarum. Teori yang dikemukakan untuk
menjelaskan patogenesis hiperemesis gravidarum, yaitu faktor endokrin dan faktor non
endokrin. Yang terkait dengan faktor endokrin antara lain Human Chorionic
Gonodotrophin, estrogen, progesteron, Thyroid Stimulating Hormone,
Adrenocorticotropine Hormone, human Growth Hormone, prolactin dan leptin.
Sedangkan yang terkait dengan faktor non endokrin antara lain immunologi, disfungsi
gastrointestinal, infeksi Helicobacter pylori, kelainan enzym metabolik, defisiensi
nutrisi, anatomi dan psikologis.
Berikut ini adalah hal-hal yang menyebabkan hyperemesis gravidarum (Hidayati
2009;66):
2.2.1 Faktor Predisposisi
a. Primigravida
Dikarenakan faktor adaptasi dan hormonal yang menyebabkan
primigravida berisiko terhadap hyperemesis gravidarum. Karena sebagian
kecil primigravida belum mampu beradaptasi terhadap hormone esterogen
dan gonadrotopin korionik (Manuaba 2009; 48).
b. Molahidatidos
Menurut Manuaba (2009; 48) pada mola jumlah hormone yang
dikeluarkan terlalu tinggi sehingga menyebabkan hyperemesis gravidarum.
c. Kehamilan Kembar
Ini merupakan gejala kehamilan yang berlebihan. Biasanya jika ada janin
kembar maka ibu akan mengalami mual di pagi hari yang dapat berlipat
ganda. Akan tetapi semua ini juga bisa terjadi pada kehamilan janin
tunggal (Heidi Murkoff, dkk 2006; 215).
2.2.2 Faktor Organik
Hal ini terjaid karena masuknya vili khoriales dalam sirkulasi maternal dan
perubahan metabolik. Alergi juga merupakan salah satu faktor organic. Alergi

6
merupakan respon dari jaringan ibu terhadap keberadaan janin yang dapat
menibulkan hyperemesis gravidarum
2.2.3 Faktor Psikologis
Keretakan rumah tangga, kehilangan pekerjaan, rasa takut terhadap kehamilan
dan persalinan, takut memikul tanggung jawab dan sebagainya, dapat
menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah sebagai
ekspresi tidak sadar terhadap keengganan menjadi hamil atau sebagai pelarian
kesukaran hidup (Soejoenoes, 2005)

7
2.3 Patofisiologi
Patofisiologi hiperemesis gravidarum dapat disebabkan karena peningkatan
Hormone Chorionic Gonodhotropin (HCG) dapat menjadi faktor mual dan muntah.
Peningkatan kadar hormon progesteron menyebabkan otot polos pada sistem
gastrointestinal mengalami relaksasi sehingga motilitas menurun dan lambung menjadi
kosong. Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi ibu hamil muda bila
terjadi terus menerus dapat mengakibatkan dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit,
serta dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk
keperluan energi. (Winkjosastro, 2007 hal 185)
Pada beberapa kasus berat, perubahan yang terjadi berhubungan dengan
malnutrisi dan dehidrasi yang menyebabkan terdapatnya non protein nitrogen, asam
urat, dan penurunan klorida dalam darah, kekurangan vitamin B1, B6, B12, dapat
mengakibatkan terjadinya
anemia (Mitayani, 2009 hal 56).
Hiperemesis gravidarum dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak
habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tak sempurna,
terjadilah ketosis. Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan cairan karena
muntah menyebabkan dehidrasi, sehmgga cairan ekstraselurer dan plasma berkurang.
Natrium dan klorida darah turun, demikian pula klorida air kemih. Selain itu dehidrasi
menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga aliran darah ke jaringan berkurang. Hal ini
menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen ke jaringan berkurang pula dan
tertimbunlah zat metabolik yang toksik. Kekurangan Kalium sebagai akibat dari muntah
dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal, bertambahnya frekuensi muntah-muntah yang
lebih banyak, dapat merusak hati.

2.4 Manifestasi Klinis


Batas antara mual dan muntah dalam kehamilan yang masih fisiologik dengan
hiperemesis gravidarum masih belum jelas, akan tetapi muntah yag menyebabkan
gangguan kehidupan sehari-hari dan dehidrasi memberikan petunjuk bahwa wanita
hamil tersebut memerlukan perawatan yang intensif. Pada hiperemesis gravidarum,
gejala-gejala yang dapat terjadi adalah:
a) Muntah yang hebat

8
b) Haus, mulut kering
c) Dehidrasi
d) Foetor ex ore(mulut berbau)
e) Berat badan turun
f) Kenaikan suhu
g) Ikterus
h) Gangguan serebral (kesadaran menurun)
i) Laboratorium : hipokalemia dan asidosis. Dalam urin ditemukan protein, aseton,
urobilinogen, porfirin bertambah, dan silinder positif.

2.5 Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi pada hiperemesis gravidarum antara lain:
a. Depresi, hampir umum.
b. Dehidrasi meningkatkan risiko ketoasidosis diabetikum pada penderita dengan
diabetes tipe 1.
c. Gangguan elektrolit seperti yang terlihat pada setiap pasien dengan muntah terus-
menerus, alkalosis, hipokalemia dan hiponatremia.
d. Gizi buruk dan disertai ketosis, anemia, hypoalbuminemia (Edward,
e. 2010).
Dehidrasi berat, ikterik, takikardia, suhu meningkat, alkalosis, kelaparan
gangguan emosional yang berhubungan dengan kehamilan dan hubungan keluarga,
menarik diri dan depresi.
Baik komplikasi yang relatif ringan maupun berat bisa disebabkan karena
hiperemesis gravidarum. Kehilangan berat badan, dehidrasi, acidosis akibat dari gizi
buruk, alkalosis akibat dari muntah-muntah, hipokalemia, kelemahan otot, kelainan
elektrokardiografi dan gangguan psikologis dapat terjadi. Komplikasi yang mengancam
nyawa meliputi ruptur esofagus yang disebabkan muntah-muntah berat, Wernicke's
encephalopathy (diplopia, nystagmus, disorientasi, kejang, coma), perdarahan retina,
kerusakan ginjal, pneumomediastinum spontan, IUGR dan kematian janin. Pasien
dengan hiperemesis gravidarum pernah dilaporkan mengalami epistaxis pada minggu
ke-15 kehamilan karena intake vitamin K yang tidak adekuat yang disebabkan emesis
berat dan ketidakmampuannya mentoleransi makanan padat dan cairan. Dengan

9
penggantian vitamin K, Parameter-parameter koagulasi kembali normal dan penyakit
sembuh. Vasospasme arteri cerebral yang terkait dengan hiperemesis gravidarum juga
ada dilaporkan pada beberapa pasien. Vasospasme didiagnosa dengan angiografi
Magnetic Resonance Imaging (MRI).
Tetapi bila semua bentuk pengobatan gagal dan kondisi ibu menjadi mengancam
nyawa, pengakhiran kehamilan merupakan pilihan. Verberg melaporkan
pilihanpengakhiran kehamilan kira-kira 2% pada kehamilan yang terkomplikasi dengan
hiperemesis gravidarum.
Namun demikian, Kuscu dan Koyuncu menilai luaran maternal dan neonatal dari
penderita hiperemesis gravidarum yang diteliti pada dua penelitian berbeda yang
melibatkan 193 dan 138 pasien. Dari 193 pasien, 24% membutuhkan perawatan inap
dan satu pasien membutuhkan nutrisi parenteral. Berat lahir, usia kandungan, kelahiran
preterm, skor Apgar, mortalitas perinatal dan kejadian kelainan bawaan janin tidak
berbeda antara pasien hiperemesis dan populasi umum. Dalam studi lainnya, tidak ada
terdeteksi peningkatan risiko keterlambatan pertumbuhan, kelainan bawaan dan
prematuritas. Umumnya hiperemesis gravidarum dapat disembuhkan. Dengan
penanganan yang baik prognosis hiperemesis gravidarum sangat memuaskan. Namun
pada tingkatan yang berat, penyakit ini dapat mengancam jiwa ibu dan janin.

