Anda di halaman 1dari 10

Peningkatan Kebugaran Jasmani....

(Kuni Mustafidah) 152

PENINGKATAN KEBUGARAN JASMANI MELALUI PERMAINAN


TRADISIONAL PADA KELOMPOK B2 TK ABA KERINGAN TURI
YOGYAKARTA

IMPROVING PHYSICAL FITNESS THROUGH TRADITIONAL GAMES OF THE B2 GROUP AT


TK ABA KERINGAN, YOGYAKARTA

Oleh: kuni mustafidah, paud/pgpaud fip uny


kunimustafidah92@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kebugaran jasmani melalui permainan tradisional pada anak
kelompok B2 di TK ABA Keringan, Turi, Sleman, Yogyakarta. Kebugaran jasmani yang ditingkatkan ialah
keseimbangan, kelincahan, dan kekuatan. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas kolaboratif
dengan menggunakan model Kemmis & Mc Taggart. Subjek penelitian ini adalah anak kelompok B2 TK
ABA Keringan sebanyak 21 anak yang terdiri dari 11 anak laki-laki dan 10 anak perempuan. Objek dalam
penelitian ini adalah kebugaran jasmani. Pengumpulan data dilakukan menggunakan metode observasi.
Analisis data dilakukan secara deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebugaran
jasmani yaitu keseimbangan, kelincahan, dan kekuatan dapat meningkat setelah diberikan tindakan
menggunakan permainan tradisional yaitu ingkling dan dingklik oglak-aglik. Peningkatan dilihat dari hasil
observasi kondisi awal yaitu sebesar 4.76%. Pada tindakan Siklus I mengalami peningkatan sebesar
52.38% dan pada tindakan Siklus II mencapai indikator keberhasilan yaitu sebesar 80.95%. Hasil
penelitian membuktikan bahwa permainan tradisional dapat meningkatkan kebugaran jasmani.
.
Kata kunci: kebugaran jasmani, permainan tradisional, kelompok B

Abstract
This research aimed to improve physical fitness through traditional games among children of the B2 group
at TK ABA Keringan, Turi, Sleman, Yogyakarta. The physical fitness to improve were balance, agility, and
strength. This was a collaborative action research study using the model by Kemmis & McTaggart. The research
subjects were children of the B2 group at TK ABA Keringan with a total of 21 children, consisting of 11 boys and
10 girls. The research object was physical fitness. The data were collected through observations. They were
analyzed by means of the quantitative descriptive technique. The results of the study showed that physical fitness,
namely balance, agility, and strength, could improve after the actions using traditional games, namely ingkling and
dingklik oglak-aglik, were given. The improvement was indicated by the results of the observations; the initial
condition was 4.76%. After the actions in Cycle I, the improvement was 52.38%, and after the actions in Cycle II,
the indicator of the success reached 80.95%. The results of the study showed that traditional games were capable
of improving physical fitness.

Keywords: physical fitness, traditional games, kindergarten group B

PENDAHULUAN agama, sehingga upaya perkembangan seluruh

Anak usia dini adalah sosok individu potensi anak usia dini harus dimulai agar

yang sedang menjalani proses perkembangan pertumbuhan dan perkembangan anak tercapai

dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan secara optimal. Salah satu upaya tersebut dengan

selanjutnya. pada masa ini merupakan masa yang memberikan pendidikan anak usia dini. Undang-
tepat untuk meletakkan dasar-dasar undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem

pengembangan kemampuan fisik, bahasa, sosial Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa

emosi, konsep diri, seni moral dan nilai-nilai Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah
153 Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Edisi 2 Tahun ke 5 2016

suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada Lebih lanjut Suharjana (2013: 2), menjelaskan
anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun bahwa kebugaran jasmani berasal dari bahasa
yang dilakukan melalui pemberian rangsangan Inggris Physical Fitness yang secara harfiah
pendidikan untuk membantu pertumbuahan dan berarti kesesuaian fisik atau kecocokan jasmani
perkembangan jasmani dan rohani agar anak dengan jenis pekerjaan yang dilakukan sehari-
memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan hari. Kebugaran jasmani erat kaitannya dengan
lebih lanjut. aktivitas fisik. Semakin banyak aktivitas fisik
Taman Kanak-kanak (TK) adalah salah yang dilakukan maka tingkat kebugaran
satu bentuk pendidikan anak usia dini yang jasmanipun akan semakin baik. Latihan kegiatan
berada dijalur formal yang menyediakan jasmani pada anak usia TK dapat meningkatkan
program pendidikan bagi anak berumur 4 sampai kebugaran jasmani anak, kegiatan peningkatan
6 tahun yang bertujuan membantu kebugaran jasmani bisa dilakukan dengan
mengembangkan berbagai potensi baik fisik dan kegiatan bermain di luar. Anak dapat melakukan
psikis yang meliputi moral, agama, sosial beragam permainan yang dilakukan di luar
emosional, kemandirian, kognitif, bahasa, fisik ruangan dengan melakukan beragam gerakan
motorik, dan seni, untuk siap memasuki fisik. Kemampuan fisik sangat berkaitan erat
pendidikan selanjutnya. Selama dalam dengan jasmani anak terutama kebugaran
pendidikan TK anak memiliki kesempatan jasmani.
mengembangkan berbagai potensi kegiatan Kebugaran jasmani yang baik dapat
jasmani. Hal tersebut dinyatakan dalam mengembangkan aktivitas gerak anak dan dapat
Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menumbuhkan rasa percaya diri serta konsep diri
Republik Indonesia Nomor 0486/U/1992 Bab I yang positif. Diperjelas oleh Santoso Giriwijoyo
pasal 2 ayat 1 bahwa “Pendidikan Taman Kanak- dan Didik Zafar Sidik (2012: 17) kebugaran
kanak merupakan wadah untuk membantu jasmani adalah derajat sehat dinamis seseorang
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan yang menjadi kemampuan jasmani dasar untuk
rohani anak didik sesuai dengan sifat-sifat dapat melaksanankan tugas yang harus
alamiah anak”. dilaksanakan. Apabila kebugaran anak tidak
Pada umumnya anak usia TK sangat meningkat dengan baik maka akan
aktif. Anak-anak tersebut telah memiliki menumbuhkan rasa tidak percaya diri dan
penguasaan terhadap tubuhnya dan sangat konsep diri negatif dalam melakukan gerakan
menyukai kegiatan yang dilakukan sendiri. Pada fisik. Salah satu upaya untuk mengasah
anak usia TK, otot-otot besar lebih berkembang kebugaran jasmani anak adalah melalui kegiatan
dari pada kontrol terhadap tangan dan kaki, bermain. Melalui kegiatan bermain anak dapat
sehingga mereka belum bisa melakukan kegiatan bereksplorasi dan dapat mengembangkan
yang rumit. Oleh karena itu, kegiatan fisik sangat kebugaran jasmani. Sebagaimana diketahui
menyenangkan bagi anak-anak di usia tersebut. bahwa karakteristik bagi anak usia dini adalah
Peningkatan Kebugaran Jasmani.... (Kuni Mustafidah) 154

