TIM PENYUSUN
MODUL PRAKTIKUM
PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah memberikan rahmat-Nya sehingga Modul
Praktikum Perencanaan dan Pengendalian Produksi untuk mahasiswa/i Program Studi Teknik Industri
Fakultas Teknik Universitas Widyatama ini dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya.
Modul praktikum ini dibuat sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan Praktikum Perencanaan dan
Pengendalian Produksi yang merupakan kegiatan penunjang mata kuliah Perencanaan Pengendalian
Produksi pada Program Sttudi Teknik Industri Universitas Widyatama. Modul praktikum ini
diharapkan dapat membantu mahasiswa/i dalam mempersiapkan dan melaksanakan praktikum dengan
lebih baik, terarah, dan terencana. Pada setiap topik telah ditetapkan tujuan pelaksanaan praktikum
dan semua kegiatan yang harus dilakukan oleh mahasiswa/i serta teori singkat untuk memperdalam
pemahaman mahasiswa/i mengenai materi yang dibahas.
Penyusun menyakini bahwa dalam pembuatan Modul Perencanaan dan Pengendalian Produksi ini
masih jauh dari sempurna. Penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna
penyempurnaan modul praktikum ini dimasa yang akan datang.
Akhir kata, penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
baik secara langsung maupun tidak langsung.
Penyusun
PERATURAN PRAKTIKUM
1. Praktikan wajib 100% kehadiran mengikuti seluruh kegiatan praktikum dan asistensi.
Dispensasi ketidakhadiran diberikan jika Praktikan:
a. Sakit yang mengharuskan praktikan dirawat inap (opname).
b. Sakit menular yang membutuhkan karantina.
c. Musibah yang dialami keluarga inti.
d. Ijin ketidakhadiran minimal dari Instruktur.
2. Praktikan yang melakukan tindak kecurangan dalam bentuk apapun untuk Tugas Awal, Tugas
Pendahuluan, Laporan, dan/atau Tugas Tambahan akan mendapatkan sanksi maksimum
gugur praktikum.
3. Pengumpulan Tugas Pendahuluan dilakukan pada saat praktikum modul yang bersangkutan
dan menjadi syarat untuk mengikuti kegiatan praktikum. Pengumpulan Tugas Pendahuluan
dilakukan perorangan.
4. Asistensi dilakukan pada pertemuan selanjutnya setelah kegiatan praktikum dilakukan.
Asistensi dilakukan secara perorangan dan langsung berhadapan dengan Asisten.
5. Pengumpulan Laporan Asistensi WAJIB dikerjakan 100% dari tugas yang diberikan oleh
Instruktur Laboratorium
6. Laporan setiap modul WAJIB di ACC oleh Instruktur Laboratorium, apabila tidak mendapat
ACC Instruktur Laboratorium, maka Praktikan tidak bisa mendapatkan ACC laporan untuk
modul berikutnya.
7. Laporan setiap modul dapat di ACC oleh Instruktur Laboratorium setelah mendapat
persetujuan dari Asisten praktikum.
8. Susunan Laporan Akhir Praktikum harus sesuai dengan ketentuan sebagai berikut:
Cover
Lembar asistensi
Lembar pengesahan
Kata pengantar.
Daftar isi.
Daftar tabel.
Daftar gambar.
BAB I s/d BAB VI.
Daftar Pustaka.
Lampiran.
9. Praktikan WAJIB datang tepat waktu. Keterlambatan akan menyebabkan Praktikan yang
bersangkutan mendapatkan sanksi sebagai berikut:
a. Keterlambatan max. 15 menit.
DAFTAR ISI
TIM PENYUSUN ....................................................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR................................................................................................................................... 2
PERATURAN PRAKTIKUM ........................................................................................................................ 3
DAFTAR ISI............................................................................................................................................... 5
MODUL 1: PERAMALAN (FORECASTING) ................................................................................................ 7
I. TUJUAN PRAKTIKUM .................................................................................................................... 7
II. LANDASAN TEORI ....................................................................................................................... 7
III. PROSEDUR PRAKTIKUM ........................................................................................................... 14
MODUL II : RENCANA PRODUKSI AGREGAT .......................................................................................... 16
I. TUJUAN PRAKTIKUM .................................................................................................................. 16
II. DASAR TEORI ............................................................................................................................. 16
III. PROSEDUR PRAKTIKUM ........................................................................................................... 18
MODUL 3 : DISAGREGASI DAN MASTER PRODUCTION SCHEDULE ...................................................... 20
I. TUJUAN PRAKTIKUM .................................................................................................................. 21
II. DASAR TEORI ............................................................................................................................. 21
III. PROSEDUR PRAKTIKUM ........................................................................................................... 27
MODUL 4 : MATERIAL REQUIREMENT PLANNING ................................................................................ 28
I. TUJUAN PRAKTIKUM .................................................................................................................. 28
II. DASAR TEORI ............................................................................................................................. 29
III. PROSEDUR PRAKTIKUM ........................................................................................................... 33
MODUL 5 : LINE BALANCING................................................................................................................. 34
I. TUJUAN PRAKTIKUM .................................................................................................................. 34
II. DASAR TEORI ............................................................................................................................. 34
III. PROSEDUR PRAKTIKUM ........................................................................................................... 39
MODUL 6 ............................................................................................................................................... 41
VALUE STREAM MAPPING DAN KANBAN ............................................................................................. 41
I. TUJUAN PRAKTIKUM .................................................................................................................. 41
II. DASAR TEORI ............................................................................................................................. 41
III. PROSEDUR PRAKTIKUM ........................................................................................................... 47
I. TUJUAN PRAKTIKUM
Dari praktikum modul ini, mahasiswa diharapkan:
1) Memahami konsep rencana produksi dan permintaan pasar terhadap produk yang
diuji.
