Anda di halaman 1dari 13

Model Perubahan Garis Pantai

Perubahan garis pantai dapat diprediksi dengan membuat model matematik yang

didasarkan pada imbangan sedimen pantai pada daerah pantai yang ditinjau. Perubahan profil

pantai sangat dipengaruhi oleh angkuatan sedimen tegak lurus pantai. Gelombang badai yang

terjadi dalam waktu singkat dapat menyebabkan terjadinya erosi pantai. Selanjutnya gelombang

biasa yang terjadi sehari – hari akan membentuk kembali pantai yang sebelumnya tererosi.

Dengan demikian dalam satu siklus yang tidak terlalu lama profil pantai kembali pada bentuk

semula, dengan kata lain dalam satu siklus tersebut pantai dalam kondisi stabil. Sebaliknya,

akibat pengaruh transpor sedimen sepanjang pantai, sedimen dapat terangkut sampai jauh dan

menyebabkan perubahan garis pantai. Untuk mengembalikan perubahan garis pantai pada

kondisi semula diperlukan waktu cukup lama. Bahkan apabila gelombang dari satu arah lebih

dominan daripada gelombang dari arah yang lain, sulit untuk mengembalikan garis pantai pada

kondisi semula. Dari uaraian tersebut dapat disimpulkan bahwa transpor sedimen sepanjang

pantai merupakan penyebab utama terjadinya perubahan garis pantai. Dengan alasan tersebut

maka dalam model perubahan garis pantai ini hanya diperhitungkan transpor sedimen sepanjang

pantai (Triatmodjo, 1999).

Model perubahan garis pantai didasarkan pada persamaan kontinuitas sedimen. Untuk itu

pantai dibagi menjadi sejumlah sel (ruas). Pada setiap sel ditinjau angkutan sedimen yang masuk

dan keluar. Sesuai dengan hukum kekelan massa, jumlah laju aliran massa netto di dalam sel

adalah sama dengan laju perubahan massa di dalam sel tiap satuan waktu (Triatmodjo, 1999).
Beberapa model numerik telah dibuat untuk mensimulasikan perubahan garis pantai,

model ini meliputi model dua dimensi dan tiga dimensi. Model dua dimensi menghitung

perubahan garis pantai dengan cara mengamati pergerakan posisi garis pantai dengan asumsi

bahwa profil pantai tidak berubah yang biasa disebut metode One-Line, sedangkan model tiga

dimensi mengamati variasi topografi.

Model perubahan garis pantai yang dibuat didasarkan pada persamaan kontinuitas

sedimen. Dalam hal ini, panjang pantai dibagi menjadi sejumlah ruas titik sel dengan panjang

yang sama (Gambar 2.11). Pada setiap sel ditinjau angkutan sedimen yang masuk dan keluar dari

sel (Gambar 2.12).

Gambar 2.11 Pembagian garis pantai menjadi sederatan sel (Horikawa, 1988)

Gambar 2.12 Angkutan sedimen yang masuk dan keluar sel (Horikawa, 1988)
Sesuai dengan hukum kekekalan massa, maka laju angkutan sedimen bersih di dalam sel

adalah sebanding dengan perubahan massa di dalam sel setiap satuan waktu.

Angkutan sedimen yang masuk dan keluar sel dan perubahan volume yang terjadi di

dalamnya diperlihatkan pada Gambar 2.13.

Gambar 2.13 Sedimen masuk dan sedimen yang keluar (Horikawa, 1988)

2.8One Line Model (Model Satu Garis)

One line model (model satu garis) merupakan model bentuk sederhana yang digunakan

untuk menguji perilaku groin di pantai danmenjelaskan riwayat waktu dari posisi garis pantai

sepanjang garis pantai. Konsep One Line model bertumpu pada pengamatan umum bahwa profil

pantai mempertahankan bentuk rata-rata yang merupakan karakteristik dari pantai tertentu,

terlepas dari saat perubahan yang ekstrim seperti yang dihasilkan oleh gelombang laut. Didalam
konsep One-Line, penyelesaian dapat diselesaikan dengan solusi numerik dan analitik (Dean,

2004).