2.6 Diagnosa
Menetapkan kejadian hiperemesis gravidarum tidak sukar, dengan menentukan
kehamilan, muntah berlebihan sampai menimbulkan gangguan kehidupan sehari-hari
dan dehidrasi. Muntah yang terus menerus tanpa pengobatan dapat menimbulkan
gangguan tumbuh kembang janin dengan manifestasi klinisnya. Oleh karena itu,
hiperemesis gravidarum berkelanjutan harus dicegah dan harus mendapat pengobatan
yang adekuat.
Kemungkinan penyakit lain yang menyertai kehamilan harus berkonsultasi
dengan dokter tentang penyakit hati, ginjal, dan penyakit tukak lambung. Pemeriksaan
laboratorium dapat membedakan ketiga kemungkinan hamil yang disertai penyakit
(Manuaba, 2014).
Hiperemesis gravidarum harus dibedakan dengan penyakit lain karena gejala
dari hiperemesis gravidarum juga terdapat pada penyakit lain seperti ulserasi peptikum,

10
hepatitis, pankreatitis, penyakit tiroid obstruksi, gastrointestinal, dan insifisiensi
adrenokartikol. Timbulnya gejala setelah usia kehamilan 10 minggu merupakan gejala
yang khas untuk hiperemesis gravidarum. Pemeriksaan laboratorium seperti hematokrit,
transaminase, bilirubin, tes fungsi tiroid, dan urin (ketonuria dan pH) harus dilakukan
(Fauziyah, 2012).

2.7 Faktor Risiko


Faktor risiko terjadinya hiperemesis gravidarum diantaranya adalah:
a. Level hormon ß-hCG yang tinggi. Hormon ini meningkat cepat pada triwulan
pertama kehamilan dan dapat memicu bagian dari otak yang mengontrol mual dan
muntah.
b. Peningkatan level estrogen. Mempengaruhi bagian otak yang mengontrol mual dan
muntah.
c. Perubahan saluran cerna. Selama kehamilan, saluran cerna terdesak karena
memberikan ruang untuk perkembangan janin. Hal ini dapat berakibat refluks asam
(keluarnya asam dari lambung ke tenggorokan) dan lambung bekerja lebih lambat
menyerap makanan sehingga menyebabkan mual dan muntah.
d. Faktor psikologis. Stress dan kecemasan dapat memicu terjadinya morning
sickness.
e. Diet tinggi lemak. Risiko hiperemesis gravidarum meningkat sebanyak 5 kali untuk
setiap penambahan 15 g lemak jenuh setiap harinya.
f. Helicobacter pylori. Penelitian melaporkan bahwa 90% kasus kehamilan dengan
hiperemesis gravidarum juga terinfeksi dengan bakteri ini, yang dapat
menyebabkan luka pada lambung.

2.8 Tingkatan Hiperemesis Gravidarum


Runiari (2010 hal 58) menyatakan bahwa tidak ada batasan yang jelas antara
mual yang bersifat fisiologis dengan hyperemesis gravidarum, tetapi bila keadaan
umum ibu hamil terpengaruh sebaiknya dianggap sebagai hiperemesis gravidarum.
Menurut berat ringannya gejala hiperemesis gravidarum dapat dibagi ke dalam tiga
tingkatan sebagai berikut :

11
2.8.1 Tingkat I
a) Muntah terus menerus sehingga menimbulkan :
1. Dehidrasi : turgor kulit turun
2. Nafsu makan berkurang
3. Berat badan turun
4. Mata cekung dan lidah kering
b) Epigastrium nyeri karena asam lambung meningkat dan terjadi regurgitasi
ke esofagus
c) Nadi meningkat dan tekanan darah turun
d) Frekuensi nadi sekitar 100 kali/menit
e) Tampak lemah dan lemas
2.8.2 Tingkat II
a) Dehidrasi semakin meningkat akibatnya :
1. Turgor kulit makin turun
2. Lidah kering dan kotor
3. Mata tampak cekung dan sedikit ikteris
b) Kardiovaskuler
1. Frekuensi nadi semakin cepat > 100 kali/menit
2. Nadi kecil karena volume darah turun
3. Suhu badan meningkat
4. Tekanan darah turun
c) Liver
d) Fungsi hati terganggu sehingga menimbulkan ikterus
e) Ginjal
f) Dehidrasi menimbulkan gangguan fungsi ginjal yang yang menyebabkan :
1. Oliguria
2. Anuria
3. Terdapat timbunan benda keton aseton.Aseton dapat tercium dalam
hawa pernafasan
4. Kadang-kadang muntah bercampur darah akibat ruptur esofagus dan
pecahnya mukosa lambung pada sindrom mallory weiss.
2.8.3 Tingkat III

12
a) Keadaan umum lebih parah
b) Muntah berhenti
c) Sindrom mallory weiss
d) Keadaan kesadran makin menurun hingga mencapai somnollen atau koma
e) Terdapat ensefalopati werniche :
1. Nistagmus
2. Diplopia
3. Gangguan mental
f) Kardiovaskuler
Nadi kecil, tekanan darh menurun, dan temperatur meningkat
g) Gastrointestinal
Ikterus semakin berat
h) Terdapat timbunan aseton yang makin tinggi dengan bau yang makin tajam
i) Ginjal
Oliguria semakin parah dan menjadi anuria

2.9 Penatalaksanaan
Penatalaksaan pada ibu dengan hiperemesis gravidarum dapat dilakukan dimulai
dengan:
a) Informasi
Informasi yang diberikan pada ibu hamil adalah informasi bahwa mual dan muntah
dapat menjadi gejala kehamilan yang fisiologis dan dapat hilang sendiri setelah
kehamilan berlangsung beberapa bulan. Namun tidak ketinggalan diberikan
informasi, bahwa apabila mual dan muntah yang terjadi sudah mengganggu dan
menyebabkan dehidrasi, maka ibu tersebut harus segera melaporkannya ke fasilitas
kesehatan terdekat.
b) Obat-obatan
Yang dapat diberikan kepada ibu hamil yang mengalami hyperemesis gravidarum
akibat stress psikologis adalah obat sedatif seperti phenobarbital. Dapat juga
diberikan vitamin seperti vitamin B1 dan B2 yang berfungsi mempertahankan
kesehatan syaraf jantung dan otot serta meningkatkan perbaikan dan pertumbuhan
sel. Lalu diberikan pula antihistamin atau antimimetik seperti disiklomin

13
hidrokloride pada keadaan yang lebih berat untuk kondisi mualnya. Lalu untuk
mual dan muntahnya dapat diberikan vitamin B6.
c) Isolasi
Isolasi dilakukan di ruangan yang tenang, cerah dan ventilasi udara yang baik. Lalu
dicatat pula cairan yang masuk dan keluar dan tidak diberikan makan dan minum
selama 24 jam, karena kadang-kadang dengan isolasi saja gejala-gejala akan
berkurang atau hilang tanpa pengobatan.
d) Terapi psikologik
Pada terapi psikologik, perlu diyakinkan pada pasien bahwa penyakit dapat
disembuhkan, hilangkan rasa takut oleh kehamilan, dan mengurangi masalah yang
dipikirkan.
e) Diet
Ciri khas diet hiperemesis adalah lebih diutamakan karbohidrat kompleks terutama
pada pagi hari, menghindari makanan yang berlemak dan berminyak untuk
menekan rasa mual dan muntah, lalu sebaiknya diberi jarak untuk pemberian makan
dan minum. Syarat pemberian makanan pada pasien hiperemesis gravidarum adalah
karbohidrat tinggi 75-80% dari kebutuhan energi total,lemak rendah, yaitu kurang
dari 10% dari kebutuhan energi total, dan protein sedang, yaitu 10- 15% dari
kebutuhan energi total. Makanan diberikan dalam bentuk yag halus, diberikan
dalam jumlah yang sedikit tapi dalam frekuensi yang sering. Lalu diberikan juga
cairan sesuai dengan keadaan pasien, yaitu sekitar 7-10 gelas per hari.
1. Diet hiperemesis I diberikan pada hiperemesis tingkat III.Makanan hanya
berupa roti kering dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama makanan
tetapi 1 — 2 jam sesudahnya. Makanan ini kurang dalam semua zat – zat gizi,
kecuali vitamin C, karena itu hanya diberikan selama beberapa hari.
2. Diet hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah berkurang.
Secara berangsur mulai diberikan makanan yang bernilai gizi tinggi. Minuman
tidak diberikan bersama makanan . Makanan ini rendah dalam semua zat-zat
gizi kecuali vitamin A dan D.
3. Diet hiperemesis III diberikan kepada penderita dengan hiperemesis ringan.
Menurut kesanggupan penderita minuman boleh diberikan bersama makanan.
Makanan ini cukup dalam semua zat gizi kecuali Kalsium.

