Transformasi Gelombang Di Perairan Pantai Cermin
Transformasi Gelombang Di Perairan Pantai Cermin
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir
dengan judul “Pemodelan Transformasi Gelombang di Perairan Pantai Cermin”
untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan studi serta dalam rangka
memperoleh gelar Sarjana Teknik Strata Satu pada Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
i
6. Bapak/Ibu Dosen Staf Pengajar Departemen Teknik Sipil Universitas
Sumatera Utara
7. Abang-abang dan kakak-kakak pegawai Jurusan Teknik Sipil, Fakultas
Teknik, Universitas Sumatera Utara.
8. Ayahanda Dahnial Effendy dan Ibunda Mira Indayati serta keluarga yang
selalu mendukung saya dalam do’a, membimbing dan memotivasi saya
dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
9. Adik – adikku tersayang, Muhammad Fharisi, Muhammad Fachri dan
Jihannisa Dahnial terima kasih atas dukungan dan doa kepada penulis
sehingga tetap semangat mengerjakan tugas akhir ini
10. Teman – teman seperjuangan angkatan 2015, abang dan kakak stambuk
terutama Rizal, Hasanul, Aulia, Arifa, Mas Pandu, Anna, Laduni, Laras,
Ami Ayu, Fauzi Star, Vini yang telah memberi banyak dukungan selama
aku menuntut ilmu di Teknik Sipil USU, yang telah banyak membantu dan
memberi nasihat selama ini.
11. Teman Teman Seperjuangan dalam mengerjakan T.A., Rizal Kurnia Riski
dan Hasanul Arifin Purba yang selalu mendukung bersama sama dalam
mengerjakan Tugas Akhir ini dan telah setia menemani saya dalam proses
penyelesaian skripsi ini. Hadirmu, sungguh memberi semangat saya dalam
menyelesaikn Tugas Akhir ini. Melupakan segala lelah yang telah dilalui
12. Sahabat saya, Puteri Anugrah Septianingsih yang selalu mendukung dan
membantu saya dalam segala hal.
13. Teman – teman saya di HIMMI : Aji, Tia, Tiwi, Putri, Bang Idris, Bang
Agus, Bang Bleh, Bang Nanda dan yang lainnya yang tidak dapat
disebutkan satu persatu, terima kasih atas dukungan dan kebersamaannya
Akhirnya, Penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada semua pihak dan
apabila ada yang tidak tersebutkan Penulis mohon maaf, dengan besar harapan
semoga skripsi yang ditulis oleh Penulis ini dapat bermanfaat khususnya bagi
Penulis sendiri dan umumnya bagi pembaca. Bagi para pihak yang telah
membantu dalam penulisan skripsi ini semoga segala amal dan kebaikannya
mendapatkan balasan yang berlimpah dari Allah SWT, Aamiin.
ii
Saya menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna, sehingga
saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk menambah
pengetahuan dan wawasan saya di masa depan.
Akhirnya saya berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi saya dan
rekan-rekan serta adik-adik di Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik,
Universitas Sumatera Utar
Muhammad Fharabi
iii
DAFTAR ISI
iv
2.9. Tenaga Gelombang ............................................................................... 29
2.10. Fluks Energi ............................................................................................ 29
4.5. Transformasi Gelombang ..................................................................... 30
BAB 3 METODE PENELITIAN ..................................................................32
3.1 Tahap Studi Kepustakaan ........................................................................ 33
3.2 Mengumpulkan Data-data .................................................................... 33
3.3 Mengolah Data ..................................................................................... 33
3.3.1 Menentukan Fetch ................................................................................ 33
3.3.2 Peta Batimetri ...................................................................................... 35
3.3.3 Menentukan Periode dan Tinggi Gelombang Laut Dalam .................. 37
3.3.4 Menentukan Kecepatan dan Panjang Gelombang Laut Dalam ........... 38
3.3.5. Menentukan Parameter-Parameter Transformasi Gelombang ............. 39
3.3.5 Menentukan Tinggi Gelombang Pecah................................................. 39
BAB 4 PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN ........................................40
4.1 Gambaran Umum Lokasi Studi ................................................................... 40
4.2 Peramalan Pembangkitan Gelombang ......................................................... 41
4.2.1.Panjang Fetch Efektif ........................................................................... 41
4.2.2 Bathimetri ............................................................................................. 42
4.3.3. Kecepatan Angin.................................................................................. 43
4.3. Penjalaran Gelombang Laut Dalam ...................................................... 45
4.5. Transformasi Gelombang ..................................................................... 45
4.6. Analisis Lintasan Gelombang di Pantai Mutiara ....................................... 53
4.6.1. Analisis Lintasan Gelombang dengan Sudut Datang 0o (Utara).......... 53
4.6.2. Analisis Lintasan Gelombang dengan Sudut Datang 45o (Timur Laut)
.............................................................................................................. 54
4.6.3. Analisis Lintasan Gelombang dengan Sudut Datang 90o (Timur) ...... 56
4.6 Tinggi Gelombang Pecah ..................................................................... 57
BAB 5 PENUTUP ..........................................................................................63
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................64
LAMPIRAN ..........................................................................................................65
v
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
ABSTRAK
Dalam Tugas akhir ini penulis mencoba prediksi arah lintasan dan tinggi
gelombang laut di sekitar perairan Pantai Mutiara dengan memperhatikan
pengaruh transformasi gelombang berupa shoaling dan refraksi. Untuk itu
dibutuhkan beberapa parameter gelombang yaitu data batimetri, tinggi gelombang
laut dalam, periode gelombang, koefisien pendangkalan, koefisien refraksi, dan
sudut datang gelombang.
viii
BAB 1
PENDAHULUAN
Salah satu pantai yang di Indonesia adalah Pantai Mutiara yang berada di
Kecamatan Pantai Cermin, Provinsi Sumatera Utara.
Guna melindungi kehidupan di sekitar pesisir pantai dari bahaya erosi dan
mendukung kegiatan ekonomi dan industrinya, dapat dibangun pelindung pantai
dan sarana prasarana pelabuhan. Dalam perencanaan suatu bangunan struktur
atau pelindung pantai seperti pelabuhan, pemecah ombak (breakwater) dan
sebagainya itu, dibutuhkan pengetahuan mengenai gelombang permukaan laut.
Gelombang permukaan laut merupakan salah satu bentuk penjalaran energi yang
1
biasanya ditimbulkan oleh angin yang berhembus di atas lautan (Black, 1986).
Sifat gelombang yang datang menuju pantai sangat dipengaruhi oleh kedalaman
air, bentuk profil pantainya (beach profile) dan adanya proses transformasi
gelombang.
Tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah untuk memprediksi arah
lintasan dan tinggi gelombang laut yang menuju sekitar Pantai Mutiara dengan
mempertimbangkan pengaruh transformasi gelombang, seperti adanya refraksi
dan pendangkalan, sehingga tinggi dan arah gelombang di sekitar pantai dapat
diperkirakan. Besar sudut gelombang dan tinggi gelombang yang datang pada
gilirannya menentukan besar sediment transport yang terjadi dalam arah sejajar
dan tegak lurus pantai. Informasi ini selanjutnya dapat digunakan untuk
memperkirakan besar dan arah erosi ataupun akresi di suatu pantai.
3. Arah lintasan dan tinggi gelombang laut yang menuju sekitar Pantai
Cermin
1.3.Tujuan Penelitian
2
1.4.Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian
Agar permasalahan lebih terpusat dan memberikan hasil yang baik, penulis
memandang perlunya membatasi permasalahan yang timbul di luar jangkauan
penulis.
1.5.Manfaat Penelitian
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Ada dua istilah tentang kepantaian dalam bahasa Indonesia yang sering
rancu pemakaiannya, yaitu pesisir (coast) dan pantai (shore). Penjelasan tentang
hal ini dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Pesisir adalah daerah darat di tepi laut yang masih mendapat pengaruh laut
seperti pasang surut, angin laut dan perembesan air laut. Sedangkan pantai adalah
daerah di tepi perairan yang dipengaruhi oleh air pasang tertinggi dan air surut
terendah. Daerah daratan adalah daerah yang terletak di atas dan di bawah
permukaan tanah dimulai dari batas garis pasang tertinggi.
Secara umum pantai merupakan suatu daerah yang meluas dari titik
terendah air laut pada saat surut hingga ke arah daratan sampai mencapai batas
efektif dari gelombang. Sedangkan garis pantai adalah garis pertemuan antara air
laut dengan daratan yang kedudukannya berubah-ubah sesuai dengan kedudukan
pada saat pasang-surut, pengaruh gelombang dan arus laut.
4
2.1.1 Bentuk Pantai
5
Kemiringan dasar pantai tergantung pada bentuk dan ukuran material dasar. Pada
pantai kerikil kemiringan pantai bisa mencapai 1:4, pantai pasir mempunyai
kemiringan 1:20-1:50 dan untuk pantai berlumpur mempunyai kemiringan sangat
kecil mencapai 1: 5000.
