Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penawaran tenaga kerja merupakan suatu hubungan antara tingkat upah dengan jumlah
tenaga kerja. Ananta (1990) menyatakan bahwa penawaran terhadap pekerja merupakan
hubungan antara tingkat upah dengan jumlah satuan pekerja yang disetujui oleh penawar
yang ditawarkan. Sedangkan jumlah pekerja yang ditawarkan tergantung pada beberapa
faktor seperti: banyaknya jumlah penduduk, presentase penduduk yang berada dalam
angkatan kerja, dan jam kerja yang ditawarkan oleh angkatan kerja.

Arfida (2003) menambahkan mengenai apa yang dimaksud dengan penawaran tenaga
kerja. Menurut Arfida (2003) penawaran tenaga kerja adalah fungsi yang menggambarkan
hubungan antara tingkat upah dengan jumlah tenaga kerja yang ditawarkan. Penawaran
tenaga kerja dalam jangka pendek merupakan suatu penawaran tenaga kerja bagi pasar
dimana jumlah tenaga kerja keseluruhan yang ditawarkan bagi suatu perekonomian dapat
dilihat sebagai hasil pilihan jam kerja dan pilihan partisipasi oleh individu. Sedangkan
penawaran tenaga kerja dalam jangka panjang merupakan konsep penyesuaian yang lebih
lengkap terhadap perubahan-perubahan kendala. Penyesuaian-penyesuaian tersebut dapat
berupa perubahan-perubahan partisipasi tenaga kerja maupun jumlah penduduk.

Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap penawaran tenaga kerja adalah tingkat
upah, pertambahan tingkat upah akan mengakibatkan pertambahan jam kerja bila substitution
effect lebih besar daripada income effect (Simanjuntak, 1985).

Masalah tenaga kerja adalah masalah yang sangat kompleks dan besar. Kompleks
karena masalahnya mempengaruhi sekaligus dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling
berinteraksi dengan pola yang tidak selalu mudah dipahami. Besar karena menyangkut jutaan
jiwa. Untuk menggambarkan masalah tenaga kerja dimasa yang akan datang tidaklah
gampang karena disamping mendasarkan pada angka tenaga kerja di masa lampau, harus
juga diketahui prospek produksi dimasa mendatang. Kondisi kerja yang baik, kualitas output
yang tinggi, upah yang layak serta kualitas sumber daya manusia adalah persoalan yang
selalu muncul dalam pembahasan tentang tenaga kerja disamping masalah hubungan
industrial antara pekerja dengan dunia usaha.
Makalah ini akan memaparkan teori yang berhubungan dengan tenaga kerja beserta
beberapa potretnya di Indonesia, dimana pembahasannya dengan tenaga kerja, teori
penawaran kerja, teori upah serta potret tenaga kerja di Indonesia. Diharap dengan paparan
ini maka kompleksitas ketenagakerjaan dapat lebih dipahami.

1.2 Rumusan Masalah


1. Jelaskan yang dimaksud dengan penawaran tenaga kerja?
2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran tenaga kerja?

1.3 Tujuan
1. Agar para pembaca memahami definisi penawaran tenaga kerja
2. Agar pembaca mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran tenaga kerja
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi penawaran tenaga kerja

Penawaran tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja yang dapat disediakan oleh pemilik
tenaga kerja pada setiap kemungkinan upah dalam jangka waktu tertentu. Penawaran tenaga
kerja dipengaruhi oleh keputusan seseorang apakah dia mau bekerja atau tidak. Keputusan ini
tergantung pula pada tingkah laku seseorang untuk menggunakan waktunya, apakah digunakan
untuk kegiatan lain yang sifatnya lebih santai (konsumtif), atau kombinasi keduanya. Apabila
dikaitkan dengan tingkat upah, maka keputusan untuk bekerja seseorang akan dipengaruhi pula
oleh tinggi rendahnya penghasilan seseorang. Apabila penghasilan tenaga kerja relatif sudah
cukup tinggi, maka tenaga kerja tersebut cenderung untuk mengurangi waktu yang dialokasikan
untuk bekerja. Hal tersebut menyebabkan bentuk dari kurva penawaran membelok ke kiri yang
dikenal dengan backward bending supply curve (Sonny Sumarsono, 2003).
Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran tenaga kerja (Khairani, 2010) :

1. Jumlah Penduduk

Makin besar jumlah penduduk, makin banyak tenaga kerja yang tersedia baik untuk angkatan
kerja atau bukan angkatan kerja dengan demikian jumlah penawaran tenaga kerja juga akan
semakin besar.

2. Struktur umur

Penduduk Indonesia termasuk dalam struktur muda (expansive), ini dapat dilihat piramida
penduduk Indonesia. Meskipun pertambahan penduduk dapat ditekan tetapi penawaran tenaga
kerja semakin tinggi karena semakin banyaknya penduduk yang memasuki usia kerja, dengan
demikian penawaran tenaga kerja juga akan bertambah.
3. Produktivitas

Produktivitas merupakan suatu konsep yang menunjukkan adanya kaitan antara output dan jam
kerja yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk dari seseorang tenaga kerja yang tersedia.
Secara umum produktivitas tenaga kerja merupakan fungsi daripada pendidikan, teknologi, dan
keterampilan. Semakin tinggi pendidikan atau keterampilan tenaga kerja maka semakin
meningkat produktivitas tenaga kerja.

4. Tingkat Upah

jumlah tenaga karja

Secara teoritis, tingkat upah akan mempengaruhi jumlah penawaran tenaga kerja. Apabila tingkat
upah naik, maka jumlah penawaran tenaga kerja akan meningkat dan sebaliknya. Hal ini dapat
dibuktikan pada kurva penawaran tenaga kerja yang berslope positif.

5. Kebijaksanaan Pemerintah

Dalam menelaah penawaran tenaga kerja maka memasukkan kebijaksanaan pemerintah


kedalamnya adalah sangat relevan. Misalnya kebijaksanaan pemerintah dalam hal belajar 9 tahun
akan mengurangi jumlah tenaga kerja, dan akan ada batas umur kerja menjadi lebih tinggi.
Dengan demikian terjadi pengurangan jumlah tenaga kerja.