bermain. Bermain merupakan kegiatan yang menggunakan beberapa media sambil duduk
menyenangkan bagi anak. Dengan bermain anak sehingga kurang mestimulasi kebugaran jasmani.
dapat bereksplorasi dan mengembangkan Setiap sebelum pembelajaran anak berbaris
kebugaran jasmani, agar kebugaran jasmani pada bersama-sama di halaman sekolah sesuai kelas,
anak usia dini dapat berkembang secara optimal lalu menyanyikan lagu dengan bertepuk tangan
maka dirancanglah berbagai bentuk permainan- dan jalan di tempat. Kemudian dilanjutkan ikrar,
permainan yang menarik bagi anak. berdoa, salam lalu masuk kelas masing-masing
Berdasarkan hasil observasi yang telah sehingga kebugaran jasmani kurang terstimulasi
dilakukan di TK ABA Keringan menunjukkan secara optimal.
bahwa kebugaran jasmani anak belum terasah Oleh karena itu, diperlukan metode
secara optimal karena masih kurangnya upaya pembelajaran yang dapat meningkatkan
guru dan strategi pembelajaran kurang tepat dan kebugaran jasmani anak yang dapat
kurang menyenangkan dalam kegiatan untuk diaplikasikan oleh guru. Kebugaran jasmani anak
meningkatkan kebugaran jasmani anak. Kegiatan akan lebih optimal jika lingkungan tumbuh
untuk meningkatkan kebugaran jasmani kembang anak mendukung untuk bergerak
kebanyakan dilakukan di dalam kelas antara lain bebas. Kegiatan di luar ruangan bisa menjadi
dengan melempar kantong biji. Dari hasil pilihan yang terbaik karena dapat menstimulasi
observasi, dari 21 anak terdapat 12 anak yang perkembangan otot (CRI, 2013: 17). Pendidik
masih belum mampu tepat sasaran dan belum dapat membantu anak mengoptimalkan
mampu untuk menangkap kembali dalam sekali kebugaran jasmani anak salah satunya melalui
tangkapan, yang seharusnya untuk anak permainan tradisional.
kelompok B sudah mampu tepat sasaran dengan Menurut Direktorat Permuseuman (1998:
jarak 2 meter, melemparkan benda ke atas dan 1) permainan tradisional mempunyai makna
menangkap kembali dalam sekali tangkapan, sesuatu (permainan) yang dilakukan dengan
Kemampuan lain yang harus dikuasai berpegang teguh pada norma dan adat kebiasaan
anak kelompok B adalah mampu untuk yang ada secara turun-menurun dan dapat
melompat bahkan hanya dengan menggunakan memberikan rasa puas atau senang bagi si
satu kaki tanpa jatuh. Hasil observasi di lapangan pelaku. Contoh dari permainan tradisional yang
masih banyak anak kelompok B yang belum beragam seperti ingkling,dingklik oglak-
mampu untuk berlari sambil melompat dengan aglik.gobak sodor, gangsingan, cinciripit (petak
seimbang tanpa jatuh. Kegiatan senam umpet), egrang, benthik, bekelan, engklek,
dijadwalkan setiap hari jumat pagi tetapi senam jamuran, dan lain-lain. Berbeda dari Direktorat
tidak pasti dilakukan setiap jumat. Pembelajaran Permuseuman, Sukirman Dharmamulya, dkk
lebih menekankan pada perkembangan bahasa (2008: 8-9) menyebutkan bahwa permainan
dan motorik halus sehingga anak sering tradisional mengandung beberapa nilai yang
mengerjakan LKA atau membuat tugas dapat ditanamkan. Nilai-nilai tersebut antara lain
155 Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Edisi 2 Tahun ke 5 2016

