Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH MID TEST

Perkembangan teknologi informasi implikasinya era industri 4.0 terhadap audit, dikaitkan
dengan kuliah (pemeriksaan akun, akun kas, piutang, dll yg sdh di bahas)

1. Latar belakang (perkembangan terkini era digitalisasi, proses auditing sebelum era
digitalisasi, perubahan dalam hal melakukan pemeriksaan)

2. Bagaimana proses dari pemeriksaan akun tadi (piutang(cth) apa, prosedur apa, IC nya apa)

3. Implikasi dari perkembangan era digitalisasi untuk akun yg dipilih tadi

(Di ceklek, ga usah di jilid, dikumpulkan Selasa, 29 Oktober 2019)

(perkembangan terkini era digitalisasi, proses auditing sebelum era digitalisasi, perubahan
dalam hal melakukan pemeriksaan)
Latar belakang

Auditing adalah sebuah proses sistematis yang dilakukan oleh seseorang yang memiliki

kompetensi dan bersikap independen mengenai perolehan dan penilaian atas bukti secara

objektif. Kegiatan ini dilakukan dengan pengumpulan dan penilaian atas bukti-bukti informasi

yang dapat dikuantifikasikan dan terkait pada suatu entitas ekonomi tertentu berkenaan

dengan pernyataan mengenai tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi. Auditing

memberikan nilai tambah bagi laporan keuangan perusahaan, karena akutan publik sebagai

pihak yang ahli dan independen pada akhir pemeriksaanya akan memberikan pendapat

mengenai kewajiban posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas dan laporan arus kas.

Seseorang yang menyatakan pendapat atas kewajaran yang menyatakan pendssapat

atas kewajaraan dalam semua hal yang material, posisi keuangan hasil usaha dan arus kas

yang sesuai dengan prinsip akutansi yang berlaku umum, disebut “Auditor”. Akuntansi baru

dikenal di Indonesia awal tahun 1950-an ketika perindustrian di Indonesia sedang ramai

didirikan. Bahkan saat itu sistem akuntansi Amerika mulai diperkenalkan di perguruan tinggi

di Indonesia. Namun pada masa penjajahan Belanda, Indonesia belum begitu mengenal audit

dikarenakan saat itu jumlah perusahaan yang ada masih terbilang minoritas. Walau demikian

perusahaan-perusahaan Belanda saat itu tetap mengikuti model pembukuan dari negaranya.

Prosedur audit yang dilakukan pada akhir abad 19 sampai dengan awal abad 20-an

adalah pemeriksaan secara lengkap pada setiap transaksi dan melakukan koreksi pada setiap

akun yang salah saji pada laporan keuangan. Sekitar tahun 1890an, Negara Inggris dan

Amerika Serikat melihat perlunya cara yang lebih efisien dan tidak memakan biaya besar,

sehingga munculnya teknik sampling dalam proses audit, teknik ini mengambil transaksi-

transkasi yang berjumlah besar dari populasi data yang ada untuk diperiksa kebenarannya

yang saat ini dikenal dengan istilah Audit Berbasis Risiko (Risk Based Audit).
Namun memasuki pada abad ke- 20 proses auditing mulai berkembang seiring dengan

perkembangan jaman dan era digitalisasi yang berkembang pesat. Hal ini tentu saja disebabkan

oleh banyaknya bisnis-bisnis yang memasuki industri berbasis teknologi, ini yang menyebabkan

auditor tidak bisa lagi melakukan prosedur audit sebagaimana mestinya dengan memeriksa

persediaan di gudang, surat utang-piutang, bahkan kas atau setara kas suatu perusahaan. Maka

semua nya akan berubah dalam hal pemeriksaan, dari itu Auditing berkembang begitu pesar juga

yang mana pemeriksaan terhadap suatu perusahaan tidak terlalu rumit seperti era 20-an yang

memakan biaya dan waktu yang sangat lama. Sekarang sangat banyak kantor-kantor akutan

publik yang menggunakan Aplikasi Auditting dan tentu saja ini mempermudah pekerjaan auditor

akan menghemat biaya dan waktu.