Gambar 2.14 Skematik diagram untuk one line model (a) plan (b) profile(Dean, 2004)

Gambar 2.15 Skematik diagram untuk pemodelan numeric (Dean, 2004)


Persamaan One-Line berawal dari rumus transport sedimen lepas pantai,

Dapat ditunjukkan dalam persamaan (2.1) :

𝐾𝜌𝐻𝑏5/2 √𝑔/𝑘𝑠𝑖𝑛2 (𝛿𝑏−𝛾)


𝑄= = 𝐶𝑞 sin 2(𝛿𝑏 − 𝛾) (2.1)
16(𝜌𝑠−𝜌)(1−𝑝)

Dimana Cq merupakan kesesuaian dan(𝛿𝑏 − 𝛾) adalah ukuran sudutgelombang datang

relatif pada garis pantai normal yang diukur dari sumbu y.Kemudian rumus transport sedimen

lepas pantai tersebut disesuaikan dengankonservasi dari persamaan pasir. Pada transport

sediment diselisih antara debitsediment yang sudah diketahui dengan debit sediment yang dicari

disesuaikankembali dengan kondisi yang ada di profil pantai yaitu diantaranya, kedalaman

airlaut saat batas gelombang pecah datang (ho) dan batas antara garis pantai dengansempadan

pantai atau berm height (B). Debit sediment yang diselisihkandisesuaikan terhadap setiap titik

grid sepanjang pantai (Δx), dimana kondisi profilpantai berhubungan terhadap perubahan nilai

profil pantai (Δy) dan waktu yangterjadi (Δt). Hal ini dapat diperhatikan melalui persamaan (2.2)

∆𝑡 [𝑄(𝑥) − 𝑄(𝑥 + ∆𝑥 )] = [𝑦(𝑡 + ∆𝑡∆) − 𝑦(𝑡)](ℎ𝑜 + 𝐵)∆𝑥 (2.2)

Atau dengan menggunakan Deret Taylor dan argument bahwa Δx dan Δtmenjadi sangat kecil,

maka didapatkan persamaan (2.3)

𝜕𝑦 1 𝜕𝑄
+ =0 (2.3)
𝜕𝑡 (ℎ𝑜+𝐵) 𝜕𝑥

Dengan mensubstitusikan ekspresi untuk kecepatanpengangkutan persamaan (2.1) kedalam

persamaan berikut maka diperoleh solusi analitis. Seperti ditunjukkan pada persamaan (2.4)

berikut

𝑄 = 𝐶𝑞 𝑠𝑖𝑛2(𝛿𝑏 − 𝛾)

= 𝐶𝑞 [𝑠𝑖𝑛2𝛿𝑏(𝑐𝑜𝑠 2 𝛾 − 𝑠𝑖𝑛2 𝛾) − 2 𝑐𝑜𝑠2𝛿𝑏 𝑠𝑖𝑛𝛾 𝑐𝑜𝑠𝛾] (2.4)


Kemudian Q disubstitusikan dengan sin γ dan cos γ dengan nilai𝜕𝑦⁄𝜕𝑥 yang lebih kecil, maka

didapat persamaan (2.5) seperti berikut

𝜕𝑦
𝑄 = 𝐶𝑞 𝑠𝑖𝑛2𝛿𝑏 − 2𝐶𝑞 𝑐𝑜𝑠2𝛿𝑏 = 𝑄𝑜 − 𝐺(ℎ𝑜 + 𝐵) 𝜕𝑥 (2.5)

Dari persamaan (2.3) diasumsikan nilai 𝜕𝑦⁄𝜕𝑥≪1, sehingga diperoleh persamaan (2.6) berikut

𝜕𝑄 𝜕 2𝑦
≅ −𝐺(ℎ𝑜 + 𝐵) (2.6)
𝜕𝑥 𝜕𝑥 2

Kemudian turunan Q disederhanakan kedalam persamaan (2.3) dengan pertambahan waktu,

sehingga diperoleh persamaan (2.7) berikut

𝜕𝑦 𝜕2𝑦
= 𝐺 𝜕𝑥 2 (2.7)
𝜕𝑡

Persamaan diatas merupakan persamaan difusi satu dimensi klasik yang akan dikembangkan

sesuai dengan persamaan debit sediment di setiap titik sejajar pantai dengan penambahan waktu

sehingga diperoleh solusi untuk nilai y untuksituasi pantai yang berbeda dengan perhitungan

analitik dimetode One-Line model.