14
f) Cairan parenteral
Berikan cairan- parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan
Glukosa 5% dalam cairan garam fisiologik sebanyak 2-3 liter per hari. Bila perlu
dapat ditambah Kalium dan vitamin, khususnya vitamin B kompleks dan vitamin C.
Bila ada kekurangan protein, dapat diberikan pula asam amino secara intra vena.
g) Penghentian kehamilan
Pada sebagian kecil kasus keadaan tidak menjadi baik, bahkan mundur. Usahakan
mengadakan pemeriksaan medik dan psikiatri bila keadaan memburuk. Delirium,
kebutaan, tachikardi, ikterus anuria dan perdarahan merupakan manifestasi
komplikasi organik. Dalam keadaan demikian perlu dipertimbangkan untuk
mengakhiri kehamilan. Keputusan untuk melakukan abortus terapeutik sering sulit
diambil, oleh karena di satu pihak tidak boleh dilakukan terlalu cepat, tetapi dilain
pihak tak boleh menunggu sampai terjadi gejala ireversibel pada organ vital.

2.10 Akibat Hiperemesis Gravidarum


Hiperemesis gravidarum tidak hanya mengancam kehidupan klien, namun dapat
menyebabkan efek samping pada janin seperti abortus, berat badan lahir rendah,
kelahiran prematur dan malformasi pada bayi lahir (Gross dalam Runiari, 2010 hal 61).
Penelitian yang dilakukan
oleh Paawi (2005) didapatkan bahwa hiperemesis gravidarum merupakan faktor yang
signifikan terhadap memanjangnya hari rawat bagi bayi yang dilahirkan. Ada
peningkatan angka kematian Intrauterin Growth Retardation (IUGR) pada klien
hyperemesis gravidarum yang mengalami penurunan berat badan lebih dari 5%.
Selain berdampak fisiologis pada kehidupan klien dan janinnya, hiperemesis
gravidarum juga memberikan dampak secara psikologis, sosial, spiritual dan pekerjaan.
Secara psikologis dapat menimbulkan dampak kecemasan, rasa bersalah dan marah.
Jika mual dan muntah menghebat, maka timbul self pity dan dapat terjadi konflik antara
ketergantungan dan kehilangan kontrol. Berkurangnya pendapatan akibat berhenti
bekerja mengakibatkan timbulnya ketergantungan terhadap pasangan (Simpson, et. Al.,
2001).
Kontak sosial dengan orang lain juga berubah karena klien mengalami
perubahan yang sangat kompleks terhadap kehamilannya. Media yang berkembang

15
menjelaskan bahwa kehamilan merupakan keadaan fisiologis dan psikoemosional yang
optimal, sehingga jika wanita mengalami mual dan muntah yang menghebat dianggap
sebagai kegagalan perkembangan wanita (Runiari, 2010 hal 62)

2.11 Pencegahan
Pencegahan terhadap hiperemesis gravidarum perlu dilaksanakan dengan jalan
memberikan penerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang
fisiologik, memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah merupakan
gejala yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan,
menganjurkan mengubah makan sehari-hari dan makanan dalam jumlah kecil, tetapi
dianjurkan untuk makan roti kering atau biskuit dengan teh hangat. Makanan yang
berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan. Makanan dan minuman disajikan
dalam keadaan panas atau hangat . Defekasi yang teratur hendaknya dapat dijamin,
menghindarkan kekurangan karbohidrat merupakan faktor yang penting, oleh karena
dianjurkan makanan yang banyak mengandung gula (Soejoenoes, 2005).

2.12 Pengobatan dan Perawatan


Hiperemesis yang terus menerus dapat menyebabkan kekurangan makanan yang
dapat mempengaruhi perkembangan janin, sehingga pengobatan harus segera diberikan
(Soejoenoes, 2005).
Individu yang terkena harus dirawat di rumah sakit segera untuk memulihkan
dan mengganti cairan elektrolit intravena. Makanan harus diberikan melalui mulut
(peroral) sampai muntah berhenti dan dehidrasi membaik. Makanan mungkin diberikan
melalui usus (pemberian makanan secara interal) atau melalui suntikan (secara
parenteral) (Edelman dan Judith, 2010).
Metoclopramid adalah antagonis dopamin D2 yang digunakan sebagai
antiemetik. Mekanisme kerja metoclopramid adalah dengan memblok reseptor dopamin
dan (bila diberikan pada dosis yang lebih tinggi) juga memblok reseptor serotonin di
chemoreseptor trigger zone di sistem saraf pusat, meningkatkan respon jaringan di
saluran pencernaan atas terhadap asetilkolin sehingga meningkatkan motilitas dan
kecepatan pengosongan lambung tanpa menstimulasi sekresi pankreas, bilier, atau
lambung; meningkatkan tonus spingter esophagus bagian bawah (Anonima, 2010).

16
Ondansetron adalah suatu antagonis reseptor 5HT3 yang bekerja secara selektif
dan kompetitif dalam mencegah maupun mengatasi mual dan muntah akibat pengobatan
dengan sitostatika dan radioterapi. Mekanisme kerjanya diduga dilangsungkan dengan
mengatagonisasi reseptor 5-HT yang terdapat pada chemoreseptor trigger zone di area
postrema otak dan mungkin juga pada eferen vagal saluran cerna ( Sulistia dan
Gunawan, 2007).
Sedativa yang diberikan adalah Fenobarbital. Dianjurkan pemberian vitamin B1
dan B6 tambahan. Dalam keadaan lebih berat berikan antiemetik seperti metoklopramid,
disiklomin, hidroklorida, atau klorpromazin (Mansjoer, 2001). Obat antiemetik
misalnya proklorperazine (Compazine), prometazin hidroklorida (Phenergen),
dimenhidrinat (Gravol atau Dramamine), doksilamin suksinat (Diclectin), dan
piridoksin sering digunakan pada kehamilan (Hackar, 2001).

17
2.13 Pathway

2.14 Asuhan Keperawatan Hiperemesis Gravidarum


2.14.1 Pengkajian
1. Pengkajian Fokus
Dikutip dari Doengoes pengkajian keperawatan pada pasien dengan
hyperemesis gravidarummeliputi:
a. Pengkajian keadaan umum
 Tanda vital seperti ada tidaknya demam, takikardi, atau hipertensi,
otostatik, frekuensi pernafasan meningkat
 Tanda-tanda umum, distress emosional dan ada tidaknya toksik.
b. Riwayat obstetri klien :
 G – P - A yaitu kehamilan ke berapa, persalinan ke berapa dan
apakah ada aborsi.
 HPHT dan juga TTP

18
 Pemeriksaan fundus uteri Manarche haid, siklus haid, dan lamanya
haid
c. Aktifitas istirahat
Tekanan darah sistol menurun, denyut nadi meningkat (>100 kali per
menit)
d. Integritas ego
Konflik interpersonal keluarga, kesulitan ekonomi, perubahan persepsi
tentang kondisinya, kehamilan tak direncanakan.
e. Eliminasi
Perubahan pada konsistensi, defekasi, peningkatan frekuensi berkemih
Urinalis ;peningkatan konsistensi urine.
f. Makanan/cairan
Mual dan muntah yang berlebihan (4-8 minggu), nyeri epigastrium,
pengurangan berat badan (5-10 kg), membrane mukosa mulut iritasi dan
merah, Hb dan Ht rendah, nafas berbau aseton, turgor kulit berkurang,
mata cekung dan lidah kering.
g. Pernafasan
Frekuensi pernapasan meningkat.
h. Keamanan
Suhu kadang naik, badan lemah, ikterus, dan dapat jatuh dalam koma
i. Seksualitas
Penghentian menstruasi, bila keadaan ibu membahayakan maka
dilakukan abortus terapeutik.
j. Interaksi sosial
Perubahan status kesehatan/stressor kehamilan, perubahan peran, respon
anggota keluarga yang dapat bervariasi terhadap hospotalisasi dan sakit,
system pendukung yang kurang.
k. Pembelajaran dan penyuluhan
Segala yang dimakan dan diminum di muntahkan, apalagi kalau
berlangsung lama, berat badan turun lebih dari 1/10 dari berat badab
normal, turgor kulit, lidah kering, adanya aseton dalam urine.