2) Memahami dan mampu mengimplementasikan konsep-konsep peramalan produksi.
Peramalan atau juga dikenal dengan forecasting adalah analisis kebutuhan yang
bertujuan untuk melihat atau memperkirakan prospek ekonomi atau kegiatan usaha serta
pengaruh lingkungan terhadap prospek tersebut dimasa yang akan datang. Setiap kebijakan
ekonomi maupun kebijakan perusahaan tidak akan terlepas dari usaha untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat atau meningkatkan keberhasilan perusahaan utuk mencapai
tujuannya pada masa yang akan datang dimana kebijakan tersebut dilaksanakan. Usaha
untuk melihat dan mengkaji situasi dan kondisi tersebut tidak terlepas dari kegiatan
peramalan.
Peramalan dibutuhkan karena adanya perbedaan waktu antara kesadaran akan
dibutuhkannya suatu kebijakan baru dengan waktu kebijakan tersebut. Maka dalam
menentukan kebijaksanaan, perlu diperkirakan kesempatan ataupun peluang yang ada, dan
ancaman yang mungkin menghalang.
Seperti namanya, permalan ini dihasilkan dari informasi dan tidak mempunyai
struktur analisis yang baik. Permalan ini dilakukan apabila tidak terdapat sebelumnya sebagai
pola peramalan. Ada beberapa karakteristik dari peramalan secara kualitatif:
1. Peramalan biasanya berdasarkan dari penilaian seseorang atau berdasarkan data dari
pihak luar.
b) Peramalan Kuantitatif
Metode ini juga disebut sebagai metode korelasi dimana metode peramalan yang
didasarkan pada penggunaan analisis pola hubungan antara variabel yang akan diperkirakan
dengan variabel lain yang mempengaruhinya yang bukan waktu.
Metode time series adalah metode yang dipergunakan untuk menganalisis serangkaian
data yang merupakan fungsi dari waktu. Metode ini mengasumsikan beberapa pola atau
kombinasi pola selalu berulang sepanjang waktu, dan pola dasarnya dapat diidentifikasi
semata-mata atas dasar data historis dari serial itu.
Dengan analisis deret waktu dapat ditunjukkan bagaimana permintaan terhadap suatu
produk tertentu bervariasi terhadap waktu. Sifat dari perubahan permintaan dari tahun ke
tahun dirumuskan untuk meramalkan penjualan pada masa yang akan datang.
Kebanyakan model peramalan deret waktu untuk dapat memodelkan secara matematis
berdasarkan dari pola data masa lalu. Ada beberapa pola permintaan yang mempengaruhi
analisis dari peramalan kuantitatif:
Penjualan produk dapat memiliki siklus yang berulang secara periodik. Banyak
produk dipengaruhi pola pergerakan aktivitas ekonomi yang terkadang memiliki
kecenderungan periodik. Komponen siklis ini sangat berguna dalam peramalan jangka
menengah.
Pola data ini terjadi bila data memiliki kecendrungan untuk naik atau turun terus-
menerus. Pola data dalam bentuk trend ini digambarkan sebagai berikut:
c) Pola Horizontal
Pola data ini terjadi apabila nilai data berfluktuasi di sekitar nilai rata-rata. Adapun
bentuk dari pola ini adalah:
d) Pola Trend
Pola data ini terjadi bila data memiliki kecenderungan untuk naik atau turun terus
menerus. Pola data dalam bentuk trend ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Metode ini digunakan untuk data yang mengandung trend linier. Dasar dari metode
ini adalah penggunaan moving average kedua untuk memperoleh penyesuaian bentuk pola
trend. Peramalan dilakukan melalui beberapa tahap berikut:
1) Hitung rata-rata dari data dengan periode perata-rataan tertentu; hasilnya di notasikan
dengan St’.
2) Setelah semua rata-rata dihitung, hitung rata-rata kedua yaitu rata-rata dari St’ dengan
periode perata- rataan yang sama. Hasilnya dinotasikan dengan : St”.
