Anda di halaman 1dari 17

TUGAS 1

DASAR-DASAR EKSTRAKSI METALURGI

Dosen Pengampuh:
Ir. A. Taufik Arief, M.S.

Dibuat sebagai Tugas Mata Kuliah Ekstraksi Metalurgi pada


Jurusan Teknik Pertambangan

Oleh:
Muhammad Giffary Hifriansyah (03021381722086)

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIIWIJAYA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kapada Allah Swt. Karena atas berkat dan rahmat-
Nyalah penulis dapat menyelesaikan makalah ini sebagai penilaian tugas mata kuliah
Ekstraksi Metalurgi, Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik, Universitas Sriwijaya.

Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Orang tua yang selalu memberikan doa, motivasi, semangat dan dukungan
depada penulis.
2. Ir. A. Taufik Arief, MS., selaku dosen pembimbing mata Ekstraksi Metalurgi..
3. Teman-teman dan pihak lain yang membantu penyusunan penulisan makalah
ini dan memberikan informasi kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa penyusunan dalam makalah ini masih banyak


kekurangan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
konstruktif dari semua pihak agar di kemudian hari penulis dapat menyusun makalah
yang lebih baik lagi.
Demikian dari penulis, semoga makalah ini digunakan sebaik-baiknya. Atas
perhatian yang diberikan, penulis mengucapkan terima kasih.

Indralaya, Mei 2019

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………

KATA PENGANTAR ………………………………………………………….

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Makalah
1.4 Manfaat Makalah

BAB II PEMBAHASAN
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam suatu rangkaian proses penambangan, terdapat tahap ekstraksi metalurgi


terutama untuk bahan galian logam (metal). Ekstraksi metalurgi adalah ujung dari
tambang untuk mineral logam yang bertujuan untuk mendapatkan logam mulia dari
pengolahan bahan galian (ore processing).

Ekstraksi metalurgi adalah suatu proses lanjutan pengolahan bahan galian dimana
konsentrat yang dihasilkan dilakukan pekerjaan metalurgi untuk
mengeluarkan/mendapatkan suatu logam dari persenyawaan. Ilmu dan teknologi yang
dipergunakan memperoleh logam mulia dari processing bijih mineral sampai perolehan
(ekstraksi) sesuia sifat dan karakteristik logam melalui proses-proses kimia, baik
melalui temperatur rendah (perlindian) maupun temperatur tinggi (pyro
metalurgi/peleburan).

Pada penambangan logam seharusnya rangkaian pertambangannya juga meliputi


ekstraksi metalurgi, dengan dibuatnya smelter untuk menghasilkan logam murni.
Tetapi kenyataannya di Indonesia belum semua perusahaan pertambangan logam
melakukan ekstraksi metalurgi. Salah satu perusahaan pertambangan logam yang sudah
melakukan ekstraksi metalurgi adalah perusaan timah dari tahun 1950.
Logam yang dipastikan dapat memasuki smelter adalah logam tinggi (High Grade
Ore). Kunci dari peng-upgrade logam adalah pada pengolahan bahan galian
(processingore). Ekstraksi metalurgi juga memiliki kaitan dengan eksplorasi, yaitu saat
eksplorasi kita dapat mengetahui cadangan sumberdaya terunjuk sampai terukur,
dengan itu saat melakukan tahap ekstraksi metalurgi kita tahu bagaimana logam (ore)
tersebut dapat di upgrade.

1.2 Rumusan Masalah

1. Ilmu dasar yang diperlukan dalam ekstraksi metalurgi

2. Hubungan ekstraksi metalurgi dengan tahapan pertambangan sebelumnya

3. Perbedaan karakteristik logam/ore dan hubungannya dengan ekstraksi metalurgi

4. Peraturan ekstraksi metalurgi

1.3 Tujuan Makalah

1. Mengetahui ilmu-ilmu dasar yang diperlukan dalam ekstraksi metalurgi

2. Mengetahui hubungan ekstraksi metalurgi dengan tahapan pertambangan


sebelumnya

3. Mengetahui perbedaan karakteristik logam/ore dan hubungannya dengan ekstraksi


metalurgi

4. Mengetahui peraturan ekstraksi metalurgi yang berlaku

1.4 Manfaat Makalah

1. Untuk menambah ilmu tentang ekstraksi metalurgi

2. Untuk mengetahui dasar-dasar dari ekstraksi metalurgi


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Teori Dasar dalam Ekstraksi Metalurgi

2.1.1 Termodinamika

Termodinamika adalah cabang dari ilmu fisika yang mempelajari tentang proses
perpindahan energi sebagai kalor dan usaha antara sistem dan lingkungan. Kalor
diartikan sebagai perpindahan energi yang disebabkan oleh perbedaan suhu, sedangkan
usaha merupakan perubahan energi melalui cara-cara mekanis yang tidak disebabkan
oleh perubahan suhu.