Deskripsi tentang sebuah gelombang hingga kini masih belum jelas dan
akurat, oleh karena permukaan laut merupakan suatu bidang yang kompleks
dengan pola yang selalu berubah dan tidak stabil (Garrison, 1993). Gelombang
merupakan fenomena alam naik dan turunnya air secara periodik dan dapat
dijumpai di semua tempat di seluruh dunia. Gross (1993) mendefenisikan
gelombang sebagai gangguan yang terjadi di permukaan air. Sedangkan Sverdrup
at al, (1946) mendefenisikan gelombang sebagai sesuatu yang terjadi secara
periodik terutama gelombang yang disebabkan oleh adanya peristiwa pasang
surut.
6
Menurut Nontji (1987) antara panjang dan tinggi gelombang tidak ada satu
hubungan yang pasti akan tetapi gelombang mempunyai jarak antar dua puncak
gelombang yang makin jauh akan mempunyai kemungkinan mencapai gelombang
yang semakin tinggi. Pond and Pickard (1983) mengklasifikasikan gelombang
berdasarkan periodenya, seperti yang disajikan pada Tabel 2.1 berikut ini.
7
kedudukannya terhadap bumi, distribusi air yang tidak merata pada
permukaan bumi dan ketidak teraturan konfigurasi kolom samudera.
3. Ada juga gelombang yang diakibatkan kapal yang bergerak, gempa atau
letusan gunung berapi di dalam laut dan sebagainya.
Diantara macam-macam gelombang di atas, gelombang angin laut dan
gelombang pasang surut merupakan salah satu faktor utama dalam perencanaan
desain bangunan-bangunan pantai seperti dermaga, groin, jetty, sea wall dan
sebagainya.
8
L = T √gd
2. Gelombang di laut transisi (transitional water)
1/20 < d/L < ½
2πd/L < tanh (2πd/L) < 1
C = [gT/2π] tanh (2πd/L)
L = [gT2/2π] tanh [gT2/2π]
3. Gelombang di laut dalam (deep water)
d/L ≤ 1/2
tanh (2πd/L) ≈ (2πd/L)
C = C0 = √gd
L = L0 = T √gd
Di mana
9
oleh beberapa faktor seperti hubungan pergerakan bulan dengan
katulistiwa bumi, pergantian tempat antara bulan dan matahari dalam
kedudukannya terhadap bumi, distribusi air yang tidak merata pada
permukaan bumi dan ketidak teraturan konfigurasi kolom samudera.
3. Ada juga gelombang yang diakibatkan kapal yang bergerak, gempa atau
letusan gunung berapi di dalam laut dan sebagainya.
10
energinya dan naik kepantai (swash) dan setelah beberapa waktu kemudian
gelombang akan kembali turun (backswash) yang kecepatannya bergantung pada
kemiringan pantai atau slope. Pantai dengan slope yang tinggi akan lebih cepat
memantulkan gelombang, sedangkan pantai dengan slope yang kecil pemantulan
gelombangnya relatif lambat. Kennet (1982) membagi zona gelombang atas tiga
bagian, yaitu zona pecah gelombang (breaker zone), zona surf (surf zone) dan
zona swash (swash zone).
Pada zona surf, terjadi angkutan sedimen karena arus sepanjang pantai
terjadi dengan baik. Pada kedalaman dimana gelombang tidak menyelesaikan
orbitalnya, gelombang akan semakin tinggi dan curam dan akibatnya mulai pecah
(Kennet, 1982). Sebuah gelombang akan pecah bila perbandingan antara
kedalaman perairan dan tinggi gelombang adalah 1,28 (Yuwono, 1986) atau bila
perbandingan antara tinggi gelombang dan panjang gelombang melampaui 1 : 7
(Gross, 1993).
11
c. Surging, adalah tipe hempasan dimana gelombang pecah tepat di tepi
pantai. Tipe hempasan ini sangat mempengaruhi lebarnya zona surf suatu
perairan karena jenis gelombang yang pecah tepat di tepi pantai akan
mengakibatkan semakin sempitnya zona surf. Gelombangnya lebih lemah
saat mencapai pantai dengan dasar yang lebih curam dan kemudian
gelombang akan pecah tepat pada tepi pantai (Gross, 1993).
d. Collapsing, merupakan gelombang yang pecah setengah dari biasanya.
Saat pecah gelombang tersebut tidak naik ke darat, terdapat buih dan
terjadi pada pantai yang sangat curam (Galvin, 1968).
Apabila memperhatikan gelombang di laut akan mendapat suatu kesan
seolah-olah gelombang tersebut bergerak secara horizontal dari suatu tempat ke
tempat lain. Tetapi kenyataanya tidaklah demikian karena suatu gelombang akan
membentuk gerakan maju melintasi permukaan air. Di sana hanya terjadi gerakan
kecil kearah depan dari massa air itu sendiri. Hal ini akan semakin mudah
dipahami apabila meletakan sepotong gabus diantara gelombang-gelombang di
laut. Potongan gabus akan tampak timbul tenggelam sesuai dengan gerakan
berturut-turut, dari puncak dan lembah gelombang yang lebih atau kurang tinggi
pada tempat yang sama.
12
2.5. Transformasi Gelombang
J E0 = J E1 (2.1)
Eo n0 C0 = E1 n1 C1
1 1
gHo2noCo = 8 gH12 n1C1
8
𝐻1 𝑛 𝐶
= √𝑛𝑜 𝐶𝑜 (2.2)
𝐻𝑜 1 1
𝐻 𝑛𝑜 𝐶𝑜
Ks = 𝐻 = √ (2.3)
𝑜 𝑛𝐶
2𝑘ℎ
n = 0,5 (1 + ) (2.4)
𝐻𝑜 sinh(2𝑘ℎ)
13
no = 0,5
1
Ks =√ 2𝑘ℎ (2.5)
tanh 𝑘ℎ (1+ )
sinh 2 𝑘ℎ
𝐶 𝐿 1/4 4 𝐿
0
Ks =√ = (8𝑛ℎ ) = 0.4464 √ ℎ0 (2.6)
2√𝑔ℎ
Refraksi terjadi bila penjalaran gelombang dari perairan yang lebih dalam ke
lebih dangkal tidak tegak lurus garis kontur. Selain adanya perubahan kedalaman
air, peristiwa refraksi gelombang juga diakibatkan oleh adanya perbedaan
kecepatan gelombang yang biasanya disertai juga dengan perubahan panjang
gelombang yang mengecil. Gambar 2.7 menunjukkan pola refraksi yang terjadi
pada sebuah pulau kecil di lautan di mana pola refraksi tersebut digambarkan oleh
garis puncak gelombang (wave crest) dan sinar gelombang (wave ray).
Garis
Gelombang
Puncak
gelombang
Kontur
kedalaman
14
Gambar 2.3. Peristiwa refraksi gelombang (Triatmodjo, 1999)
Pada kontur ideal (garis kontur sejajar dengan garis pantai), berdasarkan
gambar 2.8 berlaku Hukum Snellius.
𝑠𝑖𝑛 𝛼1 𝑠𝑖𝑛 𝛼2
= (2.7)
𝑐1 𝑐2
di mana
1 = sudut datang antara garis puncak gelombang dengan kontur dasar dimana
gelombang melintas.
2 = sudut datang yang sama diukur saat garis puncak gelombang melintasi
kontur dasar.
(Sorensen. 1978)
15
Penentuan tinggi gelombang di suatu lokasi perairan dangkal menggunakan
rumus:
H = Ho Ks Kr (2.8)
𝐵 𝑐𝑜𝑠𝛼
Kr = √𝐵1 = √𝑐𝑜𝑠𝛼1 (2.9)
2 2
di mana
Tetapi secara umum , kontur lepas pantai tidak teratur dan bervariasi sepanjang
pantai dan perubahan garis kontur kedalaman atau batimetri berlangsung secara
kontinu, tetapi untuk mempermudah perhitungan refraksi, batimetri dapat
di‘diskret’kan atau dibuat tidak kontinu, yaitu dapat dilihat pada gambar 2.5
16
Gambar 2.5. Batimetri kontinu dan ‘diskret’
Koefisien refraksi juga dapat dicari dengan menggunakan diagram refraksi, ada
dua metode yang dapat digunakan yaitu:
𝑠𝑖𝑛 𝑎1 𝐶1 𝐿1
= 𝐶2 = 𝐿2 (2.10)
𝑠𝑖𝑛 𝑎2
di mana
Bila Persamaan (2.37) diterapkan pada suatu pantai dengan kedalaman garis
paralel maka:
𝐿0 𝐿
= sin1𝑎 = 𝑋
sin 𝑎0 1
𝑏0 𝑏
= 𝐶𝑜𝑠1𝑎
𝐶𝑜𝑠 𝑎0 1
17
𝑏 𝐶𝑜𝑠 𝑎
𝐾𝑟 = √𝑏0 = √𝐶𝑜𝑠 𝑎0 (2.11)
1 1
Perlu dicatat bahwa koefisien refraksi Kr pada dasarnya berawal dari konsep
energi konservasi yang dapat dinyatakan sebagai berikut:
𝐻1 = 𝐻0 . 𝐾𝑟 . 𝐾𝑠 (2.12)
di mana
H0 dan H1 = tinggi gelombang awal dan tinggi gelombang pada lokasi tertentu
Kr = koefisien refraksi
Ks = koefisien shoaling
2. Metode Diagram
18
gelombang ini menggunakan persamaan hubungan dispersi gelombang untuk
mencari nilai bilangan gelombang (wave number). Nilai bilangan gelombang (k)
akan digunakan untuk mencari nilai kecepatan (C). Selanjutnya nilai C digunakan
untuk memperoleh nilai panjang gelombang L yang akan digambar di kertas
grafik (Kamphuis, 2002).