Dengan perkembangan pemeriksaan di era digitalisasi 4.0 tujuan dari auditor tetap untuk

mendapat kewajaraan dalam laporan keuangan. Begitu juga dengan Opini yang dihasilkan tidak

akan berubah, yaitu Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian, Pendapat Wajar dengan Pengecualian,

Pendapat Tidak Wajar, Pernyataan tidak memberikan pendapat, Opini Wajar Tanpa

Pengecualian dengan Paragraf Penjelasan.

Rumusan Masalah

1. Apa pengertian, Jenis, dan Standar Audit ?

2. Bagaimana Proses Pemeriksaan Piutang Usaha dan Piutang Lainnya, Internal Control

Terhadap Piutang Usaha dan Piutang Lainnya ?

3. Bagaimana Implikasi Dari Pemeriksaan Kas Dan Setara Kas Pada Era Digitalisasi ?

BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian, Jenis, dan Standar Audit

- Pengertian

Auditing atau audit adalah sebuah pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan juga

sistematis. Dimana pihak yang melakukan bersifat independen terhadap laporan

keuangan yang telah disusun oleh manajemen serta catatan-catatan pembukuan dan bukti

pendukung. Tujuannya agar bisa menunjukan pendapat mengenai kewajaran laporan

keuangan. Ada beberapa hal yang dianggap penting dalam pengertian auditing yang harus

dibahas lebih lanjut, diantaranya :

1. Menghimpun dan mengevaluasi secara objektif

Sebagai Auditor harus menekankan objektifitas. Ketika mengumpulkan bukti dan

juga mengevaluasi, harus menjadi pihak yang objektif dan juga netral, tidak boleh

memihak pada siapapun dan dimanapun.

2. Sistematis

Proses auditing berjalan maka haruslah terarah dan terstruktur, tidak bisa

melakukannya secara acak. Selain itu, prosedur dalam auditing memiliki tujuan yang

jelas dan dilakukan dengan sistematis. Dengan proses yang teratur mengandung

makna bahwa auditing dilakukan dengan perencanaan yang matang dan juga baik,

selain itu jelas arahan yang dilakukan dan tujuannya.

3. Menentukan Standar

Menentukan standar atau tingkat kesesuaian sangatlah penting, menentukan standar

sebelum membandingkan dengan asersi atau informasi yang terkandung daam sebuah

laporan manajemen atau laporan keuangan. Tentunya standar ini sudah mendapat

kesepakatan sebelumnya, sehingga semua auditor mendapatkan standar yang sama

untuk perbandingan ketika bekerja. Selain itu audit juga membandingkan antara

output atau outcomes dari sebuah perusahaan dengan input atau antara biaya dan

manfaat bisa juga antara anggrana dan juga relisasi.

4. Kriteria yang Ditentukan

Kriteria yang ditentukan dapat berupa sistem atau prosedur yang disepakati atau juga

ditetapkan sebelumnya. Hal ini bisa ditentukan berupa standar keuangan, aturan tetap,
pagu anggaran maupun ukuran kinerja manajemen tersebut. Kriteria yang ditentukan

ini sama dengan menentukan standar yang berguna untuk perbandingan.

- Jenis – Jenis Audit

Jenis Audit Menurut Pemeriksaan

1. Audit Laporan Keuangan, yaitu pemeriksaan yang mencakup proses pengumpulan

dan evaluasi bukti laporan, dimana proses audit keuangan dilakukan oleh pihak

eksternal.

2. Audit Operasional, yaitu pemeriksaan terhadap semua bagian dalam operasional,

mulai dari prosedur hingga metode kerja suatu organisasi. Tujuannya adalah untuk

meninjua sejauh mana efisiensi dan efektivitas kinerja organisasi tersebut.

3. Audit Ketaatan, yaitu pemeriksaan terhadap ketaatan klien, apakah melakukan

pekerjaan sesuai prosedur yang telah ditetapkan oleh pihak yang punya otoritas lebih

tinggi.

