Anda di halaman 1dari 5

PENDAHULUAN

Emisi gas buang adalah zat atau unsur yang timbul dari hasil dari pembakaran di dalam
ruang bakar yang dilepaskan ke udara yang ditimbulkan oleh kendaraan bermotor yang
berasal dari penguapan tangki bahan bakar minyak. Emisi didefinisikan sebagai masuknya
atau dimasukkannya zat, energi, dan atau komponen lain ke udara. Sedangkan pengertian lain
dari emisi gas buang merupakan sisa hasil pembakaran mesin kendaraan baik itu
kendaraanberoda, perahu atau kapal dan pesawat terbang. Biasanya emisi gas buang ini
terjadi karena pembakaran yang tidak sempurna dari sistem pembuangan dan pembakaran
mesin serta lepasnya partikel – partikel karena kurang tercukupinya pasokan udara murni
(oksigen dalam proses pembakaran tersebut.
Gas buang mesin diesel sangat banyak mengandung partikulat karena banyak
dipengaruhi oleh faktor dari bahan bakar yang tidak bersih. Apabila dikelompokkan secara
keseluruhan maka gas buangan mesin diesel memiliki komposisi seperti yang diperlihatkan
pada gambar berikut ini. Faktor lain yang sangat dominan dalam memberikan sumbangan zat
cemaran keudara adalah faktor Campuran udara kompresi dengan bahan bakar yang
disemprotkan. Pencampuran yang tidak sebanding (terlalu banyak bahan) akan menghasilkan
gas buangan yang mengandung partikulat berlebihan.

MACAM-MACAM EMISI GAS BUANG DI KAPAL:

a. Karbon dioksida. (CO2)


Produksi karbon dioksida pada mesin Diesel sangat kecil dibandingkan dengan mesin
bensin, bekerja dengan campuran udara bahan bakar yang kecil. Gas ini sngat berbahaya,
tidak berwarna dan tidak berbau, berat jenis sedikit lebih ringan dari udara. Gas ini dihasilkan
oleh kendaraan bermotor sebagai akibat reaksi pembakaran yang tidak sempurna. Gas ini
dapat mengganggu pernafasan, kaena setelah masuk saluran pernafasan akan bereaksi dengan
haemoglobin dalam darah membentuk Carboxy-Haemoglobin (CO-Hb).

b. Hidrokarbon(HC)
Jika pembakaran berlangsung sempurna, HC dari BBM akan habis terbakar. Tapi jika
proses dari ruang bakar tidak efisien, sisa HC yang tidak terbakar akan keluar bersama asap
knalpot. Semakin banyak sisa HC di asap knalpot, berarti proses pembakaran semakin tidak
efisien. Ketika masih berada di tangki bahan bakar, HC adalah senyawa berguna yang akan
menghasilkan energy. Tapi ketika keluar bersama asap, statusnya tak beda dengan sampah
udara. Hidrokarbon di udara akan bereaksi dengan bahan-bahan lain dan akan membentuk
ikatan baru yang disebut plycyclic aromatic hydrocarbon (PAH) yang banyak dijumpai di
daerah industri dan padat lalu lintas. Bila PAH ini masuk dalam paru-paru akan menimbulkan
luka dan merangsang terbentuknya sel-sel kanker.

c. Nitrogen Oksida (NOx)


Produk lain dari pembakaran yang tidak normal adalah timbulnya gas oksida Nitrogen
(NOx). Senyawa ini diberi notasi “x” karena bentuknya bisa berupa NO atau NO2. Nitrogen
ini tidak berasal dari bensin atau solar, tapi dari udara yang masuk kedalam ruang bakar.
Dalam kondisi normal, nitrogen (N2) tergolong senyawa inert yang tidak stabil.Ia tak
gampang bereaksi dengan oksigen. NO2 bersifat racun terutama terhadap paru. Kadar NO2
yang lebih tinggi dari 100 ppm dapat mematikan sebagian besar binatang percobaan dan 90%
dari kematian tersebut di sebabkan ol eh gej ala pembengkakan paru (edema pulmonari).
Kadar NO2 sebesar 800 ppm akan mengakibatkan 100% kematian pada binatang-binatang
yang diuji dalam waktu 29 menit atau kurang. Percobaan dengan pemakaian NO2 dengan
kadar 5 ppm selama 10 menit terhadap manusia mengakibatkan kesulitan dalam bernafas.

d. Sulfur Dioksida (SOX)


Gas sulfur dioksida mempunyai bau yang tajam dan tidak berwarna.Bersifat korosif dan
beracun. Sulfur oksida terdiri dari sulfur dan sulfur trioksida. jumlahnya tergantung pada
kandungan sulfur dalam bahan bakar diesel. Pencemaran oleh sulfur oksida terutama
disebabkan oleh dua komponen sulfur bentuk gas yang tidak berwarna, yaitu sulfur dioksida
(SO2) dan Sulfur trioksida (SO3), yang keduanya disebut sulfur oksida (SOx). Pengaruh ut
ama pol ut an SOx t er hadap manusi a adal ah i ri tasi si st em pernafasan. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa iritasi tenggorokan terjadi pada kadar SO2 sebesar 5 ppm atau
lebih, bahkan pada beberapa individu yang sensitif iritasi terjadi pada kadar 1-2 ppm. SO2
dianggap pencemar yang berbahaya bagi kesehatan terutama terhadap orang tua dan
penderita yang mengalami penyakit khronis pada sistem pernafasan kadiovaskular.

