Implementasi Algoritma Particle Swarm Optimization (PSO) PDF
Implementasi Algoritma Particle Swarm Optimization (PSO) PDF
Implementasi Algoritma Particle Swarm Optimization (PSO) PDF
Abstrak
Balita adalah anak dengan rentang umur 1-5 tahun. Menurut Riskesdas, pada tahun 2007, 2010, dan
2013 presentase kasus kekurangan gizi cenderung meningkat terutama pada balita. Upaya perbaikan gizi
balita telah dilakukan pemerintah melalui Posyandu untuk memonitoring dan memberikan pelayan lebih
terhadap balita. Kebutuhan gizi orang Indonesia telah diatur dalam pedoman gizi seimbang yang
dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan RI, termasuk pedoman gizi untuk memenuhi kebutuhan gizi
pada balita. Namun, pada pedoman gizi tersebut hanya menyediakan nilai dari kandungan gizi setiap
bahan makanan sehingga menyulitkan petugas Posyandu untuk memberikan variasi menu agar sesuai
dengan kebutuhan gizi balita. Pada penelitian ini memberikan rekomendasi variasi bahan makanan
secara otomatis selama 7 hari 3 kali makan dengan menggunakan proses optimasi dari algoritma Particle
Swarm Optimization yang dapat memudahkan Posyandu dan orang tua balita dalam menyediakan
makanan sehari-hari sesuai kebutuhan gizi balita. Berdasarkan hasil pengujian, parameter yang paling
optimal adalah Jumlah Partikel=30, Wmin=0.4, Wmax= 0.7, C1=2, C2=1.5, Jumlah Iterasi=40 dan Batas
Atas angka permutasi sebesar 75 menghasilkan rata-rata selisih energi, protein, lemak dan karbohidrat
sebesar 16.04%, -8.08%, 2.85% dan 25.98% yang mampu menghemat pengeluaran orangtua balita
sebesar 28.56%.
Kata Kunci: Particle Swarm Optimization, optimasi, gizi, balita, bahan makanan.
Abstract
Toddlers are children with 1-5 years age range. According to Riskesdas, in the year 2007, 2010, and
2013 the percentage of cases of malnutrition tends to increase, especially in toddlers. In the fulfillment
of nutrients, one type of food alone is not enough so it requires a variety of food ingredients that contain
all the elements of nutrients. Efforts to improve child nutrition have been done by the government
through Posyandu to monitor and provide more servants to toddlers. Nutrition needs of Indonesian
people has been set in the guidelines of Pedoman Gizi Seimbang by the Ministry of Health Republic
Indonesia, including nutritional guidelines to meet the nutritional needs of infants. However, the
nutritional guidelines only provide the value of the nutrient content of each foodstuff, making it difficult
for Posyandu staff to provide menu variations to fit the needs of children according to their health
condition. In this research give recommendation of variation of foodstuff automatically by using
optimization process of Particle Swarm Optimization algorithm so that it can facilitate Posyandu and
parents of toddlers in providing daily food according to the nutritional needs of toddlers. Based on the
test results, the most optimal parameter is the number of particles = 30, Wmin = 0.4, Wmax = 0.7, C1
= 2, C2 = 1.5, Number of iterations = 40 and Upper Limit Permutation number of 75 resulting in average
energy, protein, fat and carbohydrate difference of 16.04%, -8.08%, 2.85% and 25.98% which can save
parents toddlers by 28.56%.
Keywords: Particle Swarm Optimization, optimization, nutrition, child, food.
lima tahun (Muaris, 2006). tidak cukup sehingga memerlukan variasi bahan
Tingkat konsumsi yang diberikan pada makananan yang mengandung semua unsur zat
tubuh sangat mempengaruhi kesehatan gizi. gizi (Alhamda & Sriani, 2014). Begitu pula
Tingkat Konsumsi pangan masyarakat Indonesia dengan balita yang merupakan masa emas
cenderung dibawah standar (Kemenkes, 2014). tumbuh dan berkembang yang memerlukan
Pada tahun 2007, 2010, dan 2013 presentase begitu banyak zat bergizi.