19
2. Pengkajian Data Subjektif
a. Biodata
Mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi ; nama, umur,
agama,suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan,
perkawinan keberapa , lamanya perkawinan dan alamat.
b. Keluhan utama
Mual muntah yg hebat pada pagi hari atau setelah makan,
nyeriepigastrik, tidak nafsu makan, merasa haus.
c. Riwayat kehamilan saat ini
Meliputi ada tidaknya gemeli, riwayat pemeriksaanantenatal, dan
komplikasi
d. Riwayat Kesehatan sekarang
Meliputi awal kejadian dan lamanya mual dan muntah,kaji warna
volume, frekuensi dan kualitasnya. Kaji juga factor yg memperberat dan
memperingan keadaan, serta pengobatan apa yang pernah dilakukan.
e. Riwayat medis sebelumnya
Seperti riwayat penyakit obstetric dan ginekologi,kolelithiasis, gangguan
tiroid, dan gangguan abdomen lainnya
f. Riwayat sosial
Seperti terpapar penyakit yang mengganggu komunikasi, terpapardengan
lingkungan, tercapainya pelayanan antenatal, peran, tanggung
jawab, pekerjaan, dll.
g. Riwayat diet: Khususnya intake cairan
h. Riwayat pembedahan: Khususnya pada abdomen
i. Integritas Ego:
Seperti konflik interpersonal keluarga, kesulitan ekonomi, dll.
j. Pola aktivitas sehari-hari
Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB dan BAK),
istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit.

20
3. Pengkajian Data Objektif
a. TTV
Ada tidaknya demam, takikardi, hipotensi, frekuensi nafas meningkat,
adanya nafas bau aseton.
b. Status Gizi: Berat Badan meningkat/menurun
c. Status Kardiovaskuler: kualitas nadi, takikardi, hipotensi
d. Status Hidrasi: Turgor kulit, keadaan membrane mukosa, oliguria
e. Keadaan Abdomen: Suara Abdomen, adanya nyeri lepas/tekan, adanya
distensi,adanya hepatosplenomegali, tanda Murpy
f. Genitourinaria: nyeri kostovertebral dan suprapubik
g. Status Eliminasi: Perubahan konsistensi feses, konstipasi dan perubahan
frekuensi berkemih
h. Keadaan janin: Pemeriksaan DJJ, TFU, dan perkembangan janin (apakah
sesuaidengan usia kehamilan)
2.14.2 Diagnosa Keperawatan dan Intervensi
a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan nausea dan
vomitus yang menetap.
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil :
1. Klien akan mengkonsumsi asupan oral diet yang mengandung zat gizi
yang adequat.
2. Klien tidak mengalami nausea dan vomitus.
3. Klien akan menoleransi diit yang telah di programkan.
4. Klien akan mengalami peningkatan berat badan yang sesuai selama
hamil.
Intervensi :
1. Catat intake dan output.
Rasional: Menentukan hidrasi cairan dan pengeluaran melalui muntah.
2. Anjurkan makan dalam porsi kecil tapi sering
Rasional: Dapat mencukupi asupan nutrisi yang dibutuhkan tubuh.
3. Anjurkan untuk menghindari makanan yang berlemak
Rasional : Dapat merangsang mual dan muntah.

21
4. Anjurkan untuk makan makanan selingan seperti biskuit, roti dan teh
(panas) hangat sebelum bagun tidur pada siang hari dan sebelum tidur.
Rasional: Makanan selingan dapat mengurangi atau menghindari
rangsang mual muntah yang berlebih
5. Catal intake TPN, jika intake oral tidak dapat diberikan dalam periode
tertentu.
Rasional: Untuk mempertahankan keseimbangan nutrisi.
6. Inspeksi adanya iritasi atau Iesi pada mulut.
Rasional: Untuk mengetahui integritas inukosa mulut.
7. Kaji kebersihan oral dan personal hygiene serta penggunaan cairan
pembersih mulut sesering mungkin.
Rasional: Untuk mempertahankan integritas mukosa mulut.
8. Pantau kadar Hemoglobin dan Hemotokrit
Rasional: Mengidenfifikasi adanya anemi dan potensial penurunan
kapasitas pembawa oksigen ibu. Klien dengan kadar Hb <
12 gr/dl atau kadar Ht < 37 % dipertimbangkan anemi
pada trimester I.
9. Test urine terhadap aseton, albumin dan glukosa.
Rasional: Menetapkan data dasar; dilakukan secara rutin untuk
mendeteksi situasi potensial resiko tinggi seperti
ketidakadekuatan asupan karbohidrat, Diabetik
kcloasedosis dan Hipertensi (Doenges, 2001:57).
b. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan akibat
vomitus dan asupan cairan yang tidak adequat.
Tujuan : kebutuhan cairan terpenuhi
Kriteria hasil :
1. Keseimbangan cairan dan elektrolit akan kembali ke kondisi normal,
yang terbukti dengan turgor kulit normal, membran mukosa lembab,
berat badan stabil, tanda-tanda vital dalam batas normal; elektrolit,
serum, hemoglobin, hematokrit, dan berat jenis urin akan berada
dalam batas normal.
2. Klien tidak akan muntah lagi

22
3. Klien akan mengkonsumsi asupan dalam jumlag yang adequat.
Intervensi:
1. Tentukan frekuensi atau beratnya mual/muntah.
Rasional : Memberikan data berkenaan dengan semua kondisi.
Peningkatan kadar hormon Korionik gonadotropin
(HCG), perubahan metabolisme karbohidrat dan
penurunan motilitas gastrik memperberat mual/muntah
pada kehamilan.
2. Tinjau ulang riwayat kemungkinah masalah medis lain (misalnya
Ulkus peptikum, gastritis.
Rasional: Membantu dalam mengenyampingkan penyebab lain untuk
mengatasi masalah khusus dalam mengidentifikasi
intervensi.
3. Kaji suhu badan dan turgor kulit, membran mukosa, TD, input/output
dan berat jenis urine. Timbang BB klien setiap hari.
Rasional: Sebagai indikator dalam membantu mengevaluasi tingkat
atau kebutuhan hidrasi.
4. Anjurkan peningkatan asupan minuman berkarbonat, makan sesering
mungkin dengan jumlah sedikit. Makanan tinggi karbonat seperti : roti
kering sebelum bangun dari tidur.
Rasional: Membantu dalam meminimalkan mual/muntah dengan
menurunkan keasaman lambung. (Doenges, 2001:61)
c. Ketakutan berhubungan dengan efek hiperemesis pada kesejahteraan janin.
Tujuan : Ketakutan klien teratasi
Kriteria hasil : Klien memverbalisasi perasaan dan kekhawatirannya
tentang kesejahteraan janin.
Intervensi:
1. Memperlihatkan sikap menerima rasa takut klien
Rasional: Sikap yang menerima takut klien akan memungkinkan
komunikasi terbuka tentang sumber ketakutan.
2. Mendorong untuk mengungkapakn perasaan dan kekhawatirannya.

23
Rasional: Pengetahuan tentang risiko potensial pada janin dapat
membantunya menghilangkan rasa takut.
3. Memberi informasi yang berhubungan dengan risiko potensial yang
dapat terjadi pada janinnya.
Rasional : Strategi koping yang efektif dibutuhkan untuk
memampukan klien mengatasi penyakit yang dideritanya
dan efek-efek penyakit tersebut (bobak,2004: 273).
d. Gangguan rasa nyaman : nyeri (perih) berhubungan dengan muntah yang
berlebihan, peningkatan asam lambung.
Tujuan : Nyeri hilang/berkurang.
Kriteria hasil :
1. Klien mengungkapkan secara verbal.
2. Nyeri hilang atau berkurang
3. Pasien dapat beristirahat dengan tenang
Intervensi:
1. Kaji skala nyeri, karakteristik, kualitas, frekuensi dan lokasi nyeri.
Rasional : Menentukan perubahan dalam tingkat nyeri dan
mengevaluasi nilai skala nyeri. Mengidentifikasi sumber
sumber multiple dan jenis nyeri.
2. Anjurkan penggunaan tekhnik relaksasi dan distraksi
Rasional: Menggunakan strategi ini sejalan dengan pemberian
analgesic untuk mengurangi atau mengalihkan respon
terhadap nyeri.
3. Yakinkan pada klien bahwa perawat mengetahui nyeri yang
dirasakannya dan akan berusaha membantu untuk mengurangi nyeri
tersebut.
Rasional: Ketakutan bahwa nyari akan tidak dapat diterima seperti
peningkatan ketegangan dan ansietas yang nyata dan
menurunkan toleransi nyeri.
4. Berikan kembali skala pengkajian nyeri