rasa senang, rasa bebas, rasa berteman, rasa di TK ABA Keringan, Turi, Sleman,
demokrasi, penuh tanggung jawab, rasa patuh, Yogyakarta”.
rasa saling membantu, rasa bersosialisasi, rasa
tolong menolong yang kesemuanya merupakan METODE PENELITIAN
nilai-nilai yang sangat baik dan berguna dalam Jenis Penelitian
kehidupan anak-anak untuk bermasyarakat, Jenis penelitian yang digunakan dalam
sehingga anak-anak dapat diterima baik di penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas
lingkungan masyarakat. (PTK) kolaboratif. Penelitian tindakan kelas
Permainan tradisional memiliki beberapa merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan
kelebihan yaitu murah, dapat melestarikan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja
budaya peninggalan nenek moyang, permainan dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas
tradisional anak-anak bisa melatih konsentrasi, secara bersama (Suharsimi Arikunto, 2010: 3).
pengetahuan, sikap, keterampilan dan Penelitian tindakan ini merupakan pemberian
ketangkasan yang secara murni dilakukan oleh tindakan-tindakan alternatif yang dibuat oleh
otak dan tubuh manusia. Lebih lanjut, permainan peneliti yang dalam pelaksanaannya
tradisional juga dapat meningkatkan kebugaran berkolaborasi dengan guru kelas kemudian
jasmani anak karena sebagian besar diujicobakan dan dievaluasi apakah penelitian
permainannya membutuhkan ketahanan fisik tindakan tersebut dapat memecahkan masalah
yang baik dan dalam permainan tradisional anak pembelajaran yang dihadapi.
dituntut untuk terampil menggerakkan badannya,
sehingga anak dapat menyalurkan tenaganya Waktu dan Tempat Penelitian
secara terarah dan membuat kebugaran jasmani Penelitian ini dilaksanakan pada semester
anak meningkat. Pada penelitian ini genap yaitu bulan Mei-Juni 2015 tahun pelajaran
meningkatkan kebugaran jasmani dalam hal 2014/2015 di TK ABA Keringan, Turi, Sleman,
keseimbangan, kekuatan dan kelincahan anak Yogyakarta.
dalam gerakan dasar melompat. Hal tersebut
disesuaikan dengan hasil observasi dimana Subjek Penelitian
kemampuan melompat anak masih kurang Subjek merupakan posisi yang sangat
optimal. Salah satu caranya yaitu melalui penting, karena pada subyek itulah terdapat data
permainan tradisional ingkling dan dingklik tentang yang diteliti dan diamati oleh peneliti.
oglak-aglik. Subjek dalam penelitian ini adalah anak
Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti kelompok B2 TK ABA Keringan Turi yang
akan melakukan penelitian yang berjudul berjumlah 21 anak, dengan klasifikasi 11 anak
“Peningkatan Kebugaran Jasmani melalui laki-laki dan 10 anak perempuan.
Permainan Tradisional pada Anak Kelompok B2
Peningkatan Kebugaran Jasmani.... (Kuni Mustafidah) 156

Prosedur dengan menggunakan pedoman sebagai


Desain penelitian yang digunakan pada instrumen pengamatan. Observasi dilakukan
penelitian ini adalah model yang dikemukakan untuk mengetahui seberapa jauh pelaksanaan
Kemmis & Mc Taggart (Susilo Herawati, Husnul tindakan yang sedang berlangsung dapat
Chotimah & Yuyun Dwita, 2011: 12), yang menghasilkan perubahan yang diinginkan.
merupakan untaian-untaian dengan satu kesatuan Tabel 1. Instrumen Observasi Anak TK B2 ABA
Keringan, Turi, Sleman, Yogyakarta
yang perangkatnya terdiri atas 4 komponen,
No Aspek yang Definisi
yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, diamati
refleksi. Keempat komponen tersebut dapat Keseimbangan
1. kemampuan untuk
dikatakan menjadi satu siklus. Desain penelitian mempertahankan sikap tubuh
yang tepat saat melakukan
mengembangkan dari model Kemmis & Mc
gerakan atau pada saat berdiri.
Taggart, dapat diartikan dalam bentuk gambar Kekuatan
2. kemampuan otot melawan
sebagai berikut: beban dalam satu usaha.
3. Kelincahan kemampuan seseorang untuk
merubah arah dan posisi di
arena tertentu.

