Proses Penyusunan Rencana Pengembangan Sekola1
Proses Penyusunan Rencana Pengembangan Sekola1
Sistem Perencanaan Sekolah adalah satu kesatuan tata cara perencanaan sekolah untuk
menghasilkan rencana-rencana sekolah (RPS) dalam jangka panjang, jangka menengah, dan
tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara sekolah dan masyarakat (diwakili oleh
komite sekolah). Perbedaan antara satu dengan lainnya adalah:
1. RPS Jangka Panjang adalah dokumen perencanaan sekolah untuk periode 20 (dua puluh)
tahun.
2. RPS Jangka Menengah (Rencana Strategis) adalah dokumen perencanaan sekolah untuk
periode 5 (lima) tahun.
3. RPS Tahunan adalah dokumen perencanaan sekolah untuk periode 1 (satu) tahun.
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan (SNP), setiap sekolah harus memenuhi SNP. Oleh karena itu, aspek-aspek yang
harus disusun dalam perencanaan pengembangan sekolah juga harus sesuai dengan tuntutan
SNP tersebut yaitu 8 (delapan) standar nasional pendidikan: kompetensi lulusan, isi
(kurikulum), proses, pendidik dan tenaga kependidikan, pengelolaan, prasarana dan sarana,
pembiayaan, dan penilaian.
Namun demikian, ditinjau dari sisi pemerataan, kualitas, relevansi, efisiensi, dan
pengembangan kapasitas, dari delapan SNP tersebut dapat dijabarkan menjadi lebih rinci
dalam RPS, misalnya:
1. Pemerataan keslimaan: persamaan keslimaan, akses, dan keadilan atau
kewajaran. Contoh-contoh perencanaan pemerataan keslimaan misalnya: bea siswa
untuk siswa miskin, peningkatan angka melanjutkan, pengurangan angka putus sekolah,
dsb.
2. Peningkatan kualitas. Kualitas pendidikan sekolah meliputi input, proses, dan
output, dengan catatan bahwa output sangat ditentukan oleh proses, dan proses sangat
dipengaruhi oleh tingkat kesiapan input. Contoh-contoh perencanaan kualitas misalnya,
pengembangan input siswa, pengembangan pendidik dan tenaga kependidikan (guru,
kepala sekolah, konselor, pustakawan, laboran, dsb.), pengembangan sarana dan
fasilitas sekolah, seperti : pengembangan Laboratorium IPA, Laboratorium Bahasa,
Laboratorium IPS, Laboratorium Komputer, dan lab lainnya, pengembangan media
pembelajaran, pengembangan ruang/kantor, rasio (siswa/guru, siswa/kelas, siswa/
sekolah), pengembangan bahan ajar, pengembangan model pembelajaran
(pembelajaran tuntas, pembelajaran dengan melakukan, pembelajaran kontekstual,
pembelajaran kooperatif, dsb.), pengembangan lingkungan pembelajaran yang kondusif,
pengembangan komite sekolah, dsb. Peningkatan kualitas siswa (UN, UAS,
keterampilan kejuruan, kesenian, olahraga, karya ilmiah, keagamaan, ke-disiplinan,
karakter, budi-pekerti, dsb.)
3. Peningkatan efisiensi. Efisiensi merujuk pada hasil yang maksimal dengan
biaya yang wajar. Efisiensi dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu efisiensi internal dan
efisiensi eksternal. Efisiensi internal merujuk kepada hubungan antara output sekolah
(pencapaian prestasi belajar) dan input (sumberdaya) yang digunakan untuk memroses/
menghasilkan output sekolah. Efisiensi eksternal merujuk kepada hubungan antara
biaya yang digunakan untuk menghasilkan tamatan dan keuntungan kumulatif
(individual, sosial, ekonomik dan non-ekonomik) yang didapat setelah kurun waktu yang
panjang diluar sekolah. Contoh-contoh perencanaan peningkatan efisiensi misalnya:
peningkatan angka kelulusan, rasio keluaran/masukan, angka kenaikan kelas/transisi,
penurunan angka mengulang, angka putus sekolah, dan peningkatan angka kehadiran
serta peningkatan pembiayaan pendidikan peserta didik.