Dalam termodinamika dikenal istilah sistem dan lingkungan. Sistem adalah benda
atau sekumpulan apa saja yang akan diteliti atau diamati dan menjadi pusat perhatian.
Sedangkan lingkungan adalah benda-benda yang berada diluar dari sistem tersebut.
Sistem bersama dengan lingkungannya disebut dengan semesta atau universal. Batas
adalah perantara dari sistem dan lingkungan.

Klasifikasi sistem termodinamika berdasarkan sifat dari batasan dan arus benda,
energi dan materi yang melaluinya. Ada tiga jenis sistem berdasarkan jenis pertukaran
yang terjadi antara sistem dan lingkungannya, yaitu :

1) Sistem terbuka
Sistem yang mengakibatkan terjadinya pertukaran energi (panas dan kerja) dan
benda (materi) dengan lingkungannya. Sistem terbuka ini meliputi peralatan yang
melibatkan adanya aliran massa kedalam atau keluar sistem seperti pada kompresor,
turbin, nozel dan motor bakar.
Sistem mesin motor bakar adalah ruang didalam silinder mesin, dimana campuran
bahan bahan bakar dan udara masuk kedalam silinder, dan gas buang keluar sistem.
Pada sistem terbuka ini, baik massa maupun energi dapat melintasi batas sistem yang
bersifat permeabel. Dengan demikian, pada sistem ini volume dari sistem tidak berubah
sehingga disebut juga dengan control volume.
Perjanjian yang kita gunakan untuk menganalisis sistem adalah
 Untuk panas (Q) bernilai positif bila diberikan kepada sistem dan bernilai negatif
bila keluar dari sistem
 Untuk usaha (W) bernilai positif apabila keluar dari sistem dan bernilai negatif bila
diberikan (masuk) kedalam sistem.

2) Sistem tertutup

Sistem yang mengakibatkan terjadinya pertukaran energi (panas dan kerja) tetapi
tidak terjadi pertukaran zat dengan lingkungan. Sistem tertutup terdiri atas suatu jumlah
massa yang tertentu dimana massa ini tidak dapat melintasi lapis batas sistem. Tetapi,
energi baik dalam bentuk panas (heat) maupun usaha (work) dapat melintasi lapis batas
sistem tersebut.
Dalam sistem tertutup, meskipun massa tidak dapat berubah selama proses
berlangsung, namun volume dapat saja berubah disebabkan adanya lapis batas yang
dapat bergerak (moving boundary) pada salah satu bagian dari lapis batas sistem
tersebut. Contoh sistem tertutup adalah suatu balon udara yang dipanaskan, dimana
massa udara didalam balon tetap, tetapi volumenya berubah dan energi panas masuk
kedalam masa udara didalam balon.
Sebagaimana gambar sistem tertutup dibawah ini, apabila panas diberikan kepada
sistem (Qin), maka akan terjadi pengembangan pada zat yang berada didalam sistem.
Pengembangan ini akan menyebabkan piston akan terdorong ke atas (terjadi Wout).
Karena sistem ini tidak mengizinkan adanya keluar masuk massa kedalam sistem
(massa selalu konstan) maka sistem ini disebut control mass.
Suatu sistem dapat mengalami pertukaran panas atau kerja atau keduanya, biasanya
dipertimbangkan sebagai sifat pembatasnya:
 Pembatas adiabatik: tidak memperbolehkan pertukaran panas.
 Pembatas rigid: tidak memperbolehkan pertukaran kerja.
Dikenal juga istilah dinding, ada dua jenis dinding yaitu dinding adiabatik dan
dinding diatermik. Dinding adiabatik adalah dinding yang mengakibatkan kedua zat
mencapai suhu yang sama dalam waktu yang lama (lambat). Untuk dinding adiabatik
sempurna tidak memungkinkan terjadinya pertukaran kalor antara dua zat. Sedangkan
dinding diatermik adalah dinding yang memungkinkan kedua zat mencapai suhu yang
sama dalam waktu yang singkat (cepat).