Teknik Analisis Data


Teknik analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif.
Deskripsi kuantitatif digunakan untuk
menganalisis data berupa angka dari hasil
pengamatan peneliti yang berkolaborasi dengan
Gambar 1. Proses Penelitian Tindakan Kelas
menurut Kemmis & Mc Taggart (Susilo guru tentang kemampuan kekuatan, kelincahan,
Herawati, Husnul Chotimah & Yuyun dan keseimbangan anak. Data yang didapat
Dwita, 2011: 12 )
dijadikan sebagai acuan dalam perencanaan
Data, Intrumen, dan Teknik Pengumpulan tindakan (Siklus) selanjutnya. Adapun rumus
Data
yang digunakan menurut Ngalim Purwanto
Pengumpulan data yang digunakan
(2006: 102), persentase dapat dicari dengan
adalah observasi. Instrumen untuk pengumpulan
menggunakan rumus berikut:
data yaitu checklist dan dokumentasi. Suharsimi
Arikunto (2010: 199-200) menjelaskan bahwa F
P= X 100
observasi atau sering disebut dengan N

pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan Keterangan:


P = angka persentase
perhatian terhadap sesuatu objek dengan
F = skor mentah yang diperoleh siswa
menggunakan seluruh indera. Pada penelitian ini N = skor maksimum
memakai observasi sistematis yang dilakukan
157 Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Edisi 2 Tahun ke 5 2016

Rumus di atas untuk mencari skor Agar lebih jelas tentang hasil tabel dan
perolehan kebugaran jasmani anak melalui skor persentase di atas dapat dibuat diagram
permainan tradisional yaitu ingkling dan dingkli batang sebagai berikut:
oglak-aglik dengan bentuk persentase. Adapun
untuk menyimpulkan kriteria maka peneliti
menggunakan kriteria menurut Acep Yoni
(2010: 176) sebagai berikut ini:
Tabel 2. Kategori Persentase motorik kasar Anak
Gambar 2. Grafik kebugaran jasmani
No Kriteria Persentase
1 BSB (Berkembang Sangat Baik) 76%-100%
Penelitian yang telah dilakukan ialah
2 BSH (Berkembang Sesuai Harapan) 51%-75%
3 MB (Mulai Berkembang) 26%-50% Penelitian Tindakan Kelas (PTK) kolaboratif.
4 BB (Belum Berkembang) 0%-25%
Siklus yang telah dilaksanakan ialah Siklus I dan
Siklus II yang masing-masing Siklus terdiri dari
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
perencanaan, tindakan dan observasi, serta
Jenis penelitian yang telah dilakukan
refleksi. Pelaksanaan tindakan pada Siklus I
yaitu Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
dilaksanakan sebanyak tiga kali pertemuan
kolaboratif yang terdiri dari dua Siklus.
dengan masing-masing pertemuan menggunakan
Pelaksanaan tindakan pada Siklus I dilaksanakan
satu tindakan untuk meningkatkan kebugaran
sebanyak tiga kali pertemuan pada masing-
jasmani anak dan Siklus II sebanyak tiga kali
masing komponen kebugaran jasmani yang
pertemuan dengan masing-masing pertemuan
ditingkatkan dan Siklus II sebanyak dua kali
menggunakan dua tindakan. Siklus II merupakan
pertemuan. Siklus II merupakan perbaikan secara
perbaikan secara keseluruhan dari Siklus I
keseluruhan dari Siklus I mengenai peningkatan
mengenai peningkatan kebugaran jasmani anak.
kebugaran jasmani anak. Hasil secara
Hasil secara keseluruhan kebugaran jasmani
keseluruhan kebugaran jasmani anak mengalami
anak mengalami peningkatan.
peningkatan. Berikut ini tabel rekapitulasi
Berdasarkan tabel Rekapitulasi data
peningkatan kebugaran jasmani anak pada
kebugaran jasmani Anak Pra Tindakan, Siklus I
kelompok A1 dari kondisi awal sampai Siklus II:
dan Siklus II, kebugaran jasmani anak kelompok
Tabel 3. Rekapitulasi data kebugaran jasmani
Anak Pra Tindakan, Siklus I dan Siklus II B2 mengalami peningkatan dari kondisi awal.
Pra
No Kriteria
Tindakan
Siklus I Siklus II Pada penelitian kebugaran jasmani dalam kriteria
1 Belum
Berkembang
2 Berkembang Sangat Baik (BSB) kondisi awal
(9.52%)
- -
2 10
berjumlah 1 anak (4.76%) menjadi 11 anak
Mulai Berkembang 4
(47.62%) (19.05%) -
3 Berkembang
(52.38%) pada Siklus I. Kemudian meningkat
8
Sesuai Harapan 6 4
(38.1%) (28.57%) (19.05%) pada Siklus II menjadi 17 anak (80.95%).
4 Berkembang
1
Sangat Baik (4.76%)
11 17 Pada penelitian Siklus I pertemuan
(52.38%) (80.95%)
pertama ada dua anak yang mengganggu
Peningkatan Kebugaran Jasmani.... (Kuni Mustafidah) 158