24
Rasional: Memungkinkan pengkajian terhadap keefektifan analgesic
dan mengidentifikasi kebutuhan terhadap tindak lanjut bila
tidak efektif.
5. Catat keparahan nyeri pasien dengan bagan.
Rasional: Membantu dalam menunjukkan kebutuhan analgesic
tambahan atau pendekatan alternative terhadap
penatalaksanaan nyeri.
6. Kolaborasi pemberian analgesik sesuai indikasi.
Rasional: Analgesic lebih efektif bila diberikan pada awal siklus nyeri.
(Smeltzer. 2001)
e. Kurang pengetahuan tentang penyakit dan pengobatan berhubungan
dengan keterbatasan informasi.
Tujuan: Klien mengerti tentang perubahan fisiologis dan pskologis yang
normal dan tanda-tanda bahaya kehamilan.
Kriteria hasil:
1. Klien menjelaskan perubahan fisiologis dan pskologis normal
berkaitan dengan kehamilan trimester pertama..
2. Klien menunjukkan perilaku perawatan diri sendiri yang
meningkatkan kesehatan.
3. Mengidentifikasi tanda-tanda bahaya kehamilan.
Intervensi:
1. Jelaskan tentang Hiperemesis Grvidarum dan kaji pengetahuan pasien.
Rasional: Untuk mengetahui seberapa dalam pengetahuan pasien
tentang penyakitnya dan tentang penatalaksanaannya di
rumah.
2. Berikan pendidikan kesehatan tentang hiperemesis gravidarum.
Rasional: Untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang
hyperemesis gravidarum.
3. Buat hubungan perawat-klien yang mendukung dan terus menerus.
Rasional: Peran penyuluh atau konselor dapat memberikan bimbingan
antisipasi dan meningkatkan tanggunmg jawab individu
terhadap kesehatan.

25
4. Evaluasi pengetahuan dan keyakinan budaya saat ini berkenaan
dengan perubahan fisiologis/psikologis yang normal pada kehamilan,
serta keyakinan tentang aktivitas, perawatan diri dan sebagainya.
Rasional: Memberikan informasi untuk membantu mengidentifikasi
kebutuhan-kebutuhan dan membuat rencana keperawatan.
5. Klarifikasi kesalahpahaman.
Rasional: Ketakutan biasanya timbul dari kesalahan informasi dan
dapat mengganggu pembelajaran selanjutnya.
6. Tentukan derajad motivasi untuk belajar.
Rasional: Klien dapat mengalami kesulitan dalam belajar kecuali
kebutuhan untuk belajar tersebut jelas.
7. Pertahankan sikap terbuka terhadap keyakinan klien/pasangan.
Rasional: Penerimaan penting untuk mengembangkan dan
mempertahankan hubungan.
8. Jawab pertanyaan tentang perawatan dan pemberian makan bayi.
Rasional: Memberikan informasi yang dapat bermanfaat untuk
membuat pilihan.
9. Identifikasi tanda bahaya kehamilan, seperti perdarahan, kram, nyeri
abdomen akut, sakit punggung, edema, gangguan penglihatan, sakit
kepala dan tekanan pelvis.
Rasional: Membantu klien membedakan yang normal dan abnormal
sehngga membantunya dalam mencari perawatan kesehatan
pada waktu yang tepat. (Doenges,2001:67)
f. Resiko perubahan integritas kulit berhubungan dengan penurunan darah
dan nutrisi kejaringan-jaringan sekunder akibat dehidrasi
Tujuan : Tidak terjadi ganguan integritas kulit.
Kriteria hasil : mengidentifikasi dan menunjukkan perilaku untuk
mempertahankan kulit halus, kenyal, utuh.
Intervensi :
1. Observasi kemerahan, pucat, ekskoriasi
Rasional: Area ini meningkat risikonya untuk kerusakan dan
memerlukan pengobatan lebih intensif.

26
2. Dorong mandi tiap 2 hari 1x, pengganti mandi tiap hari.
Rasional: Sering mandi membuat kekeringan kulit.
3. Gunakan krim kulit dua kali sehari dan setelah mandi.
Rasional: Melicinkan kulit dan mengurangi gatal.
4. Diskusikan pentingnya perubahan posisi sering, perlu untuk
mempertahankan aktivitas.
Rasional: Meningkatkan sirkulasidan perfusi kulit dengan mencegah
tekanan lama pada jaringan.
5. Tekankan pentingnya masukan nutrisi/cairan adequat.
Rasional: Perbaikan nutrisi dan hidrasi akan memperbaiki kondisi
kuulit. (Doenges,1999:433-434).
g. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakadekuatan sumber energi
sekunder.
Tujuan : Pasien dapat beraktivitas secara mandiri.
Kriteria hasil :
1. Pasien dapat memperlihatkan kemajuan khususnya tingkat yang lebih
tinggi.
2. Pasien mengidentifikasi faktor-faktor yang menurunkan toleransi
aktivitas.
Intervensi :
1. Tingkatkan tirah baring/duduk. Berikan lingkungan yang tenang;
batasi pengunjung sesuai keperluan.
Rasional: Meningkatkan istirahat dan ketenangan.
2. Ubah posisi dengan sering. Berikan perawatan kulit yang baik.
Rasional: Meningkatkan fungsi pernapasan dan meminimalkan tekana
pada area tertentu untuk menurunkan risiko kekurangan
jaringan.
3. Tingkatkan aktivitas sesuai toleransi, bantu melakukan latihan rentang
gerak sendi pasif/aktif.
Rasional: Tirah baring lama dapat menurunkan kemampuan. Ini dapat
terjadi karena keterbatasan aktivitas yang mengganggu
periode istirahat.

27
4. Dorong penggunaan tekhnik manajemen stress. Contoh relaksasi
progresif, visualisasi, bimbingan imajinasi.
Rasional: Meningkatkan relaksasi dan penghematan energy,
memusatkan kembali perhatian dan dapat meningkatkan
koping.
5. Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi: sedatif, agen antiansietas,
contoh diazepam (valium); lorazepam (ativan).
Rasional: Membantu dalam manajemen kebutuhan tidur. (Doenges,
1999:536-537).

28
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KASUS

KASUS
Ny. C 18 tahun pendidikan SD, IRT, suku Sumatra datang ke puskesmas diantar
suaminya Tn. D dengan keluhan hamil sekitar 8 minggu dan lemah karena setiap makan
selalu muntah. Pasien mengatakan bertambah mual jika mencium bau-bauan. Pasien
mengatakan tidak mampu melakukan aktivitas sebagai ibu rumah tangga seperti
biasanya. Berdasarkan pemeriksaan fisik kesadaran compos mentis , penampilan
tampak lemah, muka anemis, BB 50 Kg, TB 155 cm, TD 90/70 mmHg, R 22x/menit, N
84x/menit, s 37,70C, Hb 9 gr/dL, tampak memegang epigastrium sambil meringis,
beberapa kali tampak nausea, dan vomitus, konjungtiva tampak anemis, mukosa bibir
pucat, kering dan pecah-pecah. Berdasarkan anamnesa BB sebelum muncul keluhan 56
Kg. Ny.A mengatakan bahwa dirinya terlambat haid beberapa minggu dan melakukan
test pack dengan hasil positif. Riwayat kehamilan saat ini adalah Gravida 1 Partus 0
Abortus 0 (G1P0A0). HPHT adalah tanggal 17 Agustus 2019. Riwayat menarche klien
usia13 tahun, menikah usia 17 tahun. Suami Ny. C tampak gelisah, ansietas dengan
kondisi istrinya dan tidak tahu apa yang harus dilakukan untuk mengatasi permasalahan
pada istrinya.