kasus kekurangan gizi cenderung meningkat. Nilai kecukupan gizi yang diperlukan
Umumnya kelompok usia yang menderita oleh masyarakat Indonesia, termasuk balita
kurang gizi adalah balita. Kurang kalori, protein, diatur dalam Tabel AKG (Angka Kecukupan
yodium, zat besi, vitamin, dan mineral Gizi). Dalam hal ini, teknologi optimasi
merupakan penyebab utama balita kurang gizi pemenuhan kebutuhan gizi balita akan
(Santoso, 2004). Prevalensi anak balita kurang membantu memberikan solusi dengan cara
gizi (underweight) tahun 2007 sebesar 18,4%, menghitung kebutuhan gizi yang diperlukan oleh
tahun 2010 sebesar 17,9%, dan tahun 2013 setiap balita dengan acuan berat badan, tinggi
sebesar 37,2% (Kemenkes, 2014). Sehingga badan dan umur. Pengukuran pertumbuhan
balita membutuhkan tingkat konsumsi yang Berat Badan(BB), Tinggi Badan(TB) dan umur
cukup agar terhindar dari kekurangan gizi. dapat membantu mengetahui status gizi balita
Kekurangan gizi akan mengakibatkan yang selanjutnya dapat diketahui variasi bahan
sulitnya memperbaiki kualitas bangsa (Widjaja, makanan dalam memenuhi kebutuhan gizi
2008). Upaya perbaikan gizi balita telah balita(Santoso, 2004).
dilakukan pemerintah dengan menyediakan Berdasarkan uraian di atas, penulis
pelayanan kesehatan untuk monitoring mengajukan penelitian dengan judul
kesehatan balita yang dapat dilakukan di “Implementasi Algoritma Particle Swarm
posyandu. Posyandu merupakan perpaduan Optimization (PSO) Untuk Optimasi Pemenuhan
antara pos keluarga berencana desa, pos kebutuhan Gizi Balita”.
imunisasi, pos timbang, pos vaksinasi, dan pos
kesehatan desa yang dikenal dengan kegiatan 2. LANDASAN KEPUSTAKAAN
lima meja. Posyandu merupakan pos yang tepat
sebagai solusi mempertahankan kesehatan balita 2.1 Balita
(Santoso, 2004). Posyandu Gladiol 34 desa Balita merupakan kelompok anak dibawah
Wringin Agung Kab. Jember memiliki program lima tahun yang memiliki tingkat pertumbuhan
untuk memenuhi gizi balita dalam bentuk saran dan perkembangan yang sangat cepat (Sutomo,
dan peringatan. Saran yang diberikan oleh 2014). Gambar 1 menunjukkan perkembangan
posyandu berupa bahan makanan yang dapat balita dari umur 0-5 tahun.
dikonsumsi oleh balita tersebut agar menambah
berat badan dan meningkatkan kesehatan. Dalam
memberikan rekomendasi bahan makanan,
petugas harus mengingat dan membuka
pedoman bahan makanan yang dianjurkan oleh
DEPKES RI sehingga membutuhkan waktu
yang lama terkadang hanya diberikan menu-
menu atau bahan makanan yang dapat
dikonsumsi secara umum (tidak sesuai kondisi
balita). Adanya kendala tersebut, membuat Gambar 1. Perkembangan Balita
posyandu membutuhkan sistem cerdas yang
dapat membantu petugas dalam Menurut RSCM dan PERSAGI (2003).
Penuntun DIIT Anak, terdapat beberapa
merekomendasikan bahan makanan sesuai
kondisi kesehatan gizi balita. perhitungan dalam menentukan kebutuhan
Tubuh manusia membutuhkan zat gizi energi dan zat gizi seorang Balita. Persamaan
yang diperlukan oleh tubuh untuk tumbuh dan untuk menghitung kebutuhan energi dan zat gizi
berkembang. Tumbuh berati bertambahnya setiap Balita (1-5 tahun) dapat dilihat pada
Persamaan (1) untuk menghitung BBI (Berat
materi tubuh seorang anak dan berkembang
Badan Ideal), Persamanan (2) dan Persamaan (3)
berati terjadinya kemajuan fungsi, kapasitas
untuk menghitung Kebutuhan Energi,
fisiologis badan atau organ badan. Dalam
pemenuhan zat gizi, satu jenis makanan saja Persamaan (4) untuk menghitung Kebutuhan
Protein, Persamaan (5) untuk menghitung penelitian yang dilakukan oleh Eliantara
Kebutuhan Lemak dan Persamaan (6) untuk (2016) nilai fitness menggunakan Persamaan
menghitung Kebutuhan Karbohidrat. (8).