4. Audit Kinerja, yaitu pemeriksaan terhadap instansi pemerintah dalam menentukan sisi

Ekonomis, Efektivitas, dan Efisiensi (3E). Audit ini juga memperhatikan manfaat

kegiatan suatu instansi bagi masyarakat dan biayanya.

Jenis Audit Berdasarkan Luas Pemeriksaan

1. Audit Umum, yaitu pemeriksaan yang dilakukan berdasarkan standar profesional

akuntan publik dengan memperhatikan standar kode etik akuntan publik.

2. Audit Khusus, yaitu pemeriksaan yang diminta oleh suatu perusahaan untuk ruang

lingkup tertentu saja. Misalnya, perusahaan ingin mengaudit divisi keuangan saja

untuk memeriksa laporan pengeluaran kas perusahaan.

- Standar Audit

1. Standar Umum

a. Pemeriksaan harus dilakukan pihak yang punya keahlian yang memadai sebagai

seorang auditor, bukan sekedar akuntan.

b. Profesionalisme seorang auditor dituntut dalam pelaksanaan pekerjaannya tanpa

memihak pada piihak manapun.

c. Seorang auditor harus memakai keahliannya secara cerma dan seksama dalam

melaksanakan audit dan penyusunan laporan.


2. Standar Lapangan

a. Pelaksanaan auditing harus dilakukan sebaik-baiknya. Bila ada asisten pelaksana,

maka harus ada supervisi sesuai keperluannya.

b. Pengungkapan informasi dalam laporan keuangan haruslah dipandang memadai,

kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.

c. Di dalam laporan auditor harus terdapat pernyataan atau pendapat mengenai suatu

laporan keuangan yang diperiksa.

d. Bila dalam penyusunan laporan keuangan perusahaan tidak konsisten, maka di dalam

laporan auditor harus menjelaskannya dan memberikan rekomendasi untuk

diperbaiki.

Proses Pemeriksaan Piutang Usaha dan Piutang Lainnya

1. Sifat dan Contoh Piutang

Standar Akutansi Keuangan menggolongkan piutang, menurut sumber terjadinya dalam

dua kategori yaitu piutang usaha dan piutang lain-lainnya

Piutang usaha adalah piutang yang berasal dari penjualan barang dagangan atau

jasa secara kredit. Piutang lain-lainnya adalah piutang yang timbul dari transaksi di luar

kegiatan usaha normal perusahaan. Contoh yang bisa digolongkan sebagai piutang antara

lain:

o Piutang usaha

o Wesel tagih

o Piutang pegawai

o Piutang bunga

o Uang muka

o Uang jaminan

o Piutang lain-lainnya

o Penyisihan piutang tak tertagih

2. Tujuan Pemeriksaan Piutang

Adapun tujuan untuk memeriksa piutang, yaitu:

A. Untuk mengetahui apakah terdapat pengendalian intern (internal control)

yang baik atas piutang dan transaksi penjualan, piutang dan penerimaan kas.
Jika auditor dapat meyakinkan dirinya bahwa internal control atas piutang dan

transaksi penjualan, piutang dan penerimaan kas berjalan efektif maka luasnya

pemeriksaan dalam melakukan substantive test dapat diperkecil.

Beberapa ciri internal control yang baik atas piutang dan transaksi penjualan,

piutang dan penerimaan kas:

a. Adanya pemisahan tugas dan tanggung jawab yang melakukan

penjualan, mengirimkan barang, melakukan penagihan, memberikan

otorisasi atas penjualan kredit, membuat faktur penjualan dan

melakukan pencatatan.

b. Formulir yang digunakan bernomor urut tercetak

c. Digunakan price list dan setiap penyimpaan dari price list aatau

setiap discount yang diberikan kepada pelanggan harus disetujui oleh

pejabat perusahaan yang berwenang

d. Diadakannya sub buku besar piutang atau kartu piutang.

