Anda di halaman 1dari 7

4

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah mengikuti kuliah ini, mahasiswa akan dapat menjelaskan
hubungan antara filsafat umum dengan metode ilmiah.

1.2 Ilmu Pengetahuan dan Proses Berfikir


1.2.1 Ilmu Pengetahuan.
Sebelum menjelaskan pengertian ilmu pengetahuan, kami ingin mencoba
menguraikan terlebih dahulu pengertian ilmu. Ilmu adalah kumpulan pengetahuan
yang tersusun secara sistematis, ilmu adalah kumpulan tentang fakta-fakta yang
berlaku umum dan sistematis, yang di dalamnya dapat disimpulkan dalil-dalil
tertentu. Menurut kaidah yang umum ilmu adalah pengetahuan yang didapat dari
belajar dan eksperimen atau penelitian. Sedangkan pengetahuan adalah segala
yang diketahui dan diperoleh berdasarkan pengalaman-pengalaman berfikir.
Dengan begitu dapat diartikan bahwa ilmu pengetahuan adalah kumpulan dari
pengalaman dan pengetahuan beberapa orang yang dipadukan secara harmonis
dalam suatu bangunan yang teratur ilmiah dan sistematis.
Harsono dalam Ach. Mohyi Machdhoero (1993) memberikan ciri-ciri
pokok yang terdapat pada pengertian ilmu yaitu:
(a) Ilmu itu rasional
(b) Ilmu itu bersifat empiris
(c) Ilmu itu bersifat umum
(d) Ilmu itu bersifat akumulatif
Masih berkenaan dengan ilmu pengetahuan, pendapat lain menyatakan
bahwa ilmu pengetahuan adalah pengetahuan (knowledge) yang tersusun dengan
sistematis dengan menggunakan kekuatan pikiran, yang selalu dapat diperiksa dan
ditelaah (dikontrol) dengan kritis oleh setiap orang lain yang ingin
mengetahuinya. Dilihat dari ruang lingkupnya ilmu pengetahuan menyangkut
lapangan yang sangat luas, menyangkut semua aspek manusia secara menyeluruh
termasuk didalamnya pengetahuan yang telah dirumuskan secara sistematis
melalui pengamatan dan pencatatan yang terus menerus, yang telah menghasilkan
penemuan kebenaran yang bersifat ilmu.

1.2.2 Proses Berfikir.


Proses berfikir adalah suatu refleksi yang teratur dan hati-hati. Berfikir
refleksi (Reflection Thinking) adalah berfikir untuk memecahkan suatu masalah
menurut langkah-langkah tertentu. Proses berfikir timbul dari adanya rasa gengsi
akan suatu hal dan keinginan untuk memperoleh suatu ketentuan yang kemudian
timbul menjadi suatu masalah yang dianggap penting untuk dipecahkan.
Pemecahan memerlukan suatu penyelidikan (penelitian) terhadap data-data yang
tersedia dengan metode atau cara yang tepat. Setelah dianalisa, disimpulkan dan
diterima kebenarannya, maka akan menjadi sebuah ilmu yang tentunya akan bisa
menjawab masalah tersebut. Hubungan antara ilmu dan proses berfikir adalah
sangat erat sekali dan bahkan mungkin tidak bisa dipisahkan, keduanya lahir
5

karena ada rasa sangsi dan kebutuhan akan suatu hal. M. Natsir Phd., dalam
bukunya metode penelitian (hal 10) mengatakan bahwa konsep antara ilmu dan
berfikir adalah sama. Dengan memecahkan masalah keduanya dimulai dari
adanya rasa sangsi dan kebutuhan akan suatu hal yang bersifat umum. Kemudian
timbul suatu pertanyaan yang khas dan selanjutnya dipilih suatu pemecahan
tentatif untuk penyelidikan. Bagaimana dengan proses yang terjadi dengan
kegiatan proses berfikir, langkah-langkah berfikir mempunyai urutan-urutan
tertentu yaitu sebagai berikut:
(a) Adanya rasa sakit.
(b) Mendefinisikan rasa sakit tersebut sebagai suatu bentuk permasalahan.
(c) Timbul keinginan memecahkan dengan mereka-reka hipotesis dan lain-lain.
(d) Ide-ide pemecahan diikuti dengan pengumpulan bukti-bukti sebagai
pertimbangan.
(e) Menguatkan ide-ide pemecahan dan menyimpulkan.

