Anda di halaman 1dari 11

NAMA : ABD GHAFUR , SP,d

KLS : PPP FIKIH 3

NUPTK : 25487616663200032

TUGAS : 4.2 BAHAN AJAR DAN PENGEMBANGAN BAHAN AJAR

TUGAS 4.2

BAHAN AJAR
BAHAN AJAR

MATERI POKOK

Shalat Berjama’ah
1. Pengertian shalat berjamaah

Secara bahasa jama’a artinya “kumpul” ,sedangkan shalat berjama’ah menurut istilah
adalah shalat yang di kerjakan bersama-sam oleh dua orang atau lebih, salah satu
bertindak sebagai imam dan lainnya sebagai makmum dengan cara yang telah di
tentukan.Dalil keutamaannya hadis Nabi SAW.”
” ‫”ﻋﻦ اﺑﻦ ﻋﻤﺮ ان رﺳﻮل ﷲ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﯿﮫ وﺳﻠﻢ ﻗﺎل ﺻﻼة اﻟﺠﻤﺎﻋﺔ اﻓﻀﻞ ﻣﻦ ﺻﻼة اﻟﻔﺪ ﺑﺴﺒﻊ وﻋﺸﺮﯾﻦ درﺟﺔ‬

artinya “shalat berjama’ah lebih utama dari pada salat sendirian hingga 27 derajat”

2. Syarat- syarat menjadi imam ada dua

 Syarat secara umum


1. Imam harus berdiri sedikit lebih kedepan dari makmumnya
2. Tidak mengikuti gerakan orang lain
3. Imam meluruskan saf makmum
4. Imam memperhatiakan keadaan makmum,sehingga lamanya shalat tidak
memberatkan makmum.
5. Imam harus laki-laki jika makmunya laki-laki dan perempuan.
6. Perempuan hanya boleh jadi imam perempuan
7. Orang yang sedang bermakmum kepada orang lain tidak boleh di jadikan imam.

 Syarat secara khusus:


1. Mengetahui ajaran agama islam
2. Mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan shalat
3. Memiliki hafalan Al-Qur’an yang paling banyak
4. Memiliki bacaan Al-Qur’an yang paling fasih dari yang lain
5. Sudah dewasa atau baligh
6. Memiliki budi pekerti yang yang mulia
7. Tidak di benci oleh jama’ah
8. Tidak fasik atau melakukan perbuatan maksiat
9. Memiliki daya ingat dan suara yang bagus
10. Di utamakan yang paling tua usianya
3. Syarat-syarat makmum

1. Makmum berniat mengikuti imam


2. Makmum mengikuti imam dalam segala gerak
3. Makmum harus mengetahui gerak gerik imam baik langsung atau perantara
4. Makmum harus berada dalam satu bngunan dengan imam
5. Makmum berdiri di belakang imam
4.Susunan saf shalat jama’ah

1. Jika makmum hanya seorang maka hendaklah berdiri di sebelah kanan agak kebelkang
sedikit
2. Jika makmum dua orang maka makmum langsung berbaris di sebelah kanan dan kiri
imam,agak ke belakang
3. Jika jam’ah terdiri dari beberapa saf laki-laki dan perempuan ,maka safnya:
a. Laki-laki dewasa di depan ,kemudian di susul saf laki-laki remaja dan anak-anak.
b. Saf mamum perempuan di belakang anak laki-laki.
5.makmum masbuk adalah makmum yang terlambat dan harus mengikuti imam sesuai
keadaan imam pada saat itu.

6.Hukum dan dalil salat jama’ah

Hukum salat menurut jumhur ulama adalah sunah mu’akad, yaitu sunah yang sangat di anjurkan dan
nabi SAW jarang sekali meniggalkannya .hal yang sesuai dengan hadis riwayat yang

” ‫”ﻋﻦ اﺑﻦ ﻋﻤﺮ ان رﺳﻮل ﷲ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﯿﮫ وﺳﻠﻢ ﻗﺎل ﺻﻼة اﻟﺠﻤﺎﻋﺔ اﻓﻀﻞ ﻣﻦ ﺻﻼة اﻟﻔﺪ ﺑﺴﺒﻊ وﻋﺸﺮﯾﻦ درﺟﺔ‬

artinya “shalat berjama’ah lebih utama dari pada salat sendirian hingga 27 derajat”
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Kadir Abdul,Mas’an ,Hidayat Ahmad.2014.Buku Guru Fkih.Direktorat Kementrian agama