Asuhan Keperawatan Pada Ny. C dengan Diagnosa Medis Hiperemesis


Gravidarum

FORMAT PENGKAJIAN ANTENATAL


KEPERAWATAN MATERNITAS

Data diambil tanggal : - Jam MRS :-


Ruang rawat / kelas :- Tanggal MRS : -
No. Rekam Medik :- Dx Medik : Hiperemesis Gravidarum

29
1. PENGKAJIAN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. C Nama suami : Tn. D
Umur : 18 Tahun Umur :-
Suku/Bangsa : Sumatra Suku/Bangsa : -
Agama :- Agama :-
Pendidikan : SD Pendidikan :-
Pekerjaan : IRT Pekerjaan :-
Alamat :- Alamat :-
Status perkawinan : Menikah Lama menikah : satu tahun

B. RIWAYAT KEPERAWATAN
a. Keluhan Utama
Ny. C mengatakan bahwa ia hamil sekitar 8 minggu dan lemah karena setiap
makan selalu muntah.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Ny.A mengatakan bahwa dirinya terlambat haid beberapa minggu dan
melakukan test pack dengan hasil positif. Pasien mengatakan lemah karena
muntah setiap makan. Pasien mengatakan bertambah mual jika mencium bau-
bauan. Pasien mengatakan tidak mampu melakukan aktivitas sebagai ibu rumah
tangga seperti biasanya.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
-
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
-
e. Riwayat Alergi
-

C. RIWAYAT OBSTETRI
a. Riwayat Menstruasi
Menarche : 13 Tahun
HPHT : 17 Agustus 2019

30
Banyaknya :-
Siklus :-
Lamanya :-
Keluhan :-
b. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu
Anak ke Kehamilan Persalinan Komplikasi Nifas Anak
No Thn Umur Peny Jenis Penol Peny Laser Infe Perdara Jenis B T
keham ulit ong ulit asi ksi han Kela B B
ilan min
- - - - - - - - - - - - -

c. Kehamilan sekarang
 Diagosa kehamilan : G1 P0 A0
 Usia kehamilan : 8 minggu
 Taksiran persalinan : 24 Mei 2020
 Imunisasi : TT ( )sudah ( ) belum, berapa kali :
 ANC :- Pemeriksa :- Tempat :-
 Keluhan selama hamil atau saat ini : Lemah karena setiap makan sealu
muntah
 Pengobatan selama hamil :-
 Pergerakan janin, sejak usia : belum terditeksi
 Rencana perawatan bayi : ( )sendiri ( )orang tua ( )lain-lain

D. Riwayat Keluarga Berencana


a) Melaksanakan KB :( )Ya ( )Tidak
b) Jenis kontrasepsi apa yang digunakan :-
c) Sejak kapan menggunakan kontrasepsi :-
d) Masalah yang terjadi :-

31
E. Riwayat Kesehatan
 Penyakit yang pernah dialami ibu :-
 Pengobatan yang didapat :-
 Riwayat penyakit keluarga :-
( ) Penyakit DM
( ) Penyakit Jantung
( ) Penyakit HT
( ) Penyakit lainnya
 Riwayat operasi yang lalu :-
Jenis operasi :-
Waktu :-

F. Aspek Psikososial
Suami Ny. C tampak gelisah, ansietas dengan kondisi istrinya dan tidak tahu apa
yang harus dilakukan untuk mengatasi permasalahan pada istrinya.

G. Kebutuhan Dasar Khusus


a. Pola Nutrisi
 Frekuensi makan : - x/ hari
 Nafsu makan : Tidak nafsu makan
 Alasan : Mual dan muntah setiap makan dan bertambah jika
mencium bau-bauan
 Ada (+) Mual (+) Muntah
 Jenis makanan rumah : -
 Makanan yang tidak disukai / alergi /pantangan : -

b. Pola Eleminasi
Tidak terkaji dalam kasus
c. Pola personal
Tidak terkaji dalam kasus
d. Pola istirahat dan tidur
Tidak terkaji dalam kasus

32
e. Pola aktivitas
Pasien mengatakan tidak mampu meakukan aktivitas sebagai ibu rumah tangga
seperti biasanya
f. Pola kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan
Tidak terkaji dalam kasus
H. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : Lemah
2. Tekanan darah : 90/70 mmHg
3. Respirasi : 22x/menit
4. Nadi : 84x/menit
5. Suhu : 37,70C
6. Kesadaran : kompos mentis
7. Tinggi Badan : 155 cm
8. BB sebelum hamil : 56 Kg
9. BB saat ini : 50 Kg
10. LILA :-

a. Kepala
Tidak teraji dalam kasus
b. Mata
 Konjungtiva : Anemis
 Skelra :-
 Pupil :-
 Ketajaman penglihatan : -
 Keluhan lain :-
c. Hidung
Tidak teraji dalam kasus
d. Mulut dan Tenggorokkan
 Gigi geligi : ( ) karies ( ) tidak karies
 Kesulian menelan :-
 Mukosa : Kering, pucat
 Bibir : Pecah-pecah

33
 Lainnya :-

e. Dada dan aksila


Tidak teraji dalam kasus
f. Pernapasan
Tidak teraji dalam kasus
g. Sirkulasi jantung
Tidak teraji dalam kasus
h. Extremitas dan Integumen
Pasien mengatakan merasa lemah
i. Abdomen
 Linea : Belum terlihat
 Striae : Belum terlihat
 Luka bekas operasi :-
 Leopold I : TFU belum teraba
 Leopold II : Belum teraba
 Leopold III : Belum teraba
 Leopold IV : Belum teraba
 Denyut jantung janin : Belum terdengar
 Kontraksi uterus :-
 Keluhan lainnya: pasien tampak memegang epigastrium sambil meringis,
beberapa kali tampak nausea dan vomitus.
j. Genitourinaria
Tidak terkaji pada kasus
I. Data Penunjang
a. Laboratorium :
1) Pemeriksaan darah lengkap
Hemoglobin : 9 gr/dL

34
2. ANALISA DATA
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada klien, dari data-data yang
diperoleh maka dilakukan analisa data. Yang terdiri dari data subjektif dan data objektif,
penyebab, dan masalah keperawatan hiperemesis gravidarum.
No Data Penyebab Masalah
keperawatan
1 Data Subjektif : Peningkatan hormone Defisit Volume
Pasien mengeluh selalu mual HCG Cairan
dan muntah setiap makan
Data Objective:
a. Mukosa mulut kering,
pucat dan pecah-pecah
b. Suhu 37,70C
c. BB turun secara tiba-tiba
(BB awal 56 Kg BB
setelah keluhan 50 Kg)
d. Keadaan umum pasien
tampak lemah
e. Pasien tampak nausea
dan vomitus
2. Data Subjektif : Dehidrasi Hipertermi
-
Data Objective:
Suhu 37,70C

3. DS : Mual dan muntah Gangguan


a. Klien mengtakan berlebihan pemenuhan
bahwa ia sering mual nutrisi kurang
dan muntah. dari
b. Mual muntah kebutuhan tubuh
semakin bertambah

35
jika mencium bau-
bauan.
c. Klien juga
mengatakan bahwa ia
lemah dan tidak dapat
melakukan
aktivitasnya sehari-
hari sebagai IRT
DO :
a. Pasien tampak
memegang epigastrium
sambil meringis
b. Pasien tampak nausea
dan vomitus
c. Konjungtiva pucat
d. Mukosa pucat, kering
dan pecah-pecah
e. Penurunan BB (BB
sebelum hamil 56 kg,BB
saat ini 50 kg)
f. Hb 9 gr/dL
g. Wajah pucat

4. Data Subjektif : Kelemahan Intoleransi


a. Klien mengatakan tidak Aktifitas
mampu menjalani
aktivitas sebagai ibu
rumah tangga seperti
biasanya
b. Pasien mengeluh lemah
Data Objective :
a. Keadaan umum pasien

36
tampak lemah
b. Hb 9 gr/dL
5. Data Subjective: Kurang terpapar Ansietas
Suami pasien mengatakan informasi
tidak tahu apa yang harus
dilakukan untuk mengatasi
permasalahan pada istrinya
Data Objective:
a. Suami pasien tampak
gelisah
b. Suami pasien tampak
ansietas dengan konsisi
istrinya

3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Deficit volume cairan b.d peningkatan hormone HCG d.d:
Data Subjektif : Pasien mengeluh selalu mual dan muntah setiap makan
Data Objective:
a. Mukosa mulut kering, pucat dan pecah-pecah
b. Suhu 37,70C
c. BB turun secara tiba-tiba (BB awal 56 Kg BB setelah keluhan 50 Kg)
d. Keadaan umum pasien tampak lemah
e. Pasien tampak nausea dan vomitus
2) Hipertermi b.d dehidrasi d.d Suhu 37,70C
3) Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual dan muntah berlebihan d.d:
Data Subjective:
a. Klien mengtakan bahwa ia sering mual dan muntah.
b. Mual muntah semakin bertambah jika mencium bau-bauan.
c. Klien juga mengatakan bahwa ia lemah dan tidak dapat melakukan
aktivitasnya sehari-hari sebagai IRT
DO :
a. Pasien tampak memegang epigastrium sambil meringis