1.3 Arti Penting Ilmu Pengetahuan


Ilmu bukan hanya suatu kumpulan pengetahuan yang teratur (sistematis),
namun juga merupakan metodologi. Ilmu telah memberikan metode/cara dan
sistem yang mantap. Tanpa ilmu semuanya akan merupakan kebetulan saja dan
sulit akan bisa terpenuhi. Mungkin perlu juga untuk kami ketengahkan dua buah
hubungan naqly yang kebenarannya mutlak tidak bisa ditawar-tawar lagi.
Sabda Nabi:
“Barang siapa menghendaki hidup di dunia harus ditempuh dengan ilmu
dan barang siapa menghendaki kebahagiaan hidup di akhirat hendaklah ditempuh
dengan ilmu dan barang siapa menghendaki kedua-duanya maka ditempuh dengan
ilmu pula”. Firman Allah SWT (dalam surah almujadalah ayai 1) “... niscaya
Allah akan meninggikan orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang
diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat, dan Allah mengetahui apa yang kamu
kerjakan”. Hukum naqly diatas mengisyaratkan betapa pentingnya ilmu
pengetahuan. Nilai dari ilmu pengetahuan tidak saja terletak pada pengetahuan
yang dikandungnya, sehingga si penuntut ilmu menjadi orang yang ilmiah, baik
dalam keterampilan, dalam pandangan, atau pikirannya dan perilakunya.

1.4 Timbulnya Ilmu Pengetahuan dan Perkembangannya


Sejak ada di alam rahim setiap manusia diberkati Tuhan suatu sifat (hasrat)
ingin tahu. Hal itu mulai tampak setelah kelahirannya di dunia manusia selalu
bertanya-tanya “ini apa”, “itu apa”, “mengapa dan bagaimana”, di mana
pertanyaan tersebut merupakan rumusan dari hasrat keingintahuannya. Dengan
dimilikinya hasrat ingin tahu itu pula anak kecil yang belajar merangkak selalu
ingin mendekati dan menyentuh apa yang dia lihat walaupn membahayan dirinya.
Misalnya saat melihat api, hatinya bertanya “apa” sebenarnya barang itu, dia
mengagumi, mendekati dan ingin memegangnya. Kalau kebetulan tidak ada yang
mencegahnya dia menyentuh, “aduh...” dia kaget. Nah, satu pengetahuan dia
dapat bahwa barang tersebut menyakitkan dirinya (membakar). Dia akan tahu
nama barang tersebut setelah orang lain menyebutnya “api”. Selanjutnya dia akan
menanyakan “mengapa” dan “bagaimana” barang tersebut menyakitkan.
6

Begitu juga dengan seterusnya manusia selalu menanyakan, memikirkan


dan meneliti setiap apa yang mereka lihat, sentuh dan dengar. Dan hasil atau
jawaban semuanya itulah yang dikatakan ilmu pengetahuan. Pengetahuan pada
hakikatnya adalah segala apa yang kita ketahui tentang sesuatu hal atau obyek
tertentu yang termasuk di dalamnya ilmu agama dan seni. Berbagai macam
masalah (ilmu) hasil pemikiran manusia tersebut tergabung dalam suatu wadah
ilmu yang dinamakan “filsafat”.
Sebanarnya ilmu yang kita pelajari selama ini, baik ilmu pengetahuan
alam maupun sosial, asalnya bernaung dalam suatu nama “filsafat” atau
philosophia yang lama kelamaan berkembang menjadi berbagai bidang ilmu
pengetahuan khusus. Di dalam filsafat terdiri dua kelompok ilmu yaitu ilmu yang
tidak langsung mempersoalkan hidup dan kehidupan , dikatakan ilmu
pengetahuan alam (IPA) misalnya matematika, fisika dan astronomi. Sedangkan
ilmu-ilmu yang langsung mempersoalkan hidup dan kehidupan manusia disebut
ilmu pengetahuan sosial (IPS) misalnya ilmu hukum, sosiologi, psikologi, sejarah,
sastra baru, dan lain-lain.
Karena perkembangannya yang makin pesat dan luas maka Ilmu
Pengetahuan Alam keluar dari filsafat dan menjadi ilmu yang berdiri sendiri dan
lama kelamaan diikuti pula Ilmu pengetahuan Sosial yang keluar dari ilmu filsafat
dan menjadi ilm yang mandiri pula. Karena IPA keluar lebih dahulu dari filsafat
maka dikatakan ilmu yang tertua dan IPS dikatakan ilmu yang lebih muda.
Sampai sekarang masing-masing ilmu yang bergabung dalam IPA dan IPS
akan berkembang dan meluas dan terbagi-bagi dalam berbagai cabang ilmu yang
kemudian berdiri sendiri.