Jamhari ,Tasimin.2016 .Ayo Memahami Fiqih .Erlangga


(PENGEMBANGAN BAHAN AJAR DENGAN LINK INTERNET)

Link shalat berjammaah :https://portal-ilmu.com/belajar-shalat-jamaah/#

Belajar Shalat Jamaah (Arti, Hukum, Syarat,


Tatacara dan Keutamaannya)
Daftar Bab tampilkan

Antara Shalat Jamaah dan Shalat Munfarid


Dilihat dari kalimatnya, shalat jamaah ini adalah shalat yang dilakukan secara berjamaah (bersama-
sama). Baik hanya dua orang atau lebih, yang mana cara melakukannya adalah dengan di imami oleh
satu orang dan yang lain menjadi makmumnya. Adapun shalat munfarid adalah shalat yang dilakukan
dengan sendirian

Hukum Melakukan Shalat Berjamaah


Jika shalat ada yang wajib juga ada yang sunnah, maka hukum melakukan shalat berjamaah ini adalah
sunnah muakkad (sunnah yang sangat dianjurkan untuk melakukannya). Hal ini berbeda dengan shalat
Jumat yang hukumnya fardhu ‘ain (wajib) bagi setiap laki-laki.

Keutamaan Melakukan Shalat Secara Berjamaah


Dari segi kwantitas yang berbeda jumlahnya dengan shalat munfarid. Sudah pasti shalat berjamaah ini
mempunyai beberapa kelebihan tertentu, diantaranya dari segi pahala seperti yang diriwayatkan dalam
sebuah hadits:

‫ﻋﻦ اﺑﻦ ﻋﻤﺮ ان رﺳﻮل ﷲ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﯿﮫ وﺳﻠﻢ ﻗﺎل ﺻﻼة اﻟﺠﻤﺎﻋﺔ اﻓﻀﻞ ﻣﻦ ﺻﻼة اﻟﻔﺪ ﺑﺴﺒﻊ وﻋﺸﺮﯾﻦ درﺟﺔ‬

Artinya:

Dari Ibnu ‘Umar, sesungguhnya Rasulullah saw., bersabda: “Shalat Jama’ah itu sungguh lebih utama
(afdhal), dari pada shalat yang dilakukan dengan sendiri. (ibarat) satu berbanding dengan dua puluh
tujuh derajat” (HR. Bukhari-Muslim)
Bahkan dalam al-Qur’an surat an-Nisa’ ayat 102 juga dijelaskan tentang mengenai pentingnya shalat
berjamaah, bahkan ketika dalam kondisi perang sekalipun.

‫ﻚ وَﻟۡ ﯿَ ۡﺄ ُﺧﺬُوٓ أَﺳۡ ﻠِ َﺤﺘَﮭ ۡ ُۖﻢ ْا‬


َ ‫ ﱢﻣﻨۡ ﮭُﻢ ﻓَﻠۡ ﺘَﻘُﻤۡ ﱠﻤ َﻌ‬ٞ‫ﺼﻠ َٰﻮةَ طَﺎٓﺋِﻔَﺔ‬
‫َوإِذَا ﻓِﯿﮭِﻤۡ ﻜُﻨﺖَ ﻓَﺄَﻗَﻤۡ ﺖَ ﻟَﮭُ ُﻢ ٱﻟ ﱠ‬

Artinya:

“Dan apabila kamu berada di tengah-tengah mereka (sahabatmu) lalu kamu hendak mendirikan shalat
bersama-sama mereka, maka hendaklah segolongan dari mereka berdiri (shalat) besertamu dan
menyandang senjata..”

Syarat – Syarat Melakukan Shalat Berjamaah


Dalam melakukan shalat berjamaah ini, tentunya ada beberapa syarat. Syarat-syarat ini terbagi lagi
dalam tiga pembagian. Pertama, Syarat shalat jamaah itu sendiri, Kedua, syarat sebagai imam yang
memimpin shalat jamaah tersebut, dan yang ketiga adalah syarat sebagai makmum (orang yang
mengikuti imam).