3) Sistem terisolasi

Sistem yang mengakibatkan tidak terjadinya pertukaran panas, zat atau kerja
dengan lingkungannya. Contohnya : air yang disimpan dalam termos dan tabung gas
yang terisolasi. Dalam kenyataan, sebuah sistem tidak dapat terisolasi sepenuhnya dari
lingkungan, karena pasti ada terjadi sedikit pencampuran, meskipun hanya penerimaan
sedikit penarikan gravitasi. Dalam analisis sistem terisolasi, energi yang masuk ke
sistem sama dengan energi yang keluar dari sistem.
Karakteristik yang menentukan sifat dari sistem disebut property (koordinat
sistem/variabel keadaan sistem), seperti tekanan (p), temperatur (T), volume (v), masa
(m), viskositas, konduksi panas dan lain-lain. Selain itu ada juga koordinat sistem yang
didefinisikan dari koordinat sistem yang lainnya seperti, berat jenis, volume spesifik,
panas jenis dan lain-lain.
Suatu sistem dapat berada pada suatu kondisi yang tidak berubah, apabila masing-
masing jenis koordinat sistem tersebut dapat diukur pada semua bagiannya dan tidak
berbeda nilainya. Kondisi tersebut disebut sebagai keadaan (state) tertentu dari sistem,
dimana sistem mempunyai nilai koordinat yang tetap. Apabila koordinatnya berubah,
maka keadaan sistem tersebut disebut mengalami perubahan keadaan. Suatu sistem
yang tidak mengalami perubahan keadaan disebut sistem dalam keadaan seimbang
(equilibrium).
Pada konteks ekstraksi metalurgi, bijih ore dari processing diartikan sebagai
sistem. Kalor diberikan kepada bijih ore (sistem) sampai bijih tersebut mencapai titik
lebur.

2.1.2 Termokimia
Termokimia adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara energi panas dan
energi kimia. Sedangkan energi kimia didefinisikan sebagai energi yang dikandung
setiap unsur atau senyawa. Energi kimia yang terkandung dalam suatu zat adalah
semacam energi potensial zat tersebut. Energi potensial kimia yang terkandung dalam
suatu zat disebut panas dalam atau entalpi dan dinyatakan dengan simbol H. Selisih
antara entalpi reaktan dan entalpi hasil pada suatu reaksi disebut perubahan entalpi
reaksi. Perubahan entalpi reaksi diberi simbol ΔH.

Bagian dari ilmu kimia yang mempelajari perubahan kalor atau panas suatu zat
yang menyertai suatu reaksi atau proses kimia dan fisika disebut termokimia. Secara
operasional termokimia berkaitan dengan pengukuran dan pernafsiran perubahan kalor
yang menyertai reaksi kimia, perubahan keadaan, dan pembentukan larutan.
Termokimia merupakan pengetahuan dasar yang perlu diberikan atau yang dapat
diperoleh dari reaksi-reaksi kimia, tetapi juga perlu sebagai pengetahuan dasar untuk
pengkajian teori ikatan kimia dan struktur kimia. Fokus bahasan dalam termokimia
adalah tentang jumlah kalor yang dapat dihasilkan oleh sejumlah tertentu pereaksi serta
cara pengukuran kalor reaksi.

Termokimia merupakan penerapan hukum pertama termodinamika terhadap


peristiwa kimia yang membahas tentang kalor yang menyertai reaksi kimia.

2.1.3 Teori Perubahan Fase dan Muai (Expansi)

Bentuk-bentuk berbeda yang diambil oleh berbagai fase materi berlainan yaitu
wujud zat. Secara historis, pembedaan ini dibuat berdasarkan perbedaan kualitatif
dalam sifat bulk Dalam keadaan padatan zat mempertahankan bentuk dan volume;
dalam keadaan cairan zat mempertahankan volume tetapi menyesuaikan dengan bentuk
wadah tersebut; dan sedangkan gas mengembang untuk menempati volume apa pun
yang tersedia.
Wujud zat juga dapat didefinisikan menggunakan konsep transisi fase. Sebuah
transisi fase menandakan perubahan struktur dan dapat dikenali dari perubahan drastis
dari sifat-sifatnya. Menggunakan definisi ini, wujud zat yang berbeda adalah tiap
keadaan termodinamika yang dibedakan dari keadaan lain dengan sebuah transisi fasa.
Air dapat dikatakan memiliki beberapa wujud padat yang berbeda. Munculnya sifat
superkonduktivitas dihubungkan dengan suatu transisi fase, sehingga ada keadaan
superkonduktif. Begitu pula, keadaan kristal cair dan feromagnetik ditandai oleh
transisi fase dan memiliki sifat-sifat berlainan.
Perubahan suatu benda yang bisa menjadi bertambah panjang, lebar, luas, atau
berubah volumenya karena terkena panas (kalor). Pemuaian tiap-tiap benda akan
berbeda, tergantung pada suhu di sekitar dan koefisien muai atau daya muai dari benda
tersebut.
Perubahan panjang akibat panas ini, sebagai contoh, akan mengikuti:

