Anda di halaman 1dari 3

B.

Strategi Komunikasi

1. Fase Orientasi

a. Salam Terapeutik

“Selamat pagi Pak. Perkenalkan nama saya Tiwi, panggil saja Suster Tiwi. Saya adalah mahasiswa dari
POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III.

Hari ini saya dinas pagi dari pkl. 07.00-14.00. Saya yang akan merawat bapak

Nama Bapak siapa dan suka dipanggil apa? Baiklah mulai sekarang saya akan panggil Bapak Jono
saja, ya”

b. Evaluasi/validasi

“kalau boleh tahu, sudah berapa lama Bapak Jono di sini ? Apakah Bapak Jono masih ingat siapa
yang membawa kesini ? bagaimana perasaan Bapak saat ini? Saya lihat Bapak sering tampak marah
dan kesal, sekarang Bapak masih merasa kesal atau marah ?”

c. Kontrak :

· Topik

“Bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang hal-hal yang membuat Bapak Jono marah dan
bagaimana cara mengontrolnya? Ok. Pak?”

· Waktu

Berapa lama Bapak punya waktu untuk berbincang-bincang dengan saya? Bagaimana kalau 15 menit
saja?

· Tempat

Bapak senangnya kita berbicaranya dimana?. Dimana saja boleh kok, asal Bapak merasa nyaman.
Baiklah, berarti kita berbicara di teras ruangan ini saja ya, Pak”

· Tujuan

Agar Bapak dapat mengontrol marah dengan kegiatan yang positif yaitu dengan latihan fisik 1 :
teknik nafas dalam dan tidak menimbulkan kerugian untuk diri sendiri maupun orang lain.

2. Fase Kerja
“Nah, sekarang coba Bapak ceritakan, Apa yang membuat Bapak Jono merasa marah? ”

Apakah sebelumnya Bapak pernah marah? Terus, penyebabnya apa? Samakah dengan yang
sekarang?”

“Lalu saat Bapak sedang marah apa yang Bapak rasakan? Apakah Bapak merasa sangat kesal, dada
berdebar-debar lebih kencang, mata melotot, rahang terkatup rapat dan ingin mengamuk? ”

“Setelah itu apa yang Bapak lakukan? ”

“Apakah dengan cara itu marah/kesal Bapak dapat terselesaikan? ” Ya tentu tidak, apa kerugian yang
Bapak Jono alami?”

“Menurut Bapak adakah cara lain yang lebih baik? Maukah Bapak belajar cara mengungkapkan
kemarahan dengan baik tanpa menimbulkan kerugian?”

”Jadi, ada beberapa cara untuk mengontrol kemarahan, Bapak. Salah satunya adalah dengan cara
fisik. Jadi melalui kegiatan fisik, rasa marah Bapak dapat tersalurkan.”

”Ada beberapa cara, bagaimana kalau kita belajar 1 cara dulu? Namanya teknik napas dalam”

”Begini Pak, kalau tanda-tanda marah tadi sudah Bapak rasakan, maka Bapak berdiri atau duduk
dengan rileks, lalu tarik napas dari hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan/tiup perlahan –lahan
melalui mulut”

“Ayo Pak coba lakukan apa yang saya praktikan tadi, bapak berdiri atau duduk dengan rileks tarik
nafas dari hidung, bagus.., tahan, dan tiup melalui mulut. Nah, lakukan 5 kali. “

“Bagus sekali, Bapak sudah bisa melakukannya”

“ Nah.. Bapak Jono tadi telah melakukan latihan teknik relaksasi nafas dalam, sebaiknya latihan ini
Bapak lakukan secara rutin, sehingga bila sewaktu-waktu rasa marah itu muncul Bapak sudah
terbiasa melakukannya”

3. Fase Terminasi

a. Evaluasi

· Subyektif

“Bagaiman perasaan Bapak setelah kita berbincang-bincang dan melakukan latihan teknik relaksasi
napas dalam tadi? Ya...betul, dan kelihatannya Bapak terlihat sudah lebih rileks”.

· Obyektif

”Coba Bapak sebutkan lagi apa yang membuat Bapak marah, lalu apa yang Bapak rasakan dan apa
yang akan Bapak lakukan untuk meredakan rasa marah”. Coba tunjukan pada saya cara teknik nafas
dalam yang benar.

“Wah...bagus, Bapak masih ingat semua...”

b. Rencana Tindak Lanjut (RTL)

“Bagaimana kalau kegiatan ini rutin dilakukan 5 kali dalam 1 hari dan di tulis dalam jadwal kegiatan
harian Bapak.
c. Kontrak yang akan datang

· Topik :

“ Nah, Pak. Cara yang kita praktikkan tadi baru salah 1 nya saja. Masih ada cara yang bisa digunakan
untuk mengatasi marah Bapak. Cara yang ke-2 yaitu dengan teknik memukul bantal .

· Waktu :

“Bagaimana kalau kita latihan cara yang ke-2 ini besok, Bagaimana kalau 15 menit lagi saja?

· Tempat :

“Kita latihannya dimana, Pak? Di teras ruangan ini saja lagi , Pak”. “ok, Pak

Anda mungkin juga menyukai