1.5 Ilmu dan Penemuan Kebenaran Ilmiah


Untuk memuaskan keinginannya, atau menjawab pertanyaan-pertanyaan
yang ada dibenaknya, banyak cara atau pendekatan yang dilakukan oleh manusia.
Pendekatan tersebut dapat kita golongkan menjadi dua yaitu:

1.5.1 Pendekatan Non Ilmiah.


Pendekatan non ilmiah merupakan cara penemuan kebenaran yang
dilakukan dengan tidak melalui langkah-langkah tertentu maupun urut-urutan
tertentu, namun kebenarannya dapat ditentukan dengan cara:

(a) Akal sehat (common sense)


Akal sehat banyak digunakan oleh orang-orang awam dalam
membicarakan atau memutuskan suatu hal. Akal sehat merupakan serangkaian
konsep (concept) atau bagian konseptual (conceptual scenes) yang
memuaskan untuk digunakan secara praktis. Meskipun akal sehat dapat
menemukan kebenaran namun dapat juga menyesatkan atau hasilnya kurang
tepat dalam penggunaannya. Seperti pada abad ke-19 dengan akal sehat orang
percaya bahwa hukuman terhadap anak didik merupakan alat utama dalam
pendidikan, namun ternyata salah/kurang tepat setelah adanya penelitian
selanjutnya; justru akal yang merupakan alat utama.
Akal sehat terkadang juga dapat menjurus pada prasangka, karena sangat
dipengaruhi oleh kepentingan yang menggunakan.
7

(b) Penemuan secara kebetulan


Penemuan secara kebetulan maksudnya penemuan yang sebelumnya tidak
diperhitungkan terlebih dahulu. Penemuan secara kebetulan ada yang
menggoncangkan dunia ilmu pengetahuan seperti penemuan kristal arease
oleh D. M. S. Summers. Namun penemuan secara kebetulan tidak selalu
merupakan kebenaran asasi.

(c) Trial and error


Penemuan secara trial and error (coba-coba) adalah penemuan kebenaran
dengan cara mencoba dan mencoba lagi, di mana pada saat mengadakan
tindakan (trial) tidak ada kesadaran yang pasti mengenai pemecahan yang
akan dilakukan atau bersifat untung-untungan.

(d) Intuitif
Kebenaran dengan cara intuitif dilakukan tanpa penalaran dan proses
berfikir ataupun melalui suatu renungan, tapi melalui proses luar sadar.

(e) Otoritas (kewibawaan)


Kebenaran diperoleh atau diterima karena pendapat dari suatu badan atau
orang-orang terkemuka yang dianggap berwibawa dan terkadang dijadikan
bayangan kebenaran yang kebenaran dianggap mutlak.

(f) Melalui wahyu


Penemuan kebenaran melalui wahyu maksudnya kebenaran itu tersurat
atau tersirat di dalam wahyu. Kebenaran yang didasarkan pada wahyu
merupakan kebenaran mutlak, jika wahyu datangnya dari Allah melalui Rasul
dan Nabi. Kebenaran ini bukan disebabkan oleh hasil penalaran manusia
secara aktif.

