EPIDURAL HEMATOM
A. DEFINISI
B. ETIOLOGI
C. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala yang biasanya dijumpai pada orang yang menderita
epidural hematom diantaranya adalah:
1
3. Tekanan darah yang semakin bertambah tinggi
4. Nadi semakin bertambah lambat
5. Sakit kepala yang hebat
6. Hemiparesis
7. Dilatasi pupil yang ipsilateral
8. Keluarnya darah yang bercampur CSS dari hidung (rinorea) dan
telinga (othorea)
9. susah bicara
10. Mual
11. Pernafasan dangkal dan cepat kemudian irregular
12. Suhu meningkat
13. Funduskopi dapat memperlihatkan papil edema (setelah 6 jam
kejadian)
14. dan foto rontgen menunjukan garis fraktur yang jalannya melintang
dengan jalan arteri meningea media atau salah satu cabangnya
(Greenberg et al, 2002)
2
D. ANATOMI DAN FISIOLOGI
a. Gambar anatomi
b. Fisiologi
1) Durameter
2) Epidural hematoma
3
3) Subdural hematoma
E. PATOFISIOLOGI
a. Pathway
Darah memenuhi
Darah keluar dari Darah memenuhi epidural
epidural
vaskuler
Hematoma
Syok hipovolemik
Bersihan jalan
Pola nafas tidak efektif
nafas
4
b. Narasi
Epidural hematom secara khas timbul sebagai akibat dari sebuah luka
atau trauma atau fraktur pada kepala yang menyebabkan laserasi pada
pembuluh darah arteri, khususnya arteri meningea media dimana arteri
ini berada diantara durameter dan tengkorak daerah temporal.
Rusaknya arteri menyebabkan perdarahan yang memenuhi epidural.
Apabila perdarahan terus mendesak durameter, maka darah akan
memotong atau menjauhkan daerah durameter dengan tengkorak, hal
ini akan memperluas hematoma. Perluasan hematom akan menekan
hemisfer otak dibawahanya yaitu lobus temporal ke dalam dan ke
bawah. Seiring terbentuknya hematom maka akan memberikan efek
yang cukup berat yakni isi otak akan mengalami herniasi. Herniasi
menyebabkan penekanan saraf yang ada dibawahnya seperti medulla
oblongata yang menyebabkan terjadinya penurunan hingga hilangnya
kesadaran. Pada bagian ini terdapat nervus okulomotor yang menekan
saraf sehingga menyebabkan peningkatan TIK, akibatnya terjadi
penekanan saraf yang ada diotak (Japardi, 2004 dan Mcphee et al,
2006).
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
5
2. MRI : memberikan foto berbagai kelainan parenkim otak dengan lebih
jelas karena mampu melakukan pencitraan dari berbagai posisi apalagi
dalam pencitraan hematom dan cedera batang otak.
3. Angiografi serebral : untuk menunjukan kelainan sirkulasi serebral
seperti pergeseran jaringan otak karena edema dan trauma.
4. EEG : untuk memperlihatkan gelombang patologis.
5. Sinar X : untuk mendeteksi adanya perubahan struktur tulang (fraktur),
pergeseran struktur dari garis tengah (karena perdarahan/edema), dan
adanya fragmen tulang.
6. BAER (brain auditory evoked respons) : untuk menentukan fungsi
korteks dan batang otak.
7. PET (positron emmision topography): untuk menunjukan metabolisme
otak.
8. Pungsi lumbal : untuk menduga kemungkinan perdarahan
subarachnoid.
9. AGD : untuk melihat masalah ventilasi/oksigenasi yang meningkatkan
TIK.
G. PENATALAKSANAAN
1. Terapi operatif
6
2. Terapi medikamentosa
b. Pengkajian Primer
1) Airway : Kepatenan jalan nafas, ada tidaknya hambatan
jalan nafas
2) Breathing : Keadekuatan ventilasi, adanya perubahan pola
pernafasan.
3) Circulation : Pengisian kapiler yang lama, nadi lemah, TD
menurun, kukit dingin, pucat, atau sianosis
4) Disability : Derajat kesadaran dan bagaimana tingkat nyeri
klien
7
c. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
8
- Mata: terjadi penurunan fungsi penglihatan, reflek
cahaya menurun, keterbatasan lapang pandang. Dapat
terjadi perubahan ukuran pupil, bola mata tidak dapat
mengikuti perintah.
