Anda di halaman 1dari 26

STRUKTUR KEPEMILIKAN

Presented By :
Bella Permatasari (1206316894)
Indah Tiara Amiati (1206317410)
PE FE UI AKUNTANSI
Struktur
Kepemilikan
Definisi :
The ownership structure is defined by the
distribution of equity with regard to votes and
capital but also by the identity of the equity
owners.

These structures are of


major importance in
corporate governance
because they determine the
incentives of managers and
thereby the economic
efficiency of the
corporations they manage
Konsentrasi Kepemilikan
Kepemilikan Terkonsentrasi
Kepemilikan Menyebar
Kepemilikan BUMN

Cara Kepemilikan
Mekanisme Kepemilikan
- Holding Company
Kepemilikan Manajerial
- Struktur Piramida
Kepemilikan Institusional
- Kepemilikan Sendiri
- Kepemilikan Anak Perusahaan
- Kepemilikan Silang
Konsentrasi Kepemilikan
Kepemilikan Terkonsetrasi
Kepemilikan saham dikatakan terkonsentrasi jika sebagian besar saham
dimiliki oleh sebagian kecil individu atau kelompok, sehingga pemegang
saham tersebut memiliki jumlah saham yang relatif dominan dibandingkan
dengan lainnya

Kepemilikan Tersebar

Kepemilikan saham dikatakan menyebar, jika kepemilikan saham menyebar


secara relatif merata ke publik, tidak ada yang memiliki saham dalam
jumlah sangat besar dibandingkan dengan lainnya

Kepemilikan BUMN
Kepemilikan dalam BUMN mempunyai artian khusus bahwa pemiliknya tidak
dapat mengontrol secara langsung perusahaannya. Pemilik hanya diwakili
oeh pejabat yang ditunjuk (misalnya menteri). Kesepakatan dapat terjadi
antara wakil pemilik dengan manajemen, wakil pemilik dan pihak
manajemen dengan kreditur
Mekanisme Kepemilikan
Kepemilikan Manajerial
kepemilikan saham oleh manajemen perusahaan yang diukur dengan
presentase jumlah saham yang dimiliki oleh manajemen atau
dengan kata lain Para pemegang saham yang mempunyai kedudukan
di manajemen perusahaan baik sebagai kreditur maupun sebagai
dewan komisaris disebut sebagai kepemilikan manajerial
(managerial ownership)

Kepemilikan Institusional

kepemilikan saham oleh pemerintah, institusi keuangan,


institusi berbadan hukum, institusi luar negeri, dana
perwalian dan institusi lainnya pada akhir tahun
Cara Kepemilikan
Kepemilikan melalui Holding Company
Dalam struktur kepemilikan saham PT dimungkinkan terjadinya pemilikan
saham oleh satu induk perusahaan ke dalam lebih dari satu perusahaan
sehingga membentuk suatu kepemilikan bertingkat yang pada akhirnya
bermuara pada suatu “holding company”

Kepemilikan Piramid oleh Perseroan


Pengendalian suatu perseroan oleh pemegang saham minoritas dalam suatu
perusahaan, sekaligus yang juga merupakan pemegang saham pengendalian
pada pemegang saham mayoritas perseroan tersebut

Kepemilikan Sendiri oleh Perseroan


Suatu PT menjadi pemilik dan atau menguasai sahamnya sendiri secara
langsung

Kepemilikan oleh Anak Perusahaan


Suatu PT menjadi pemilik dan atau menguasai saham induk perusahaannya

Kepemilikan Silang
Perseroan memiliki saham yang dikeluarkan oleh Perseroan lain yang
memiliki saham perseroan tersebut, baik sacara langsung maupun tidak
langsung
OECD PRICIPLES
The Rights of Shareholders and Key Ownership
Functions
OECD PRICIPLES
The Rights of Shareholders and Key Ownership
Functions Cont.,
OECD PRICIPLES
The Rights of Shareholders and Key Ownership
Functions Cont.,
OECD PRICIPLES
The Rights of Shareholders and Key Ownership
Functions Cont.,
Special Issues Relating To
Corporate Governance And
Family Control

Kebanyakan penelitian CG diadakah dengan sampel perusahaan


besar atau korporasi di USA yang pada umumnya memiliki
kepemilikan yang tersebar (widely held).
Untuk korporasi di luar USA dan UK, terdapat karakteristik
kepemilikan yang berbeda yaitu kepemilikan saham yang
terkonsentrasi atau dikuasai oleh keluarga. (Canada, Eropa
kontinental, Asia Timur, India dll).