3) Hitung komponen at dengan rumus :
2
= −
−1
= +
.
tersebut tidak tersedia. Sehingga, nilai-nilai ini harus ditentukan pada awal periode. Hal ini
dapat dilakukan dengan hanya menetapkan S 't dan S ''t sama dengan X t atau menggunakan
nilai rata-rata dari beberapa nilai pertama sebagai titik awal. Jenis masalah inisialisasi ini
muncul dalam setiap metode pemulusan eksponensial. Jika parameter pemulusan α tidak
mendekati nol. Tetapi, jika α mendekati nol, proses inisialisasi tersebut dapat memainkan
peranan yang nyata selama periode waktu yang panjang.
Metode pemulusan eksponensial linear dari Holt, pada prinsipnya adalah serupa
dengan Brown kecuali bahwa Holt tidak menggunakan rumus pemulusan berganda secara
langsung. Sebagai gantinya, Holt memuluskan nilai trend dengan parameter yang berbeda
dari parameter yang digunakan pada deret yang asli. Ramalan dari pemulusan eksponensial
linear Holt didapat dengan menggunakan dua konstanta pemulusan (dengan nilai antara 0 dan
Peremajaan Trend
= − + 1 −
Peramalan = +
.
Persamaan pemulusan menyesuaikan St secara langsung untuk trend periode
sebelumnya, yaitu bt1dengan menambah nilai pemulusan yang terakhir, yaitu St1. Hal ini
membantu untuk menghilangkan kelambatan dan menempatkan St ke nilai data saat ini.
dikalikan dengan jumlah periode ke muka yang diramalkan, m, dan ditambahkan pada nilai
dasar, St .
Proses inisialisasi untuk pemulusan eksponensial linear dari Holt memerlukan dua
taksiran yang satu mengambil nilai pemulusan pertama untuk S1 dan yang lain mengambil
trend b1. Pilih S1 X1 . Taksiran trend kadang-kadang lebih merupakan masalah. Kita
∑ −
∑
Untuk mendapatkan nilai a dan b maka bisa didapatkan dari rumus:
=
∑ − ∑ ∑
=
∑ − ∑
∑
Mean Error (ME)
!=
∑| |
Mean Absolute Error (MAE)
"! =
Sum of Square Error (SSE)
! = $
!
Mean Of Square Error (MSE)
! =
Standard Deviation Error (SDE)
!
%! = &
−1
Percentage Error (PE)
! = × 100%
%
∑ !
Mean Percentage Error (MPE)
! =
∑|!|
Mean Absolute Percentage Error (MAPE)
"! =
I. TUJUAN PRAKTIKUM
Dari praktikum ini, mahasiswa diharapkan:
Metode perencanaan agregat secara umum dapat dikelompokan menjadi dua strategi
yaitu:
1. Startegi tradisional Top Down, yang menggunakan konsep rata-rata atau komposit
dari produk untuk memformulasikan rencana keseluruhan. Produk komposit
kemudian didisagregasi untuk memperoleh perencanaan yang lebih rinci.
2. Strategi pendekatan Bottom Up atau disebut dengan Capacity Requirement Planning
dimana perencanaan agregat keseluruhan dievaluasi dengan memperhatikan
ketersediaan kapasitas.
C. Hirarki produk
d. Biasanya hirarki tersebut dimulai dari product family, karena bila sebuah pabrik
membuat lebih dari satu jenis type maka operasi perusahaan itu akan menjadi sangat
kompleks.
Pengubahan jumlah tenaga kerja untuk memenuhi target produksi per periode. Jika
tingkat produksi rendah dapat dilakukan layoff tenaga kerja (melakukan pengurangan tenaga
kerja) dan sebaliknya, jika tingkat produksi tinggi dapat dilakukan hiring (penambahan
tenaga kerja). Kelemahan dari strategi ini adalah perusahaan harus mengeluarkan biaya
rekruitasi dan layoff.
Subcontract
Merupakan gabungan perubahan dua atau lebih strategi murni sehingga diperoleh
perencanaan produksi fleksibel.
Transportation Models
Metoda ini merupakan kasus khusus dari program linear yang dapat digunakan untuk
menganalisis pengaruh dari persediaan dan backorder dengan menggunakan lembur dan
subkontrak
1. Tentukan Waktu siklus, kapasitas produksi sesuai data dari instruktur praktikum.
2. Hitung kebutuhan resource dengan menggunakan metode Level Strategy.
3. Hitung kebutuhan resource dengan menggunakan metode Chase Strategy.
4. Hitung kebutuhan resource dengan menggunakan metode Mixed Plans Strategy.
5. Pilih metode mana yang paling optimum dan lakukan analisis.
I. TUJUAN PRAKTIKUM
Dari praktikum ini, mahasiswa diharapkan:
Proses diasagregasi yaitu proses merubah hasil rencana agregat menjadi jumlah yang
harus diproduksi untuk setiap produk/item, hasil dari disagregasi ini berupa jadwal induk
produksi/MPS.