6. Wanita yang mengurus rumah tangga

Wanita yang mengurus rumah tangga tidak termasuk dalam angkatan kerja, tetapi mereka adalah
tenaga kerja yang potensial yang sewaktu-waktu bisa memasuki pasar kerja. Dengan demikian
semakin besar jumlah wanita yang mengurus rumah tangga maka penawaran tenaga kerja akan
berkurang atau sebaliknya.
7. Penduduk yang bersekolah

Sama dengan hal di atas penduduk yang bersekolah tidak termasuk dalam angkatan kerja tetapi
mereka sewaktu-waktu dapat menjadi tenaga kerja yang potensial, dengan demikian semakin
besar jumlah penduduk yang bersekolah berarti supply tenaga kerja akan berkurang. Oleh karena
itu jumlah penduduk yang bersekolah perlu diperhitungkan untuk masa yang akan datang.

8. Keadaan perekonomian

Keadaan perekonomian dapat mendesak seseorang untuk bekerja memenuhi kebutuhannya,


misalnya dalam satu keluarga harus bekerja semua apabila pendapatan suami tidak mencukupi
kebutuhan keluarga, atau seorang mahasiswa yang tamat tidak mau bekerja karena perekonomian
orang tua sangat memadai, atau seorang istri tidak perlu bekerja karena perekonomian suami
sudah mencukupi.
Penduduk
Provinsi
1971 1980 1990 1995 2000 2010

Aceh
2008595 2611271 3416156 3847583 3930905 4494410
Sumatera Utara 6621831 8360894 10256027 11114667 11649655 12982204
Sumatera Barat 2793196 3406816 4000207 4323170 4248931 4846909
Riau 1641545 2168535 3303976 3900534 4957627 5538367
Jambi 1006084 1445994 2020568 2369959 2413846 3092265
Sumatera Selatan 3440573 4629801 6313074 7207545 6899675 7450394
Bengkulu 519316 768064 1179122 1409117 1567432 1715518
Lampung 2777008 4624785 6017573 6657759 6741439 7608405
Kepulauan Bangka Belitung - - - - 900197 1223296
Kepulauan Riau - - - - - 1679163
DKI Jakarta 4579303 6503449 8259266 9112652 8389443 9607787
Jawa Barat 21623529 27453525 35384352 39206787 35729537 43053732
Jawa Tengah 21877136 25372889 28520643 29653266 31228940 32382657
DI Yogyakarta 2489360 2750813 2913054 2916779 3122268 3457491
Jawa Timur 25516999 29188852 32503991 33844002 34783640 37476757
Banten - - - - 8098780 10632166
Bali 2120322 2469930 2777811 2895649 3151162 3890757
Nusa Tenggara Barat 2203465 2724664 3369649 3645713 4009261 4500212
Nusa Tenggara Timur 2295287 2737166 3268644 3577472 3952279 4683827
Kalimantan Barat 2019936 2486068 3229153 3635730 4034198 4395983
Kalimantan Tengah 701936 954353 1396486 1627453 1857000 2212089
Kalimantan Selatan 1699105 2064649 2597572 2893477 2985240 3626616
Kalimantan Timur 733797 1218016 1876663 2314183 2455120 3553143
Sulawesi Utara 1718543 2115384 2478119 2649093 2012098 2270596
Sulawesi Tengah 913662 1289635 1711327 1938071 2218435 2635009
Sulawesi Selatan 5180576 6062212 6981646 7558368 8059627 8034776
Sulawesi Tenggara 714120 942302 1349619 1586917 1821284 2232586
Gorontalo - - - - 835044 1040164
Sulawesi Barat - - - - - 1158651
Maluku 1089565 1411006 1857790 2086516 1205539 1533506
Maluku Utara - - - - 785059 1038087
Papua Barat - - - - - 760422
Papua 923440 1173875 1648708 1942627 2220934 2833381
INDONESIA 119208229 147490298 179378946 194754808 206264595 237641326
Catatan : Termasuk Penghuni Tidak Tetap (Tuna Wisma, Pelaut, Rumah Perahu, dan Penduduk Ulang-alik/Ngelaju)
Sumber : Sensus Penduduk 1971, 1980, 1990, 2000 dan Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 1995
2014 Februari
Golongan Angkatan Kerja (AK) Bukan Angkatan Kerja (BAK) Jumlah Penduduk Persentase Angkatan Kerja
Umur Usia 15 tahun ke Terhadap Penduduk Usia
% Bekerja /
Bekerja Pengangguran Jumlah AK Sekolah Mengurus Lainnya Jumlah BAK Atas Kerja (TPAK)
AK
15 - 19 1.492.527 30,28
5.208.806 6.701.333 77,73 13.437.710 1.333.618 657.183 15.428.511 22.129.844
20 - 24 2.207.102 69,92
12.788.210 14.995.312 85,28 2.276.418 3.582.891 590.973 6.450.282 21.445.594
25 - 29 1.025.031 76,26
14.878.870 15.903.901 93,55 162.327 4.490.056 297.729 4.950.112 20.854.013
30 - 34 662.575 78,34
15.424.835 16.087.410 95,88 12.179 4.242.058 193.022 4.447.259 20.534.669
35 - 39 467.781 80,47
15.257.210 15.724.991 97,03 3.339 3.648.191 164.035 3.815.565 19.540.556
40 - 44 361.287 82,47
14.350.626 14.711.913 97,54 - 2.997.900 130.171 3.128.071 17.839.984
45 - 49 351.230 82,66
12.527.383 12.878.613 97,27 5.432 2.561.711 134.253 2.701.396 15.580.009
50 - 54 322.576 81,21
10.223.377 10.545.953 96,94 1.576 2.205.365 233.430 2.440.371 12.986.324
55 - 59 154.469 75,85
7.513.853 7.668.322 97,99 - 1.982.269 458.908 2.441.177 10.109.499
60 + 102.491 50,12
9.996.752 10.099.243 98,99 610 5.809.334 4.240.293 10.050.237 20.149.480
Total 7.147.069 69,17
118.169.922 125.316.991 94,30 15.899.591 32.853.393 7.099.997 55.852.981 181.169.972
2014 Agustus