2.8.1.One Line Model secara Eksplisit

Dalam metode secara eksplisit, persamaan dari angkutan endapan dan kontinuitas akan

diselesaikan secara berturut-turut. Urutan penyelesaiannya akan di jelaskan seperti sebagai

berikut. Nilai y yang telah diperbaiki atau diperbarui ,sedangkan nilai Q adalah perhitungan yang

sesuai dengan,

𝑄𝑖𝑛+1 = 𝐶𝑞𝑖 sin 2(𝛽𝑖𝑛 − 𝛼𝑏𝑖


𝑛
) (2.8)

Dimana,
5⁄2
𝐾𝐻
𝑏𝑖 √𝑔⁄𝑘
𝐶𝑞𝑖 = 16(𝑠−1)(1−𝑝) (2.9)

𝜋 𝑦𝑖 −𝑦𝑖−1
𝛽𝑖 = 𝜇 − − tan−1 ( ) (2.10)
2 ∆𝑥
Dimana,

𝑄𝑖𝑛+1 = sediment transport (angkutan sedimen) (xi) pada saat n+1


K = parameter dimensional ≈ 0,77
Hb = Tinggi gelombang pecah (m)
g = gravitasi (m/s2)
k = index pemecah ≈ 0,78
s = specific gravity = 𝜌𝑠 ⁄𝜌 = 2,65
p = porositas (0,3-0,4)
𝛽𝑖 = ukuran sudut untuk garis pantai normal
𝛼𝑏𝑖 = ukuran sudut dari hasil refraksi gelombang pecah

Nilai Qn+1 yang sudah diperbarui, sedangkan nilai y berubah sesuai dengan persamaan

kontinuitas :

∆𝑡
𝑦𝑖𝑛+1 = 𝑦𝑖𝑛 − ∆𝑥(ℎ 𝑛+1
(𝑄𝑖+1 − 𝑄𝑖𝑛+1 ) (2.11)
∗ +𝐵)

Dasar dari istilah “eksplisit” adalah sekarang lebih nyata dan tepat untuk cara

mengerjakan atau menyelesaikan 2 variabel (Q dan y) dalam waktu yang bersamaan sebagai satu

kesatuan maupun terpisah. Metode eksplisit mempunyai standar atau ukuran kestabilan yang

terbatas waktu (Δt), kira-kira,

∆𝑥 2
∆𝑡 ≤ (2.12)
2𝐺

Dimana G merupakan penentu sebelumnya,


5⁄2
𝐾𝐻𝑏𝑖 √𝑔⁄𝑘
𝐺= (2.13)
8(𝑠−1)(1−𝑝)(ℎ∗+𝐵)

Dimana,

𝐻𝑏
ℎ∗ = (2.14)
𝑘

Dimana,

h* = kedalaman penutup; B = Tinggi berm

2.6.2.One Line Model secara Implisit


Untuk metode implisit dapat diselesaikan secara bersama dan memiliki hasil kestabilan

yang lebih besar. Gambaran utama dari metode atau model implicit akan digambarkan dengan

detail, karena tipe dari model ini tidak diterapkan atau digunakan sebelumnya untuk

perkembangan garis pantai.

Mempertimbangkan bahwa kecocokan atau ketepatan nilai angkutan sedimen untuk

memperkiran perubahan diantara langkah waktu n dan n+1 seperti bahwa pada (n+1/2) Δt, dan

perhitungan untuk urutan pertama hasil dari perubahan dalam y. Persamaan untuk angkutan

sedimennya yaitu,

1 𝑛+1
𝑛+
𝑛 𝑦𝑖 + 𝑦𝑖𝑛 −𝑦𝑖−1
𝑛+1 𝑛
−𝑦𝑖−1
𝑄𝑖 2
= 𝑇(𝐻𝑏 5⁄2 ) 𝑛
[𝑠𝑖𝑛2(𝛽𝐵 − 𝛼𝑏𝑖 ) 𝑛
cos(2𝛽𝑖′ ) 𝑛
− 𝑐𝑜𝑠2(𝛽𝐵 − 𝛼𝑏𝑖 ) ](2.15)
√∆𝑥 2+(𝑦𝑖𝑛 −𝑦𝑖−1
𝑛 ) 2

Dan persamaan untuk pemeliharaan sedimen atau garis pantai adalah


1 1
∆𝑡 𝑛+ 𝑛+
𝑦𝑖𝑛+1 = 𝑦𝑖𝑛 − 𝐷∆𝑥 [𝑄𝑖+1 − 𝑄𝑖 2 2
] (2.16)

Sebelumnya untuk menggambarkan persamaan untuk dapat diselesaikan, akan dituliskan

kembali dalam bentuk yang selanjutnya


1
𝑛+
𝐴𝑖 𝑦𝑖𝑛+1 + 𝑄𝑖 2 𝑛+1
− 𝐴𝑖 𝑦𝑖−1 = 𝐷𝑖 (2.17)

1 1
𝑛+ 𝑛+
𝐵𝑖 𝑄𝑖+12 + 𝑦𝑖𝑛+1 − 𝐵𝑖 𝑄𝑖 2
= 𝐸𝑖 (2.18)

