Bab Ii
Bab Ii
TINJAUAN TEORITIS
A. TALI PUSAT
1. Definisi
Tali pusat (umbilical cord) adalah saluran kehidupan bagi janin selama
dalam kandungan dengan plasenta. Saluran ini biasanya terdiri dari tiga
pembuluh darah yaitu satu pembuluh darah vena dan dua pembuluh darah
arteri (Callahan, L dalam Mattson & Judi, 2004 : 63)
Sebelum janin lahir tali pusat merupakan saluran sirkulasi darah dari
plasenta ke janin. Darah arteri dari plasenta mengalir melalui vena umbilicus
dan dengan cepat mengalir kehati kemudian masuk ke vena kava inferior.
Darah mengalir ke foramen ovale dan masuk ke atrium kiri, tidak lama
kemudian, darah muncul di aorta dan arteri didaerah kepala. Sebagian darah
mengalir melalui jalan pintas dihati dan menuju ke duktus venosus. Sebagian
besar darah vena dari tungkai bawah dan kepala masuk ke atrium kanan,
ventrikel kanan, dan kemudian menuju arteri pulmoner desenden dan duktus
artriosus. Dengan demikian, foramen ovale dan duktus arteriosus berfungsi
sebagai bypass, yang memungkinkan sejumlah besar darah campuran yang
dikeluarkan jantung kembali ke plasenta tanpa melalui paruparu. Kira-kira 55
% darah campuran, yang keluar dari ventrikel, mengalir menuju plasenta, 35
% darah mengalir ke jaringan tubuh, dan 10 % sisanya mengalir ke paruparu.
Setelah lahir foramen ovale menutup, duktus arteriosus menutup dan menjadi
sebuah ligament, duktus venosum menutup dan menjadi sebuah ligament,
arteri dan vena umbilikalis menutup dan menjadi ligament. (Bobak, et al, 2004
: 363)
Kelainan tali pusat terdiri dari, (a) Kelainan insersi tali pusat, yaitu insersi
tali pusat yang abnormal dimana tempat melekatnya tali pusat berada pada
selaput janin (insersi korda velamentosa). (b) Kelainan panjang tali pusat yaitu
kelainan tali pusat dimana panjang mencapai 300 m, tali pusat pendek, dan
tidak adanya tali pusat (achordia). Panjang tali pusat normalnya adalah 50-55
cm, (c) Tidak terbentuknya arteri umbilikalis artinya tali pusat hanya memiliki
satu arteri (arteri tunggal), (d) Torsi tali pusat yaitu terjadi akibat gerakan janin
sehingga tali pusat terpilin, (e) Striktur tali pusat yaitu terjadi pada tali pusat
yang sangat kekurangan jelly Wharton, (f) Hematoma tali pusat yaitu terjadi
akibat pecahnya satu variks, biasanya berasal dari vena umbilicalis dengan
efusi darah kedalam tali pusat, (g) Kista tali pusat yaitu kista yang terbentuk
dari sisa-sisa gelembung umbilical atau allantois. Ada murni dan palsu
bergantung pada asalnya, (h) Edema pada tali pusat, yaitu terjadi pada bayi
yang mengalami maserasi, (i) Omfalitis yaitu infeksi pada tali pusat yang
ditandai dengan tali pusat basah disertai bau yang tidak sedap, (j) Tetanus
Neonatorum yaitu Infeksi pada tali pusat yang disebabkan oleh clostridium
tetani yang masuk melalui tali pusat. (Sodikin, 2009 : )
a. Alat
1) klem desinfeksi tingkat tinggi (DTT) 2 buah
2) gunting tali pusat desinfeksi tingkat tinggi 1 buah.
3) Handscoen steril 1 buah.
b. Cara Memotong
1) Cuci tangan terlebih dahulu atau celup tangan dalam larutan klorin.
Kemudian gunakan handscoon steril.
2) Segera mengeringkan bayi, membungkus kepala dan badan bayi
kecuali tali pusat.
3) Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari
umbilicus bayi. Kemudian melakukan urutan pada tali pusat kearah
ibu dan memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama.
4) Memegang tali pusat diantara 2 klem menggunakan tangan kiri,
dengan perlindungan jari-jari tangan kiri, kemudian tangan yang
lain memotong tali pusat diantara 2 klem tersebut dengan gunting
tali pusat. (JNPK-KR, 2008 : 130).
Waktu lepasnya tali pusat pada bayi baru lahir dipengaruhi oleh beberapa
hal yaitu (a) cara perawatan tali pusat. (b) timbulnya infeksi pada tali pusat
menyebabkan pengeringan dan pelepasan tali pusat menjadi lambat. (c)
kelembaban tali pusat, dalam hal ini tali pusat tidak boleh ditutup rapat dengan
apapun karena dapat membuat tali pusat menjadi lembab sehingga
memperlambat putusnya tali pusat dan menimbulkan resiko infeksi. (d)
kondisi sanitasi lingkungan neonatus, karena tindakan atau perawatan yang
tidak memenuhi syarat termasuk alat-alat tenun bayi (WHO, 2003).