temannya saat kegiatan berlangsung dan belum setiap anak memiliki jangka waktu sendiri dalam
mau mencoba sehingga mengganggu menguasai suatu keterampilan.
konsentrasi, selain itu ada beberapa anak Hambatan-hambatan yang dialami pada
mengikuti kegiatan akan tetapi hasilnya masuk Siklus I dicatat kemudian dijadikan sebagai
dalam kriteria mulai berkembang. Misalnya saat acuan untuk mencari solusi dan memperbaiki
kegiatan ingkling, ada anak yang belum bermain pada pelaksanaan Siklus II. Beberapa solusi yang
sesuai aturan, anak-anak tersebut masih banyak dilakukan oleh peneliti dan guru sebagai rekan
menginjak garis saat bermain ingkling, belum kolaborasi dalam penelitian ini ialah pada
dapat bermain satu putaran dengan aturan seperti pelaksanaan Siklus II mengkolaborasikan dua
yang dicontohkan. Setelah kegiatan tersebut permainan tradisional yaitu ingkling dan
lakukan berulang-ulang pada Pertemuan tiga dingklik oglak-aglik dan membuat
Siklus I, ada enam anak yang masuk dalam kompetisi/perlombaan secara kelompok sehingga
kriteria Berkembang Sesuai Harapan (BSH). anak-anak merasa tertantang. Tindakan tersebut
Anak tersebut sudah dapat bermain ingkling satu diperkuat oleh pendapat Bambang Sujiono
putaran dan dingklik oglak-aglik satu lagu (2005: 2.5) yang mengungkapkan bahwa
dengan sesuai aturan yang ada. Selain itu, ada “aktivitas fisik yang diberikan oleh anak harus
sebelas anak dalam Kriteria Berkembang Sangat bervariasi, yaitu aktivitas fisik untuk bermain
Baik (BSB). Anak tersebut sudah dapat bermain dan bergembira sambil menggerakkan
ingkling dua putaran dan dingklik oglak-aglik badannya”. Menciptakan lingkungan yang aman
dua lagu dengan sesuai aturan yang ada. dan kegiatan yang menantang serta membimbing
Pada pertemuan tiga ini masih ada empat anak mengikuti kegiatan tanpa menimbulkan
anak yang kebugaran jasmaninya dalam kriteria rasa takut dan cemas (Bambang Sujiono, 2005:
Mulai Berkembang (MB) dan masih ada anak 2.15).
yang mengganggu temannya saat kegiatan Pelaksanaan tindakan pada Siklus II
berlangsung tetapi berbeda dengan pertemuan menarik perhatian kelas yang lain tidak
sebelumnya, satu dari dua anak yang terkecuali kelompok B1, sehingga guru menutup
mengganggu temannya sudah mau mencoba pintu kelas B2 agar kelas B1 masuk kelas
bermain dengan bantuan dan arahan guru. Guru kembali. Pada Siklus II, masih ada dua anak
tetap sabar memberikan motivasi pada anak yang malu-malu ketika bermain dan masih sering
ketika melakukan kegiatan dan tidak menganggu temannya tetapi kedua anak tersebut
memaksakan anak agar bergerak sesuai dengan mendapatkan motivasi dari masing-masing
contoh yang telah diberikan. Perilaku yang kelompok satu timnya sehingga kedua anak
ditunjukkan oleh guru diperkuat dengan tersebut terpacu untuk berusaha lebih baik
pendapat Bambang Sujiono (2005: 2.5) yang walaupun komponen kebugaran jasmaninya
menyatakan bahwa guru harus bersabar karena belum seimbang dengan temannya, kemampuan
yang ditunjukkan oleh anak itu diperkuat oleh
159 Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Edisi 2 Tahun ke 5 2016