19
Pada rintangan (pemecah gelombang) tunggal, tinggi gelombang di suatu
tempat di daerah terlindung tergantung pada jarak titik tersebut terhadap ujung
rintangan r, sudut antara rintangan dan garis yang menghubungkan titik tersebut
dengan ujung rintangan β dan sudut antara arah penjalaran gelombang dan
rintangan θ . Perbandingan antara tinggi gelombang di titik yang terletak di daerah
terlindung dan tinggi gelombang datang disebut koefisien difraksi K’.
HA = K’ Hp (2.13)
K’ = f (θ ,β ,r / L) (2.14)
𝐻𝑟
X = 𝐻𝑖 (2.15)
20
Tipe bangunan X
Dinding vertikal dengan puncak diatas air 0,7 – 1,0
Dinding vertikal dengan puncak terendam 0,5 – 0,7
Tumpukan batu sisi miring 0,3 – 0,6
Tumpukan balok beton 0,3 – 0,5
Bangunan vertikal dengan peredam energi (diberi lubang) 0,05 – 0,2
𝐻𝑏 1
= 𝐻′0 1/3 (2.17)
𝐻′0 3,3( )
𝐿0
21
𝑑𝑏 1
= 𝑎𝐻𝑏 (2.18)
𝐻𝑏 𝑏−( )
𝑔𝑇2
persamaan berikut :
1,56
b = (1+𝑒 −19,5𝑚) (2.20)
di mana
antara grafik H = Ks xKr xHo dan grafik Hb merupakan lokasi gelombang pecah.
22
yang tinggi sesuai dengan panjang gelombang yang besar. Gelombang yang
terbentuk dengan cara ini umumnya mempunyai puncak yang kurang curam jika
dibandingkan dengan tipe gelombang yang dibangkitkan dengan angin yang
berkecepan kecil atau lemah. Saat angin mulai bertiup, tinggi gelombang,
kecepatan, panjang gelombang seluruhnya cenderung berkembang dan meningkat
sesuai dengan meningkatnya waktu peniupan berlangsung (Hutabarat dan Evans,
1984).
Jarak tanpa rintangan dimana angin bertiup merupakan fetch yang sangat
penting untuk digambarkan dengan membandingkan gelombang yang terbentuk
pada kolom air yang relatif lebih kecil seperti danau (di darat) dengan yang
terbentuk di lautan bebas, (Pond and Picard, 1978).
Gelombang yang terbentuk di danau dengan fetch yang relatif kecil dengan
hanya mempunyai beberapa centimeter sedangkan yang terbentuk di laut bebas
dimana dengan fetch yang lebih sering mempunyai panjang gelombang sampai
ratusan meter. Kompleksnya gelombang-gelombang ini sangat sulit untuk
dijelaskan tanpa membuat pengukuran-pengukuran yang lebih akurat dan kurang
berguna bagi nelayan atau pelaut. Sebagai gantinya mereka membuat suatu cara
yang lebih sederhana untuk mengetahui gelombang yaitu dengan menggunakan
suatu daftar skala gelombang yang dikenal dengan Skala Beaufort
untuk memberikan keterangan tentang kondisi gelombang yang terjadi di laut
dalam hubungannya dengan kecepatan angin yang sementara berhembus
(Hutabarat dan Evans, 1984).
23
2.6.1 Data angin
Hasil dari persentase arah tiupan angin yang dominan akan digunakan
untuk perencanaan gelombang. Data angin yang di peroleh adalah data angin dari
pengukuran di darat, oleh karena itu data ini harus di transfer menjadi data angin
laut sehingga dapat digunakan sebagai analisis prediksi gelombang. Rumus yang
akan digunakan sebagai berikut (CERC, 1984):
24
atas permukaan laut. Oleh karena itu diperlukan transformasi data angin di atas
daratan (yang terdekat dengan lokasi studi) ke data angin di atas permukaan laut
(Triatmodjo, 1999). Hubungan antara angin di atas laut dan angin di atas daratan
terdekat diberikan oleh persamaan berikut:
𝑈𝑊
RL = (2.24)
𝑈𝐿
di mana :
UL
Gambar 2.7. Hubungan kecepatan angin di laut dan di darat (CERC, 1984)
25
Gambar 2.8. Grafik peramalan gelombang (CERC, 1984)
2.6.2 Fetch
Fetch merupakan panjang keseluruhan suatu daerah pembangkit
gelombang yang dipengaruhi oleh angin yang berhembus dengan kecepatan dan
arah yang konstan. Arah angin masih dianggap konstan apabila perubahannya
tidak sampai 150. sedangkan kecepatan angin masih dianggap konstan apabila
perubahannya tidak lebih dari 5 knot (2,5 m/dt) (Triatmodjo, 1999). Di dalam
tinjauan pembangkitan gelombang di laut, fetch dibatasi oleh bentuk daratan yang
mengelilingi laut.
Σ𝑋𝑖 cos 𝛼
Feff = (2.25)
Σ cos 𝛼
di mana
26
Xi = panjang segmen fetch yang diukur dari titik observasi gelombang ke ujung
akhir fetch.
α = deviasi pada kedua sisi dari arah angin, dengan menggunakan
pertambahan 6o sampai sudut sebesar 42o pada kedua sisi dari arah
angin.
2.6.3 Batimetri
Batimetri adalah ilmu yang mempelajari kedalaman di bawah air dan studi
tentang tiga dimensi lantai samudra atau danau. Sebuah peta batimetri umumnya
menampilkan relief lantai atau dataran dengan garis-garis kontur (contour lines)
yang disebut kontur kedalaman (depth contours atau isobath) dan dapat memiliki
informasi tambahan berupa informasi navigasi permukaan.
ω2 = gk tanh kh (2.26)
ω2 g
= tanh kh (2.27)
k2 k
2π 2π
Karena ω = dan k = , maka:
T L
ω L
= =C (2.28)
k T
27
g
C2 = k tanh kh (2.29)
L 2π
Subsitusikan C = dan k = ke persamaan (2.29) diperoleh:
T L
L 2 gL 2πh
C2 = (T) = tanh (2.30)
2π L
atau:
gT2 2πh
L= tanh (2.31)
2π L
28
dasar laut diangkut dan ditumpahkan dalam bentuk gosong pasir (sand bard)
Dahury,1996).
Energi total gelombang adalah jumlah dari energi kinetik Ek dan energi
potensial gelombang Ep. Energi kinetik adalah energi yang disebabkan oleh
kecepatan partikel air karena adanya gerak gelombang. Sedangkan energi
potensial adalah energi yang dihasilkan oleh perpindahan muka air karena adanya
gelombang. Untuk teori gelombang Airy, jika energi potensial ditetapkan relatif
terhadap muka air diam dan semua gelombang menjalar dalam arah yang sama,
maka energi potensial gelombang sama besarnya dengan energi kinetiknya
(Triatmodjo, 1999) yaitu:
𝐿𝜌𝑔𝐻 2
Ep = Ek = (2.32)
16
jika energi kinetik dan potensial sama , maka energi total (E) adalah
𝐿𝜌𝑔𝐻 2
ET = Ep + Ek = (2.33)
8
Energi gelombang adalah berubah dari satu titik ke titik lain sepanjang satu
𝐸 𝜌𝑔𝐻 2
E= 𝐿 = (2.34)
8
𝜌𝑔𝐻 2 𝐿 2𝑘ℎ
𝑃= (1 + sinh 2𝑘ℎ) (2.35)
16𝑇
29
partikel air itu tertutup, melainkan membawa energi. Dean dan Dalrymple (1991)
memberi contoh, jika sebuah batu dijatuhkan ke permukaan air, maka akan
terbentuk gelombang. Energi kinetik dari batu berpindah menjadi energi
gelombang. Gelombang ini merambat dan mungkin pecah di tepi. Hal ini
menjelaskan bahwa perpindahan energi itu jauh dari tempat pembangkit
gelombang. Tingkat atau laju perpindahan energi ini disebut daya gelombang
(wave power) atau fluks energi (energy flux). Fluks energi gelombang
dirumuskan sebagai berikut:
J = E Cn (2.36)
di mana
C = kecepatan gelombang.
n = asimtot.
Cg = nC (2.37)
atau:
𝐶𝑔 1 2𝑘ℎ
n= = 2 (1 + 𝑠𝑖𝑛ℎ 2𝑘ℎ) (2.38)
𝐶
Faktor n mempunyai nilai asimtot pada laut dalam dan laut dangkal sebesar
½ dan 1.
= gk tanh kh
rambat gelombang (celerity) pada laut dalam telah diketahui dari persamaan
30
dispersi (2.26). Pada analisis transformasi gelombang yang akan dibahas adalah
2 = gk tanh (kh)
𝜔2
= k tanh kh (2.39)
𝑔
(2.39) menjadi:
𝜔2 ℎ
= (kh) tanh (kh) (2.40)
𝑔
𝜔2 ℎ
f(kh) = (kh) tanh (kh) - 𝑔
(2.41)
(𝑘ℎ)
f’ (kh)= tanh (kh) + 𝑐𝑜𝑠ℎ2 𝑘ℎ (2.42)
k = kh / h (2.43)
nilai error didapat dari selisih nilai k awal dengan nilai k setelah proses iterasi.