1.5.2 Pendekatan Ilmiah.


Pengetahuan yang diperoleh dengan cara ini adalah dengan cara penelitian
ilmiah dan dibangun di atas teori tertentu. Penelitian ilmiah adalah penelitian yang
sistematik dan terkontrol berdasar data empiris. Teori itu dapat diuji keajegan dan
kemantapan internalnya, maksudnya jika penelitian ulang dilakukan orang lain
menurut langkah-langkah yang serupa pada kondisi yang saman akan diperoleh
hasil yang ajeg (consistent), yaitu hasil yang sama atau hampir sama dengan hasil
terdahulu.
Pada umumnya suatu kebenaran ilmiah bisa diterima karena tiga hal,
yaitu:
(a) Adanya koherensi
Yaitu suatu pernyataan dianggap benar jika pernyataan tersebut koheren
atau konsisten dengan pernyataan sebelumnya yang dianggap benar.
Misalnya: - kebenaran matematika.
- pernyatan si Badu pasti akan mati.
8

Kebenaran pernyatan keduanya memang sudah ditetapkan dan disetujui


sebelumnya oleh masyarakat.
(b) Adanya korespondensi
Suatu pernyataan dianggap benar jika materi pengetahuan yang
terkandung didalamnya berhubungan atau mempunyai korespondensi dengan
obyek yang dituju oleh pernyataan tersebut.
Misalnya: Jakarta adalah ibukota Indonesia: benar, karena sesuai dengan
lokasi (faktualitas) bahwa Jakarta ada di dalam wilayah Indonesia
dan memang Ibukota Indonesia adalah Jakarta.

(c) Pragmatis
Suatu pernyataan yang dianggap benar karena adanya sifat pragmatis atau
mempunyai sifat fungsional dalam kehidupan praktis (sehari-hari).
Misalnya: Orang percaya pada agaman secara pragmatis agama berfungsi
dalam memberikan pegangan atau aturan hidup pada manusia.

1.6 Metode Ilmiah


Metode ilmiah adalah suatu metode atau cara menemukan, menyatakan
(menetapkan) atau menjelaskan tentang suatu kebenaran dengan menggunakan
langkah-langkah atau pertimbangan-perimbangan logis (masuk akal). Ahmad dan
Ostle yang dikutip oleh Moh. Nazir memberikan pengertian tentang metode
ilmiah. Ahmad (1939) mengatakan metode ilmiah adalah cara menerapkan
prinsip-prinsip logis terhadap penemuan, pengesahan dan penjelasan kebenaran.
Sedangkan Ostle (1975) mengatakan metode ilmiah adalah pengejaran terhadap
sesuatu untuk memperoleh interaksi.

1.6.1 Kriteria dan Langkah Metode Ilmiah.


Dalam penggunaannya, metode ilmiah mempunyai kriteria-kriteria dan
langkah-langkah tertentu atau dengan kata lain agar metode yang digunakan
dalam penelitian bisa dikatakan ilmiah, mereka harus mempunyai kriteria sebagai
berikut:
(a) Didasarkan pada fakta atau bukti.
(b) Bersifat bebas dari prasangka, misalnya tidak ada pertimbangan subyektif
yang kurang kuat.
(c) Menggunakan prinsip-prinsip yang logis (dapat diterima oleh akal).
(d) menggunakan hipotesis yang berguna untuk memandu jalan pikiran ke arah
tujuan, kecuali hal tertentu yang tidak diharuskan.
(e) menggunakan pertimbangan-pertimbangn yang obyektif dan sehat.
(f) menggunakan tehnik-tehnik kuantitatif, kecuali hal-hal yang tidak bisa
dikuantifikasikan.
Sedangkan mengenai langkah-langkah yang digunakan dalam metode
ilmiah, Moh. Natsir (1983) mengungkapkan sebagai berikut:
(a) Memilih dan mendefinisikan masalah.
(b) survey terhadap data yang tersedia (study kepustakaan).
(c) Memformulasikan hipotesis.
9

(d) Membangun (membetulkan) kerangka analisa serta alat-alat dalam menguji


hipotesis.
(e) Mengumpulkan data primer.
(f) Mengolah, menganalisa serta membuat interpretasi.
(g) Membuat generalisasi dan kesimpulan.
(h) Membuat laporan.