Family firm adalah perusahaan yang dijalankan oleh ahli waris dari
orang-orang yang sebelumnya berkuasa/bertanggung-jawab atau oleh
keluarga kandung pada saat transfer kontrol kepada ahli waris.
Special Issues Relating To
Corporate Governance And
Family Control

Family Control
Special Issues Relating To
Corporate Governance And
Family Control

Determinants of Pervasive Family Control

1. Negara dengan budaya korupsi, dengan kurangnya perlindungan


hukum, dan memiliki kepemilikan yang cenderung memiliki
konsentrasi biasanya melibatkan keluarga kaya dengan control
pyramids.
2. Sistem pajak Negara kemungkinan memiliki implikasi untuk
alokasi pengendalian lebih dari perusahaan besar. Dividen
dibayarkan oleh satu perusahaan ke perusahaan lain untuk
double taxation di US, tapi di tempat lain dividen hanya
dikenakan pajak bila dibayar oleh perusahaan kepada seseorang.
3. Negara-negara kaya dengan piramida control keluarga yang
luas cenderung demokratis dan lebih social, sementara mereka
dengan kepemilikan tersebar cenderung memiliki politik yang
lebih liberal.
4. Keterbukaan terhadap perekonomian dunia merupakan benefit
dari control pyramids.
Agency Problem
Dalam Struktur
Piramida
Family Control

Manajer mementingkan
kepentingan pribadi daripada
pemilik

menyalurkan resources dari


Manajer tidak dapat dipecat perusahaan yang sahamnya
karena insider kepemilikan yang sebagian dimiliki publik ke
besar perusahaan lain dalam satu
Tunneling
Implikasi dari Family Control

Pengendalian perusahaan yang luas untuk beberapa


keluarga lama umumnya tidak diinginkan. Mereka
menemukan bahwa negara-negara dengan miliarder yang
memiliki kekayaan lebih besar relative terhadap
pertumbuhan PDB lebih lambat dibandingkan negara-
negara sama lainnya dengan beberapa miliarder lama
atau dengan miliarder baru. Mereka melihat piramida
kontrol seperti mengunci dominasi ekonomi yang
didirikan keluarga kaya sebelumnya
STRUKTUR KEPEMILIKAN DAN TATA KELOLA PERUSAHAAN
KASUS BANK CENTURY

PT. Bank Century merupakan sub agen penjual produk


reksa dana yang diterbitkan oleh perusahaan
sekuritas Antaboga yang tidak memiliki izin dari
Bapepam dan Lembaga Keuangan. Dengan tergerusnya
modal bank, rasio kecukupan modal berkurang
akhirnya bertambahlah dana talangan yang diperlukan
untuk mencapai batasan batas minimal modal minimum
8 %.
Akibat permasalahan tersebut di atas ketika nasabah
besar bermaksud mencairkan simpanannya terjadi
gagal bayar, karena surat utang tersebut sulit
dicairkan. Semakin lama kondisi likuiditas Bank
Century terus memburuk secara drastis diikuti
dengan penurunan rasio kecukupan modal (CAR),
STRUKTUR KEPEMILIKAN DAN TATA KELOLA PERUSAHAAN
KASUS BANK CENTURY
Konsentrasi Kepemilikan Tersebar- family control
(versi laporan keuangan Bank Century 2008)

Dilihat dari laporan keuangan bahwa hampir 60% dimiliki oleh publik
Konsentrasi Kepemilikan Tersebar

Sumber Gambar : http://grundelanbankcentury.wordpress.com/category/bank-century/


Konsentrasi Kepemilikan Tersebar
Konflik keagenan terjadi antara pemegang saham mayoritas dan pemegang saham
minoritas (La Porta et al. 1999). Konflik keagenan di industri perbankan bukan
hanya konflik antara pemegang saham pengendali dengan pemegang saham minoritas,
namun juga konflik antara pemegang saham pengendali dengan para deposan atau
debtholder

Mayoritas Vs Minoritas

Agency Problem antara kepentingan pemegang saham minoritas (dalam hal ini pemegang saham
publik) dengan kepentingan pemegang saham mayoritas (dalam hal ini pihak keluarga atau
institusi tertentu seperti LPS). Konflik kepentingan ini akan berujung kepada pihak
mayoritas yang memiliki klaim atas keuntungan dan kontrol perusahaan yang membesar, lebih
besar daripada yang seharusnya. Hal ini semakin menjepit posisi pemegang saham publik
selaku pihak minoritas, sehingga tidak mengherankan jika perlindungan atas pemegang saham
publik sangatlah rendah.
Insider dari manajerial yang cukup besar membuat asimetris informasi
kepada pemegang saham minoritas Akhirnya para pemegang saham tidak
mengtahui masalah internal perusahaan yang sebenarnya hingga akhirnya
krisis mencuat d akhir tahun 2008 yang sangat merugikan pemegang saham Hal
ini membuat pasar menilai saham century dengan harga yang sangat rendah.
Hal ini terbukti dari harga saham Bank Century berkisar antara Rp.1 – 100.
Saham dengan harga seperti ini disebut juga penny stock atau di Indonesia
terkenal dengan istilah saham gorengan
Konsentrasi Kepemilikan Tersebar dan Manajerial
PSP Vs Deposan/Debtholder