e. Setiap akhir bulan dibuat aging schedule, saldo piutang setiap

pelanggan dibandingkan dengan saldo piutang menurut buku besar dan

setiap pelanggan dikirim monthly statement of account.

f. Uang kas, check atau giro yang diterima dari pelanggan harus disetor

dalam jumlah seutuhnya.

g. Mutasi kredit dipekiraan kredit yang berasal dari retur penjualan dan

penghapusan harus diotorisasi oleh pejabat berwenang.

h. Setiap pinjaman yang diberikan kepada pegawai, direksi, pemegang

saham dan perusahaan afiliasi harus diotorisasi oleh pejabat

perusahaan yang berwenang.

B. Untuk memeriksa validity dan authenticity dari pada piutang. Validity

maksudnya apakah piutang itu sah, masih berlaku (diakui oleh yang

mempunyai utang). Authenticity maksudnya apakah piutang itu didukung oleh

bukti yang otentik yang ditandatangi pelanggan.

C. Untuk memeriksa collectibility (kemungkinan tertagih) piutang dan cukup

tidaknya perkiraan penyisihan piutang tak tertagih. Collectibility maksudnya

kemungkinan tertagihnya piutang. Piutang disajikan sebesar jumlah yang


diperkirakan dapat ditagih. Jumlah yang diperkirakan tidak bisa ditagih harus

dibuatkan penyisihan dalam jumlah yang cukup.

• Jika allowance terlalu tinggi, piutang disajikan terlalu kecil (understated),

biaya penyisihan piutang terlalu besar (overstated), dan laba rugi terlalu

kecil(understated).

• Jika allowance terlalu kecil, piutang disajikan overstated, biaya penyisihan

piutang understated dan laba rugi overstated.

D. Untuk mengetahui apakah adakewajiban bersyarat yang timbul karena

pendiskonan wesel tagih. Wesel tagih yang didiskontokan ke bank sebelum

tanggal jatuh tempo, harus diungkapkan sebagai contingent liability pada

tanggal neraca.

E. Untuk memeriksa apakah penyajian piutang dilaporan posisi keuangan sesuai

dengan standar akutansi yang berlaku umum di Indonesia (SAK ETAP).

Menurut SAK :

o Piutang usaha, wesel tagih dan piutang lain-lain harus

disajikan secara terpisah.

o Piutang dinyatakan sebesar jumlah kotor tagihan dikurangi

taksiran jumlah yang tidak dapat ditagih.

o Saldo kredit piutang individual, jika jumlahnya material

harus disajikan dalam kelompok kewajiban.

o Piutang yang dijaminkan harus diungkapkan.

o Kewajiban bersyarat dalam hubungannya dengan penjualan

piutang yang disertai perjanjian untuk dibeli kembali

kepada suatu lembaga keuangan harus dijelaskan.


Prosedur pemeriksaan piutang usaha yang disarankan

1. Pahami dan evaluasi internal control atas piutang dan transaksi penjualan, piutang dan

penerimaan kas.

Proses memahami dan mengevaluasi internal control merupakan bagian yang sangat

penting dalam suatu proses pemeriksaan akuntan. Karena hasil dari evaluasi internal

control atas piutang berupa kesimpulan apakah internal control atas piutang dan transaksi

penjualan, piutang dari penerimaan kas berjalan efektif atau tidak.

Jika auditor menyimpulkan bahwa internal control berjalan efektif berarti luasnya

pengujian atas kewajaran saldo piutang per tanggal neraca dan saldo penjualan untuk

periode yang diperiksa bisa dipersempit. Jika internal control baik atau berjalan efektif,

bearti kemungkinan terjadinya kesalahan kecil dan jika kesalahan terjadi akan bisa segara

ditemukan oleh pihak perusahaan.