37
b. Pasien tampak nausea dan vomitus
c. Konjungtiva pucat
d. Mukosa pucat, kering dan pecah-pecah
e. Penurunan BB (BB sebelum hamil 56 kg,BB saat ini 50 kg)
f. Hb 9 gr/dL
g. Wajah pucat
4) Intoleransi aktivitas b.d kelemahan d.d:
Data Subjektif :
a. Klien mengatakan tidak mampu menjalani aktivitas sebagai ibu rumah tangga
seperti biasanya
b. Pasien mengeluh lemah
Data Objective :
a. Keadaan umum pasien tampak lemah
b. Hb 9 gr/dL
5) Ansietas b.d kurang terpapar informasi d.d:
Data Subjective:
Suami pasien mengatakan tidak tahu apa yang harus dilakukan untuk mengatasi
permasalahan pada istrinya
Data Objective:
a. Suami pasien tampak gelisah
b. Suami pasien tampak ansietas dengan konsisi istrinya

38
INTERVENSI KEPERAWATA
NO DIAGNOSA KEP TUJUAN RENCANA KEP
Defisit volume cairan
1. 1 b.d NOC NIC :
1. peningkatan hormone HCG  Fluid balance a. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
Data Subjektif :  Hydration b. Monitor status hidrasi (kelembaban membran
Pasien mengeluh selalu  Nutritional Status : Food and Fluid mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik )
mual dan muntah setiap Intake c. Monitor hasil lab yang sesuai dengan retensi cairan
makan Setelah dilakukan tindakan (BUN , Hmt , osmolalitas urin, albumin, total
Data Objective: keperawatan selama 1x 24 jam defisit protein )
a. Mukosa mulut kering, volume cairan teratasi dengan kriteria d. Monitor vital sign setiap 15menit – 1 jam
pucat dan pecah-pecah hasil: e. Kolaborasi pemberian cairan IV
b. Suhu 37,70C a. Mempertahankan urine output f. Monitor status nutrisi Berikan cairan oral
c. BB turun secara tiba- sesuai dengan usia dan BB, BJ g. Berikan penggantian nasogatrik sesuai output (50 –
tiba (BB awal 56 Kg urine normal, 100cc/jam)
BB setelah keluhan 50 b. Tekanan darah, nadi, suhu tubuh h. Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
Kg) dalam batas normal i. Berikan porsi makanan kecil namun sering
d. Keadaan umum pasien c. Tidak ada tand tanda dehidrasi, j. Atur kemungkinan tranfusi
tampak lemah Elastisitas turgor kulit baik, k. Persiapan untuk tranfusi
e. Pasien tampak nausea membran mukosa lembab, tidak l. Pasang kateter jika perlu
dan vomitus ada rasa haus yang berlebihan m. Monitor intake dan urin output setiap 8 jam
d. Orientasi terhadap waktu dan

39
tempat baik
e. Jumlah dan irama pernapasan
dalam batas normal
f. Elektrolit, Hb, Hmt dalam batas
normal
g. pH urin dalam batas normal
h. Intake oral dan intravena adekuat

Hipertermi b.d dehidrasi


2. 2 NOC: NIC :
Data Subjektif : 2 Thermoregulasi a. Monitor suhu sesering mungkin
- 2 Setelah dilakukan tindakan b. Monitor warna dan suhu kulit
Data Objective: 2 keperawatan selama 1x24 jam pasien c. Monitor tekanan darah, nadi dan RR
Suhu 37,70C 2 menunjukkan : d. Monitor penurunan tingkat kesadaran
2 Suhu tubuh dalam batas normal e. Monitor WBC, Hb, dan Hct
dengan kreiteria hasil: f. Monitor intake dan output
a. Suhu 36 – 37C g. Berikan anti piretik sesuai advice dokter
b. Nadi dan RR dalam rentang h. Kelola Antibiotik sesuai advice dokter
normal i. Selimuti pasien
c. Tidak ada perubahan warna kulit j. Berikan cairan intravena
dan tidak ada pusing. k. Kompres pasien pada lipat paha dan aksila
d. Merasa nyaman l. Tingkatkan sirkulasi udara

40
m. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
n. Catat adanya fluktuasi tekanan darah
o. Monitor hidrasi seperti turgor kulit, kelembaban
membran mukosa)
Nutrisi kurang3. 3 dari NOC: NIC
kebutuhan tubuh b.d mual a. Nutritional status: Adequacy of a. Kaji adanya alergi makanan
dan muntah berlebihan nutrient b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
DS : b. Nutritional Status : food and kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
a. Klien mengtakan Fluid Intake c. Beri makanan dengan porsi kecil tapi sering
bahwa ia sering mual c. Weight Control d. Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat
dan muntah. Setelah dilakukan tindakan untuk mencegah konstipasi
b. Mual muntah semakin keperawatan selama 1x24 jam nutrisi e. Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan
bertambah jika kurangdari kebutuhan tubuh teratasi harian.
mencium bau-bauan. dengan indikator: f. Monitor adanya penurunan BB dan gula darah
c. Klien juga mengatakan a. Albumin serum g. Monitor lingkungan selama makan
bahwa ia lemah dan b. Pre albumin serum h. Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam
tidak dapat melakukan c. Hematokrit makan
aktivitasnya sehari-hari d. Hemoglobin i. Monitor turgor kulit
sebagai IRT e. Total iron binding capacity j. Monitor kekeringan, rambut kusam, total protein, Hb
DO : f. Jumlah limfosit dan kadar Ht
a. Pasien tampak k. Monitor mual dan muntah

41
memegang epigastrium l. Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan
sambil meringis konjungtiva
b. Pasien tampak nausea m. Monitor intake nuntrisi
dan vomitus n. Informasikan pada klien dan keluarga tentang manfaat
c. Konjungtiva pucat nutrisi
d. Mukosa pucat, kering o. Kolaborasi dengan dokter tentang kebutuhan
dan pecah-pecah suplemen makanan seperti NGT/ TPN sehingga intake
e. Penurunan BB (BB cairan yang adekuat dapat dipertahankan.
sebelum hamil 56 p. Atur posisi semi fowler atau fowler tinggi selama
kg,BB saat ini 50 kg) makan
f. Hb 9 gr/dL q. Anjurkan banyak minum
g. Wajah pucat r. Pertahankan terapi IV line
s. Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila
lidah dan cavitas oval

Intoleransi aktivitas
4. b.d NOC : NIC :
kelemahan a. Self Care : ADLs a. Observasi adanya pembatasan klien dala melakukan
Data Subjektif : b. Toleransi aktivitas b. aktivitas
a. Klien mengatakan c. Konservasi eneergi c. Kaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan
tidak mampu menjalani Setelah dilakukan tindaka keperawatan d. Monitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat
aktivitas sebagai ibu selama 1x 24 jam Pasien bertoleransi e. Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan

42
rumah tangga seperti terhadap emosi secara berlebihan
biasanya aktivitas dengan Kriteria Hasil : f. Monitor respon kardivaskuler terhadap aktivitas
b. Pasien mengeluh lemah a. Berpartisipasi dalam aktivitas (takikardi, disritmia, sesak nafas, diaporesis, pucat,
Data Objective : fisik tanpa disertai peningkatan perubahan hemodinamik)
a. Keadaan umum pasien tekanan darah, nadi dan RR g. Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat
tampak lemah b. Mampu melakukan aktivitas pasien
b. Hb 9 gr/dL sehari hari (ADLs) secara h. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang
mandiri mampu dilakukan
c. Keseimbangan aktivitas dan i. Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang
istirahat sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan
sosial
j. Bantu untuk mendpatkan alat bantuan aktivitas
sepertin kursi roda, krek
k. Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai
l. Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu
luang
m. Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi
kekurangan dalam beraktivitas
n. Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri
dan penguatan
o. Monitor respon fisik, emosi, sosial dan spiritual

43
Ansietas b.d kurang5.terpapar NOC : NIC:

informasi a. Anxiety self control a. Ggunakan pendekatan yang menenangkan

Data Subjective: b. Anxiety level b. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap prilaku

Suami pasien mengatakan c. Coping pasien

tidak tahu apa yang harus Setelah dilakukan tindakan c. Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan

dilakukan untuk mengatasi keperawatan selama 1x 24 jam Pasien selama prosedur

permasalahan pada istrinya bertoleransi terhadap aktivitas dengan d. Pahamai perspektif pasien terhadap situasi stress