Informasi yang asimetri pada industri perbankan mempunyai dimensi dan kompleksitas yang
lebih tinggi dari industri lainnya. Asimetri ini terjadi diantara deposan, manajer bank,
pengurus bank, debitor, pemilik/pemegang saham, bank dan regulator. Semakin besar
informasi asimetri antara pihak luar bank dan pihak dalam bank, maka akan semakin sulit
bagi pihak luar untuk memonitor kinerja governance bank. Hal ini menjadi semakin sulit
karena deposan dan debitor yang sangat banyak jumlahnya dan tersebar (diffuse). Bila
jumlah pemegang saham juga banyak dan tersebar, maka kompleksitasnya akan semakin
bertambah. Bila terdapat pemegang saham pengendali yang dominan, pengendalian manajemen
akan lebih mudah, akan tetapi juga terdapat bahaya adanya misconduct, fraud atau
penyalahgunaan bank dan dana masyarakat untuk kepentingan pribadi atau kelompok usahanya.
Informasi keuangan yang asimetri ini adalah sumber risiko yang tinggi, baik risiko kredit,
risiko operasional maupun risiko hukum serta menjadi salah satu sumber utama terjadinya
kejahatan perbankan

Kasus Antaboga sebagian besar investor adalah nasabah Bank Century. Kasus
ini bergulir ketika nasabah Antaboga resah karena investasi mereka tak
bisa dicairkan, meski sudah jatuh tempo sejak bulan September 2008. PT.
Bank Century merupakan sub agen penjual produk reksa dana yang diterbitkan
oleh perusahaan sekuritas Antaboga yang tidak memiliki izin dari Bapepam
dan Lembaga Keuangan. Dana nasabah Bank Century yang tersangkut di produk
Antaboga diperkirakan mencapai Rp1,5 triliun. Dana itu dikelola dalam
bentuk portofolio discretionary fund, Reksadana Berlian, Berlian Plus dan
Berlian Terproteksi. Kabarnya dana kelolaan Reksadana Berlian per 21
Oktober 2008 Rp49,44 miliar, lalu Berlian Plus Rp5,24 miliar.
Sistem Kepemilikan Piramida

Perusahaan dengan struktur kepemilikan seperti ini cenderung diminati oleh politisi korup
Morck dan Yeung (2003)

Memungkinkan Cash Flow Rightnya


Kecil tapi memiliki Control
Right Signifikan
Tunneling

Kasus Sekuritas Antaboga


Cash Flow
Kasus Bailout Century

Control
Right
Perlindungan terhadap hak-
Pelanggaran OECD
hak pemegang saham dan
Principle fungsi utama kepemilikan
Pemegang saham Bank Century yang sebelumnya hampir dinyatakan bangkrut menghadapi
masalah yaitu nilai saham yang mereka miliki dianggap hangus karena asset mereka yang
menunjukan angka minus dan kemudian dilakukan Bail-out dalam jumlah oleh Lembaga Penjamin
Simpanan (LPS) sehingga kepemilikan saham publik dianggap tidak signifikan. Keputusan
sepihak LPS ini menentang OECD principle mengenai “The Rights of Shareholders andKey
Ownership Functions”, pada poin B, yaitu :

“Shareholders should have the right to participate in, and to be sufficiently


informed on, decisions concerning fundamental corporate changes such as: 1) amendments to
the statutes, or articles of incorporation or similar governing documents of the company;
2) the authorisation of additional shares; and 3) extraordinary transactions, including
the transfer of all or substantially all assets, that in effect result in the sale of the
company.”

Dari paragraf tersebut dapat kita simpulkan bahwa seharusnya para pemegang saham Bank
Century tetap memiliki hak milik. Terlebih lagi, para pemegang saham seharusnya bisa
berpartisipasi dan turut menentukan adanya tambahan modal dari LPS dan transaksi yang luar
biasa yaitu penambahan modal dalam jumlah besar dari LPS.
Perlindungan terhadap hak-
Pelanggaran OECD
hak pemegang saham dan
Principle fungsi utama kepemilikan

Pada Poin E, bahkan lebih ditekankan lagi bahwa pemegang saham


seharusnya memiliki hak untuk mengetahui dan terlibat atas segala
penggabungan usaha, penjualan aset-aset perusahaan secara substansial,
dan akuisisi, seperti yang dilakukan oleh LPS. berikut paragrafnya :

“The rules and procedures governing the acquisition of corporate


control in the capital markets, and extraordinary transactions such as
mergers, and sales of substantial portions of corporate assets, should
be clearly articulated and disclosed so that investors understand
their rights and recourse. Transactions

should occur at transparent prices and under fair conditions that


protect the rights of all shareholders according to their class.”
Thank You
for Your
Attention

Anda mungkin juga menyukai