31
BAB 3
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini dapat digambarkan pada
Mulai
Mengumpulkan Literatur
Mengumpulkan Data
1. Data angin
2. Peta batimetrik
Mengolah Data
Kesimpulan
Selesai
32
3.1 Tahap Studi Kepustakaan
Data yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah peta batimetri dan data
kecepatan beserta arah angin.
Peta batimetri di dapat dari pengolahan dari data pengukuran yang telah
dilakukan sebelumnya. Data koordinat dan elevasi di olah di program Global
Mapper sehingga didapat peta batimetri Pantai Mutiara Indah
Data kecepatan angin dan arah angin didapat dari BMKG Stasiun Kuala
Namo,
a. Menyiapkan peta dengan skala yang lengkap lalu mencari lokasi Penelitian
pada peta, Tarik garis lurus dari titik tertentu, dimana titik tadi adalah bibir
33
pantai dai lokasi ke arah 0o. Tarik garis lurus hingga berhenti pada daratan
terdekat dalam arah tersebut. 1. Apabila tidak ada daratan terdekat, maka
gunakanlah panjang garis yang sudah diskala, untuk panjang 250 km dari titik
awal garis.
b. Dari garis ini dibuat garis lain dari titik yang sama, dengan cara dan ketentuan
yang sama, namun dengan sudut dari garis sebelumnya sebesar 6o secara
berurutan sebanyak 7 kali, hingga sudut dari garis terakhir dengan garis
pertama adalah 42o lakukan ini kearah yang berlawanan arah jarum jam sampai
sudut garis terakhir dan pertama mencapai 42o.
c. Garis – garis ini diukur dalam AutoCad dan hasilnya kalikan dengan skala
dalam peta (pojok bawah kanan) untuk mendapatkan jarak sesungguhnya. Lalu
mengukur cosinus dari sudut – sudut antara setiap garis (60), dan kalikan
dengan jarak sesungguhnya.
di mana
Xi = panjang segmen fetch yang diukur dari titik observasi gelombang ke ujung
akhir fetch.
34
= deviasi pada kedua sisi dari arah angin, dengan menggunakan pertambahan
6o sampai sudut sebesar 42o pada kedua sisi dari arah angin.
Sedangkan sudut datang gelombang berjumlah 3 variasi yaitu sudut 0o, 45o,
90o yang mengacu ke arah Utara dan berputar (rotasi) ke arah Timur.
1. Data berupa koordinat titik X,Y dan kedalaman yang disimpan dalam
format notepad di pindahkan ke Excel 2007, dirapikan dan disimpan
kembali dalam format notepad.
2. Buka aplikasi Global Mapper, klik file > open data tadi dan akan tampil
tab pilihan dibawah ini, lalu ok.
35
3. Klik file > open data tadi lagi, tapi pada pilihan import type, ganti jadi
4. Setelah datanya muncul, klik file > Generate contours option, akan muncul
tab pilihan dibawah, pilih kontur interval 0,5 meter, klik ok.
6. Buka apikasi Map Info, open file tadi, kemudian export ke format Cad
agar data bisa diolah dalam aplikasi Autocad sehingga dapat diperoleh
36
Gambar 3.4 Peta batimetri Pantai Mutiara (AutoCad)
kecepatan angin (U), lama hembusan angin (D), fetch (F) dan arah angin. Pada
rumus pembangkitan gelombang, data angin yang digunakan adalah yang ada di
atas permukaan laut. Oleh karena itu diperlukan transformasi data angin di atas
daratan (yang terdekat dengan lokasi studi) ke data angin di atas permukaan laut
(Triadmodjo, 1999). Hubungan antara angin di atas laut dan angin di atas daratan
37
Di mana
ω2 = gk tanh kh (2.26)
ω2 g
= tanh kh (2.27)
k2 k
2π 2π
Karena ω = dan k = , maka:
T L
ω L
= =C (2.28)
k T
g
C2 = k tanh kh (2.29)
L 2π
Subsitusikan C = dan k = ke persamaan (2.29) diperoleh:
T L
L 2 gL 2πh
C2 = (T) = tanh (2.30)
2π L
atau:
gT2 2πh
L= tanh (2.31)
2π L
38
3.3.5. Menentukan Parameter-Parameter Transformasi Gelombang
39
BAB 4
PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN
40
4.2 Peramalan Pembangkitan Gelombang
Jika panjang fetch efektif ini dikonversikan ke satuan mil laut (nautical mile)
0,539957mil laut
Feff = 260,61 km x = 140,73 mil laut
1 km
41
Fetch lokasi studi dapat dilihat pada Gambar 4.2
laut yang menuju ke garis pantai berdasarkan sudut datang gelombang (θ),
42
4.3.3. Kecepatan Angin
Data angin berupa kecepatan dan arahnya diperoleh dari Stasiun Angin
Kualanamu Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Sampali Kabupaten
Deli Serdang selama 1 tahun terakhir (januari 2018 – desember 2018) dapat
dilihat pada Tabel 4.3. berikut ini.
Tahun 2018
Bulan Kecepatan
Arah
(m/s)
Januari 2,3 N
Februari 2,6 N
Maret 2,5 N
April 2,4 N
Mei 2,2 E
Juni 2,5 N
Juli 2,4 N
Agustus 2,4 N
September 2,4 N
Oktober 2,3 N
November 2,4 N
Desember 2,7 N
RL = 1,7
UL= 2.7
Gambar 4.3 Grafik hubungan antara kecepatan angin di laut dan di darat.
43
Dari grafik didapat nilai RL = 1,5
Uw = UL x R L
= 2,7 x 1,7
= 4,59 m/dtk
UA = 0,71 x Uw1,23
= 0,71 x 4,591,23
= 4,62 m/dtk
4. Dari nilai UA dan Fetch yang didapat, tinggi dan periode gelombang dapat
berikut:
UA= 4,62
hasil Durasi (jam), Tinggi (m) dan Periode (detik) yang diharapkan karena
44
melebihi kondisi maksimum pada grafik Peramalan Gelombang. Oleh karena itu,
laut dalam. Penjalaran gelombang dari laut dalam ini mempunyai gerak yang lebih
𝑔𝑇 2
Lo = 2𝜋
9,81 (4,75)2
Lo = 2(3,14)
L o = 35,25 m
dimana nilai kecepatan gravitasi (g) = 9,81 m/s2 dan konstanta π = 3,14.
35,25
Co = = 7,42 m/s
4,75
rambat gelombang (celerity) pada laut dalam telah diketahui dari persamaan
dispersi (2.26). Pada analisis transformasi gelombang yang akan dibahas adalah
45
parameter panjang gelombang (L) pada tiap-tiap kedalaman tertentu. Analisis
2 = gk tanh (kh)
𝜔2
= k tanh kh (4.1)
𝑔
(4.1) menjadi:
𝜔2 ℎ
= (kh) tanh (kh) (4.2)
𝑔
𝜔2 ℎ
f(kh) = (kh) tanh (kh) - (4.3)
𝑔
(𝑘ℎ)
f’ (kh)= tanh (kh) + 𝑐𝑜𝑠ℎ2 𝑘ℎ (4.4)
k = kh / h (4.5)
nilai error didapat dari selisih nilai k awal dengan nilai k setelah proses iterasi.
Masukkan nilai frekuensi sudut (ω), percepatan gravitasi (g) dan kedalaman yang
diketahui (h).
g = 9,81 m/s
h =4m
iterasi 1: k(a) = 1 ; kh = 4
46
f (kh) = 4 tanh (4) – 0,713
f (kh) = 3,28
4
f’(kh) = tanh (4)+ cosh2 (4)
f’(kh) = 1
f(kh)
kh = 𝑘ℎ − f′ (kh) = 0,73
f (kh ) = -0,257
0,730
f’(kh) = tanh (0,730)+ cosh2 (0,730)
f’(kh) = 1,07
f(kh)
kh = 𝑘ℎ − f′ (kh) = 0,971
f (kh ) = 0,015
0,971
f’(kh) = tanh (0,971) + cosh2 (0,971)
f’(kh) = 1,175
f(kh)
kh = 𝑘ℎ − f′ (kh) = 0,959
47
e = k(c) – k(d) = 0,242 – 0,239 = 0,003
f (kh ) = 0
0,959
f’(kh) = tanh (0,959)+ cosh2 (0,959)
f’(kh) = 1,172
f(kh)
kh = 𝑘ℎ − f′ (kh) = 0,958
Apabila nilai error (e) dari proses iterasi di atas sama dengan nol, maka
proses iterasi dicukupkan. Dengan demikian nilai bilangan gelombang (k) untuk
Tabel 4.3 Hasil perhitungan nilai bilangan gelombang (k) untuk tiap
kedalaman (h).
h ω h/g
2
K Kh f(kh) f'(kh) kh k error
48
h ω 2h/g K Kh f(kh) f'(kh) kh k error
1 2 1,57169 1,10533 0,57808 0,28904 0,710961
0,28904 0,57808 -0,055 0,94227 0,63648 0,31824 -0,0292
2 0,3563634
0,31824 0,63648 0,00166 0,99759 0,63482 0,31741 0,00083
0,31741 0,63482 1,2E-06 0,99613 0,63482 0,31741 0
1 1,5 1,09045 1,17621 0,57291 0,38194 0,618059
Berdasarkan persamaan:
𝑔𝐿 2ℎ
C2 = √2 𝑡𝑎𝑛ℎ (4.7)
𝐿
terlihat bahwa kecepatan gelombang (C) tergantung pada kedalaman air (h)
panjang gelombang (L) akan ikut berkurang secara sebanding. Pada proses
refraksi energy flux di antara dua lintasan gelombang (wave rays) adalah tetap.