Angkatan Kerja (AK) Bukan Angkatan Kerja (BAK) Persentase Angkatan Kerja
Jumlah Penduduk Usia
Terhadap Penduduk Usia
Jumlah 15 tahun ke Atas
Bekerja Pengangguran Jumlah AK % Bekerja / AK Sekolah Mengurus Lainnya Kerja (TPAK)
BAK
2.250.148 69,69 24.633.606 30,14
5.174.517 7.424.665 14.392.649 1.682.457 1.133.835 17.208.941
2.217.984 82,54 18.839.786 67,43
10.485.734 12.703.718 2.191.415 3.348.720 595.933 6.136.068
1.015.728 92,73 18.784.963 74,34
12.949.359 13.965.087 175.637 4.308.611 335.628 4.819.876
614.620 96,39 22.453.662 75,89
16.424.492 17.039.112 8.274 5.138.137 268.139 5.414.550
326.225 97,75 18.637.222 77,70
14.155.638 14.481.863 1.438 3.986.367 167.554 4.155.359
260.597 98,29 - 19.036.307 80,22
15.010.358 15.270.955 3.580.667 184.685 3.765.352
200.366 98,40 15.460.296 80,76
12.285.477 12.485.843 81 2.792.506 181.866 2.974.453
195.049 98,22 - 13.780.396 79,46
10.754.512 10.949.561 2.530.236 300.599 2.830.835
99.847 98,65 - 10.110.356 73,16
7.296.823 7.396.670 2.233.911 479.775 2.713.686
64.341 99,37 - 21.255.610 47,78
10.091.116 10.155.457 6.417.637 4.682.516 11.100.153
7.244.905 94,06 182.992.204 66,60
114.628.026 121.872.931 16.769.494 36.019.249 8.330.530 61.119.273
2015 Februari
Golongan
Angkatan Kerja (AK) Bukan Angkatan Kerja (BAK) Jumlah Penduduk Persentase Angkatan Kerja
Umur
Usia 15 tahun ke Terhadap Penduduk Usia
% Bekerja /
Bekerja Pengangguran Jumlah AK Sekolah Mengurus Lainnya Jumlah BAK Atas Kerja (TPAK)
AK
15 - 19 30,05
5.127.144 1.506.499 6.633.643 77,29 13.850.725 1.037.747 550.239 15.438.711 22.072.354
20 - 24 70,17
12.573.327 2.454.384 15.027.711 83,67 2.382.896 3.526.167 479.674 6.388.737 21.416.448
25 - 29 77,58
14.747.924 1.372.110 16.120.034 91,49 213.694 4.125.262 320.472 4.659.428 20.779.462
30 - 34 77,72
15.232.177 655.740 15.887.917 95,87 36.846 4.272.260 246.049 4.555.155 20.443.072
35 - 39 80,70
15.544.090 386.609 15.930.699 97,57 10.528 3.634.637 164.110 3.809.275 19.739.974
40 - 44 82,96
14.818.707 278.279 15.096.986 98,16 6.634 2.937.747 156.971 3.101.352 18.198.338
45 - 49 83,02
13.040.254 352.618 13.392.872 97,37 1.277 2.595.022 143.609 2.739.908 16.132.780
50 - 54 82,07
10.966.756 207.091 11.173.847 98,15 - 2.181.393 259.002 2.440.395 13.614.242
55 - 59 75,92
8.051.516 162.058 8.213.574 98,03 1.383 2.104.228 500.042 2.605.653 10.819.227
60 + 50,62
10.744.926 79.379 10.824.305 99,27 10.482 6.074.126 4.474.805 10.559.413 21.383.718
Total 69,50
120.846.821 7.454.767 128.301.588 94,19 16.514.465 32.488.589 7.294.973 56.298.027 184.599.615
2015 Agustus

Angkatan Kerja (AK) Bukan Angkatan Kerja (BAK) Persentase Angkatan Kerja
Jumlah Penduduk Usia
Terhadap Penduduk Usia
15 tahun ke Atas
Bekerja Pengangguran Jumlah AK % Bekerja / AK Sekolah Mengurus Lainnya Jumlah BAK Kerja (TPAK)

1.885.820 68,88 22.107.723 27,41


4.174.431 6.060.251 13.668.780 1.399.720 978.972 16.047.472
2.710.132 81,03 21.467.771 66,53
11.573.002 14.283.134 2.810.127 3.587.026 787.484 7.184.637
1.244.410 91,85 20.830.304 73,32
14.029.208 15.273.618 228.214 4.921.733 406.739 5.556.686
576.814 96,22 20.459.299 74,61
14.687.715 15.264.529 21.500 4.892.695 280.575 5.194.770
359.826 97,63 19.838.306 76,49
14.815.279 15.175.105 4.880 4.442.971 215.350 4.663.201
228.339 98,43 18.349.321 79,15
14.295.332 14.523.671 1.104 3.640.432 184.114 3.825.650
201.365 98,44 16.332.215 79,05
12.708.584 12.909.949 284 3.237.017 184.965 3.422.266
148.142 98,61 13.835.141 77,18
10.529.514 10.677.656 74 2.816.477 340.934 3.157.485
137.890 98,27 - 11.048.964 72,27
7.846.937 7.984.827 2.519.731 544.406 3.064.137
68.084 99,33 - 21.831.873 46,85
10.159.197 10.227.281 6.745.899 4.858.693 11.604.592
7.560.822 93,82 186.100.917 65,76
114.819.199 122.380.021 16.734.963 38.203.701 8.782.232 63.720.896
2016 Februari
Golongan Angkatan Kerja (AK) Bukan Angkatan Kerja (BAK) Jumlah Penduduk Persentase Angkatan Kerja
Umur
Usia 15 tahun ke Terhadap Penduduk Usia
% Bekerja /
Bekerja Pengangguran Jumlah AK Sekolah Mengurus Lainnya Jumlah BAK Atas Kerja (TPAK)
AK
15 - 19 27,68
4.873.611 1.255.210 6.128.821 79,52 13.605.939 1.686.230 718.667 16.010.836 22.139.657
20 - 24 68,61
12.295.397 2.475.889 14.771.286 83,24 2.413.958 3.735.009 608.847 6.757.814 21.529.100
25 - 29 75,67
14.557.279 1.241.027 15.798.306 92,14 199.782 4.611.201 268.817 5.079.800 20.878.106
30 - 34 76,35
15.120.941 517.476 15.638.417 96,69 9.808 4.603.875 229.096 4.842.779 20.481.196
35 - 39 79,68
15.452.579 400.794 15.853.373 97,47 13.550 3.860.887 168.776 4.043.213 19.896.586
40 - 44 81,12
14.748.920 262.133 15.011.053 98,25 - 3.328.474 164.898 3.493.372 18.504.425
45 - 49 82,28
13.374.073 224.408 13.598.481 98,35 1.970 2.763.389 162.305 2.927.664 16.526.145
50 - 54 80,55
11.077.423 232.180 11.309.603 97,95 - 2.454.278 276.635 2.730.913 14.040.516
55 - 59 74,32
8.259.948 133.479 8.393.427 98,41 - 2.403.204 496.965 2.900.169 11.293.596
60 + 50,06
10.887.526 281.576 11.169.102 97,48 - 6.711.881 4.430.324 11.142.205 22.311.307
Total 68,06
120.647.697 7.024.172 127.671.869 94,50 16.245.007 36.158.428 7.525.330 59.928.765 187.600.634
2016 Agustus