Karakteristik dari perencanaan produksi biasanya tidak rinci, rencana dibuat untuk
family atau kelompok produk. Dan satuan yang digunakan dapat berbeda antara satu
perusahaan dengan perusahaan yang lain, seperti ton, gallon, waktu produksi standard, satuan
uang, dan yang lainnya. Horizon perencanaan bisa sama panjang dengan rencana bisnis
biasanya 5 tahun. Periode perencanaan biasanya bulanan. Kemudian tidak standar, tergantung
pada tipe bisnis apakah make to order atau make to stock.
Hasil dari disaggregation adalah jadwal induk profuksi dengan mempunyai spesifikasi:
1. Ukuran dan pemilihan waktu dari permintaan produksi untuk item yang spesifik.
2. Urutan dari masing-masing job.
3. Alokasi jangka pendek dari sumber daya untuk masing-masiong aktifitas dan operasi.
untuk inventory 1
Iij,t-1=Iij,t-1(adj) x mij
Sijt=0
dij,t=abs(Iij,t)
Iij,t< Sijt berarti v =”berarti harus diproduksi.” Kalo Iij,t bernilai “-“. Tanda x=”produk
tidak diproduksi” kalo benilai positif.
8) Penentuan waktu antar produksi optimal untuk tiap family yang dibuat.
hij=holding cost
+,
T*j=*∑-
., ./.,
Master production schedule atau jadwal induk produksi adalah suatu set perencanaan yang
mengidentifikasi kuantitas dari item tertentu yang dapat dan akan dibuat oleh suatu
perusahaan manufaktur (dalam satuan waktu). Adapun fungsinya adalah:
Time Phase Plan : penyajian plan, dimana semua (demand, order, inventory) disajikan
dalam time bucket.
Time Fences : batas waktu penyesuaian pesanan yang terdiri dari beberapa zona,
dimana setiap zonanya mempunyai aturan yang berbeda.
Demand Time Fences (DTF), adalah batas dimana demand tidak bisa lagi untuk diubah.
dengan karakteristik : panjangnya=lead time, PAB dihitung dari actual demand dan
perubahan demand tidak dilayani.
Planning Time Fences (PTF), adalah batas dimana demand masih memungkinkan untuk
berubah jika material dan kapasitas tersedia. dengan karakteristik : panjangnya =
kumulatif lead time dan didaerah ini demand boleh berubah, perubahan masih
dilayani selama material dan kapasitas tersedia.
planning Horizon : jangka waktu perencanaan yang dipakai. dimanapanjang planning horizon
adalah kumulatif lead time ditambah beberapa saat untuk melihat hasilnya.
Adapun tujuan dari inventory status adalah memenuhi target tingkat pelayanan
terhadap konsumen (customer service level), efisiensi penggunaan sumber daya produksi dan
mencapai target produksi.
Kriteria dasar dari item dalam MPS adalah: jenis item tidak terlalu banyak, dapat
diramalkan kebutuhannya, mempunyai bom sehingga dapat ditentukan kebutuhan komponen
dan materialnya, dapat diperhitungkan dalam menentukan kebutuhan kapasitas, menyatakan
konfigurasi produk yang dapat dikirim (produk akhir tertentu atau komponen berlevel tinggi
dari produk akhir tertentu).
Palnned Order : merupakan order yang rencananya akan direaleased dan dibuat
setelah mempertimbangkan demand-supply.
Firm Planned Order : merupakan order yang direncanakan akan dibuat di perusahaan ini
tapi belum direalisir (masih diperkirakan).
Ramalan kebutuhan (forecast) : informasi datang dari bagian pemasaran, berupa estimasi
terhadap kunatitas end item yang akan terjual pada setiap periode.
Permintaan konsumen (Actual Demand) : berupa permintaan konsumen yang sudah diterima
sehingga statusnya pasti.
Jumlah yang bisa dijanjikan (Available to Promise / ATP) : merupakan alat yang digunakan
untuk menjanjikan jumlah yang bisa dipesan konsumen, merupakan bagian dari
persediaan yang belum dijanjikan, digunakan oleh bagian pemasaran untuk membuat
janji penjualan dimasa yang akan datang.
Jadwal produksi (Master Schedule) : berupa keputusan tentang kuantitas yang akan
diproduksi dan saat diproduksi itu memasuki stok. Ditentukan dengan
memperhatikan ketersediaan material dan kapasitas.
PTF :
Forecast
Actual Demand
PAB
ATP
Master Schedule
Planned Orders
Daerah PTF
Planned Order : ada apabila nilai PAB negatif atau kurang dari safety stock dan besarnya
akan tergantung pada order quantity.
I. TUJUAN PRAKTIKUM
Dari praktikum ini, mahasiswa diharapkan:
Sistem MRP memiliki empat langkah utama yang selanjutnya keempat langkah ini
harus ditetapkan satu per satu pada periode perencanaan dan pada setiap item. Prosedur ini
dapat dilakukan secara manual bila jumlah item yang terlibat dalam produksi relatif sedikit.