Data Objective: Kriteria Hasil : e. Temani pasien untuk memberikan keamanan dan

a. Suami pasien tampak a. Klien mampu mengidentifikasi mengurangi takut dorong keluarga untuk menemani

gelisah dan mengungkapkan gejala cemas pasien

b. Suami pasien tampak b. Mengidentifikasi, f. Lakukan back / neck rub

ansietas dengan konsisi mengungkapkan dan menunjkkan g. Dengarkan dengan penuh perhatian

istrinya teknik untuk mengontrol cems h. Identifikasi tingkat kecemasan

c. Vitasl sign dalam batas normal i. Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan

d. Postur tubuh, ekspresi wajah, kecemasan

bahasa tubuh dan tingkat aktivitas j. Dorong pasie untuk mengungkapkan perasaan,

menunjukkan berkurangnya ketakutan, persepsi

kecemasan k. Instruksikan pasien untuk menggunakan teknik


rilaksasi

44
45
BAB IV
PENUTUP

4.1 Simpulan
Hiperemesis gravidarum adalah kondisi dimana mual dan muntah secara berlebihan
pada ibu hamil yang umumnya terjadi pada trimester pertama kehamilan. Hyperemesis
gravidarum terjadi karena peningkatan hormone human chorionic ghonadotropin (HCG)
yang normal terjadi pada ibu hamil. Kondisi hyperemesis gravidarum dapat menimbulkan
beberapa masalah keperawatan pada ibu hamil yaitu deficit volume cairan karena
kehilangan cairan secara aktif, hipertermi karena dehidrasi, nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh karena tidak adekuat intake nutrisi, intoleransi aktivitas karena kelemahan dan
ansietas karena kurang terpapar informasi

4.2 Saran
 Bagi penulis:
Sebaiknya seorang mahasiswa keperwatan harus mampu memahami dan menerapkan
konsep dari asuhan keperawatan pada hyperemesis gravidarum
 Bagi pembaca:
Sebaiknya lebih memahami dan menerapkan konsep asuhan keperawatan pada
hyperemesis gravidarum dalam kehidupan sehari-hari bagi ibu hamil
 Bagi institusi
Sebaiknya makalah ini dapat dijadikan arsip untuk dikemudian hari dapat digunakan
menjadi referensi pembuatan makalah dengan materi proses keperawatan

46
Daftar Pustaka

Hackar, M., 2001, Esensial Obstetri dan Ginekologi edisi 2, hal 240-241, Hipokrates,
Jakarta.

Mansjoer,Arif dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran.Jakarta. FKUI. Carpenito.2001.


Diagnosa Keperawatan Edisi 8. Jakarta: EGC

Mochtar,Rustam.1998.Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC

Soejoenoes, A., 2005. Ilmu kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo,
Jakarta.

47
LAMPIRAN
KASUS TUTOR 1 BLOK MATERNITAS

Ny. C 18 tahun, pendidikan SD, IRT, suku Sumatera datang ke puskesmas diantar
suaminya Tn. D, dengan keluhan hamil sekitar 8 minggu dan lemah karena setiap makan
selalu muntah. Pasien mengatakan bertambah mual jika mencium bau-bauan. Pasien
mengatakan tidak mampu melakukan aktifitas sebagai rumah tangga seperti biasanya.
Berdasarkan. Pemeriksaan fisik kesadaran compas mentis, penampilan tampak lemah,
muka anemis, BB 50 kg, TB 155 cm, TD 90/70 mmHg, R 22 x/mnt, S 37, 7 celcius, Hb 9
gr /dl. Tampak memegang epigastrium sambil meringis, beberapakali tampak nausea dan
voitus, konjungtiva tampak anemis, mukosa bibir pucat, kering dan pecah-pecah.
Berdasarkan anamnesa, BB sebelum muncul keluhan 56 kg, Ny. A mengatakan bahwa
dirinya trlambat haid beberapa minggu dan telah melakukan test pack dengan hasil positif.
Riwayat kehamilan saat ini adalah Gravida 1 Partus 0 Abortus 0 (G1P0A0). HPHT adalah
17 agustus 2019. Riwayat menarche klien usia 13 tahun, menikah usia 17 tahun. Suami
Ny. C tampak gelisah, ansietas dengan kondisi istrinya dan tidak tahu apa yang harus
dilakukan untuk mengatasi permasalahan pada istrinya.

A. Step 1 Analisa Kata Sulit


1. Epigastrium
2. Nausea
3. Vomitus
4. Gravida
5. Partus
6. Ansietas
7. Manarche
8. Abortus
Jawaban:
1. Ulu hati / daerah tengah atas perut yang terletak pada antara margin costae dan bidang
sub costae.
2. Rasa mual yang mengisyaratkan seseorang ingin muntah.
3. Muntah / keluarnya isi perut / lambung.

48
4. Terjadi karena otot perut kontraksi.
5. Proses pengeluaran janin yang yang cukup bulan melalui jalan lahir atau tanpa
bantuan.
6. Gangguan kecaniasan ditandai dengan gejala somatik sebagai respon tidak adanya
rasa nyaman.
7. Haid pertama dari uterus yang merupakan awal dari fungsi menstribusi pada remaja.
8. Janin dengan berat < 500 gram / memiliki usia kurang dari 20 minggu pada waktu
dikeluarkan dari uterus hingga tidak memimiliki harapan hidup.

B. Step II Analisa Masalah


1. Kenapa awal ibu hamil ditandai rasa mual?
2. Apa hubungan rendahnya kadar Hb dengan kondisi pasien saat ini?
3. Mengapa pasien jika mencium bau-bauan tambah mual?
4. Apa tanda-tanda kehamilan pada trimester I?
5. Apakah hamil usia muda dapat pengaruhi kandungan?
6. Apa masalah keperawatan yang timbul dan apa masalah prioritasnya?

C. Step III Klasifikasi Masalah


1. Penyebab awal hamil merasa mual
 Karna produksi hormon kehamilan tentang ketika sel tidur yang sudah dibuahi
menempel pada dinding rahim tubuh memproduksi hormon.
 Karena peningkatan hormon ekstrogen.
2. Karena Hb berperan meningkatkan dan mengalirkan oksigen keseluruh tubuh,
termasuk ke janin saat hamil menjadi anemia dikaitkan dengan jumlah keadaan sel
kehamilan prematur dan BBLR.
3. Karena disebabkan mood swing hormon ekstrogen sering kali dihubungkan dengan
peningkatan daya penciuman wanita.
4. Tanda-tanda kehamilan trimester I
 Mual.
 Pendarahan sedikit.
 Kram seperti awal haid.
 Keputihan.

49
 Sembelit dan sering BAK.
 Ngidam dan mood berubah-berubah.
 Perubahan warna puting.
 Payudara serasa mengeras.

5. Dampak hamil di usia muda


 Beresiko pada kandungan yaitu keguguran, umumnya terjadi karena organ
reproduksi belum matang.
 BBLR karena kehamilan itu terhadap gizi yang minim.
 Ibu hamil pada usia itu tingkat kesuburannya belum matang / berkembang secara
optimal, sehingga berisiko bayi lahir mati.
 Resiko kekurangan cairan dan nutrisi keracunan kehamilan, pendarahan, hipertensi.

50
D. Step IV

Ny. C 18 tahun

Hamil 8 minggu, lemah


karena setiap makan
selalu muntah.

DO: DS:
a. Kesadaran kompos mentis a. Pasien mengeluh lemah
b. Keadaan umum lemah b. Pasien mengeluh setiap makan
c. Muka anemis selalu muntah
d. BB saat ini 50 Kg c. Pasien mengatakanMual
e. TB 155 cm bertambah jika mencium bau-
f. TD 90/70 mmHg bauan
g. RR 22x/menit d. Pasien mengatakan tidak mampu
h. N 84x/menit melakukan aktivitas sebahgai IRT
i. Suhu 37,70C seperti biasanya
j. Hb 9 gr/dL e. Pasien mengatakan BB sebelum
k. Pasien tampak memegang epigastrium keluhan 56 kg
sambil meringis f. R kehamilan G1P0A0
l. Pasien tampak ausea dan vomitus g. HPHT 17 Agustus 2019
m. Konjungtiva tampak anemis h. Manarche usia 13 tahun
n. Mukosa bibir kering, pucat dan pecah- i. Pasien mengatakan menikah di
pecah usia 17 tahun
o. Suami Ny. C tampak gelisah j. Suami pasien mengatakan tidak
tahu apa yang harus dilakukan
untuk mengatasi permasalahan
pada istrinya
Hiperemesis Gravidarum

51

Anda mungkin juga menyukai