Dimana,

5⁄ 𝑛 𝑐𝑜𝑠2(𝛽𝐵 −𝛼𝑏𝑖 ) 𝑛
𝐴𝑖 = 𝑇(𝐻 2) (2.19)
√∆𝑥 2 +(𝑦𝑖𝑛 −𝑦𝑖−1
𝑛 ) 2

𝑦𝑖𝑛 −𝑦𝑖−1
𝑛
𝐷𝑖 = 𝑇(𝐻 5⁄2 ) 𝑛
[𝑠𝑖𝑛2(𝛽𝐵 − 𝛼𝑏𝑖 ) 𝑛
cos 2(𝛽𝑖′ ) 𝑛
− 𝑐𝑜𝑠2(𝛽𝐵 − 𝛼𝑏𝑖 ) 𝑛
](2.20)
√∆𝑥 2+(𝑦𝑖𝑛 −𝑦𝑖−1
𝑛 ) 2

∆𝑡
𝐵𝑖 = 𝐷∆𝑥 (2.21)

𝐸𝑖 = 𝑌𝑖 (2.22)
persamaan (2.17) dan (2.18) diselesaikan dengan metode double-sweep yang mana itu

diasumsikan bahwa nilai Q dan y dihubungkan secara linear.


1
𝑛+
𝑄𝑖+12 = 𝐺𝑖 𝑌𝑖𝑛+1 + 𝐻𝑖 (2.23)

1
𝑛+
𝑦𝑖𝑛+1 = 𝐺𝑖∗ 𝑄𝑖 2 + 𝐻𝑖∗ (2.24)

Ini selesai jika nilai G, G*, H dan H* telah diketahui untuk semua i dan jika y atau Q juga

telah diketahui dalam satu batas, akan lebih mungkin untuk menghitung semua nilai Q dan y dari

persamaan di atas. Metode double-sweepdimulai dengan mensubtitusikan persamaan (2.23)

dengan persamaan (2.18) dan penyelesaian untuk 𝑦𝑖𝑛+1 ,yang mana dihasilkan dalam
1
𝐵 𝑛+ 𝐸𝑖 −𝐵𝑖 𝐻𝑖
𝑦𝑖𝑛+1 = 𝐵 𝐺 𝑖+1 𝑄𝑖 2
+ (2.25)
𝑖 𝑖 𝐵𝑖 𝐺𝑖 +1

Dan mensubtitusikan persamaan (2.24) dengan persamaan (2.17),


1
𝑛+
2 𝐴𝑖 𝑛+1 𝐷𝑖 −𝐴𝑖 𝐻𝑖∗
𝑄𝑖 = 𝑦𝑖−1 + (2.26)
𝐴𝑖 𝐺𝑖∗+1 𝐴𝑖 𝐺𝑖∗+1

Perbandingan dari persamaan (2.25) dan (2.26) dengan persamaan (2.23) dan (2.24) membuat

suatu hubungan diantara yang tidak diketahui Gi, Hi, Gi*, dan Hi* dan yang diketahui Ai, Bi, Di

dan Ei sebagai,
𝐴𝑖+1
𝐺𝑖 = 𝐴 ∗ (2.27)
𝑖+1 𝐺𝑖+1 +1

𝐷𝑖+1−𝐴𝑖+1 𝐻𝑖∗
𝐻𝑖 = ∗ +1 (2.28)
𝐴𝑖+1 𝐺𝑖+1

𝐵
𝐺𝒊∗ = 𝐵 𝐺 𝑖+1 (2.29)
𝑖 𝑖

𝐸𝑖 −𝐵𝑖 𝐻𝑖
𝐻𝑖∗ = (2.30)
𝐵𝑖 𝐺𝑖 +1
2.9Persamaan Difusi(Diffusion Equation)

Persamaan difusi yang akan digunakan dalam perhitungan permodelan numerik untuk

garis pantai digunakan persamaan dibawah ini yang akan dikembangkan untuk pengolahan data

dan akan dibuat secara eksplisit dan implisit sebagai perbandingan dari metode One Line Model

sebelumnya.