Suatu program diperlukan bila jumlah item sangat banyak. Langkah-langkah tersebut adalah
sebagai berikut (Baroto, 2002).
1. Netting
Merupakan suatu proses perhitungan kebutuhan bersih yang biasanya merupakan
selisih antara kebutuhan kotor dengan persediaan di tangan dan yang sedang diproses
(dipesan).
2. Lotting
Merupakan suatu proses untuk menentukan besarnya jumlah pesanan optimal untuk
setiap item secara individual berdasarkan pada hasil perhitungan kebutuhan bersih yang telah
dilakukan. Beberapa teknik diarahkan untuk menyeimbangkan ongkos set up dan ongkos
simpan. Ada juga teknik yang sederhana yang memakai jumlah pemesanan tetap atau periode
pemesanan tetap.
3. Off Setting
Merupakan salah satu langkah pada MRP untuk menentukan saat yang tepat untuk
rencana pemesanan dalam memenuhi kebutuhan bersih. Rencana pemesanan didapat dengan
cara menggabungkan saat awal tersedianya lot size yang diinginkan dengan besarnya waktu
ancang. Waktu ancang ini sama dengan besarnya waktu saat barang mulai dipesan atau
diproduksi sampai barang tersebut siap untuk dipakai.
4. Explosion
Yaitu proses perhitungan kebutuhan kotor untuk tingkat yang lebih bawah didasarkan
atas rencana pesanan. Dalam proses explosion ini, data mengenai struktur produk sangat
memegang peranan, karena atas dasar struktur produk inilah proses explosion akan berjalan
dan dapat menentukan ke arah komponen mana yang harus diexplosion.
Adalah waktu tenggang yang diperlukan untuk memesan (membuat) suatu barang
sejak saat pesanan (pembuatan) dilakukan sampai barang itu diterima (selesai dibuat).
9. Lot Size (ukuran lot)
Merupakan kuantitas pesanan dari item yang memberitahukan MRP berapa banyak
kuantitas yang dipesan, serta lot sizing apa yang dipakai.
10. Safety Stock (stok pengaman)
Merupakan stok pengaman yang ditetapkan oleh perencana MRP untuk mengatasi
fluktuasi dalam permintaan (demand) dan penawaran MRP untuk mempertahankan tingkat
stok pada semua periode waktu.
Agar MRP dapat dibuat dengan baik, MRP memerlukan beberapa input utama yang
harus terpenuhi. Input utama itu merupakan komponen dasar MRP yang terdiri dari :
1. Master Production Schedule (MPS)
Merupakan suatu pernyataan definitif tentang produk akhir (end item) apa yang
direncanakan perusahaan untuk diproduksi, berapa kuantitas yang dibutuhkan, pada waktu
kapan dibutuhkan, dan bilamana produk itu akan diproduksi. MPS disusun berkaitan dengan
pemasaran, rencana distribusi, perencanaan produksi, dan perencanaan kapasitas.
2. Bill of Material (BOM)
Meliputi daftar barang atau material yang diperlukan bagi perakitan, pencampuran,
dan pembuatan produk akhir. BOM (Bill of Material) dibuat untuk menentukan barang mana
yang harus dibeli dan barang mana yang harus dibuat.
3. Struktur Produk
Merupakan gambaran tentang langkah-langkah atau proses pembuatan produk, mulai
dari bahan baku hingga produk akhir.
4. Catatan Persediaan
Sistem MRP harus memiliki dan menjaga suatu data persediaan yang up to date untuk
setiap komponen barang. Data ini harus menyediakan informasi yang akurat tentang
ketersediaan komponen dan seluruh transaksi persediaan, baik yang sudah terjadi maupun
yang sedang direncanakan.
Faktor-faktor yang membentuk dalam MRP dan rumus-rumus yang dipakai adalah
sebagai berikut.
1. Heading
Bagian ini terdiri dari part number, part name, lot size, level, dan lead time.
2. Time Periode
Merupakan periode perencanaan bisa dalam kurun waktu harian, mingguan, dan lain-lain.
3. Gross Requirement (GR)
Untuk finish product (end item) sama dengan Jadwal Induk Produksi (JIP).
Untuk item level di bawahnya sama dengan part dari releases induknya.
4. Schedule Receipt (SR)
Material yang sudah dipesan dan akan diterima pada periode tertentu.
5. Begin Inventory (BI)
Jumlah persediaan di awal periode.
DU = DU − VW + W
Dimana : BIt = Begin Inventory pada waktu (t).
GRt = Gross Requirement untuk waktu (t).
SRt = Schedule Receipt dalam waktu (t).
Jika Begin Inventory BI memberikan hasil negatif, maka BI =0.
6. Net Requirement (NR)
Jumlah item yang diterima atau diproduksi oleh periode waktu terakhir.