Angkatan Kerja (AK) Bukan Angkatan Kerja (BAK) Persentase Angkatan Kerja
Jumlah Penduduk Usia
Terhadap Penduduk Usia
15 tahun ke Atas
Bekerja Pengangguran Jumlah AK % Bekerja / AK Sekolah Mengurus Lainnya Jumlah BAK Kerja (TPAK)

4.472.447 1.747.151 6.219.598 71,91 13.341.239 1.881.445 727.560 15.950.244 22.169.842 28,05

12.407.611 2.327.760 14.735.371 84,20 2.415.774 3.750.279 690.006 6.856.059 21.591.430 68,25

14.420.691 1.099.494 15.520.185 92,92 135.327 4.876.685 397.799 5.409.811 20.929.996 74,15

14.830.082 559.107 15.389.189 96,37 24.714 4.819.099 266.508 5.110.321 20.499.510 75,07

15.021.162 339.303 15.360.465 97,79 4.259 4.269.609 324.418 4.598.286 19.958.751 76,96

14.433.676 302.422 14.736.098 97,95 716 3.620.911 297.279 3.918.906 18.655.004 78,99

12.877.326 176.741 13.054.067 98,65 - 3.346.198 318.541 3.664.739 16.718.806 78,08

10.803.519 182.836 10.986.355 98,34 - 2.857.657 405.107 3.262.764 14.249.119 77,10

8.348.022 131.259 8.479.281 98,45 - 2.524.308 526.870 3.051.178 11.530.459 73,54

10.797.437 165.702 10.963.139 98,49 - 7.389.012 4.441.654 11.830.666 22.793.805 48,10

118.411.973 7.031.775 125.443.748 94,39 15.922.029 39.335.203 8.395.742 63.652.974 189.096.722 66,34
2017 Februari
Golongan
Angkatan Kerja (AK) Bukan Angkatan Kerja (BAK) Persentase Angkatan
Umur Jumlah Penduduk Usia
Kerja Terhadap Penduduk
% Bekerja / 15 tahun ke Atas
Bekerja Pengangguran Jumlah AK Sekolah Mengurus Lainnya Jumlah BAK Usia Kerja (TPAK)
AK
15 - 19 22.195.429
5.527.816 1.185.867 6.713.683 82,34 13.102.011 1.743.213 636.522 15.481.746 30,25
20 - 24 21.657.209
12.995.121 2.157.591 15.152.712 85,76 1.975.814 3.825.493 703.190 6.504.497 69,97
25 - 29 20.985.839
14.812.064 1.121.551 15.933.615 92,96 140.554 4.533.720 377.950 5.052.224 75,93
30 - 34 20.505.193
15.230.047 600.742 15.830.789 96,21 16.612 4.324.365 333.427 4.674.404 77,20
35 - 39 20.027.615
15.577.244 412.185 15.989.429 97,42 4.276 3.825.822 208.088 4.038.186 79,84
40 - 44 18.792.942
15.065.145 376.225 15.441.370 97,56 5.585 3.133.634 212.353 3.351.572 82,17
45 - 49 - 16.903.773
13.480.126 384.380 13.864.506 97,23 2.789.018 250.249 3.039.267 82,02
50 - 54 - 14.459.749
11.334.253 297.844 11.632.097 97,44 2.468.101 359.551 2.827.652 80,44
55 - 59 - 11.749.974
8.498.289 278.554 8.776.843 96,83 2.478.607 494.524 2.973.131 74,70
60 + - 23.310.195
12.018.744 190.323 12.209.067 98,44 6.956.799 4.144.329 11.101.128 52,38
Total 190.587.918
124.538.849 7.005.262 131.544.111 94,67 15.244.852 36.078.772 7.720.183 59.043.807 69,02
2017 Agustus

Angkatan Kerja (AK) Bukan Angkatan Kerja (BAK) Persentase Angkatan Kerja
Jumlah Penduduk Usia
Terhadap Penduduk Usia
15 tahun ke Atas
Bekerja Pengangguran Jumlah AK % Bekerja / AK Sekolah Mengurus Lainnya Jumlah BAK Kerja (TPAK)

5.142.340 1.954.126 7.096.466 72,46 24.074.997 29,48


14.119.947 2.099.255 759.329 16.978.531
10.997.685 2.192.794 13.190.479 83,38 19.319.746 68,27
2.184.114 3.445.208 499.945 6.129.267
13.005.071 942.386 13.947.457 93,24 18.967.054 73,54
161.191 4.568.301 290.105 5.019.597
15.048.964 530.219 15.579.183 96,60 20.652.576 75,43
14.935 4.828.296 230.162 5.073.393
17.202.398 431.185 17.633.583 97,55 22.572.272 78,12
8.585 4.705.359 224.745 4.938.689
14.276.271 270.261 14.546.532 98,14 18.183.004 80,00
1.579 3.463.102 171.791 3.636.472
13.660.154 209.213 13.869.367 98,49 17.290.654 80,21
581 3.208.714 211.992 3.421.287
11.394.107 178.588 11.572.695 98,46 - 14.752.981 78,44
2.887.526 292.760 3.180.286
8.814.593 154.821 8.969.414 98,27 12.306.963 72,88
1.438 2.841.980 494.131 3.337.549
11.480.840 176.730 11.657.570 98,48 - 23.959.169 48,66
7.871.178 4.430.421 12.301.599
121.022.423 7.040.323 128.062.746 94,50 192.079.416 66,67
16.492.370 39.918.919 7.605.381 64.016.670
2018 Februari
Golongan
Angkatan Kerja (AK) Bukan Angkatan Kerja (BAK) Persentase Angkatan
Umur Jumlah Penduduk
Kerja Terhadap Penduduk
% Bekerja / Usia 15 tahun ke Atas
Bekerja Pengangguran Jumlah AK Sekolah Mengurus Lainnya Jumlah BAK Usia Kerja (TPAK)
AK
15 - 19 22.233.393
5.199.139 1.124.549 6.323.688 82,22 13.577.426 1.748.060 584.219 15.909.705 28,44
20 - 24 21.783.887
13.145.679 2.470.185 15.615.864 84,18 1.863.712 3.679.459 624.852 6.168.023 71,69
25 - 29 21.091.209
14.874.877 1.191.722 16.066.599 92,58 138.085 4.503.002 383.523 5.024.610 76,18
30 - 34 20.521.925
15.377.431 652.483 16.029.914 95,93 13.472 4.113.177 365.362 4.492.011 78,11
35 - 39 20.145.897
15.894.155 395.285 16.289.440 97,57 6.975 3.574.446 275.036 3.856.457 80,86
40 - 44 19.058.253
15.531.832 318.975 15.850.807 97,99 1.493 2.976.498 229.455 3.207.446 83,17
45 - 49 17.259.414
14.004.278 255.978 14.260.256 98,20 - 2.670.498 328.660 2.999.158 82,62
50 - 54 14.882.977
11.791.085 206.844 11.997.929 98,28 1.635 2.430.111 453.302 2.885.048 80,62
55 - 59 12.184.069
8.875.208 156.382 9.031.590 98,27 - 2.602.480 549.999 3.152.479 74,13
60 + 24.383.898
12.374.151 98.861 12.473.012 99,21 - 7.712.537 4.198.349 11.910.886 51,15
Total 193.544.922
127.067.835 6.871.264 133.939.099 94,87 15.602.798 36.010.268 7.992.757 59.605.823 69,20
2018 Agustus