Syarat – Syarat Shalat Jamaah


1. Ada seorang imam yang memimpin shalat tersebut
2. Ada makmum sebagai orang yang mengikuti imam tersebut
3. Gerakan makmum menyesuaikan gerakan imam. Contoh: ketika imam sujud, makmum juga
harus sujud.
4. Shalat dilakukan pada satu tempat yang disetujui bersama-sama antara imam ataupun
makmum (yang lebar dan luas, untuk menampung jamaah yang akan ikut shalat)

Syarat Seorang Imam dalam Shalat Jamaah


Ketika ada suatu kelompok/rombongan yang akan melakukan ibadah shalat. Pastikan terlebih dahulu
siapa yang akan menjadi imamnya. Karena seorang imam dalam shalat jamaah tidak boleh
sembarangan. Syarat menjadi imam dalam shalat jamaah ini, setidaknya memenuhi kriteria berikut ini:
1. Orang tersebut memahami tentang shalat. Baik itu rukun, syarat, serta apa-apa saja yang
membatalkan shalat.
2. Mempunyai kemampuan membaca al-Qur’an dengan baik dan benar juga fasih
3. Sehat secara jasmani ataupun rohani
4. Baligh atau sudah mencapai batas umur
5. Bisa mengerjakan shalat. Dalam artian orang tersebut tahu dan bisa memenuhi akan syarat-
syarat shalat.

Jika ada kelompok orang yang terdiri dari laki-laki dan perempuan , maka imam yang ditunjuk adalah
seorang laki. Sedangkan jika ada kelompok yang semuanya adalah perempuan saja, maka imamnya
boleh laki-laki ataupun perempuan. Adapun hukum orang yang banci maka melakukan shalatnya
dipimpin oleh laki-laki.

Seorang perempuan boleh menjadi imam, ketika makmumnya adalah laki-laki yang belum baligh (anak-
anak). Jika makmum dari perempuan tersebut adalah laki-laki yang sudah baligh atau dewasa, maka
hukum jamaahnya tidak sah (tidak terpenuhi).

Ketika lima hal di atas sudah terpenuhi semua , maka pilihlah seseorang diantara mereka yang bacaan
(hafalan) al-Qurannya baik atau jika tidak pilihlah yang paling tua, untuk menjadi imam shalat jamaah.

Simak juga: Shalat Jamak, Shalat Qasar dan Shalat Jamak Qasar

Syarat – Syarat Sebagai Makmum


Jika seorang imam mempunyai syarat-syarat terntu, begitu juga dengan makmum. Syarat-syarat
makmum adalah:

1. Berniat menjadi makmum dalam shalat jamaah


2. Ikut gerakan imam. Mulai dari takbiratul ihram sampai salam
3. Jika imam ada di depan, maka makmum berada di belakangnya. Sehingga terlihat berjamaah.
Seperti ketika dua orang yang sedang melakukan shalat berjamah.
4. Masih satu tempat (majlis) dengan imam tersebut.
5. Tidak mendahului gerakan imam.
6. Sesuaikan shalat makmum dengan shalat imamnya.
Tata Cara dalam Melakukan Shalat Jamaah
Shalat berjamaah yang terdiri dari imam dan makmum ini mempunyai aturan sendiri. Mulai dari
imamnya , makmumnya, sampai pengaturan shaf shalat.

Tatacara atau Aturan Sebagai Imam


Sebagai imam, maka tatacara yang harus dilakukan adalah:

1. Setelah ditunjuk menjadi seorang imam. Imam tersebut membalikkan badan seraya melihat
barisan shaf makmum.
2. Imam memerintahkan makmumnya untuk meluruskan dan merapatkan shafnya. Hal ini
dicontohkan oleh Rasulullah saw. yang mana ketika hendak melakukan shalat jamaah.

« ‫ ﻣِنْ اﻟﺻ َﱠﻼ ِة َﺗﻣَﺎ ِم‬، ‫ﺳَوﱡ وا َﻓﺈِنﱠ ﺗَﺳْ ِو َﯾ َﺔ اﻟﺻﱠفﱢ‬،ْ‫ﺻﻔُو َﻓ ُﻛم‬
ُ »: ‫ﺻﻠﱠﻰ ﷲ ُ َﻋﻠَ ْﯾ ِﮫ َو َﺳﻠﱠ َم‬
َ ِ ‫ ْﺑ ِن ﻗَﺎ َل ﻗَﺎ َل ارَ ﺳُو ُل‬، ٍ‫ﻋَنْ أَﻧَسِ ﻣَﺎﻟِك‬

Artinya:

3. Dari Anas bin Malik ra., berkata, Rasulullaah saw., bersabda: “Luruskanlah shaf-shaf kalian
semua, karena sesungguhnya meluruskan shaf tersebut merupakan bagian dari sempurnanya
shalat” (HR. Muslim)

4. 3.Imam memerintahkan makmum untuk memenuhi barisan shaf yang masih kosong, sehingga
shaf menjadi rapat
5. 4.Barulah ketika itu semua sudah selesai dilakukan. Imam memulai shalatnya dengan bacaan
takbiratul ihram. Serta melakukan shalatnya dengan khusyu’, tidak tergesa-gesa, juga tidak
terlalu lama.