PORt = NRt , untuk NRt > 0
= 0 , untuk NRt ≤ 0
W = VW − W − DU
8. Planned Ending Inventory (PEI)
Merupakan fungsi dari NR dan GR.
!U = XW + W + !U − VW
9. Planned Order Release (PORel)
I. TUJUAN PRAKTIKUM
Dari praktikum ini, mahasiswa diharapkan:
Menurut Gaspersz (2004), terdapat sejumlah langkah pemecahan masalah line balancing.
Berikut ini merupakan langkah-langkah pemecahan masalah adalah sebagai berikut.
a. Mengidentifikasi tugas-tugas individual atau aktivitas yang akan dilakukan.
b. Menentukan waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan setiap tugas itu.
c. Menetapkan precedence constraints, jika ada yang berkaitan dengan setiap tugas itu.
d. Menentukan output dari assembly line yang dibutuhkan.
e. Menentukan waktu total yang tersedia untuk memproduksi output.
f. Menghitung cycle time yang dibutuhkan, misalnya: waktu diantara penyelesaian produk
yang dibutuhkan untuk menyelesaikan output yang diinginkan dalam batas toleransi dari
waktu (batas waktu yang yang diijinkan).
Ada beberapa istilah yang lazim digunakan dalam line balancing. Berikut adalah istilah-
istilah yang dimaksud (Baroto, 2002):
1. Precedence diagram
Precedence diagram digunakan sebelum melangkah pada penyelesaian menggunakan
metode keseimbangan lintasan. Precedence diagram sebenarnya merupakan gambaran secara
grafis dari urutan operasi kerja, serta ketergantungan pada operasi kerja lainnya yang
tujuannya untuk memudahkan pengontrolan dan perencanaan kegiatan yang terkait di
dalamnya, adapun tanda yang dipakai dalam precedence diagram adalah sebagai berikut:
a. Simbol lingkaran dengan huruf atau nomor di dalamnya untuk mempermudah
identifikasi asli dari suatu proses operasi.
b. Tanda panah menunjukkan ketergantungan dan urutan proses operasi. Hal ini operasi
yang ada di pangkal panah berarti mendahului operasi kerja yang ada pada ujung
anak panah.
c. Angka di atas simbol lingkaran adalah waktu standar yang diperlukan untuk
menyelesaikan setiap proses operasi.
2. Assemble Product
Assemble Product adalah produk yang melewati urutan work station dimana, setiap
work station memberkan proses tertentu hingga selesai menjadi produk akhir pada perakitan
akhir.
3. Waktu menunggu (Idle Time)
Dimana operator atau pekerja menunggu untuk melakukan proses kerja ataupun
kegiatan operasi yang selanjutnya akan dikerjakan. Selisih atau perbedaan antara Cycle time
(CT) dan Stasiun Time (ST), atau CT dikurangi Stasiun Time (ST).
>
] − ∑ F>
sempurna diantara stasiun-stasiun kerja. Balance delay dapat dirumuskan sebagai berikut:
%= × 100%
F>
Keterangan: D = Balance delay (%)
C = Waktu Siklus
∑ F>
n = Jumlah stasiun kerja
= Jumlah semua waktu operasi
F> = Waktu Operasi
5. Efisiensi stasiun kerja merupakan rasio antara waktu operasi tiap stasiun kerja (Wi) dan
waktu operasi stasiun kerja terbesar (Ws). Efisiensi stasiun kerja dapat dirumuskan sebagai
[>
berikut:
7. Work Station merupakan tempat pada lini perakitan dimana proses perakitan dilakukan.
Setelah menentukan interval waktu siklus, maka jumlah stasiun kerja yang efisien dapat
ditetapkan dengan rumus:
∑a>\ F>
b>Q =
]
Keterangan: F> = Waktu operasi (elemen).
C = Waktu siklus stasiun kerja.
b>Q = Jumlah stasiun kerja minimal.
8. Smoothes index (SI) adalah suatu indeks yang menunjukkan kelancaran relatif dari
penyeimbangan lini perakitan tertentu.
U = c$PZda` − PZ
>\
Menurut Purnomo (2004), metode penyeimbangan lini perakitan lintasan diuraikan menjadi
beberapa metode. Berikut ini merupakan metode-metode yang digunakan dalam
keseimbangan lintasan, antara lain adalah sebagai berikut.
1. Metode kilbridge-Wester Heuristic.
2. Metode Hegelson-Birnie
3. Metode Moodie Young
4. Metode Immediate Updater First-Fit Heuristic.
5. Metode Rank and Assign Heuristic.
Metode-metode yang telah dikembangkan terbatas hanya pada penjelasan dari kedua metode
akan menjadi bagian dalam memecahkan permasalahan untuk membuat lini keseimbangan
yang baik. Kedua metode tersebut adalah metode Kilbridge-Wester dan Metode Hegelson-
Birnie atau RPW (Ranked Positional Weight). Berikut ini merupakan penjelasan langkah-
langkah dalam metode RPW (Ranked Positional Weight) (Baroto, 2002).
a. Buat precedence diagram untuk tiap proses.
b. Tentukan bobot posisi untuk masing-masing elemen kerja yang berkaitan dengan waktu
operasi untuk waktu pengerjaaan yang terpanjang dari mulai operasi permulaan hingga
sisa operasi sesudahnya.
c. Membuat rangking tiap elemen pekerjaan berdasarkan bobot posisi di langkah 2.