Untuk mempelajari internal control yang terdapat di perusahaan, auditor bisa melakukan

Tanya jawab dengan klien menggunakan internal control questionnaires. Kemudian hasil

Tanya jawab digambarkan lebih lanjut dalam flow chart dan (jika dianggap perlu) dalam

bentuk cerita (narrative). Berdasarkan ICQ, flow chart dan penjelasan narrative (jika ada),

auditor bisa mengevaluasi internal control yang ada secara teoritis dan menarik

kesimpulan sementara bahwa internal control perusahaan baik, sedang atau lemah.

Jika disimpulkan sementara bahwa internal control baik atau sedang, auditor harus
melakukan compliance test atau test of recorded transactions, untuk membuktikan
apakah internal control berjalan efektif atau tidak. Yang diambil sebagai sampel biasanya
sales invoice atau delicery order.

Jika disimpulkan sementara bahwa internal control lemah, auditor tidak perlu melakukan
compliance test, tetapi langsung melakukan substantive test yang diperluas. Karena jika
auditor tetap melakukan compliance test, kesimpulan akhir pasti menyatakan bahwa
internal control lemah.
2. Buat Top Schedule dan Supporting Schedule piutang per tanggal neraca.

Untuk menghemat waktu pemeriksaan, auditor harus meminta rincian-rincian dari

piutang usaha, piutang pegawai, wesel tagih, uang muka, piutang bunga, piutang afiliasi,

piutang direksi, piutang pemegang saham dan piutang lain-lain. rincian-rincian yang

berasal dari klien dicantumkan tanggal terimanya dan dituliskan PBC (prepared by

client). Harus diingat bahwa tugas auditor adalah memeriksa kewajaran laporan

keuangan, bukan menyiapkan rincian-rincian atau menyusun laporan keuangan, karena

laporan keuangan merupakan tanggung jawab manajemen.

3. Minta aging schedule dari piutang usaha per tanggal neraca yang antara lain

menunjukkan nama pelanggan, saldo piutang, umur piutang dan subsequent

collectionyanya. Selain itu perlu juga diminta rincian piutang pegawai, wesel tagih, uang

muka dan lain-lain, per tanggal neraca.

4. Periksan mathematical accuracy-nya dan check individual balance ke subledger lalu

totalnya ke general ledger. Auditor harus mencek penjumlahan dan rincian-rincian yang

diberikan klien dan saldo masing-masing pelanggan atau pegawai harus dicocokkan

dengan saldo menurut subledgernya. Jika ada saldo yang tidak cocok atau ditemukan

kesalahan penjumlahan, beritahu kepada klien dan minta mereka memperbaikinya, bukan

tugas auditor untuk memperbaiki rincian-rincian tersebut.

5. Test check umur piutang dari beberapa customer ke subledger piutang dan sales invoice.

Pengecekan umur piutang merupakan prosedur audit yang penting, karena akan

mempengaruhi penilaian cukup tidaknya penyisihan piutang tak tertagih. Prinsipnya

adalah bahwa semakin tua umur piutang usaha, semakin besar pula kemungkinan piutang

usaha tersebut tidak tertagih, karena auditor harus yakin bahwa tidak terjadi pergeseran
umur piutang usaha. Pencekan umur piutang usaha dilaukan dengan memeriksa subledger

piutang dan faktur penjualan. Perhatikan apakah tanggal faktur penjualan dicatat dengan

benar di subledger tersebut dan apakah umur piutang sesuai dengan jangka waktu antara

tanggal faktur dengan tanggal neraca.

Selain itu harus diperhatikan jangka waktu kredit yang diberikan perusahaan kepada para

pelanggan yang biasanya dicantumkan di masing-masing invoice. Untuk pelanggan lama

biasanya diberikan jangka waktu yang lebih panjang dibandingkan pelanggan baru.

6. Kirimkan konfirmasi piutang

a) Tentukan dan tuliskan dasar pemilihan pelanggan yang akan dikirimi surat

konfirmasi.