𝜕𝑦 𝜕2𝑦
= 𝐺 𝜕𝑥 2 (2.31)
𝜕𝑡

Dimana,

G = koefisien difusi

2.9.1 Persamaan Difusi secara Eksplisit

Persamaan difusi yang akan dibuat dengan metode Eksplisit memiliki skema sebagai

berikut,

Gambar 2.16 Skema Eksplisit

Dan jika skema itu dijabarkan maka didapatlah persamaan seperti sebagai berikut,
𝑛
𝜕2𝑦 𝑦𝑖+1 −2𝑦𝑖𝑛−𝑦𝑖−1
𝑛
= (2.32)
𝜕𝑥 2 ∆𝑥 2

𝜕𝑦 𝑦𝑖𝑛+1−𝑦𝑖𝑛
= (2.33)
𝜕𝑡 ∆𝑡

Jadi,
𝜕𝑦 𝜕2𝑦
= 𝐺 𝜕𝑥 2 (2.34)
𝜕𝑡

𝑦𝑖𝑛+1 −𝑦𝑖𝑛 𝑛
𝑦𝑖+1 −2𝑦𝑖𝑛 +𝑦𝑖−1
𝑛
=𝐺 (2.35)
∆𝑡 (∆𝑥) 2

Disederhanakan menjadi,

𝑦𝑖𝑛+1 = 𝑦𝑖𝑛 + 𝜆(𝑦𝑖+1


𝑛
− 2𝑦𝑖𝑛 + 𝑦𝑖−1
𝑛 )
(2.36)

Dengan,

𝐺∆𝑡
𝜆 = (∆𝑥)2 (2.37)

Agar stabil,

(∆𝑥)2
∆𝑡 ≤ (2.38)
2𝐺

2.9.2 Persamaan Difusi secara Implisit

Persamaan difusi yang akan dibuat dengan metode Implisit memiliki skema sebagai

berikut,

Gambar 2.17 Skema Implisit

Dan jika skema itu dijabarkan maka didapatlah persamaan seperti sebagai berikut,
𝑛+1
𝜕2𝑦 𝑦𝑖+1 −2𝑦𝑖𝑛+1−𝑦𝑖−1
𝑛+1
= (2.39)
𝜕𝑥 2 ∆𝑥 2

𝜕𝑦 𝑦𝑖𝑛+1−𝑦𝑖𝑛
= (2.40)
𝜕𝑡 ∆𝑡

Jadi,

𝜕𝑦 𝜕2𝑦
= 𝐺 𝜕𝑥 2 (2.41)
𝜕𝑡

𝑦𝑖𝑛+1 −𝑦𝑖𝑛 𝑛+1


𝑦𝑖+1 −2𝑦𝑖𝑛+1−𝑦𝑖−1
𝑛+1
=𝐺 (2.42)
∆𝑡 ∆𝑥 2

Disederhanakan menjadi,

𝑦𝑖𝑛 = −𝜆𝑦𝑖−1
𝑛+1
+ (1 + 2𝜆)𝑦𝑖𝑛+1 − 𝜆𝑦𝑖+1
𝑛+1
(2.43)

Dengan,

𝐺∆𝑡
𝜆= (2.44)
(∆𝑥)2

2.9.3 Persamaan Difusi secara Crank Nicolson

Persamaan difusi yang akan dibuat dengan metode Crank Nicolson memiliki skema

sebagai berikut,

Gambar 2.18 Skema Crank Nicolson


Dan jika skema itu dijabarkan maka didapatlah persamaan seperti sebagai berikut,
𝑛+1
𝜕2𝑦 1 𝑛
𝑦𝑖+1 −2𝑦𝑖𝑛 −𝑦𝑖−1
𝑛
𝑦𝑖+1 −2𝑦𝑖𝑛+1 −𝑦𝑖−1
𝑛+1
= 2( + ) (2.40)
𝜕𝑥 2 ∆𝑥 2 ∆𝑥 2

𝜕𝑦 𝑦𝑖𝑛+1−𝑦𝑖𝑛
= (2.41)
𝜕𝑡 ∆𝑡

Jadi,

𝜕𝑦 𝜕2𝑦
= 𝐺 𝜕𝑥 2 (2.42)
𝜕𝑡

𝑦𝑖𝑛+1 −𝑦𝑖𝑛 𝑛
1 𝑦𝑖+1 −2𝑦𝑖𝑛 −𝑦𝑖−1
𝑛 𝑛+1
𝑦𝑖+1 −2𝑦𝑖𝑛+1 −𝑦𝑖−1
𝑛+1
= 𝐺{ 2 ( + )} (2.43)
∆𝑡 ∆𝑥 2 ∆𝑥 2

Persamaan dapat dituliskan dan disederhanakan seperti sebagai berikut :


𝑛+1
−𝜆𝑦𝑖−1 + 2(1 + 𝜆)𝑦𝑖𝑛+1 − 𝜆𝑦𝑖+1
𝑛+1 𝑛
= 𝜆𝑦𝑖−1 + 2(1 − 𝜆)𝑦𝑖𝑛 + 𝜆𝑦𝑖+1
𝑛
(2.44)

Dengan,

𝐺∆𝑡
𝜆= (2.45)
(∆𝑥)2

Anda mungkin juga menyukai