Pengerjaan yang memilki bobot terbesar diletakkan pada rangking pertama.
d. Tentukan waktu siklus.
e. Pilih elemen operasi dengan bobot tertinggi, alokasikan ke stasiun kerja. Jika masih layak
(waktu stasiun < CT), alokasikan operasi dengan bobot tertinggi berikutnya, namun
alokasi ini tidak boleh membuat waktu stasiun > CT.
f. Bila alokasi suatu elemen operasi membuat waktu stasiun > CT, maka sisa waktu ini (CT-
ST) dipenuhi dengan alokasi elemen operasi dengan bobot paling besar dan
penambahannya tidak membuat ST > CT.
g. Jika elemen operasi yang jika dialokasikan untuk membuat ST > CT sudah tidak ada, maka
kembali ke langkah ke-5.
MODUL 6
I. TUJUAN PRAKTIKUM
Dari praktikum ini, mahasiswa diharapkan:
APICS Dictionary (2005) mendefinisikan value stream sebagai proses- proses untuk
membuat, memproduksi, dan menyerahkan produk (barang dan/atau jasa) ke pasar. Untuk
proses pembuatan barang (good), value stream mencakup pemasok bahan baku, manufaktur
dan perakitan barang, dan jaringan pendistribusian kepada pengguna dari barang itu. Untuk
proses jasa (service), value stream terdiri dari pemasok, personel pendukung dan teknologi,
produsen jasa, dan saluran-saluran distribusi dari jasa itu. Suatu value stream dapat
dikendalikan oleh satu bisnis tunggal atau jaringan dari beberapa bisnis.
Value Stream Mapping adalah suatu metoda yang digunakan untuk memetakan alur
produksi dan alur informasi untuk memproduksikan suatu produk. Semua aktivitas, semua
informasi di petakan dalam sebuah gambar yang sederhana tetapi sangat informatif , mulai
dari supplier, input, proses, output dan customer, dimana ini adalah salah satu alat strategic
level untuk penerapan Lean dalam perusahaan.
Tujuan dari identifikasi ini adalah agar proses mapping fokus pada produk yang memiliki
proses yang kurang bagus dan menyederhanakannya sehingga usaha untuk proses
mengumpulkan data lebih mudah dan cepat.
Setelah Anda membuat mapping produk, tugas selanjutnya adalah untuk membuat VSM
kondisi aktual. Lakukan pembuatan draft VSM dan pastikan dengan melakukan diskusi
kembali dengan key person dan lihat, proses mana saja yang perlu dilakukan tindak lanjut
lebih.
setelah mengidentifikasi current state, Anda bisa memikirkan apa saja yang harus
dipertimbangkan dalam membuat future state, sebelum kesana perlu dipahami bahwa future
state merupakan kondisi ideal yang ingin dicapai oleh sistem dalam melakukan prosesnya,
improvement.
Setelah anda membuat future state, maka langkah selanjutnya adalah bagaimana anda dan tim
membuat sebuah langkah atau program untuk mengubah current menjadi future.
B. Kanban
a) Definisi Kanban
Kanban dalam bahasa jepang berarti tanda atau kartu perintah. Kanban adalah salah
satu alat penting untuk produksi just in time, yang mana menyediakan part yang tepat pada
waktu yang tepat dan dengan jumlah yang tepat pula. (Jacobs, 2009)
Ide mengenai sistem kanban pada awalnya berasal dari supermarket. Konsumen pada
dasarnya memilih barang yang mereka inginkan, kalaupun perlu, sejumlah yang diinginkan.
Para pemasok mengatur dan menyusun barang untuk memberi kemudahan bagi konsumen
untuk memilih.
Kanban adalah suatu kartu yang digunakan untuk mencapai produksi JIT. Kanban
berupa suatu kartu yang biasanya ditaruh dalam amplop vinil berbentuk empat persegi
panjang. Kartu-kartu ini digunakan untuk pengendalian produksi work in process dan aliran
persediaan. Sistem Kanban mengijinkan suatu perusahaan dapat menggunakan produksi just
in time dan sistem order yang mengakibatkan mereka dapat meminimasi persediaan dengan
tetap memenuhi kebutuhan pelanggan.