Keterangan :

: panjang pada suhu t,


: panjang pada suhu awal,
: koefisien muai panjang, dan
: besarnya perubahan suhu.
Suatu benda akan mengalami muai panjang apabila benda itu hanya
memiliki (dominan dengan) ukuran panjangnya saja. Muai luas terjadi pada benda
apabila benda itu memiliki ukuran panjang dan lebar, sedangkan muai volum terjadi
apabila benda itu memiliki ukuran panjang, lebar, dan tinggi.

Keterangan :
: luas (Area) pada suhu t,
: luas pada suhu awal,
: koefisien muai luas, dan
: besarnya perubahan suhu.

Dan untuk perubahan volume :

Keterangan :
: V(olum) pada suhu t,
: volum pada suhu awal,
: koefisien muai volum, dan
: besarnya perubahan suhu.

2.1.4 Teori Gibbs Free Energy

Gibbs free energy (G) adalah energi termodinamik dari suatu sistem yang dapat
diubah menjadi usaha/kerja pada T dan P konstan.

G  A + PV

Gibbs free energy mencapai nilai maksimum jika prosesnya berupa reversible process.

G = A + PV
Diferensial:
dG = dA + d(PV)
=– S dT – P dV + P dV + V dP
dG = – S dT + V dP

Untuk sistem tertutup pada T dan P konstan, dGT,P  0

2.1.5 Daftar Periodik

Dari daftar periodik kita dapat mengetahui beberapa karakteristik mineral dan logam.

2.2 Hubungan Ekstraksi Metalurgi dengan Tahapan Pertambangan Sebelumnya

Tahap awal dari suatu rangkaian kegiatan pertambangan adalah identifikasi daerah
prospeksi

1. Survey : Rekomendasi daerah prospek (Indikasi Mineralisasi - Sumber Daya


Hipotik)\
2. Prospeksi : Rekomendasi daerah prospek (Indikasi Mineralisasi - Sumber Daya
Terbuka)

3. Eksplorasi : Rekomendasi daerah prospek (Indikasi Mineralisasi - Sumber Daya


Terunjuk)

4. Eksplorasi rinci : Sumber Daya Terunjuk - Terukur

Tahapan eksplorasi merupakan kunci dari tahap ekstraksi metalurginya nanti. Pada
tahap eksplorasi, didapatkan indikasi mineral terunjuk-terukur. Artinya data-data
mengenai cadangan yang akan ditambang telah didapat. Dari sinilah dapat diketahui
bagaimana cara kita meng-upgrade ore setelah dieksploitasi.

Salah satu tahap pertambangan yang juga penting untuk ekstraksi metalurgi adalah
pengolahan bahan galian (ore processing). Setelah bahan galian ditambang,
fragmentasi bahan galian tersebut sebaiknya di proses pada tahap pengolahan ini untuk
menyiapkan kriteria teknis kadar. Selain itu juga, pengolahan bahan galian ini memiliki
keuntungan untuk ekstraksi metalurgi seperti, mengurangi ongkos pengangkutan,
mengurangi loss material, dan memudahkan proses ekstraksi metalurgi karena bijih
sudah terliberasi saat di ore processing.

2.3 Karakteristik Logam

Dalam proses ekstraksi metalurgi beikut adalah sifat fisik dan kimia logam yang
diperlukan :

A. Massa Jenis

B. Titik didih

C. Titik Lebur

D. Energi Ionisasi

Berikut adalah contoh dari sifat fisik dan kimia beberapa logam :