Angkatan Kerja (AK) Bukan Angkatan Kerja (BAK) Persentase Angkatan Kerja
Jumlah Penduduk Usia
Terhadap Penduduk Usia
15 tahun ke Atas
Bekerja Pengangguran Jumlah AK % Bekerja / AK Sekolah Mengurus Lainnya Jumlah BAK Kerja (TPAK)

4.535.840 1.649.868 6.185.708 73,33 22.153.562 27,92


13.089.947 2.092.258 785.649 15.967.854
12.193.700 2.450.407 14.644.107 83,27 21.817.084 67,12
2.842.090 3.703.974 626.913 7.172.977
14.734.238 1.107.412 15.841.650 93,01 21.077.424 75,16
279.652 4.603.752 352.370 5.235.774
15.020.799 540.555 15.561.354 96,53 20.451.249 76,09
95.365 4.545.845 248.685 4.889.895
15.487.246 395.671 15.882.917 97,51 20.301.087 78,24
47.997 4.145.452 224.721 4.418.170
15.146.393 278.621 15.425.014 98,19 19.175.949 80,44
43.442 3.512.173 195.320 3.750.935
13.885.716 223.430 14.109.146 98,42 17.412.737 81,03
48.097 3.047.879 207.615 3.303.591
11.678.285 165.496 11.843.781 98,60 15.081.652 78,53
41.913 2.855.674 340.284 3.237.871
8.915.449 112.805 9.028.254 98,75 12.387.926 72,88
26.064 2.842.487 491.121 3.359.672
12.407.284 76.426 12.483.710 99,39 24.920.771 50,09
17.755 8.298.196 4.121.110 12.437.061
124.004.950 7.000.691 131.005.641 94,66 194.779.441 67,26
16.532.322 39.647.690 7.593.788 63.773.800
Kasus Penawaran Tenaga Kerja di Indonesia

Kasus pertama

Masalah ketenagakerjaan di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor, yang penting


adalah modal asing, proteksi iklim investasi, pasar global, dan perilaku birokrasi serta "tekanan"
kenaikan upah (Majalah Nakertrans, 2004). Otonomi daerah yang dalam banyak hal juga tidak
berpengaruh positif terhadap tenaga kerja. Masalah kemiskinan, ketidakmerataan pendapatan,
pertumbuhan ekonomi, urbanisasi dan stabilitas politik juga sangat berpengaruh terhadap
ketenagakerjaan. Rucker (1985:2) sebagaimana dilansir oleh majalah Nakertrans, menduga
bahwa masalah ketenagakerjaan di Indonesia bersifat multidimensi sehingga juga memerlukan
cara pemecahan yang multidimensi pula. Tidak ada jalan pintas dan sederhana untuk
mengatasinya. Strategi pemulihan dan rekonstruksi ekonomi yang bertumpu pada penciptaan
lapangan kerja merupakan keharusan. Dalam kaitan ini, masih sangat relevan untuk diperhatikan
secara serius dua elemen strategi yang pernah diajukan oleh Misi ILO (1999:5) yaitu :

a. Strategi dan kebijakan yang membuat proses pertumbuhan ekonomi menjadi lebih
memperhatikan aspek ketenagakerjaan.

b. Tindakan yang dibutuhkan untuk menciptakan lapangan kerja tambahan melalui program-
program penciptaan lapangan kerja secara langsung.

Bila Jumlah penduduk Indonesia adalah 208 juta jiwa, sementara Jumlah penduduk
angkatan kerja 106 juta jiwa maka, jumlah penduduk bukan angkatan kerja adalah102 juta jiwa.
Ini berarti Jumlah pengangguran 11 juta jiwa. Sedangkan angka beban ketergantungan dapat
dihitung sebagai : DR = (Produktif/non produktif-produktif) x100 atau sama dengan 103, 92 juta
jiwa , dibulatkan menjadi 104 juta jiwa. Ini berarti setiap 100 penduduk usia produktif
menanggung 104 penduduk usia non produktif.

Sebagai gambaran maka potret ketenagakerjaan di indonesia dapat dilihat pada beberapa data
berikut ini:
Tabel.1

Penduduk yang berkerja menurut

Lapangan pekerjaan utama & jenis kelamin, tahun 2006

Lapangan pekerjaan utama Jenis kelamin Jumlah

Laki-laki Perempuan

Pertanian 27.468.466 14.854.724 42.323.190

Pertambangan 805.578 141.519 947.097

Industri 6.873.835 4.704.306 11.578.141

Listrik, Gas, dan Air 194.940 12.162 207.102

Bangunan 4.249.018 124.932 4.373.950

Perdagangan 10.162.347 8.392.710 18.555.057

Angkutan 5.268.277 199.031 5.467.308

Keuangan 836.305 316.987 1.153.292

Jasa lainnya 6.005.561 4.566.404 10.571.965

Jumlah 61.864.327 33.312.775 95.177.102

Sumber: BPS,sakernas 2006


Tabel 2.