49
Jalur gelombang (wave ray) adalah garis normal (tegak lurus) pada puncak
gelombang. (Yuwono,1982).
sudut datang jalur gelombang akan dibiaskan apabila melewati kedalaman yang
rambat gelombang datang (C1) dan gelombang bias (C2), serta sudut datang
AutoCAD 2002.
AutoCAD 2002:
export ke format CAD sehingga peta batimetri bisa digunakan dalam proses
3. Mengatur sudut datang gelombang, yaitu sudut zenith yang terbentuk dari
lintasan gelombang (wave ray) yang datang dari laut dalam dengan garis yang
mengacu ke arah utara dan berputar (rotasi) ke arah timur. Nilai-nilai sudut
50
5. Sudut datang gelombang pada kontur awal dicatat untuk selanjutnya diolah di
Ms. Excell. Pada Ms. Excell dicari nilai sudut bias dengan menggunakan
hukum Snellius .
8. Pada wave ray selanjutnya proses sama dengan wave ray sebelumnya (langkah
Persamaan hukum Snellius untuk sudut datang gelombang sebesar 0o, wave ray A
𝑠𝑖𝑛 𝜃1 𝑠𝑖𝑛 𝜃0
=
𝑐1 𝑐0
𝑠𝑖𝑛 𝜃0 𝑐1
sin 𝜃1 = 𝑐0
𝑠𝑖𝑛 𝜃0 𝑐1
𝜃1 = sin-1 ( )
𝑐0
𝑠𝑖𝑛(35o )5,517
𝜃1 = sin-1 ( ) = 33,37o
5,754
Koefisien refraksi adalah akar perbandingan antara jarak ortogonal antar wave
𝐵
Kr = √𝐵1
2
100
Kr = √100 = 1
Untuk sudut datang gelombang (θi), sudut bias gelombang (θr), jarak
sudut datang 0o , 45o,dan 90o selanjutnya ditabelkan pada Lampiran A1, A2 dan
A3.
51
Koefisien pendangkalan (Ks) merupakan fungsi antara kedalaman laut (h)
no Lo
Ks = √ nL
Nilai no untuk laut dalam/ transisi dan laut dangkal = 0,5 dan 1
Cg 1 2kh
n = = 2 (1 + sinh 2kh)
C
1 2(0,187)(4)
n = (1 + sinh 2(0,187 )(4)) = 0,788
2
no.Lo (0,5)(33,62)
Ks = √ = √(0,788)(33,62) = 0,924
nL
Pendangkalan (Ks) dan Faktor Asimtot (n) dapat dilihat pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5. Hasil perhitungan koefisien pendangkalan (Ks) dan faktor asimtot
(n) untuk tiap-tiap kedalaman (h).
h (m) k L (m) n Ks
4 0,240 26,208 0,788 0,9237
3,5 0,252 24,928 0,812 0,9333
3 0,268 23,463 0,836 0,9479
2,5 0,288 21,769 0,861 0,9696
2 0,317 19,785 0,887 1,0019
1,5 0,361 17,407 0,914 1,0523
1 0,435 14,435 0,942 1,1384
0,5 0,606 10,364 0,971 1,8718
52
4.6. Analisis Lintasan Gelombang di Pantai Mutiara
gelombang yang tidak tegak lurus terhadap garis kontur.. Lintasan gelombang
yang melewati kedalaman 3,5 m dan yang lebih dangkal, efek refraksi semakin
jelas terlihat. Misalnya lintasan gelombang 8, 9, 10, 11 dan 12 yang merapat satu
sama lain. Hal ini berarti terjadi pegumpulan energi gelombang yang disebut
dengan konvergen energi gelombang dimana energi gelombang pada daerah itu
53
Sebaliknya lintasan gelombang 1, 2, 3, 4 dan 5 tampak merenggang satu
sama lain. Hal ini berarti terjadi penyebaran energi yang disebut dengan divergen
energi gelombang dimana energi gelombang pada daerah itu mengecil, akibatnya
tinggi gelombang juga semakin kecil. Bila ditarik garis lurus sejajar pantai, maka
akan tampak bahwa arah lintasan gelombang bergerak ke sisi kanan garis pantai.
4.6.2. Analisis Lintasan Gelombang dengan Sudut Datang 45o (Timur Laut)
disebabkan oleh sudut datang yang hampir tegak lurus dengan kontur. Hal ini
sangat berbeda dengan kondisi sebelumnya (Gambar 4.9) dimana sudut datang
54
gelombang tidak tegak lurus dengan kontur sehingga akan tampak terjadi
disebabkan oleh sudut datang gelombang yang tidak tegak lurus dengan kontur.
disebabkan oleh sudut datang gelombang yang tegak lurus dengan kontur .
lintasan gelombang 12, 13, 14, 15, 16 dan 17 tampak merapat (konvergen energi
gelombang) sehingga tinggi gelombang membesar. Bila ditarik garis lurus sejajar
pantai, maka akan tampak bahwa arah lintasan gelombang sebagian bergerak ke
55
4.6.3. Analisis Lintasan Gelombang dengan Sudut Datang 90o (Timur)
juga disebabkan oleh sudut datang gelombang yang tidak tegak lurus dengan
pada lintasan-lintasan gelombang yang ada pada lintasan gelombang dengan sudut
sama pada lintasan-lintasan gelombang yang ada pada lintasan gelombang dengan
56
sudut datang sebelumya (divergen energi gelombang) sehingga tinggi gelombang
mengecil. Bila ditarik garis lurus sejajar pantai, maka akan tampak bahwa arah
persamaan (2.30).
H = Ho Ks Kr
Berdasarkan The Open University (1994) pada Supangat dan Susanna (2001)
57
Pada lintasan 1 dengan kedalaman 4 meter dan arah sudut datang sebesar 0o
H = Ho Ks Kr
H = 0,912 m
Untuk wave ray, koefisien refraksi (Kr), koefisien pendangkalan (Ks) dan
tinggi gelombang pecah (H) selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 4.6, 4.7, dan
4.8. Sedangkan gambar lintasan gelombang dan arah gelombang dapat dilihat dari
58
Tabel 4.6 Perhitungan tinggi gelombang pecah H(m) dengan persamaan
dispersi
(Ho = 1 m) pada sudut datang 0o
Lintasan h (m) Ks Kr H(m) Lintasan h (m) Ks Kr H(m)
4 0,924 0,988 0,912 3,5 0,933 1,009 0,942
3,5 0,933 0,988 0,922 3 0,948 0,930 0,881
3 0,948 0,991 0,940 2,5 0,970 0,932 0,904
5
1 2,5 0,970 0,953 0,924 2 1,002 0,871 0,873
2 1,002 0,923 0,925 1,5 1,052 0,904 0,951
1,5 1,052 0,937 0,986 1 1,138 0,894 1,017
1 1,138 0,899 1,023 3 0,948 0,961 0,911
4 0,924 0,988 0,912 2,5 0,970 0,969 0,939
3,5 0,933 0,988 0,922 6 2 1,002 1,047 1,049
3 0,948 0,991 0,940 1,5 1,052 1,049 1,104
2 2,5 0,970 0,953 0,924 1 1,138 0,993 1,130
2 1,002 0,923 0,925 2,5 0,970 1,001 0,971
1,5 1,052 0,937 0,986 2 1,002 1,029 1,031
7
1 1,138 0,899 1,023 1,5 1,052 0,962 1,012
4 0,924 0,987 0,911 1 1,138 0,971 1,105
3,5 0,933 1,000 0,933 2 1,002 0,968 0,970
3 0,948 0,999 0,947 8 1,5 1,052 0,938 0,988