1. Emas

Massa Jenis : 19,3 g/cm3

Titik didih : 2856 C


Titik Lebur : 1064 C

Energi Ionisasi : 890 kj/mol

2. Tembaga

Massa Jenis : 8,94 g/cm3

Titik didih : 2562 C

Titik Lebur : 1084 C

Energi Ionisasi : 745,5 kj/mol

3. Besi

Massa Jenis : 7,87 g/cm3

Titik didih : 2862 C

Titik Lebur : 1538 C

Energi Ionisasi : 762,5 kj/mol

4. Nikel

Massa Jenis : 8,908 g/cm3

Titik didih : 3186 C

Titik Lebur : 1728 C

Energi Ionisasi : 735 kj/mol

5. Bauksit

Massa Jenis : 2,70 g/cm3

Titik didih : 2519 C

Titik Lebur : 660,32 C

Energi Ionisasi : 577,4 kj/mol

6. Timah

Massa Jenis : 7,365 g/cm3


Titik didih : 2602 C

Titik Lebur : 231,93 C

Energi Ionisasi : 7,34 kj/mol

Setiap logam/ore memiliki karakteristik yang berbeda. Artinya perlakuan yang


harus diberikan terhadap masing-masing logam/ore yang melalui tahapan ekstraksi
metalurgi pastinya berbeda. Contohnya untuk meleburkan emas yang titik leburnya
1064 C membutuhkan kalor yang lebih sedikit dibanding meleburkan besi yang titik
leburnya 1538 C. Itulah sebabnya mengetahui karakteristik mineral logam sangat
diperlukan dalam ekstraksi metalurgi.

2.4 Peraturan Ekstraksi Metalurgi yang Berlaku

Dengan adanya Undang Undang No.4 tahun 2009 tentang Mineral dan Batubara,
Peraturan Pemerintah No.23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha
Pertambangan Mineral dan Batubara, serta Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya
Minaral No. 07 Tahun 2012 tentang Peningkatan Nilai Tambah Mineral melalui
Kegiatan Pengolahan dan Pemurnian Mineral.

Implementasi UU No.4 tahun 2009 pasal 95 huruf c,”Pemegang IUP dan IUPK
wajib meningkatkan nilai tambah sumber daya mineral dan/atau batubara, Pasal
102.”Pemegang IUP dan IUPK wajib meningkatkan nilai tambah sumber daya mineral
dan/atau batubara dalam pelaksanaan penambangan, pengolahan dan pemurnian, serta
pemanfaatan mineral dan batubara, Pasal 103 ayat (1),”PemegangIUP dan IUPK
Operasi Produksi wajib melakukan pengolahan dan pemurnian hasil penambangan di
dalam negeri, serta, Pasal 170,” Pemegang kontrak karya sebagaimana dimaksud dalam
Pasal169 yang sudah berproduksi wajib melakukan pemurnian sebagaimana dimaksud
dalam pasal 103 ayat(1), selambat-lambatnya 5 (lima) tahun sejak di Undang-Undang
ini di Undangkan.Maka penelitian pembuatan peralatan pengolahan mineral terutama
untuk bijih nikel di anggap sangat mendesak untuk dilakukan. Maka melalui penelitian
ini dibuat peralatan untuk mengolah sponge FeNi menjadi Logam FeNi ataupun NPI
(Nickel Pig Iron). Sehingga dengan adanya penelitian pembuatan peralatan untuk
mengolah bijih nikel secara pyrometalurgi, dapat memberikan alternatif dalam
peningkatan nilai tambah mineral di Indonesia terutama mineral nikel
BAB III

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Ekstraksi metalurgi adalah suatu proses lanjutan pengolahan bahan galian dimana
konsentrat yang dihasilkan dilakukan pekerjaan metalurgi untuk
mengeluarkan/mendapatkan suatu logam dari persenyawaan. Ilmu-ilmu dasar yang
diperlukan pada ekstraksi metalurgi antara lain adalah termodinamika, termokimia,
perubahan fase, teori gas ideal, teori Gibbs Free Energi, dan sifat logam dari daftar
periodik.

Penting untuk mengenal mineral utama dan pengotor setiap logam yang akan di
proses karena dalam ekstraksi metalurgi yang diambil adalah mineral utama (Main
Mineral). Selain itu juga penting untuk mengetahui karakteristik batuan/mineral yang
diproses karena perlakuan yang diberikan pada mineral tersebut tergantung pada
karakteristiknya masing-masing.
Daftar Pustaka

Brady, James .E. 1999. Kimia Universitas Azas & Struktur Jilid 1, Edisi ke-5. Jakarta :
Binarupa Aksara
Dogra, SK. 1990. Kimia Fisik dan Soal-Soal. Jakarta: Universitas Indonesia
Denbigh, Kenneth. 1980. Prinsip-Prinsip Keseimbangan Kimia edisi ke-empat. Jakarta:
Universitas Indonesia
Kleinfelter, Wood. 1989. Kimia Untuk Universitas Jilid 1.ed.6.Jakarta : Erlangga
Rahayu,Nurhayati,dan Jodhi Pramuji G.2009. Rangkuman Kimia SMA. Jakarta : Gagas
Media
Sutresna,Nana. 2007.Cerdas Belajar Kimia untuk Kelas XI.Jakarta : Grafindo Media
Pratama

Anda mungkin juga menyukai