Aturan Sebagai Makmum


Sebagai makmum yang mengikuti imam. Maka, tata cara yang perlu diperhatikan adalah:

1. Memenuhi shaf-shaf yang masih kosong


2. Merapatkan serta merapikan (meluruskan) shaf shalat.
3. Ketika imam mengucapkan perintah merapatkan dan merapikan shaf shalat seperti yang di
jelaskan di atas sebagai makmum, cukup menjawab dengan : sami’naa wa atho’naa (kami
mendengar dan kami mentaatinya )
4. Mengikuti gerakan imam, mulai dari takbir sampai salam
5. Ketika shalat dengan menggunakan suara keras (jahr), seperti shalat Shubuh, Maghrib dan Isya’.
Dan imam sudah menyelesaikan bacaaan surat al-Fatihah nya, maka makmum disunnahkan
untuk membaca Aaamiin.
6. Jika imam lupa melakukan rukun shalatnya, sebagai makmum laki-laki mengingatkannya dengan
membaca tasbih ‘subhanallaah ’, adapun dengan makmum perempuan mengingatkannya
dengan cara menepukkan tangan mereka.
7. Ketika sedang di tengah-tengah posisi shalat, imam lupa atau keliru dalam membaca ayat-ayat
al-Qur’an, maka makmum mengingatkan ayat atau bacaan yang keliru tersebut.
8. Ketika imam shalatnya batal, maka makmum yang terdekatlah yang menggantikan imam
tersebut, dengan mengeraskan suara (ketika sujud atau duduk) atau maju dari barisan shaf
makmum dan menempati posisi imam sebelumnya.

Simak juga: Pengamalan Asmaul Husna dalam Keseharian Manusia

Mengatur Shaf Shalat Jamaah


Shalat jamaah ini tentunya diadakan di tempat yang bersih, suci, luas dan besar. Bisa itu di lapangan, di
masjid, atau tempat lain yang masuk kriteria tempat yang layak untuk shalat. Cara mengatur shaf ini
adalah sebagai berikut:

1. Bila jamaah hanya terdiri dari dua orang laki-laki semua. Satunya imam dan satunya lagi sebagai
makmum, maka posisi makmum rapat sejajar dengan imam di sebelah kanannya , (bisa dengan
mengundurkan kakinya sedikit). Sehingga jika ada orang lain yang ingin ikut shalat bisa tahu
mana yang imam dan mana yang menjadi makmumnya
2. Jika jamaah terdiri dari dua orang satu laki-laki dan satunya perempuan. Maka perempuan yang
menjadi makmum posisinnya berada di belakang laki-laki. Ini juga berlaku ketika jamaah
perempuan lebih dari satu
3. Jika jamaah terdiri dari tiga orang dan laki-laki semua. Maka, salah satu diantara tiga orang
tersebut maju untuk menjadi imamnya, dan dua orang lainnya merapatkan diri berdiri di
belakang imam menjadi makmumnya.
4. Kemudian jika jamaah terdiri dari banyak orang, yang terdiri dari anak-anak (baik laki atau
perempuan), serta orang dewasa yang banyak laki-laki dan perempuannya. Maka cara
pengaturannya adalah sebagai berikut.:
a) Untuk shaf pertama diisi oleh laki-laki yang sudah dewasa
b) Kemudian shaf kedua diisi oleh anak laki-laki.
c) Dilanjutkan shaf berikutnya diisi oleh anak-anak perempuan
d) Disusul dengan shaf terakhir yang ditempati perempuan dewasa.
Cara pengaturan shaf ini seperti yang dijelaskan dalam sebuah hadits :

.. ‫ وَاﻟﻨﱢﺴَﺎ َء َﺧﻠْﻒَ ا ْﻟ ِﻐ ْﻠﻤَﺎ ِن‬،ْ‫ﻗُﺪﱠا َم وَا ْﻟ ِﻐﻠْﻤَﺎنَ َﺧ ْﻠﻔَﮭُﻢ‬،ِ‫ َوﯾَﺠْ َﻌ ُﻞ ااﻟ ﱢﺮﺟَﺎ َل ْﻟ ِﻐ ْﻠﻤَﺎن‬..