4. Peningkatan relevansi. Relevansi merujuk kepada kesesuaian hasil pendidikan
dengan kebutuhan (needs), baik kebutuhan peserta didik, kebutuhan keluarga, dan
kebutuhan pembangunan yang meliputi berbagai sektor dan sub-sektor. Contoh-contoh
perencanaan relevansi misalnya; program keterampilan kejuruan/ kewirausahaan/usaha
kecil bagi siswa-siswa yang tidak melanjutkan, kurikulum muatan lokal, pendidikan
kecakapan hidup khususnya untuk mencari nafkah, dsb.
5. Pengembangan kapasitas. Pengembangan kapasitas sekolah adalah upaya-
upaya yang dilakukan secara sistematik untuk menyiapkan kapasitas sumberdaya
sekolah (sumberdaya manusia dan sumberdaya selebihnya), pengembangan
kelembagaan sekolah, pengembangan manajemen sekolah, dan pengembangan sistem
sekolah agar mampu dan sanggup menjalankan tugas pokok dan fungsinya dalam
kerangka untuk meng-hasilkan output yang diharapkan serta menghasilkan pola
pengelolaan sekolah yang ”good governance” dan akuntabel.
Secara lebih rinci aspek-aspek yang dapat dikembangkan berdasarkan SNP sehingga dalam
penyelenggaraannya efisien dan relevan, berkualitas, dan memenuhi pemerataan pendidikan,
antara lain adalah sebagai berikut:
Target yang harus dicapai dalam aspek ini antara lain ditunjukkan oleh indikator-indikator:
a. Terdapat peningkatan kuantitas dan kualitas media pembelajaran tiap mata pelajaran untuk
semua jenjang kelas, selaras dengan strategi pembelajaran yang diterapkan (khususnya CTL)
b. Terdapat peningkatan kuantitas dan kualitas peralatan pembelajaran tiap mata pelajaran untuk
semua jenjang kelas, selaras dengan strategi pembelajaran yang diterapkan (khususnya CTL)
c. Terdapat peningkatan kuantitas dan kualitas prasarana pendidikan dan atau pembelajaran
d. Terdapat peningkatan kuantitas dan kualitas media dan peralatan pembelajaran praktik tiap
mata pelajaran untuk semua jenjang kelas, selaras dengan strategi pembelajaran yang
diterapkan (khususnya CTL)
e. Terpasangnya jaringan internet, baik dalam lab komputer peserta didik, guru maupun kepala
sekolah
f. Terlaksananya perawatan prasarana, peralatan, dan media pembelajaran atau sekolah secara
berkala, dan
g. Terdapat prasarana sumber-sumber belajar yang memadai (perpustakaan, pusat media
pembelajaran audio visual).
1 Mengimplementasikan
• • • • • • • •
MBS
2 Mengembangkan
• • • • • •
Inovasi Pembelajaran
3 Menciptakan
• • • • • •
Komunitas Belajar
5 Mengembangkan • • • • • •
Profesionalitas
Pendidik dan Tenaga
Kependidikan
5 Menggalang
• • • • • • •
Partisipasi Masyarakat
KETERANGAN:
Dengan strategi implementasi MBS di sekolah dapat dilaksanakan program-program yang
relevan dengan pengembangan kurikulum atau kurikulum satuan pendidikan yang akan
dilaksanakan, inovasi proses pembelajaran, pencapaian kompetensi lulusan yang makin
meningkat, pengembangan pendidik dan tenaga kependidikan, pengembangan prasarana dan
sarana, pengembangan pengelolaan pendidikan di sekolah, pencapaian pembiayaan
pendidikan di sekolah yang proporsional, pengembangan sistem penilaian, dan program lain
yang sesuai dengan kebutuhan serta kondisi lingkungan sekolah/masyarakat.
Dengan strategi pengembangan inovasi pembelajaran di sekolah dapat dilaksanakan
program-program yang relevan dengan pengembangan dan penerapan berbagai model proses
pembelajaran terutama penerapan CTL di sekolah, pengembangan pendidik dan tenaga
kependidikan yang mampu menerapkan CTL, pengembangan prasarana dan sarana
pendukung pelaksanaan CTL, pengembangan pengelolaan pendidikan di sekolah yang
mengakomodasi pelaksanaan pembelajaran CTL, pengembangan sistem penilaian yang
didasarkan atas penerapan pembelajaran CTL, dan program lain yang sesuai dengan
kebutuhan serta kondisi lingkungan sekolah.