Rata-Rata Upah Pekerja Selama Sebulan Tahun 2005

Menurut Pendidikan Dan Kota Desa

No. Pendidikan Kota Desa

(RP) (RP)

1 Tidak/Belum Pernah Sekolah 283,164 234,090

2 Tidak/Belum Tamat Sd 405,535 330,499

3 Sekolah Dasar 498,112 420,352

4 Smtp Umum 632,907 544,682

5 Smtp Kejuruan 754,541 559,509

6 Smta Umum 929,697 733,720

7 Smta Kejuruan 923,553 910,765

8 Diploma I/II 1,080,123 1,102,694

9 Akademi/Diploma III 1,318,921 1,102,944

10 Universitas 1,633,804 1,115,552

Rata-Rata 845,603 542,842

Sumber:BPS, sakernas Tahun 2005


Tabel 3.

Tenaga Kerja Asing (TKA)

Menurut Sektor Usaha Tahun 2005

No Sektor Usaha Jumlah (orang) Presentase (%)

1 Pertanian 1.103 2,17

2 Pertambangan 8.589 16,87

3 Industry 13.212 25,96

4 Listrik, gas, dan air 267 0,52

5 Bangunan 4.723 9,28

6 Perdagangan 9.817 19,29

7 Angkutan 2.059 4,04

8 Keuangan 1.800 3,54

9 Jasa lainnya 9.333 18,33

Jumlah 50.903 100.00

Sumber: Ditjen. PPTKDN, Data S.D Desember 2005 (Diolah)

Dapat dikatakan ketenagakerjaan di Indonesia hingga kini masih menghadapi beberapa


ketidakseimbangan baik struktural ataupun sektoral. Walaupun telah terjadi pergeseran namun
sebagian besar angkatan kerja Indonesia masih bekerja di sektor pertanian. Dalam hubungan ini,
maka salah satu sasaran yang perlu diusahakan adalah meningkatkan daya guna tenaga kerja.
Untuk mewujudkan pendayagunaan tenaga kerja maka perlu dilaksanakan berbagai
kebijaksanaan perluasan lapangan kerja produktif. Sasaran utama kebijaksanaan adalah
menciptakan kondisi dan suasana yang bukan saja memberi ruang gerak inisiatif yang sebesar-
besarnya kepada para pelaku ekonomi tetapi juga sekaligus mendorong serta membantu
perkembangan usaha-usaha kecil, usaha-usaha di sektor informal dan usaha-usaha tradisional.
Permintaan Tenaga kerja, Penawaran Tenaga Kerja Serta Upah secara teoritis harus diperhatikan
agar kebijakan-kebijakan yang dilakukan mendekati tujuan yang diinginkan.

Kasus kedua

Tenaga Kerja Indonesia (TKI)

Berbicara mengenai TKI, pasti langsung terbayangkan dalam benak kita bagaimana
bekerja di luar negeri, mendapatkan gaji besar dan dapat memperbaiki taraf hidup keluarga yang
selama ini tidak tersentuh pembangunan oleh negeri sendiri. Dibalik kesuksesan yang dijanjikan
tidak pelak juga banyak terjadi kisah tragis, bukan untung yang didapat tapi malang tak dapat
dihindari dan bahkan berakhir dengan maut. Beberapa tahun terakhir ini kasus kekerasan yang
diterima oleh TKI Indonesia di luar negeri menjadi sorotan serius oleh media terutama atas
pelanggaran HAM.

Sebelum membahas tentang TKI, alangkah baiknya jika kita tahu terlebih dahulu
siapakah mereka. TKI merupakan kepanjangan dari Tenaga Kerja Indonesia. TKI merupakan
istilah yang diberikan pada warga Indonesia yang merantau ke luar negeri untuk bekerja atau
mencari penghasilan dalam kurun waktu tertentu. Istilah ini digunakan untuk semua jenis
kelamin. Namun, untuk TKI wanita lebih umum disebut dengan TKW (Tenaga Kerja Wanita).

Keberadaan TKI bagi Indonesia sangat menguntungkan. Pertama, mereka adalah


penyumbang devisa yang sangat besar. Sumbangan mereka mencapai angka lebih dari 100
trilliun setiap tahun. Kedua, mengentaskan kemiskinan dan meningkatkan mensejahterakan
hidup keluarga. Ketiga, mengurangi jumlah pengangguran.

Jumlah TKI yang merantau ke luar negeri sangat besar. Berdasarkan data yang dilansir
oleh Badan Nasional Perlindungan dan Penempatan TKI (BNP2TKI), ada 12 negara yang
tercatat sebagai tujuan terbesar TKI indonesia. Peringkat pertama dipegang oleh Saudi Arabia
dengan jumlah tenaga kerja mencapai 1,4 juta pada kurun 2006-2012 dan peringkat kedua dan
ketiga ditempati oleh Malaysia dan Taiwan. TKI tersebut dibagi menjadi TKI formal dan
informal. TKI formal merupakan tenaga kerja yang memiliki keterampilan dan pengetahuan
yang nantinya ditempatkan berdasarkan kompetensi masing-masing, seperti tenaga kesehatan.
Adapun tenaga informal yaitu tenaga kerja yang masih minim kompetensi. Tenaga seperti ini
ditempatkan menjadi pembantu rumah tangga.

TKI formal memiliki peluang pekerjaan yang lebih baik dibandingkan TKI informal.
Mereka bisa mendapatkan pekerjaan sesuai dengan kompetensi yang dimiliki. Namun, jumlah
TKI formal lebih sedikit dibandingkan dengan TKI informal. Berdasarkan data yang dikeluarkan
oleh Kemenakertrans pada 2011, jumlah TKI formal hanya 264.756 orang (45,56%), sedangkan
TKI informal mencapai 316.325 orang (54,44%).

Menjadi TKI bukan tanpa masalah. Banyak sekali problematika yang muncul menyertai
kisah para perantau tersebut. Problematika tersebut terjadi ketika prapenempatan, saat
penempatan, dan purnapenempatan. Masalah prapenempatan misalnya pemalsuan identitas dan
dokumen pemberangkatan, minimnya pelatihan, dan penipuan oleh calo. Saat penempatan
muncul masalah seperti eksploitasi kerja, Gaji tak dibayar, pembatasan ibadah/ komunikasi
dengan keluarga, kekerasan, dan pelecehan seksual yang dilakukan oleh majikan. Adapun
masalah yang muncul saat purnapenempatan adalah penipuan, disharmonis dengan keluarga,
hamil, sakit hingga kematian.