3 2,5 0,970 1,010 0,979 1 1,138 0,938 1,068
2 1,002 1,033 1,035 2 1,002 1,080 1,082
1,5 1,052 1,017 1,070 9 1,5 1,052 1,270 1,336
1 1,138 1,072 1,220 1 1,138 1,393 1,585
4 0,924 0,953 0,880 1,5 1,052 0,951 1,000
10
3,5 0,933 0,947 0,884 1 1,138 0,911 1,037
3 0,948 0,975 0,925 1,5 1,052 1,214 1,278
11
4 2,5 0,970 0,979 0,949 1 1,138 1,316 1,498
2 1,002 0,968 0,970 1,5 1,052 0,991 1,043
12
1,5 1,052 0,975 1,026 1 1,138 1,194 1,360
1 1,138 0,972 1,106 13 1 1,138 1,049 1,194
14 1 1,138 0,991 1,128
15 1 1,138 0,996 1,134
59
Tabel 4.7 Perhitungan tinggi gelombang pecah H(m) dengan persamaan
dispersi
(Ho = 1 m) pada sudut datang 45o
Lintasan h (m) Ks Kr H(m) Lintasan h (m) Ks Kr H(m)
4 0,924 0,998 0,922 3 0,948 1,014 0,962
3,5 0,933 0,988 0,922 2,5 0,970 0,995 0,965
3 0,948 0,978 0,927 7 2 1,002 0,937 0,939
1 2,5 0,970 0,969 0,940 1,5 1,052 0,953 1,003
2 1,002 0,974 0,976 1 1,138 0,926 1,054
1,5 1,052 0,967 1,017 2,5 0,970 1,016 0,985
1 1,138 0,986 1,122 2 1,002 1,087 1,089
8
4 0,924 0,990 0,914 1,5 1,052 1,087 1,144
3,5 0,933 0,989 0,923 1 1,138 1,143 1,301
3 0,948 0,965 0,915 2 1,002 1,021 1,023
2 2,5 0,970 0,969 0,940 9 1,5 1,052 1,024 1,077
2 1,002 0,948 0,950 1 1,138 1,138 1,296
1,5 1,052 0,936 0,985 1,5 1,052 1,020 1,073
10
1 1,138 0,908 1,033 1 1,138 1,015 1,156
4 0,924 0,990 0,915 11 1 1,138 1,015 1,156
3,5 0,933 0,993 0,927 3,5 0,933 1,005 0,938
3 0,948 0,972 0,921 3 0,948 1,027 0,974
3 2,5 0,970 0,978 0,948 2,5 0,970 1,032 1,001
12
2 1,002 0,883 0,885 2 1,002 1,061 1,063
1,5 1,052 0,912 0,959 1,5 1,052 1,045 1,100
1 1,138 0,864 0,983 1 1,138 0,978 1,114
4 0,924 1,011 0,934 3 0,948 1,009 0,956
3,5 0,933 1,003 0,936 2,5 0,970 1,030 0,998
3 0,948 0,994 0,943 13 2 1,002 1,008 1,010
4 2,5 0,970 1,008 0,978 1,5 1,052 1,035 1,089
2 1,002 1,050 1,052 1 1,138 1,047 1,192
1,5 1,052 1,047 1,102 2,5 0,970 1,018 0,987
1 1,138 1,120 1,275 2 1,002 1,044 1,046
14
4 0,924 1,002 0,925 1,5 1,052 1,056 1,111
3,5 0,933 0,997 0,930 1 1,138 1,074 1,223
3 0,948 1,014 0,961 2 1,002 1,036 1,038
5 2,5 0,970 1,010 0,979 15 1,5 1,052 1,038 1,092
2 1,002 1,036 1,038 1 1,138 1,058 1,204
1,5 1,052 1,011 1,064 1,5 1,052 1,038 1,093
16
1 1,138 0,999 1,137 1 1,138 1,239 1,410
4 0,924 1,001 0,925 1,5 1,052 1,000 1,053
17
3,5 0,933 1,003 0,936 1 1,138 1,079 1,228
3 0,948 0,987 0,936 18 1 1,138 0,938 1,067
6 2,5 0,970 0,998 0,967
2 1,002 0,998 1,000
1,5 1,052 0,999 1,051
1 1,138 1,007 1,147
60
Tabel 4.8 Perhitungan tinggi gelombang pecah H(m) dengan persamaan
dispersi
(Ho = 1 m) pada sudut datang 90o
Lintasan h (m) Ks Kr H(m) Lintasan h (m) Ks Kr H(m)
4 0,924 1,020 0,942 3,5 0,933 1,019 0,951
3,5 0,933 1,029 0,960 3 0,948 0,957 0,907
3 0,948 1,006 0,953 2,5 0,970 0,978 0,948
5
1 2,5 0,970 0,986 0,956 2 1,002 0,971 0,972
2 1,002 1,107 1,109 1,5 1,052 0,952 1,002
1,5 1,052 1,133 1,193 1 1,138 0,953 1,085
1 1,138 1,436 1,635 3 0,948 0,992 0,940
4 0,924 1,020 0,942 2,5 0,970 0,999 0,968
3,5 0,933 1,029 0,960 6 2 1,002 0,973 0,975
3 0,948 1,006 0,953 1,5 1,052 0,914 0,962
2 2,5 0,970 0,986 0,956 1 1,138 0,931 1,060
2 1,002 1,107 1,109 3 0,948 0,919 0,871
1,5 1,052 1,133 1,193 2,5 0,970 0,932 0,904
1 1,138 1,436 1,635 7 2 1,002 0,940 0,942
4 0,924 0,973 0,899 1,5 1,052 0,951 1,000
3,5 0,933 0,954 0,891 1 1,138 0,952 1,084
3 0,948 0,973 0,923 2,5 0,970 1,047 1,015
3 2,5 0,970 0,976 0,947 2 1,002 1,050 1,052
8
2 1,002 0,955 0,956 1,5 1,052 1,054 1,109
1,5 1,052 0,944 0,994 1 1,138 0,966 1,100
1 1,138 0,973 1,108 2 1,002 1,060 1,062
4 0,924 0,962 0,888 9 1,5 1,052 1,003 1,055
3,5 0,933 0,942 0,880 1 1,138 1,184 1,348
3 0,948 0,983 0,932 1,5 1,052 1,291 1,359
10
4 2,5 0,970 0,978 0,949 1 1,138 1,273 1,449
2 1,002 0,962 0,964 1,5 1,052 0,906 0,954
11
1,5 1,052 0,990 1,042 1 1,138 0,886 1,008
1 1,138 1,016 1,156 12 1 1,138 1,055 1,201
13 1 1,138 0,926 1,054
14 1 1,138 0,912 1,038
61
Dari perhitungan tinggi gelombang pecah (Tabel 4.6, 4.7 dan 4.8) tersebut
diperoleh tinggi gelombang maksimum sebesar 1,635 meter, yang berada pada
gelombang 90o dan tinggi gelombang minimum sebesar 0,871 m pada lintasan G
pada kedalaman 3 m dengan arah sudut datang gelombang 90o. Dari perhitungan
tinggi gelombang tersebut juga diperoleh nilai H pada kedalaman awal di laut
transisi lebih kecil dari Ho. Hal ini adalah hal yang pasti karena tinggi gelombang
akan rendah dahulu sebelum naik apabila mendekati garis pantai ataupun daerah
yang dangkal. Tinggi gelombang yang akan mendekati garis pantai akan semakin
besar karena efek shoaling akan bertambah besar seiring dengan berkurangnya
kedalaman. Tinggi gelombang maksimum lebih kecil dari 3 meter sehingga tidak
Berdasarkan dari beberapa simulasi arah lintasan gelombang diatas dapat kita
ketahui bahwa nilai koefisien refraksi (Kr) berpengaruh pada nilai sudut datang
(θi) dan sudut bias (θr). Nilai koefisien refraksi (Kr) semakin mengecil jika
selisisih antara datang (θi) dan sudut bias (θr) bertambah. Nilai koefisien
pendangkalan (Ks) juga akan berkurang apabila kedalaman (h) bertambah. Begitu
juga dengan nilai panjang gelombang (L) apabila berkurang maka nilai koefisien
62
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan data angin (kecepatan dan arah) dan fetch diperoleh tinggi
gelombang laut dalam 0,8 meter dengan periode 4,75 detik. Panjang gelombang
laut dalam (Lo) 35,25 meter dan kecepatan gelombang laut dalam (C o) 7,42
meter/sekon.