pendapat Bambang Sujiono (2005: 1.15) yang pada Siklus II karena jumalah tersebut telah
menyatakan bahwa kemampuan seseorang anak mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan
untuk gerak tertentu tidak akan sama dengan yaitu 80% pada kriteria Berkembang Sangat
anak lain walaupun usia anak sama. Semua Baik.
tergantung pada latihan, rasa percaya diri, dan Pada akhirnya melalui kegiatan
kematangan alat-alat tubuh. pembelajaran yang menyenangkan yaitu dengan
Setiap selesai melakukan kegiatan mengkolaborasikan ingkling dan dingklik oglak-
dipersilahkan untuk duduk melingkar dan aglik, kebugaran jasmani anak (keseimbangan,
bercerita tentang permainan yang sudah kelincahan, dan kekuatan) dapat berkembang
dimainkan, lalu anak diberika reward, bagi anak- optimal. Berdasarkan uraian di atas dapat
anak yang bermain sesuai aturan diberikan disimpulkan, penelitian tindakan kelas dengan
tambahan reward beruba mendali senyum dan cara menggunakan permainan tradisional dapat
bagi anak yang belum mau bermain kemudia meningkatkan kebugaran jasmani anak
mengganggu temannya rewardnya ditunda kelompok B2 TK ABA Keringan pada tahun
diberikan. Selain itu guru tetap memberikan ajaran 2014/2015.
motivasi secara verbal saat kegiatan berlangsung
maupun setelah melakukan kegiatan. Hasilnya SIMPULAN DAN SARAN
motivasi yang selalu diberikan oleh guru dan Simpulan
peneliti ada dua anak yang dari awal belum mau Berdasarkan hasil penelitian dan
mengikuti akhirnya mau mengikuti kegiatan pembahasan yang dikemukakan, bahwa melalui
pada Siklus I pertemua tiga dan Siklus II. Selain permainan tradisional yang dilakukan dengan
itu, semua komponen yang dilatihkan sudah cara mengkolaborasikan 2 macam permainan
mengalami peningkatan dan memenuhi kriteria tradisional yaitu ingkling dan dingklik oglak-
yang diharapkan serta sudah sesuai dengan aglik, yang dilakukan dalam 2 Siklus, setiap
contoh yang diberikan oleh guru. Perilaku guru Siklus ada 3 pertemuan dan Siklus I setiap
dan peneliti dalam memberikan motivasi tersebut pertemuannya menggunakan 1 tindakan lalu
diperkuat oleh pendapat Richard Decaprio pada Siklus II setiap pertemuan menggunakan 2
(2013: 92-93) mengenai pentingnya pemberian tindakan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
motivasi kepada anak saat pembelajaran permainan ingkling dan dingklik oglak-aglik
kebugaran jasmani karena menjadi faktor dapat meningkatkan kebugaran jasmani anak
penentu keberhasilan anak dalam menjalankan kelompok B2 di TK ABA Keringan Turi Sleman
segala rangkaian dan proses pembelajaran. Yogyakarta. Peningkatan kebugaran jasmani
Komponen kebugaran jasmnai kelompok tersebut dapat terlihat secara optimal dari hasil
B2 yaitu keseimbangan, kelincahan, dan data observasi yang diperoleh pada setiap
kekuatan mengalami peningkatan yaitu 17 anak Siklusnya. Kondisi awal anak sebelum tindakan
sebesar 80.95%, sehingga penelitian dihentikan menunjukkan kebugaran jasmani anak yang
Peningkatan Kebugaran Jasmani.... (Kuni Mustafidah) 160