Proses putusnya tali pusat dimulai dari tali pusat yang kehilangan air dari
jeli Wharton yang menyebabkan mumifikasi tali pusat beberapa waktu setelah
lahir. Dalam dua puluh empat jam jaringan ini kehilangan warna putih
kebiruannya yang khas. Penampilan yang basah dan segera menjadi kering
dan hitam (gangrene) yang dibantu oleh mikroorganisme. Perlahan-lahan garis
pemisah timbul tepat diatas kulit abdomen, dan dalam beberapa hari itu
terlepas, meninggalkan luka granulasi kecil yang setelah sembuh membentuk
umbilicus (pusar) ( Cunningham, et all, 2005 : 444).
B. GRANULOMA UMBILIKALIS
1. Definisi
Granuloma umbilikalis merupakan kelainan umbilikal yang paling umum
ditemukan dalam praktik neonatal. Granuloma umbilikalis bukan suatu
kelainan kongenital sejati, tetapi menandakan suatu inflamasi dan
pembentukan jaringan granulasi yang sedang berlangsung dari umbilikus yang
belum mengalami epitelialisasi (Piparsaliya, et al., 2011; Pomeranz, 2004).
Setelah pemisahan tali pusat, sebuah massa kecil dari jaringan granulasi
dapat terbentuk pada dasar umbilikus. Granuloma ini terdiri dari jaringan
granulasi sejati dengan fibroblas dan kapiler (Cilley,). Secara klasik berupa
massa bundar, lembab, erythematous, bertangkai, dan biasanya berdiameter 3-
10 mm. kolonisasi bakteri dan infeksi memegang peranan dalam pathogenesis.
Penanganan yang paling umum dilakukan adalah kauterisasi dengan
menggunakan Silver Nitrate 75% (AgNO3) hingga area granuloma mengalami
epitelialisasi, biasanya diulangi dua hingga tiga kali. Jarang sekali granuloma
umbilikalis persisten membutuhkan tindakan operasi (Piparsaliya, et al.,
2011). Adapun penanganan secara operatif dilakukan dengan melakukan
excisi dan selanjutnya mengaplikasikan Silver Nitrate atau materi hemostatik
yang dapat diserap (absorbable) lainnya. Apabila pada suspek granuloma
umbilikalis tidak memberikan respon terhadap kauterisasi, alternatif diagnosis
perlu dipertimbangkan (Piparsaliya, et al., 2011; Pomeranz, 2004).
2. penyebab
Belum ada penyebab pasti terjadinya granuloma umbilikalis, Tapi yang
pasti, kesalahan perawatan kebersihan pusar berkontribusi besar dalam
munculnya granuloma umbilical. Kemungkinan lain yang mungkin menjadi
risiko yaitu lepasnya tali pusat lebih dari dua minggu.
4. penatalaksanaan
a. Perawatan Silver Nitrate
Perawatan ini dapat menyebabkan granuloma mengering, menyusut,
dan menghilang. Ini mungkin memerlukan beberapa kunjungan terapi.
Silver nitrate adalah perawatan yang paling umum untuk masalah
pusar pada bayi baru lahir.
C. HOSPITALISASI
1. Pengertian Hospitalisasi
terjadi pada di rumah sakit yang dirawat secara terpisah dari ibunya atau
pengganti peran ibu dalam kurun waktu yang lama. Kondisi ini ditandai
menghisap dan nampak tidak bahagia. Gangguan ini dapat pulih kembali
anak di rumah sakit dan latar belakang yang menyebabkan dapat diuraikan
sebagai berikut :
adanya perasaan cemas dan takut ini adalah sering bertanya atau
bertanya tentang hal yang sama secara berulang pada orang berbeda,
b. Perasaan Sedih
terminal dan orang tua mengetahui bahwa tidak ada lagi harapan
anaknya untuk sembuh. Bahkan, pada saat menghadapi anaknya yang
menjelang ajal, rasa sedih dan berduka akan dialami oleh orang tua.
Disatu sisi orang tua dituntut untuk berada disamping anaknya dan
amat sangat. Pada kondisi ini orang tua menunjukkan perilaku isolasi
atau tidak mau didekati orang lain bahkan tidak kooperatif terhadap
petugas kesehatan.
c. Perasaan Frustasi
maupun kerabat lainnya maka orang tua akan merasa putus asa, bahkan
pulang paksa.
3) Prosedur pengobatan
perasaan cemburu pada anak yang sehat dan anak merasa ditolak.
kehilangan peran orang tua, saudara, dan anak cucu. Perhatian orang
yang lain menganggap bahwa hal tersebut tidak adil. Respon tersebut
tidak bisa, sebaiknya orang tua dapat melihat anak setiap saat
bagi keluarga.
Demam
Pusat mengalami
perdarahan dan bernanah