Dengan strategi penciptaan komunitas belajar yang kondusif di sekolah dapat dilaksanakan
program-program yang mengarah kepada budaya pengembangan kurikulum yang kontekstual
oleh pendidik, budaya inovatif pendidik dalam pengembangan pendekatan proses pembelajaran
yang kontekstual, pengembangan dan pengkondisian peserta didik yang mengarah kepada
kompetisi untuk mencapai kompetensi yang tinggi, penciptaan budaya dan pengembangan
kompetensi (profesionalitas, pedagogik, kepribadian, sosiologis) pendidik dan tenaga
kependidikan, penciptaan peluang atau keslimaan dan pendayagunaan secara optimal
prasarana dan sarana serta potensi sumber daya sekolah lainnya, penciptaan dan
pengembangan pengelolaan sekolah yang kontekstual dengan kebutuhan sekolah serta
penciptaan budaya entrepreneurship di lingkungan sekolah.
Dengan strategi pengembangan perofesionalitas pendidik dan tenaga kependidikan, dapat
dilaksanakan program-program yang relevan seperti: peningkatan kemampuan pendidik dan
tenaga kependidikan agar mampu mengembangkan kurikulum atau kurikulum satuan
pendidikan, melakukan inovasi proses pembelajaran, mengembangkan prasarana dan sarana
pendidikan, mengembangkan model/sistem pengelolaan pendidikan di
sekolah, mengembangkan usaha dan income generating di sekolah, dan mengembangkan
sistem penilaian sesuai dengan tuntutan KBK.
Dengan strategi penggalangan partisipasi masyarakat, dapat dilaksanakan program-program
yang relevan seperti: peningkatan kerjasama, kemitraan, dan pengoptimasian potensi sumber
daya masyarakat (stakeholder) dan atau komite sekolah untuk membantu mengembangkan
kurikulum, proses pembelajaran, tenaga pendidik dan kependidikan, sarpras, pengelolaan
sekolah, pembiayaan pendidikan, dan bahkan dalam pelaksanaan pengembangan penilaian
peserta didik.
Dalam penyusunan RPS harus menerapkan prinsip-prinsip: memperbaiki prestasi belajar siswa,
membawa perubahan yang lebih baik (peningkatan/ pengembangan), sistematis, terarah,
terpadu (saling terkait & sepadan), menyeluruh, tanggap terhadap perubahan, demand
driven (berdasarkan kebutuhan), partisipasi, keterwakilan, transparansi, data driven, realistik
sesuai dengan hasil analisis SWOT, dan mendasarkan pada hasil review dan evaluasi.
Faktor penting yang harus diperhatikan oleh setiap sekolah adalah konsistensi anatara
perencanaan dengan pelaksanaan pengembangan sekolah. Perencanaan sekolah yang baik
akan memberikan kontribusi keberhasilan yang besar dalam implementasinya.
Sedangkan perencanaan yang kurang baik akan memberikan dampak yang kurang baik pula
terhadap impelemntasinya. Oleh karena itu dalam setiap membuat RPS, sekolah harus
mempertimbangkan berbagai faktor yang mempengaruhi seperti kondisi lingkungan strategis,
kondisi sekolah saat ini, dan harapan masa datang.
Alur berfikir dan keterkaitan antara perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi sekolah dapat
dilihat pada gambar 2.
2. Langkah-langkah Penyusunan RPS: Rencana Strategis (Renstra) dan Rencana
Operasional (Renop)
Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa RPS berisi dua rencana pengembangan pendidikan
ditinjau dari jangka waktunya, yaitu Rencana Strategis (Renstra) Sekolah dalam jangka
menengah (lima tahunan) dan Rencana Operasional (Renop) Sekolah dalam jangka pendek
(satu tahunan). Renstra menggambarkan suatu perencanaan pengembangan sekolah yang
menggambarkan tentang program-program sekolah yang akan dilaksanakan dan dicapai
selama kurun waktu lima tahun. Program-program tersebut lebih bersifat garis besar, baik
menyangkut fisik maupun non fisik, yang semuanya mengacu kepada SNP. Sedangkan Renop
merupakan bagian tak terpisahkan dari Renstra, dan lebih merupakan penjabaran operasional
dari Renstra. Program-program dalam Renop lebih detail yang akan dilaksankan dan dicapai
dalam satu tahun.
Dengan demikian Renstra dibuat pada awal tahun untuk lima tahun mendatang, sedangkan
Renop dibuat pada tahun pertama dari lima tahun yang akan dilaksanakan. Baik dalam Renstra
maupun Renop semua sumber dana dan alokasi biaya sudah dapat diprediksi sebelumnya.
Dalam hal program, baik Renstra maupun Renop harus memperhatikan kebutuhan sekolah,
masyarakat serta sesuai dengan RPPP dan RPPN.