e. Khlorin (Cl2)
Gas Khlorin (Cl2) adalah gas berwarna hijau dengan bau sangat menyengatBerat jenis
gas khlorin 2,47 kali berat udara dan 20 kali berat gas hidrogen khlorida yang toksik. Gas
khlorin sangat terkenal sebagai gas beracun yang digunakan pada perang dunia ke-1. Selain
bau yang menyengat gas khlorin dapat menyebabkan iritasi pada mata saluran pernafasan.
Apabila gas khlorin masuk dalam jaringan paru-paru dan bereaksi dengan ion hidrogen akan
dapat membentuk asam khlorida yang bersifat sangakorosif dan menyebabkan iritasi dan
peradanganGas khlorin juga dapat mengalami proses oksidasdan membebaskan oksigen.
f. Partikulat Debu (TSP)
pada umumnya ukuran partikulat debu sekitar 5 mikron merupakan partikulat udara
yang dapat langsung masuk ke dalam paru-paru dan mengendap di alveoli. Keadaan ini
bukan berarti bahwa ukuran partikulat yang lebih besar dari 5 mikron tidak berbahaya, karena
partikulat yang lebih besar dapat mengganggu saluran pernafasan bagian atas dan
menyebabkan iritasi.

CONTOH PERHITUNGAN EMISI GAS BUANG


Pada kapal MT. Reola Ribka, dengan ukuran kapal sebagai berikut:
Tipe kapal = Palm Oil Carrier
Loa = 116.90 m
Lpp = 108.01 m
B (Breadth) = 18.20 m
H (Height) = 9.80 m
T (draft) = 7.97 m
Main Engine = 4900 BHP
Aux Engine = 2 x 480 HP, dan 1 x 30 HP

Gambar 1. MT. Reola Ribka


Tahapan dalam perhitungan gas buang:

1. Perhitungan SFOC (Specific Fuel Consumption)


Specific Fuel Consumption merupakan koefisien yang menunjukkan tingkat konsumsi
bahan bakar spesifik mesin diesel untuk mesin induk dan mesin bantu pada penggunaan
daya maksimum.
SFOC pada main engine : 304,85 liter/jam = 358,65 kg/jam
SFOC pada aux engine : 59,72 liter/jam = 70,26 kg/jam
2. Perhitungan Konsumsi Bahan Bakar

Dimana :
Ei = Beban pencemar untuk polutan i (ton/tahun);
VKTj = Total panjang perjalanan kendaraan bermotor kategori j (km kendaraan/tahun);
FEi,j = Besarnya polutan i yang diemisikan untuk setiap (kilometer) perjalanan.
Terkait dengan estimasi unsur polutan kapal pada daerah pelabuhan dapat
disampaikan bahwa unsur polutan yang dihasilkan merupakan output dari beberapa faktor
seperti kondisi mesin, kinerja mesin, jenis bahan bakar, serta kondisi olah gerak kapal,
yang selanjutnya dilakukan pembatasan (asumsi) sebagai berikut.
a. Kondisi mesin induk, mesin bantu, dan generator dalam keadaan layak beroperasi
dalam hal teknis maupun administrasi sesuai dengan persyaratan oleh regulator di
pelabuhan;
b. Kondisi olah gerak kapal dihitung berdasarkanpergerakan kapal pada saat kegiatan
pandu di mul ai hi ngga sandar di dermaga, dan melakukan kegiatan bongkar muat.
Estimasi waktu untuk olah gerak kapal dipengaruhi oleh ukuran kapal maupun kondisi
alur pelayaran dan kol am pel abuhan sehi ngga t erdapat beberapa perbedaan kinerja
mesin khususnya kombinasi dalam penggunaan mesin induk apabila kapal tersebut
menggunakan lebih dar satu mesin. Pada kondisi olah gerak ini tidak digunakan
kecepatan penuh sehingga variasi kecepatan kapal berada pada kondisi dead slow
hingga half speed. Persentase penggunaan daya mesin sesuai dengan variasi kecepatan
kapal;
c. Kegiatan bongkar muat di dermaga menggunakan mesin bantu sementara mesin induk
dinonaktifkan. Pada kondisi aktual daya mesin bantu yang digunakanberkisar pada 80
% sampai 90% dari daya maksimum. Untuk penelitian ini diasumsikan penggunaan
daya mesin bantu sebesar 100% untuk mengetahui estimasi polutan maksimal. Waktu
kapal di dermaga diasumsikan rata-rata selama 12 jam walaupun terdapat kondisi
dimana kapal telah tambat dan melaksanakan kegiatan bongkar muat diatas 12 jam;
d. Estimasi jumlah polutan merupakan output langsung dari kinerja mesin kapal dan tidak
dilakukan analisis terhadap fasilitas tambahan seperti filter untuk gas buang maupun
incenerator.
3. Perhitungan Jumlah Polutan
Pada tahap ini jumlah konsumsi bahan bakar dianalisis dengan menyertakan faktor emisi.
Dalam metode estimasi ini emisi gas buang merupakan output langsung dari mesin tanpa
menggunakan fasilitas filter lainnya. Emisi gas buang yang dihasilkan oleh kapal MT>
Reola Ribka sebagai berikut:

Sehingga rata-rata jumlah polutan mesin utama dan mesin bantu kapal MT. Reola Ribka
adalah sebagai berikut:

KESIMPULAN:
Berdasarkan hasil perhitungan jumlah emisi gas buang akibat dari aktifitas kapal, dengan
memperhatikan faktor kinerja mesin, waktu operasi mesin, dan Specific Fuel Consumption
untuk kapal MT. Reola Ribka mengeluarkan emisi gas buang CO2 sebesar 0.488 ton/jam

Anda mungkin juga menyukai