Masalah yang paling santer dibahas tentu kekerasan dan perlakuan tidak manusiawi
terhadap TKI. Berdasarkan laporan dari dubes RI di seluruh dunia, tercatat 4.532 kasus
kekerasan sepanjang tahun 2010. Adapun negara yang memiliki tingkat kasus tertinggi dipegang
oleh Malaysia dan disusul dengan Arab Saudi. Berdasarkan data yang dilansir oleh Migran Care,
1000 kasus kekerasan tercatat di Malaysia dan 57 kasus di Arab Saudi pada 2010.

Meski sudah banyak cerita tragis, tetap saja tidak menyurutkan minat ribuan warga
Indonesia untuk mempertaruhkan nyawa mencari sesuap nasi di perantauan. Minimnya lapangan
pekerjaan dan kesenjangan pembangunan antara di kota dan di desa yang tidak merata hampir
di seluruh Indonesia merupakan salah satu pemicunya. Tuntutan biaya hidup yang semakin
besar, misalnya untuk menyekolahkan anak, mensejahterakan hidup keluarga, dan membeli
kebutuhan hidup lainnya (kebutuhan dasar). Jumlah gaji yang diterima ketika menjadi TKI
cukup besar dibandingkan dengan gaji di Indonesia. Sebut saja gaji menjadi pembantu rumah
tangga. Gaji di Indonesia berkisar 500 ribu-750 ribu rupiah. Padahal kalau di Arab Saudi, mereka
digaji 700 riyal atau setara dengan Rp 1.610.000. selain itu ajakan anggota keluarga yang telah
menjadi TKI terlebih dahulu. Keluarga bisa menjadi link sekaligus orang yang bisa dipercaya
untuk bisa menjaga anggota keluarga lain yang berniat pergi merantau. Lingkungan tempat
tinggal yang masyarakatnya sudah menjadi TKI turun temurun seperti di daerah Nusa Tenggara,
Jawa Barat dan Indramayu. Hal-hal tersebutlah yang merupakan alasan mengapa orang-orang
memilih menjadi TKI di luar negeri.

Selain itu, problematika juga muncul karena belum optimalnya perlindungan dan
layanan penempatan bagi mereka. Meskipun sudah muncul berbagai institusi dan layanan pro-
TKI seperti Badan Nasional Perlindungan dan Penempatan TKI (BNP2TKI), Badan Pelayanan
Penempatan dan Perlindungan TKI (BP3TKI) hingga layanan Call Center Bebas Pulsa
08001000, belum ada yang bisa memberikan layanan memuaskan untuk para TKI. Bahkan
muncul spekulasi kalau pengurusan Kartu tenaga Kerja Luar Negeri (KTKLN) digunakan untuk
ajang mencari uang oleh oknum tertentu. Banyak juga oknum yang memanfaatkan masalah
penempatan untuk mendapatkan keuntungan.

Selain institusi dan layanan yang belum optimal, problematika TKI muncul karena
ketiadaan perwakilan RI di negara penempatan kerja. Di Taiwan misalnya, terjadi pemerasan
terselubung pada TKI yang mengurus paspor di Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia (KDEI).
Para TKI terpaksa mengurus paspor di sana karena ketiadaan kantor KBRI di negara tersebut.
TKI diharuskan membayar NT$1800 atau Rp 6.000.000 yang setara dengan 6 kali lipat dari
harga semula yaitu NT$300 atau Rp 100.000 yang tanpa diberi kuitansi resmi.

Sebenarnya, pemerintah sudah memiliki payung hukum yang jelas untuk melindungi para
TKI. Beberapa payung hukum tersebut sebagai berikut :

1. UU No.5 Tahun 1998 tentang Konvensi Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau
Penghukuman Lain yang Kejam Tidak Manusiawi atau Merendahkan Martabat Manusia
(Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No.3783).

2. UU RI No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Tambahan Lembaran Negara


Republik Indonesia No.4279)
3. UU RI No.39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia
di Luar Negeri.

4. UU RI No.11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial.

Walaupun sudah banyak peraturan perudang-undangan yang berbicara mengenai


perlindungan TKI, tetap saja peraturan kebijakan perundang-undangan yang ada tidak berjalan
sebagaimana mestinya. Permasalahan tersebut cenderung terus berulang dan tidak pernah selesai.
Hal ini juga disebabkan karena pemerintah Indonesia terlalu kaku dan kurang berani dalam
menjalankan peraturan. Hanya keuntungan devisa saja yang diperhatikan, tetapi perlindungan
akan hak para TKI di luar negeri sangat lemah dan tidak jelas.

Contoh kasus diatas dapat dikatakan sebagai masalah sosial karena masalah TKI menyebabkan
berbagai kerugian fisik atau mental baik pada individu atau masyarakat, masalah TKI juga
merupakan masalah yang sudah berlangsung dalam periode tertentu, terdapat pelanggaran
terhadap nilai-nilai dan standar sosial dari sendi kehidupan masyarakat dan menimbulkan
kebutuhan untuk dipecahkan. Masalah TKI merupakan salah satu dari sekian banyak masalah
sosial yang ada di Indonesia. hal ini menunjukan bahwa ada hubungan yang kuat antara
kesenjangan pembangunan antara desa dan kota yang tidak merata sehingga dapat menjadi akar
dari permasalahan tersebut.

Upaya Mengatasi Masalah Ketenagakerjaan di Indonesia

Secara umum kita dapat mengatasi berbagai masalah ketenagakerjaan melalui berbagai upaya
praktis seperti berikut:

Mendorong Investasi

Mengharapkan investasi dari luar negeri kenyataannya belum menunjukkan hasil yang berarti
selama tahun 2012 lalu. Para investor asing mungkin masih menunggu adanya perbaikan iklim
investasi dan beberapa peraturan yang menyangkut aspek perburuhan. Kalau upaya terobosan
lain tidak dilakukan, khawatir masalah pengangguran ini akan bertambah terus pada tahun-tahun
mendatang. Beberapa produk perikanan dan kelautan juga sangat potensial untuk dikembangkan
seperti udang, ikan kerapu dan rumput laut dan beberapa jenis budidaya perikanan dan kelautan
lainnya. Sektor industri manufaktur dan kerajinan, khususnya untuk industri penunjang -
supporting industries seperti komponen otomotif, elektronika, furnitur, garmen dan produk alas
kaki juga memberikan kontribusi besar dalam pertumbuhan dan penyerapan tenaga kerja. Penulis
juga mencermati banyak sekali produk produk IT dan industri manufaktur yang sangat
dibutuhkan, baik untuk pasar domestik, maupun untuk pasar ekspor. Di samping kedua sektor
tersebut, sector jasa keuangan, persewaan, jasa konsultasi bisnis dan jasa lainnya juga memiliki
prospek baik untuk dikembangkan.