Hasil simulasi dengan tiga sudut datang yang berbeda (0o, 45o, dan 90o)
diperoleh tinggi gelombang pecah maksimum sebesar 1,635 meter dan tinggi
lebih kecil dari 3 meter sehingga tidak diperlukan pembuatan breakwater. Dari
awal di laut transisi lebih kecil dari Ho. Hal ini adalah hal yang pasti karena tinggi
gelombang akan rendah dahulu sebelum naik apabila mendekati garis pantai
ataupun daerah yang dangkal. Tinggi gelombang yang akan mendekati garis
pantai akan semakin besar karena efek shoaling akan bertambah besar seiring
5.2 Saran
63
DAFTAR PUSTAKA
64
LAMPIRAN
Tabel A1. Nilai-nilai Sudut Datang (θi), Sudut Bias (θr), Jarak Ortogonal Antar
Lintasan (B1 dan B2), dan Koefisien Refraksi (Kr) dengan Sudut Datang 0o
Lintasan h (m) C1 C2 θi (o) θr (o) B1 (m) B2 (m) Kr
4 5,754 5,517 35 33,37 100 102,47 0,9879
3,5 5,517 5,248 35 33,06 102,47 104,99 0,9879
3 5,248 4,939 11 10,35 104,99 106,85 0,9913
2,5 4,939 4,583 17 15,74 106,85 117,59 0,9532
1
2 4,583 4,165 12 10,89 117,59 137,91 0,9234
1,5 4,165 3,665 26 22,69 137,91 156,94 0,9374
1 3,665 3,039 28 22,91 156,94 194,16 0,8991
0,5 3,039 2,182 14 10,00 194,16 200,07 0,9851
4 5,754 5,517 36 34,31 100 102,47 0,9879
3,5 5,517 5,248 36 33,99 102,47 104,99 0,9879
3 5,248 4,939 26 24,37 104,99 106,85 0,9913
2,5 4,939 4,583 39 35,73 106,85 117,59 0,9532
2
2 4,583 4,165 25 22,59 117,59 137,91 0,9234
1,5 4,165 3,665 17 14,91 137,91 156,94 0,9374
1 3,665 3,039 20 16,48 156,94 194,16 0,8991
0,5 3,039 2,182 15 10,71 194,16 200,07 0,9851
4 5,754 5,517 46 43,61 100 102,72 0,9867
3,5 5,517 5,248 36 33,99 102,72 102,75 0,9999
3 5,248 4,939 32 29,92 102,75 102,88 0,9994
2,5 4,939 4,583 25 23,09 102,88 100,81 1,0102
3
2 4,583 4,165 31 27,91 100,81 94,43 1,0332
1,5 4,165 3,665 23 20,11 94,43 91,37 1,0166
1 3,665 3,039 20 16,48 91,37 79,49 1,0721
0,5 3,039 2,182 17 12,12 79,49 80,24 0,9953
4 5,754 5,517 54 50,87 100 110,17 0,9527
3,5 5,517 5,248 41 38,61 110,17 122,82 0,9471
3 5,248 4,939 17 15,97 122,82 129,09 0,9754
2,5 4,939 4,583 27 24,91 129,09 134,75 0,9788
4
2 4,583 4,165 31 27,91 134,75 143,69 0,9684
1,5 4,165 3,665 21 18,38 143,69 151,11 0,9751
1 3,665 3,039 20 16,48 151,11 159,96 0,9719
0,5 3,039 2,182 15 10,71 159,96 164,91 0,9849
3,5 5,517 5,248 60 55,46 98,73 96,96 1,0091
3 5,248 4,939 70 62,18 96,96 112,19 0,9296
2,5 4,939 4,583 47 42,73 112,19 129,2 0,9318
5 2 4,583 4,165 36 32,29 129,2 170,18 0,8713
1,5 4,165 3,665 23 20,11 170,18 208,46 0,9035
1 3,665 3,039 10 8,28 208,46 261,07 0,8936
0,5 3,039 2,182 8 5,73 261,07 268,85 0,9854
65
Lanjutan Tabel A1
Lintasan h (m) C1 C2 θi (o) θr (o) B1 (m) B2 (m) Kr
3 5,248 4,939 65 58,54 99,99 108,18 0,9614
2,5 4,939 4,583 58 51,89 108,18 115,25 0,9688
2 4,583 4,165 39 34,89 115,25 105,18 1,0468
6
1,5 4,165 3,665 26 22,69 105,18 95,58 1,0490
1 3,665 3,039 25 20,52 95,58 96,96 0,9929
0,5 3,039 2,182 43 29,32 96,96 51,66 1,3700
2,5 4,939 4,583 65 57,23 100 99,71 1,0015
2 4,583 4,165 60 51,92 99,71 94,09 1,0294
7 1,5 4,165 3,665 44 37,67 94,09 101,74 0,9617
1 3,665 3,039 27 22,12 101,74 107,99 0,9706
0,5 3,039 2,182 19 13,52 107,99 134,73 0,8953
2 4,583 4,165 73 60,36 94,73 101,02 0,9684
1,5 4,165 3,665 57 47,55 101,02 114,71 0,9384
8
1 3,665 3,039 37 29,94 114,71 130,3 0,9383
0,5 3,039 2,182 21 14,91 130,3 143,07 0,9543
2 4,583 4,165 39 34,89 100 85,75 1,0799
9 1,5 4,165 3,665 56 46,83 85,75 53,17 1,2699
1 3,665 3,039 52 40,80 53,17 27,42 1,3925
0,5 3,039 2,182 13 9,29 27,42 16,19 1,3014
1,5 4,165 3,665 63 51,62 91,93 101,71 0,9507
10 1 3,665 3,039 56 43,43 101,71 122,61 0,9108
0,5 3,039 2,182 51 33,92 122,61 174,69 0,8378
1,5 4,165 3,665 16 14,03 100 67,8 1,2145
11 1 3,665 3,039 58 44,69 67,8 39,16 1,3158
0,5 3,039 2,182 50 33,37 39,16 12,93 1,7403
1,5 4,165 3,665 14 12,29 100 101,77 0,9913
12 1 3,665 3,039 16 13,21 101,77 71,33 1,1945
0,5 3,039 2,182 60 38,45 71,33 73,99 0,9819
1 3,665 3,039 17 14,03 94,71 86,05 1,0491
13
0,5 3,039 2,182 60 38,45 86,05 121,65 0,8410
1 3,665 3,039 16 13,21 100 101,85 0,9909
14
0,5 3,039 2,182 15 10,71 101,85 42,96 1,5397
1 3,665 3,039 16 13,21 100 100,74 0,9963
15
0,5 3,039 2,182 16 11,41 100,74 101,98 0,9939
66
Tabel A2. Nilai-nilai Sudut Datang (θi), Sudut Bias (θr), Jarak Ortogonal Antar
Lintasan (B1 dan B2), dan Koefisien Refraksi (Kr) dengan Sudut Datang 45o
Lintasan h (m) C1 C2 θi (o) θr (o) B1 (m) B2 (m) Kr
4 5,754 5,517 16 15,33 100 100,39 0,9981
3,5 5,517 5,248 16 15,20 100,39 102,8 0,9882
3 5,248 4,939 16 15,04 102,8 107,52 0,9778
2,5 4,939 4,583 15 13,89 107,52 114,47 0,9692
1
2 4,583 4,165 14 12,70 114,47 120,67 0,9740
1,5 4,165 3,665 16 14,03 120,67 129,09 0,9668
1 3,665 3,039 11 9,10 129,09 132,91 0,9855
0,5 3,039 2,182 23 16,29 132,91 172,86 0,8769
4 5,754 5,517 11 10,54 100 102,08 0,9898
3,5 5,517 5,248 12 11,41 102,08 104,35 0,9891
3 5,248 4,939 23 21,58 104,35 112,02 0,9652
2,5 4,939 4,583 14 12,97 112,02 119,27 0,9691
2
2 4,583 4,165 4 3,63 119,27 132,7 0,9480
1,5 4,165 3,665 10 8,79 132,7 151,34 0,9364
1 3,665 3,039 11 9,10 151,34 183,62 0,9079
0,5 3,039 2,182 31 21,70 183,62 170,07 1,0391
4 5,754 5,517 3 2,88 100 101,99 0,9902
3,5 5,517 5,248 3 2,85 101,99 103,39 0,9932
3 5,248 4,939 15 14,10 103,39 109,53 0,9716
2,5 4,939 4,583 18 16,66 109,53 114,54 0,9779
3
2 4,583 4,165 7 6,36 114,54 146,83 0,8832
1,5 4,165 3,665 2 1,76 146,83 176,63 0,9117
1 3,665 3,039 9 7,45 176,63 236,88 0,8635
0,5 3,039 2,182 16 11,41 236,88 243,63 0,9860
4 5,754 5,517 7 6,71 100 97,78 1,0113
3,5 5,517 5,248 7 6,66 97,78 97,17 1,0031
3 5,248 4,939 20 18,78 97,17 98,27 0,9944
2,5 4,939 4,583 6 5,57 98,27 96,63 1,0085
4
2 4,583 4,165 5 4,54 96,63 87,61 1,0502
1,5 4,165 3,665 1 0,88 87,61 79,87 1,0473
1 3,665 3,039 4 3,32 79,87 63,71 1,1197
0,5 3,039 2,182 46 31,10 63,71 77,63 0,9059
4 5,754 5,517 9 8,63 100 99,7 1,0015
3,5 5,517 5,248 8 7,61 99,7 100,4 0,9965
3 5,248 4,939 7 6,59 100,4 97,68 1,0138
2,5 4,939 4,583 10 9,27 97,68 95,8 1,0098
5
2 4,583 4,165 7 6,36 95,8 89,31 1,0357
1,5 4,165 3,665 3 2,64 89,31 87,37 1,0110
1 3,665 3,039 7 5,80 87,37 87,58 0,9988
0,5 3,039 2,182 29 20,37 87,58 123,13 0,8434
67
Lanjutan Tabel A2