masuk dalam indikator Berkembang Sangat Baik dalam bermain dingklik oglak-aglik anak-
(BSB) ada 1 anak dengan persentase sebesar anak dibagi dalam kelompok kecil agar
4,76%. Pada siklus I peneliti memperkenalkan mudah dan efektif dalam bermain, lalu guru
permainan ingkling dan dingklik oglak-aglik juga dapat menggunakan permainan
terlebih dahulu kepada anak, kemudian tradisional lain.
memberikan contoh bermain ingkling dan 2. Bagi sekolah, permainan tradisional masuk
dingklik oglak-aglik yang benar kepada anak, menjadi pokok bahasan pilihan dalam
sehingga anak dapat memahami dan kurikulum PAUD.
mempraktekkan dalam kegiatan pembelajaran 3. Bagi peneliti selanjutnya, dapat melengkapi
melalui permainan ingkling dan dingklik oglak- penelitian ini dengan menggunakan
aglik, sehingga mengalami peningkatan sejumlah permainan tradisional yang lain dan lebih
11 anak dengan persentase sebesar 52,38%, bervariasi, sehingga kebugaran jasmani anak
karena belum mencapai indikator keberhasilan akan lebih meningkat.
kemudian peneliti melakukan Tindakan pada
Siklus II. Tindakan Siklus II peneliti memberi DAFTAR PUSTAKA
pengawasan khusus dan motivasi pada anak
Acep Yoni. (2010). Menyusun penelitian
dengan memberi rewards serta permainan tindakan kelas. Yogyakarta: Familia.
dikompetisikan secara berkelompok yang
Bambang Sujiono. (2005). Metode
membuat anak menjadi lebih bersemangat, pengembangan fisik. Jakarta: Universitas
sehingga pada Siklus II ini berhasil meningkat Negeri Jakarta.
yakni sejumlah 17 anak dengan persentase CRI Team. (2005). Pembelajaran berpusat pada
sebesar 80.95%, sehingga kegiatan pembelajaran anak. Washington: CRI.
kebugaran jasmani ini dikatakan berhasil karena Decaprio, Richard. (2013). Aplikasi teori
80% dari 21 anak kelompok B2 TK ABA pembelajaran motorik di sekolah. (Alih
Bahasa: Zio Perdana). Yogyakarta: DIVA
Keringan Turi Sleman Yogyakarta telah Press.
mencapai indikator keberhasilan yang telah
Depdiknas. (2003). Undang-undang RI no. 20
ditetapkan. tahun 2003. Jakarta: Citra Umbara.

Direktorat Permuseuman. (1998). Permainan


Saran tradisional jawa. Jakarta: Proyek Pembinaan
Berdasarkan kesimpulan yang sudah Permuseuman.
peneliti paparkan, maka peneliti memberikan Ngalim Purwanto. (2006). Prinsip-prinsip dan
saran. teknik evaluasi pengajaran. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
1. Bagi guru, diharapkan menggunakan
permainan ingkling yang lebih banyak Santoso Giriwijoyo, & Didik Zafar Sidik.
(2012). Ilmu FAAL olahraga (fisiologi
variasinya, contohnya ingkling kitiran, olahraga). Bandung: PT Remaja Rosda
ingkling uwong, dan lain-lain. Selain itu Karya.
161 Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Edisi 2 Tahun ke 5 2016

Suharjana. (2013). Kebugaran jasmani.


Yogyakarta: Jogja Global Media.

Suharsimi Arikunto. (2010). Prosedur


penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Sukirman Dharmamulya, dkk. (2008).


Permainan tradisional jawa. Yogyakarta:
Kepel Press.

Susilo Herawati, Husnul Chotimah & Yuyun


Dwita. (2011). Penelitian tindakan kelas.
Malang: Bayumedia.

Anda mungkin juga menyukai