Artinya:

“ dan menjadikan shaf laki-laki dewasa ditempatkan di depan shaf anak laki-laki, dan para perempuan
yang sudah dewasa ditempatkan di belakang shaf anak-anak perempuan” (HR. Ahmad)

Maksud dari hadits di atas adalah keutamaan shaf bagi laki yang sudah dewasa adalah di depan dan
perempuan yang sudah dewasa adalah di belakang, sedangkan anak-anak berada di tengah-tengah shaf
laki-laki dan perempuan dewasa. Sehingga anak bisa mengikuti bacaan takbir imam dan makmum, baik
ketika ruku’ sujud, ataupun ketika duduk

Membaca dengan Suara Pelan (Sirr) dan Keras (Jahr)


Dalam shalat jamaah lima waktu tentu ada waktunya seorang imam membaca bacaan shalatnya dengan
pelan (sirr) atau keras (jahr). Lalu kapan bacaaan tersebut dilakukan??

 Bacaan pelan (sirr) ini dilakukan oleh imam ketika sedang melakukan shalat Dzuhur dan ‘Ashar.
Seperti:
1. Membaca doa iftitah
2. Membaca surat al-Fatihah atau surat atau ayat al-Qur’an yang lain
3. Membaca doa ketika ruku’ dan sujud
4. Membaca doa i’tidal (berdiri dari ruku’)
5. Membaca doa duduk antara dua sujud
6. Membaca tahiyat atau tasyahud awal ataupun akhir

Bacaaan pelan (sirr) ini juga dilakukan ketika sedang melakukan shalat Maghrib, Isya’ dan Subuh secara
berjamaah, Kecuali bacaan surat al-Fatihah dan surat selanjutnya di rekaat pertama dan kedua saja,
tidak berlaku di rekaat ketiga dan keempat.

Kemudian bacaan keras (jahr) yang harus dibaca oleh seorang imam adalah adalah ketika melakukan
shalat Maghrib, Isya’ dan Subuh secara berjamaah. Jika pada shalat Dzuhur dan ‘Ashar bacaan surat al-
Fatihah dibaca pelan (sirr) semua. Maka berbeda dengan shalat Maghrib, Isya’, dan Subuh.

 Adapun bacaan keras (jahr) yang harus dilakukan oleh seorang imam adalah sebagai berikut:
1. Membaca takbiratul ihram, (ketika akan memulai shalat)
2. Membaca surat al-Fatihah atau surat al-Qur’an pada rakaat pertama dan kedua di shalat
Maghrib, Isya’ dan Shubuh
3. Membaca takbir ketika akan melakukan ruku’, sujud, duduk antara dua sujud, dan ketika berdiri
dari tahiyat atau tasyahud awal.
4. Membaca “Sami’allaahu liman hamidah (u)”, ketika bangkit dari ruku’
5. Membaca salam ketika selesai menyelasaikan shalat.

Demikian, semoga pengertian mengenai shalat jamaah ini, mulai dari arti, keutamaan, syarat-syarat
serta cara melakukkannya bisa kita pelajari dan kita praktekkan bersama dalam kehidupan sehari-hari,
terutama ketika melaksanakan shalat lima waktu.

Sumber:

Link shalat berjammaah :https://portal-ilmu.com/belajar-shalat-jamaah/#

1) Software al-Maktabah al-Syaamilah v.3.64


2) Muhammad bin Qasim al-Ghazi, Fathul Qarib (terj: Achmad Sunarto), (Surabaya: PT al-Hidayah,
tt)
3) Supardjo dan Ngadiyanto, Mutiara Pendidikan Agama Islam Untuk Sekolah Menengah Pertama
Kelas VII, (Solo: PT. Wangsa Jatra Lestari, 2011)
4) Sayyid Sabiq , Fikih Sunnah 1, (terj: Mahyuddin Syaf), (Bandung: PT. Al-Ma’arif, 1973), cet. 21
5) id.wikipedia.org.

Anda mungkin juga menyukai