1 1
𝐵𝐵𝐼 = (𝑢𝑚𝑢𝑟 ∗ 2) + 8 (1) 𝐹𝑖𝑡𝑛𝑒𝑠𝑠 = . 𝑐𝑜𝑛𝑠𝑡1 + . 𝑐𝑜𝑛𝑠𝑡2 +
𝑃𝑒𝑛𝑎𝑙𝑡𝑖𝐺𝑖𝑧𝑖 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎
4.2 Hasil Pengujian Kombinasi Wmin dan semakin tinggi nilai fitness. Dalam pemilihan
Wmax jumlah iterasi yang optimal dapat
mempertimbangkan waktu komputasi yang
Semakin besar rentang selisih antara nilai
diperlukan dalam proses optimasi, karena dalam
Wmin dan Wmax dapat menyebabkan nilai W
percobaan ini waktu komputasi paling cepat
semakin besar, sehingga daya eksplorasi swarm
sebesar 1.36 menit atau 1 menit 36 detik.
akan menyuluruh yang dapat memberikan solusi
terbaik. Kombinasi Wmin dan Wmax yang
dianggap dapat memberikan solusi terbaik untuk Pengujian Jumlah Iterasi
penyelesaian masalah adalah 0.4 dan 0.7. Grafik 1750
Rata-rata Fitness
Hasil Pengujian Kombinasi Wmin dan Wmax 1650
1550
dapat dilihat pada Gambar 8. 1450
1350
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Pengujian Kombinasi Wmin dan Wmax
Jumlah Iterasi
1500
Rata-rata Fitness
1400
Gambar 10. Grafik Hasil Pengujian Jumlah Iterasi
1300
1200
Pengujian Jumlah Iterasi
13,80
Rata-rata Waktu (menit)
Wmax;Wmin
11,30
8,80
Gambar 8. Grafik Hasil Pengujian Kombinasi 6,30
Wmin dan Wmax 3,80
1,30
4.3 Hasil Pengujian Koefisien Akselerasi 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Jumlah Iterasi
Pengujian Koefisien Akselerasi digunakan
untuk mengetahui pengaruhnya terhadap nilai
fitness. Grafik hasil pengujian dapat dilihat pada Gambar 11. Gafik Hasil Waktu Komputasi
berdasarkan Jumlah Partikel
Gambar 9.
Berdasarkan Gambar 10 dan 11
Pengujian Koefisien Akselerasi menghasilkan jumlah iterasi optimal sebesar 40
1400 dengan waktu komputasi selama 6 menit 52
1375 detik yang dapat dikatakan, tidak terlalu lama
Rata-rata Fitness
C2=1.5, Jumlah iterasi=40, Batas Atas angka dengan Algoritma Evolution Strategies.
permutasi sebesar 75. Berdasarkan S1. Universitas Brawijaya Malang.
parameter optimal dapat menghasilkan rata-
Sutomo, B. 2010. Menu Sehat Alami untuk
rata selisih energi, protein, lemak dan
Batita dan Balita. Jakarta: Demedia.
karbohidrat sebesar 16.04%, -8.08%, 2.85%
dan 25.98% yang mampu menghemat Widjaja, dr., W.C. 2008. Gizi tepat untuk
pengeluaran orangtua balita sebesar 28.56%. perkembangan otak dan kesehatan balita.
Kawan Pustaka.
DAFTAR PUSTAKA
Alhamda, S., & Sriani, Y. 2014. Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Masyarakat (IKM).
Yogyakarta: Deepublish.
Almatsier, Sunita. 2009. Prinsip Dasar Ilmu
Gizi.
Felia, Eliantara, Cholissodin, I., & Indriati. 2016.
Implementasi Algoritma Particle swarm
Optimization dalam Optimasi Pemenuhan
Kebutuhan Gizi Keluarga.S1.Universitas
Brawijaya.
Kementerian Kesehatan. 2013. Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.75 Tahun 2013. [Online]. Tersedia di:
<http://gizi.depkes.co.id> [Diakses pada
tanggal 1 November 2016].
Mahmudy, W.F. 2013. Modul Algoritma Evolusi
Semester Ganjil 2013-2014. Universitas
Brawijaya Malang.
Mitiyani. 2010. Buku Saku Ilmu Gizi. Jakarta:
Tim.
Muaris, H. 2006. Sarapan Sehat Untuk Anak
Balita. Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Utama.
Perkembangan Balita. [Online]. Tersedia di:
http://www.bayi7.com/perkembangan-
balita-usia-1-5-tahun/ [Diakses pada
tanggal 1 Mei 2017].
Permenkes RI. 2014. Pedoman Gizi Seimbang.
Rumah Sakit RSCM dan PERSAGI. 2003.
Penuntun DIIT Anak. Jakarta : PT
Gramedia Pustaka Utama.
Santosa, Budi & Willy, Paul. 2011. Metoda
Metaheuristik, Konsep dan Implementasi.
Surabaya: Graha Ilmu.
Santoso, Soegeng, Dr., M.Pd & Anne Lies Ranti,
Dra. M.Pd. Kesehatan dan Gizi. Jakarta:
PT Asdi Mahasatya.
Sulistiowati, F., Cholissodin, I., & Marji. 2016.
Optimasi Penyusunan Bahan Makanan
Sehat untuk Pemenuhan Gizi Keluarga