1.6.2 Cara dan Kriteria Berfikir Ilmiah.


Pada umumnya dalam memecahkan masalah, kita menghadapi kesulitan-
kesulitan baik itu kesulitan formal atau kesulitan metodologi adalah kurang tahu
caranya memecahkan maslah. Sedangkan kesulitan material yaitu kekurangan
fakta-fakta atau pengetahuan yang sehubungan dengan masalahnya. Apa yang
dimaksud dengan berfikir secara ilmiah? Berfikir ilmiah yaitu melakukan kegiatan
yang bersifat analitis dalam menggunakan logika secara ilmiah. Dari pengertian di
atas dapat disimpulkan bahwa dalam berfikir ilmiah ada ciri-ciri tertentu yaitu:
(a) Ada unsur logis (logika).
(b) Ada unsur analitis atau kegiatan berfikir itu sendiri mempunyai sifat
analisa.

1.7 Berfikir Deduktif dan Induktif


Ada dua cara berfikir dalam memecahkan suatu persoalan atau masalah:
(a) Cara berfikir deduktif disebut juga berfikir yang berpijak dari hal-hal (fakta-
fakta) yang bersifat umum, kemudian ditarik ke suatu pernyataan atau
kesimpulan yang bersifat khusus.
Contoh:
Kesimpulan umum: Semua binatang butuh makan untuk tetap hidup.
Kesimpulan khusus: - Sapi butuh makan untuk tetap hidup
- Kambing butuh makan untuk tetap hidup.
(b) Cara berfikir induktif dikatakan juga berfikir sintetis yaitu cara berfikir yang
berpijak dari fakta-fakta yang khusus, untuk memecahkan persoalan yang
bersifat umum dengan kata lain cara berfikir untuk menarik kesimpulan yang
bersifat umum dari kasus-kasus yang bersifat khusus (individual). Pda
hakikatnya berfikir secara ilmiah merupakan gabungan antara penalaran
(berfikir) secara deduktif dan induktif. Untuk mendapatkan suatu kesimpulan
yang benar dan tepat dalam berfikir ilmiah baik secara induktif maupun secara
deduktif diperlihatkan suatu keterampilan intelaktual yang cukup tinggi yaitu
antara lain dituntut adanya kecerdasan, ketelitian, ketekunan, obyektifitas
dalam menganalisa, menginterpretasikan dan menarik kesimpulan dari fakta-
fakta yang dikumpulkan.

1.8 Rangkuman
Ciri-ciri pokok dari suatu ilmu: ilmu itu rasional, ilmu itu bersifat empiris,
ilmu itu bersifat umumdan ilmu itu bersifat akumulatif. Proses berfikir mempunyi
langkah-langkah: adanya rasa sakit, mendefinisikannya, timbul keinginan untuk
memecahkannya dan menguatkan ide pemecahan serta menyimpulkannya.
10

Ada dua cara pendekatan yang digunakan oleh manusia yaitu: pendekatan
non ilmiah dan pendekatan ilmiah. Metode ilmiah mempunyai 6 macam kriteria
dan 8 langkah. Ada 2 ciri berfikir secara ilmiah yaitu: ada unsur logis dan ada
unsur analitis.
Dalam memecahkan suatu persoalan atau masalah dapat digunakan 2 cara
berfikir, yaitu deduktif dan induktif.

1.9 Tugas dan Latihan


(a) Buatlah suatu contoh proses berfikir yang didasarkan pada langkah-langkah
agar dapat di terima secara rasional.
(b) Buatlah masing-masing satu contoh cara memecahkan suatu permasalahan
baik secara deduktif maupun induktif.

1.10 Tes Formatif


(a) Sebutkan dan jelaskan 6 cara pendekatan kebenaran secara non ilmiah.
(b) Sebutkan dan jelaskan 6 macam kriteria dan 8 langkah metode ilmiah.

Anda mungkin juga menyukai