Konfirmasi piutang usaha adalah surat yang ditandatangani klien, ditujukan ke

pelanggannya untuk meminta penegasan (konfirmasi) mengenai saldo utang

pelanggan tersebut per tanggal tertentu (biasanya tanggal neraca). Pelanggan diminta

menandatangani surat tersebut dan mengembalikan langsung ke KAP dengan

menggunakan amplop yang sudah dibubuhi perangko dan mencantumkan alamat

KAP.

b) Dasar pemilihan pelanggan yang akan dikirimi konfimasi piutang usaha harus

jelaskan dalam kertas kerja pemeriksaan.

c) Ada dua jenis konfirmasi piutang.

 Konfirmasi positif digunakan dalam keadaan:

1. Saldo piutang per pelanggan relatif besar

2. Jumlah pelanggan sedikit

3. Pengenalian internal piutang agak lemah


 Konfirmasi negatif digunakan dalam keadaan:

1. Saldo piutang per pelanggan relatif kecil

2. Jumlah pelanggan cukup banyak

3. Pengendalian intern piutang cukup kuat.

d) Jawaban konfirmasi bisa digolongkan dalam beberapa bentuk

1. Confirmed Balance (CB), bearti saldo menurut pelanggan cocok dengan surat

konfirmasi.

2. Reporting Difference (RD), bearti saldo menurut pelanggan berbeda dengan surat

konfirmasi.

3. No Reply (NR) Tidak dijawab.

7. Periksa Subsequent Collections.

8. Periksa apakah ada wesel tagih (notes receivable) yang didiskontokan untuk mengetahui

kemungkinan adanya contingent liability. Caranya: tanyakan kepada klien apakah ada

pendiskontoan wesel tagih, jika ada periksa pencatatan transaksi pendiskontoan tersebut.

Periksa buku besar wesel tagih, jika ada pengkreditan di perkiraan wesel tagih, periksa

bukti pendukungnya untuk mengetahui apakah berasal dari pelunasan wesel tagih yang

jatuh tempo atau pendiskontoan wesel tagih.

9. Periksa dasar penentuan allowance for bad debts dan periksa apakah jumlah yang

disediakan oleh klien sudah cukup, dalam arti tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil.

Jika allowance terlalu besar berarti laba perusahaan terlalu kecil, jika allowance terlalu

kecil berarti laba perusahaan akan terlalu besar. Dalam hal ini auditor harus mempelajari

dasar penentuan allowance yang digunakan klien, apakah berdasarkan persentase tertentu

dari penjualan kredit, apakah berdasarkan analisis umur piutang, apakah berdasarkan
persentase tertentu dari saldo piutang, apakah dasar penentuan allowance dan perhitungan

klien sudah masuk akal dan konsisten dengan tahun-tahun sebelumnya.

10. Test sales cut-of dengan jalan memeriksa sales invoice, credit note dan lain-lain, lebih

kurang 2 (dua) minggu sebelum dan sesudah tanggal neraca. Periksa apakah barang-

barang yang dijual melalui invoice sebelum tanggal neraca, sudah dikirim per tanggal

neraca. Kalau belum cari tahu alasannya. Periksa apakah ada faktur penjualan dari tahun

yang diperiksa, yang dibatalkan dalam periode berikutnya.

11.Periksa notulen rapat, surat-surat perjanjian, jawaban konfirmasi bank, dan


correspondence file untuk mengetahui apakah ada piutang yang dijadikan sebagai

jaminan.

Piutang bisa dijadikan salah satu jaminan dari kredit yang diperoleh perusahaan dari

bank, kalau hal tersebut terjadi, harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.

Dalam notulen rapat, perjanjian kredit, jawaban konfirmasi bank, bisa dilihat seandainya

perusahaan perusahaan mendapat kredit dari bank dan bentuk jaminannya.

12. Periksa apakah penyajian piutang di neraca dilakukan sesuai dengan prinsip akuntansi

yang berlaku umum di Indonesia/SAK.

13. Tarik kesimpulan mengenai kewajaran saldo piutang yang diperiksa.


Contoh Internal Control Questinnaires Penjualan, Piutang pada PT Suka

Anda mungkin juga menyukai