Secara lebih rinci dalam pentahapan proses penyusunan RPS adalah sebagai berikut:
Renop disusun berdasarkan Renstra, dan tidak boleh menyimpang dari Renstra. Sehingga
antara Renstra dan Renop harus terkait dan ada benang merahnya. Renstra dan Renop inilah
yang selanjutnya akan dipergunakan sebagai dasar untuk melakukan monitoring dan evaluasi,
pembinaan, dan pembimbingan oleh berbagai pihak yang berkepentingan dengan
sekolah. Adapun langkah-langkah penyusunan Renop adalah sebagai berikut:
1) Melakukan analisis lingkungan operasional sekolah
2) Melakukan analisis pendidikan sekolah saat ini
3) Melakukan analisis pendidikan sekolah 1 tahun kedepan (yang diharapkan)
4) Merumuskan kesenjangan antara pendidikan sekolah saat ini dan satu (1) tahun kedepan
5) Merumuskan tujuan tahunan/tujuan jangka pendek (sasaran)
6) Mengidentifikasi urusan-urusan sekolah yang perlu dilibatkan untuk mencapai setiap sasaran
dan yang masih perlu diteliti tingkat kesiapannya
7) Melakukan analisis SWOT (mengenali tingkat kesiapan masing-masing urusan sekolah melalui
analisis SWOT)
8) Menyusun langkah-langkah pemecahan persoalan, yaitu mengubah ketidaksiapan menjadi
kesiapan urusan sekolah.
9) Menyusun rencana program sekolah
10) Menentukan milestone (output apa & kapan dicapai)
11) Menyusun rencana biaya (besar dana, alokasi, sumber dana)
12) Menyusun rencana pelaksanaan program
13) Menyusun rencana pemantauan dan evaluasi
14) Membuat jadwal pelaksanaan program
15) Menentukan penanggungjawab program/kegiatan
Adapun yang menjadi ketentuan-ketentuan yang harus diperhatikan ketika menyusun Renop
sekolah adalah:
1) Menggunakan strategi analisis swot
2) Analisis swot dilakukan setiap tahun
3) Renop merupakan pemjabaran dari renstra
4) Program yang direncanakan lebih operasional
5) Ada benang merah antara tujuan lima tahunan dan sasaran (tujuan) satu tahunan
6) Rencana dan program sekolah harus memperhatikan hasil analisis SWOT
7) Penulisan Renop juga mengacu pada buku MBS-2
Secara skematis dalam menyusun Renop sekolah dapat dilihat pada gambar 5.
Gambar 5
Langkah-langkah Penyusunan Rencana Operasional (Renop) Sekolah Satu Tahunan
Dalam Rencana Pengembangan Sekolah (RPS)
Kelemahan atau ancaman yang dinyatakan pada faktor internal dan faktor eksternal
yang memiliki tingkat kesiapan kurang memadai, disebut persoalan. Selama masih
adanya fungsi yang tidak siap atau masih ada persoalan, maka sasaran yang telah
ditetapkan diduga tidak akan dapat tercapai. Oleh karena itu, agar sasaran dapat
tercapai, perlu dilakukan tindakan-tindakan untuk mengubah fungsi tidak siap menjadi
siap. Tindakan yang dimaksud disebut langkah-langkah pemecahan persoalan, yang
pada hakekatnya merupakan tindakan mengatasi kelemahan atau ancaman agar
menjadi kekuatan atau peluang.
Setelah diketahui tingkat kesiapan faktor melalui analisis SWOT, langkah selanjutnya
adalah memilih alternatif langkah-langkah pemecahan persoalan, yakni tindakan yang
diperlukan untuk mengubah fungsi yang tidak siap menjadi fungsi yang siap dan
mengoptimalkan fungsi yang dinyatakan siap.
Oleh karena kondisi dan potensi sekolah berbeda-beda antara satu dengan lainnya,
maka alternatif langkah-langkah pemecahan persoalannya pun dapat berbeda,
disesuaikan dengan kesiapan sumberdaya manusia dan sumberdaya lainnya di sekolah
tersebut. Dengan kata lain, sangat dimungkinkan suatu sekolah mempunyai
langkah pemecahan yang berbeda dengan sekolah lain untuk mengatasi persoalan
yang sama. Oleh karena itu dalam analisis SWOT harus dilakukan pada SETIAP
SASARAN. Format analisis SWOT dapat dilihat pada Tabel 1.