- Telinga: penurunan fungsi pendengaran pada trauma
yang mengenai lobus temporal yang
menginterpretasikan pendengaran, drainase cairan
spinal pada fraktur dasar tengkorak, kemungkinan
adanya perdarahan dari tulang telinga.
- Hidung: pada cedera kepala yang mengalami lobus
oksipital yang merupakan tempat interpretasi
penciuman dapat terjadi penurunan fungsi penciuman.
- Mulut: gangguan menelan pada cedera kepala yang
menekan reflek serta gangguan pengecapan pada cedera
kepala.
4. Leher
5. Dada
- Inspeksi: biasanya bentuk simetris, terjadi perubahan
irama, frekuensi dan kedalaman pernafasan terdapat
retraksi dnding dada.
- Palpasi: biasanya terjadi nyeri tekan apabila terjadi
trauma
- Perkusi: bunyi resonan pada seluruh lapang paru,
tekecuali daerah jantung dan hepar bunyi redup
- Auskultasi: biasanya bunyi nafas normal (vesikuler),
bias ronchi apabila terdapat gangguan, bunyi S1 dan S2
bisa teratur bias tidak, perubahan frekuensi dan irama
9
6. Abdomen
- Inspeksi: betuk simetris tidak terdapat bekas operasi
- Auskultasi: bising usus biasanya normal, bias
meningkat dan bisa menurun
- Palpasi: biasanya terdapat nyeri tekan , ditemukan
adanya jejas dan luka tumpul
- Perkusi: bunyi timpani
7. Ekstremitas
10
3. Intervensi keperawatan
Rencana keperawatan
N Diagnosis Tujuan Kriteria hasil Intervensi
o
1. Bersihan Setelah L.01001 Bersihan jalan I.01005 Insersi jalan napas buatan
napas
jalan nafas dilakukan 1. identifikasi kebutuhan insersi jalan
1. Frekuensi napas
tindakan napas buatan
membaik
keperawata 2. monitor komplikasi selama prosedur
2. Pola napas membaik
n selama 7 tindakan dilakukan
3. Sulit bicara menurun
jam sekali 3. monitor saturasi oksigen (spo2) dengan
4. sianosis menurun
di harapkan oksimetri
5. gelisah menurun
pasien 4. atur posisi tlentang dan kepala ekstensi
L.01005 Respons
bernafas 5. lakukan penghisapan pada daerah
Ventilasi Mekanik
dengan mulut orofaring jika perlu
1. kegelisahan menurun
paten 6. masukkan oro/nasopharyngeal airway
2. kesulitan
sampai ke dasar lidah atau laryngeal mask
mengutarakan kebutuhan
airway (LMA) atau esophagus obturator
3. sekresi jalan napas
airway (EOA)
menurun
4. suara napas tambahan
I.01007
menurun
1. Monitor frekuensi, irama dan
kedalaman napas sebelum dan sesudah
latihan
2. sediakan tempat nyaman dan tenang
3. posisikan pasien nyaman dan rileks
4. tempatkan satu tangan di dada dan satu
tangan di perut
5. pastikan tangan di dada mundur ke
belakang dan telapak tangan di perut maju
ke depan saat menarik napas
6. ambil napas dalam secara perlahan
11
melalui hidung dan tahan
2. Pola napas Setelah L.01004 Pola napas I.01011 Manajemen jalan napas
tidak efektif dilakukan 1. Tekanan ekspirasi 1. Monitor pola napas
atau inspirasi
tindakan 2. Monitor bunyi napas tambahan
membaik
keperawata 2. Frekuensi napas 3. Pertahankan kepatenan jalan napas
n selama 7 membaik dengan head tilt dan chin lift
3. Kedalaman napas
jam sekali 4. Posisi kan semi fowler atau fowler
membaik
di harapkan 4. Penggunan otot bantu 5. Berikan oksigen
pasien napas membaik
membaik I.01014 Pemantauan respirasi
L.05046 Tingkat
keletihan 1. Monitor frekunsi irama, kedalaman
1. Tenaga meningkat dan upaya napas
2. Kemampuan
2. Monitor pola napas
melalukan aktifitas
rutin meningkat 3. Monitor adanya sumbatan jalan napas
3. Lesu menurun 4. Palpasi kesimetrisan ekspensi paru
5. Auskultasi bunyi napas
6. Monitor saturasi oksigen
12
DAFTAR PUSTAKA
https://id.scribd.com/document/268919159/LAPORAN-
PENDAHULUAN-EDH
https://www.academia.edu/34855198/LAPORAN_PENDAHULUAN_EPI
DURAL_HEMATOMA_EDH
13