Penerapan sistem kanban yang dikembangkan oleh Taichi Ohno, seorang vice
president Toyota, untuk mencapai tujuan-tujuan yang mencakup:
1. Mereduksi biaya dengan menghilangkan pemborosan (waste / scrap)
2. Mencoba untuk menciptakan tempat kerja yang dapat merespon secara cepat terhadap
adanya perubahan
3. Mendukung metode-metode untuk mencapai dan memastikan pengendalian kualitas
4. Merancang tempat kerja berdasarkan rasa kemanusiaan, kepercayaan dan dukungan, dan
membiarkan para pekerja mencapai potensi maksimalnya.
c) Peraturan Kanban
Beberapa peraturan yang digunakan untuk mencapai sasaran JIT kanban, ada
beberapa peraturan yang perlu diperhatikan antara lain :
1. Proses berikutnya harus mengambil produk yang diperlukan dari proses terdahulu dalam
jumlah yang diperlukan pada saat yang diperlukan.
2. Proses terdahulu harus menghasilkan produk sesuai dengan jumlah yang diambil oleh
proses berikutnya.
3. Produk cacat tak boleh diserahkan pada proses berikutnya.
4. Jumlah kanban harus sesedikit mungkin karena jumlah kanban menyatakan suatu sediaan
maksimum material.
5. Kanban harus digunakan untuk menyesuaikan diri terhadap fluktuasi kecil dalam
permintaan.
d) Tipe-Tipe Kanban
Ada beberapa jenis kanban utama yang perlu diketahui, antara lain :
%
Untuk menghitung jumlah kartu C-kanban digunakan rumus :
b] =
]
Dimana :
KC : Jumlah C-kanban
D : Permintaan / hari ( unit )
Q : Kapasitas kontainer ( unit )
Adapun pengertian kanban perintah produksi atau produksi kanban digunakan sebagai
otorisasi untuk memproduksi komponen-komponen atau rakitan-rakitan. Dalam sistem yang
menggunakan kartu ini, tidak ada produksi yang diijinkan tanpa adanya P-kanban. Suatu
sistem yang menggunakan C-kanban maupun P-kanban disebut sebagai sistem tarik 2 kartu (
two-card pull system ). Prosedur dari sistem tarik 2 kartu ini adalah sebagai berikut :
Tahap 1 : Bila operator pada stasiun downstream melakukan akses terhadap full
container, maka C-kanban dilepas dan diletakan pada pos kanban.
Dari kedua sistem kanban yang telah dibahas diatas memberikan pengendalian yang
ketat terhadap persediaan. Tidak ada kontainer yang dapat dipindahkan atau diisi tanpa
adanya C-kanban atau P-kanban, yaitu tanpa adanya otorisasi. Karena kontainer berukuran
standar digunakan disetiap buffer, maka ukuran dari batch yang dipindahkan dan diproduksi
sesuai dengan kapasitas kontainer (Q).
Seperti pada jumlah kartu C-kanban membatasi jumlah maksimum full container di
inbound buffer, jumlah kartu P-kanban membatasi jumlah maksimum full container di
%
outbound buffer. Jumlah kartu P-kanban dihitung dengan menggunakan rumus :
b =
e
Dimana:
KP : Jumlah P-Kanban
D : Permintaan / hari ( unit )
Q : Kapasitas Kontainer ( unit )
3. Kanban Pemasok ( Kanban Subkontraktor )
Ada beberapa jenis kanban lain yang juga bisa diterapkan ditempat kerja, namun jenis
kanban ini membutuhkan kondisi tertentu untuk bisa diterapkan. Dari keterangan diatas dapat
dijelaskan bahwa penerapan sistem kanban harus disesuaikan dengan kondisi dari tempat
kerja yang akan diterapkan dengan sistem kanban. Adapun jenis – jenis kanban yang lainnya
antara lain :
1. Kanban Ekspres
Kanban ini hanya dikeluarkan bila terjadi kekurangan suku cadang dan pada kondisi yang
luar biasa dan harus dikumpulkan segera setelah digunakan.
2. Kanban Darurat
Kanban ini dikeluarkan untuk sementara waktu bila beberapa persediaan diperlukan untuk
memperbaiki unit yang cacat, kerusakan mesin sisipan atau tambahan mendadak dalam
operasiakhir pekan. Kanban ini juga berbentuk Kanban Produksi atau Kanban Pengambilan.
3. Kanban Pesanan Pekerjaan
Kanban ini hanya disiapkan untuk suatu lini produksi pesanan pekerjaan dan dikeluarkan
untuk tiap pesanan –pekerjaan,bukan pada lini untuk produk yang dihasilkan berulang-ulang.
4. Kanban Terusan
Suatu Kanban yang digunakan pada dua proses atau lebih yang saling berhubungan dengan
sangat erat sehingga dapat dianggap sebagai satu proses tunggal. Akibatnya hanya suatu
lembaran Kanban biasa yang digunakan untuk kedua proses tersebut. Kanban ini dapat
digunakan dalam lini pengerjaan mesin dimana tiap produk dapat disampaikan dengan segera
ke lini berikunya oleh peluncur, atau konveyor satu persatu, seperti penyepuhan
listrik,penggosokan atau pengecatan.