Lintasan h (m) C1 C2 θi (o) θr (o) B1 (m) B2 (m) Kr
4 5,754 5,517 9 8,63 100 99,8 1,0010
3,5 5,517 5,248 13 12,35 99,8 99,17 1,0032
3 5,248 4,939 4 3,76 99,17 101,75 0,9872
2,5 4,939 4,583 12 11,12 101,75 102,25 0,9976
6
2 4,583 4,165 4 3,63 102,25 102,56 0,9985
1,5 4,165 3,665 9 7,91 102,56 102,77 0,9990
1 3,665 3,039 8 6,63 102,77 101,27 1,0074
0,5 3,039 2,182 58 37,51 101,27 69,55 1,2067
3 5,248 4,939 28 26,22 100 97,18 1,0144
2,5 4,939 4,583 1 0,93 97,18 98,18 0,9949
2 4,583 4,165 3 2,73 98,18 111,73 0,9374
7
1,5 4,165 3,665 9 7,91 111,73 123,06 0,9529
1 3,665 3,039 10 8,28 123,06 143,6 0,9257
0,5 3,039 2,182 7 5,02 143,6 129,55 1,0528
2,5 4,939 4,583 22 20,34 100 96,85 1,0161
2 4,583 4,165 30 27,03 96,85 82,03 1,0866
8 1,5 4,165 3,665 6 5,28 82,03 69,4 1,0872
1 3,665 3,039 5 4,14 69,4 53,12 1,1430
0,5 3,039 2,182 32 22,36 53,12 57,47 0,9614
2 4,583 4,165 7 6,36 100 95,97 1,0208
1,5 4,165 3,665 12 10,54 95,97 91,61 1,0235
9
1 3,665 3,039 9 7,45 91,61 70,72 1,1382
0,5 3,039 2,182 18 12,82 70,72 73,39 0,9816
1,5 4,165 3,665 11 9,66 100 96,21 1,0195
10 1 3,665 3,039 3 2,49 96,21 93,35 1,0152
0,5 3,039 2,182 8 5,73 93,35 94,75 0,9926
1 3,665 3,039 6 4,97 96,21 93,35 1,0152
11
0,5 3,039 2,182 12 8,58 93,35 94,75 0,9926
3,5 5,517 5,248 38 35,85 98,86 97,89 1,0049
3 5,248 4,939 18 16,91 97,89 92,74 1,0274
2,5 4,939 4,583 23 21,26 92,74 87,09 1,0319
12 2 4,583 4,165 18 16,31 87,09 77,31 1,0614
1,5 4,165 3,665 18 15,78 77,31 70,78 1,0451
1 3,665 3,039 14 11,57 70,78 73,96 0,9783
0,5 3,039 2,182 11 7,87 73,96 56,75 1,1416
3 5,248 4,939 17 15,97 97,66 95,93 1,0090
2,5 4,939 4,583 19 17,58 95,93 90,46 1,0298
2 4,583 4,165 21 19,01 90,46 89,02 1,0081
13
1,5 4,165 3,665 12 10,54 89,02 83,06 1,0353
1 3,665 3,039 12 9,93 83,06 75,74 1,0472
0,5 3,039 2,182 11 7,87 75,74 70,27 1,0382
2,5 4,939 4,583 18 16,66 98,61 95,14 1,0181
2 4,583 4,165 23 20,80 95,14 87,25 1,0442
14 1,5 4,165 3,665 17 14,91 87,25 78,27 1,0558
1 3,665 3,039 16 13,21 78,27 67,87 1,0739
0,5 3,039 2,182 15 10,71 67,87 63,73 1,0320
68
Lanjutan Tabel A2
Lintasan h (m) C1 C2 θi (o) θr (o) B1 (m) B2 (m) Kr
2 4,583 4,165 10 9,08 100 93,25 1,0356
1,5 4,165 3,665 18 15,78 93,25 86,52 1,0382
15
1 3,665 3,039 16 13,21 86,52 77,31 1,0579
0,5 3,039 2,182 18 12,82 77,31 68,84 1,0597
1,5 4,165 3,665 15 13,16 98,37 91,25 1,0383
16 1 3,665 3,039 17 14,03 91,25 59,46 1,2388
0,5 3,039 2,182 22 15,60 59,46 38,52 1,2424
1,5 4,165 3,665 30 26,10 100 99,92 1,0004
17 1 3,665 3,039 22 18,10 99,92 85,84 1,0789
0,5 3,039 2,182 19 13,52 85,84 28,68 1,7300
1 3,665 3,039 30 24,50 113,56 129,17 0,9376
18
0,5 3,039 2,182 20 14,21 129,17 137,18 0,9704
69
Tabel A3. Nilai-nilai Sudut Datang (θi), Sudut Bias (θr), Jarak Ortogonal Antar
Lintasan (B1 dan B2), dan Koefisien Refraksi (Kr) dengan Sudut Datang 90o
Lintasan h (m) C1 C2 θi (o) θr (o) B1 (m) B2 (m) Kr
4 5,754 5,517 13 12,46 100 96,14 1,0199
3,5 5,517 5,248 5 4,76 96,14 90,84 1,0288
3 5,248 4,939 28 26,22 90,84 89,84 1,0056
2,5 4,939 4,583 26 24,00 89,84 92,42 0,9859
1
2 4,583 4,165 42 37,46 92,42 75,38 1,1073
1,5 4,165 3,665 32 27,79 75,38 58,68 1,1334
1 3,665 3,039 61 46,49 57,42 27,84 1,4361
0,5 3,039 2,182 45 30,51 27,84 24,7 1,0617
4 5,754 5,517 34 32,43 100 96,14 1,0199
3,5 5,517 5,248 29 27,46 96,14 90,84 1,0288
3 5,248 4,939 23 21,58 90,84 89,84 1,0056
2,5 4,939 4,583 19 17,58 89,84 92,42 0,9859
2
2 4,583 4,165 13 11,80 92,42 75,38 1,1073
1,5 4,165 3,665 21 18,38 75,38 58,68 1,1334
1 3,665 3,039 38 30,70 57,42 27,84 1,4361
0,5 3,039 2,182 54 35,51 27,84 24,7 1,0617
4 5,754 5,517 42 39,91 100 105,68 0,9728
3,5 5,517 5,248 33 31,20 105,68 116,08 0,9542
3 5,248 4,939 21 19,71 116,08 122,49 0,9735
2,5 4,939 4,583 17 15,74 122,49 128,51 0,9763
3
2 4,583 4,165 15 13,61 128,51 141,02 0,9546
1,5 4,165 3,665 16 14,03 141,02 158,16 0,9443
1 3,665 3,039 15 12,39 158,16 166,98 0,9732
0,5 3,039 2,182 7 5,02 166,98 162,19 1,0147
4 5,754 5,517 56 52,65 100 108,14 0,9616
3,5 5,517 5,248 39 36,77 108,14 121,74 0,9425
3 5,248 4,939 10 9,41 121,74 125,87 0,9835
2,5 4,939 4,583 20 18,50 125,87 131,52 0,9783
4
2 4,583 4,165 25 22,59 131,52 142,01 0,9624
1,5 4,165 3,665 6 5,28 142,01 144,77 0,9904
1 3,665 3,039 9 7,45 144,77 140,31 1,0158
0,5 3,039 2,182 10 7,16 140,31 133,39 1,0256
3,5 5,517 5,248 55 51,18 100 96,23 1,0194
3 5,248 4,939 63 56,99 96,23 105,08 0,9570
2,5 4,939 4,583 18 16,66 105,08 109,97 0,9775
5 2 4,583 4,165 23 20,80 109,97 116,75 0,9705
1,5 4,165 3,665 13 11,41 116,75 128,87 0,9518
1 3,665 3,039 10 8,28 128,87 141,8 0,9533
0,5 3,039 2,182 8 5,73 141,8 139,85 1,0069
70
Lanjutan Tabel A3
Lintasan h (m) C1 C2 θi (o) θr (o) B1 (m) B2 (m) Kr
3 5,248 4,939 58 52,96 96,63 98,2 0,9920
2,5 4,939 4,583 52 46,98 98,2 98,44 0,9988
2 4,583 4,165 41 36,60 98,44 104,01 0,9729
6
1,5 4,165 3,665 26 22,69 104,01 124,39 0,9144
1 3,665 3,039 19 15,66 124,39 143,59 0,9307
0,5 3,039 2,182 40 27,48 143,59 185,83 0,8790
3 5,248 4,939 73 64,17 100,45 118,85 0,9193
2,5 4,939 4,583 37 33,94 118,85 136,87 0,9318
2 4,583 4,165 35 31,42 136,87 154,81 0,9403
7
1,5 4,165 3,665 33 28,63 154,81 171,26 0,9508
1 3,665 3,039 20 16,48 171,26 188,94 0,9521
0,5 3,039 2,182 4 2,87 188,94 176,11 1,0358
2,5 4,939 4,583 67 58,66 99,59 90,88 1,0468
2 4,583 4,165 46 40,83 90,88 82,36 1,0505
8 1,5 4,165 3,665 37 31,97 82,36 74,15 1,0539
1 3,665 3,039 34 27,63 74,15 79,39 0,9664
0,5 3,039 2,182 21 14,91 79,39 92,67 0,9256
2 4,583 4,165 63 54,08 111,2 98,9 1,0604
1,5 4,165 3,665 46 39,26 98,9 98,32 1,0029
9
1 3,665 3,039 44 35,17 98,32 70,14 1,1840
0,5 3,039 2,182 18 12,82 70,14 48,91 1,1975
1,5 4,165 3,665 56 46,83 49,28 29,56 1,2912
10 1 3,665 3,039 45 35,90 29,56 18,25 1,2727
0,5 3,039 2,182 86 45,74 18,25 20,82 0,9362
1,5 4,165 3,665 57 47,55 100 121,71 0,9064
11 1 3,665 3,039 53 41,47 121,71 155,13 0,8858
0,5 3,039 2,182 14 10,00 155,13 150,74 1,0145
1 3,665 3,039 68 50,25 71,19 63,96 1,0550
12
0,5 3,039 2,182 36 24,96 63,96 79,14 0,8990
1 3,665 3,039 50 39,44 100 116,56 0,9262
13
0,5 3,039 2,182 81 45,16 116,56 184,15 0,7956
1 3,665 3,039 50 39,44 100 120,28 0,9118
14
0,5 3,039 2,182 44 29,92 120,28 104,92 1,0707
71