Memperbaiki daya saing

Daya saing ekspor Indonesia bergantung pada kebijakan perdagangan yang terus menjaga
keterbukaan, disamping menciptakan fasilitasi bagi pembentukan struktur ekspor yang sesuai
dengan ketatnya kompetisi dunia. Dalam jangka pendek, Indonesia dapat mendorong ekspor
dengan mengurangi berbagai biaya yang terkait dengan ekspor itu sendiri serta meningkatkan
akses kepada pasar internasional. Kebijakan yang dapat dipakai untuk mengontrol biaya-biaya
tersebut diantaranya i) Menjaga kestabilan dan daya saing nilai tukar ii) Memastikan peningkatan
tingkat upah yang moderat sejalan dengan peningkatan produktifitas iii) Akselerasi proses
restitusi PPn dan restitusi bea masuk impor bagi para eksportir dan iv) Meningkatkan
kemampuan fasilitas pelabuhan dan bandara dan infrastruktur jalan untuk mengurangi biaya
transportasi. Pemerintah dapat berupaya lebih keras lagi dalam menegosiasikan akses yang lebih
besar ke pasar internasional pada pembicaraan perdagangan multilateral Putaran Doha terbaru.
Karena Indonesia telah mempunyai kebijakan rezim perdagangan yang sangat terbuka,
pemerintah dapat meminta pemotongan bea masuk dan pembebasan atas berbagai pengenaan bea
masuk bukan ad-valorem oleh negara-negara maju, dengan dampak yang kecil bagi kebijakan
proteksi Indonesia sendiri.

Meningkatkan Fleksibilitas tenaga kerja

Indonesia memiliki aturan ketenagakerjaan yang paling kaku serta menimbulkan biaya paling
tinggi di Asia Timur. Sebagai contoh, biaya untuk mengeluarkan pekerja sangatlah tinggi;
pesangon yang harus dibayarkan mencapai 9 bulan gaji. Tentunya kebijakan pasar tenaga kerja
harus berimbang antara penciptaan pasar tenaga kerja yang fleksibel dengan kebutuhan untuk
memberikan perlindungan dan keamanan bagi tenaga kerja.

Peningkatan Keahlian Pekerja

Pemerintah seharusnya dapat meningkatkan kemampuan angkatan kerja. Lemahnya kemampuan


pekerja Indonesia dirasakan sebagai kendala utama bagi investor. Rendahnya keahlian ini akan
mempersempit ruang bagi kebijakan Indonesia untuk meningkatkan struktur produksinya.
Walaupun pada saat sebelum krisis pendidikan di Indonesia mencapai kemajuan yang luar biasa,
dalam segi kuantitas, kualitas pendidikan masih tertinggal dibandingkan dengan negara-negara
pesaing lainnya. Pemerintah harus lebih menekankan pencapaian tujuan di bidang pendidikan
formal dengan mereformasi sistem pendidikan, sesuai dengan prinsip dan manfaat dari proses
desentralisasi.

Peningkatan Mutu Tenaga Kerja

1. Latihan Kerja

Latihan kerja merupakan proses pengembangan keahlian dan keterampilan kerja yang langsung
dikaitkan dengan pekerjaan dan persyaratan kerja. Dengan kata lain, latihan kerja berkaitan
dengan pengembangan profesionalisme tenaga kerja. Dalam kaitannya dengan peningkatan mutu
kerja, latihan kerja dapat berfungsi sebagai suplemen ataupun komplemen terhadap pendidikan
formal.

2. Pemagangan

Pemagangan adalah latihan kerja langsung ditempat kerja. Jalur pemagangan ini bertujuan untuk
memantapkan profesionalisme yang dibentuk melalui latihan kerja. Dengan bimbingan dan
pengalaman yang terus-menerus dalam dunia kerja maka profesionalisme tenaga kerja akan
dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan keterampilan yang dipelajari selama magang pada
suatu perusahaan.

3. Perbaikan gizi dan kesehatan

Perbaikan gizi dan kesehatan perlu dilaksanakan untuk mendukung ketahanan kerja dan
kemampuan belajar (kecerdasan) dalam menerima pengetahuan baru dan meningkatkan
semangat kerja. Selain peningkatan kemampuan teknis melalui jalur-jalur pengembangan sumber
daya manusia tersebut pula diupayakan agar tercipta manusia yang berkualitas dengan cirri taat
menjalankan agama, toleran dan saling menghargai sesama manusia, berwawasan kepentingan
nasional, produktif, disiplin, inivatif dan bertanggung jawab.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Penawaran tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja yang dapat disediakan oleh pemilik
tenaga kerja pada setiap kemungkinan upah dalam jangka waktu tertentu. Menurut Ananta
(1990) penawaran terhadap pekerja adalah hubungan antara tingkat upah dengan jumlah satuan
pekerja yang disetujui oleh pensuplai untuk ditawarkan. Jumlah satuan pekerja yang ditawarkan
tergantung pada beberapa faktor yang antara lain :

1. banyaknya jumlah penduduk,

2. presentase penduduk yang berada dalam angkatan kerja,

3. dan jam kerja yang ditawarkan oleh angkatan kerja

Dapat dikatakan ketenagakerjaan di Indonesia hingga kini masih menghadapi beberapa


ketidakseimbangan baik struktural ataupun sektoral. Walaupun telah terjadi pergeseran namun
sebagian besar angkatan kerja Indonesia masih bekerja di sektor pertanian. Dalam hubungan ini,
maka salah satu sasaran yang perlu diusahakan adalah meningkatkan daya guna tenaga kerja.
Untuk mewujudkan pendayagunaan tenaga kerja maka perlu dilaksanakan berbagai
kebijaksanaan perluasan lapangan kerja produktif. Sasaran utama kebijaksanaan adalah
menciptakan kondisi dan suasana yang bukan saja memberi ruang gerak inisiatif yang
sebesarbesarnya kepada para pelaku ekonomi tetapi juga sekaligus mendorong serta membantu
perkembangan usaha-usaha kecil, usaha-usaha di sektor informal dan usaha-usaha tradisional.
Permintaan Tenaga kerja, Penawaran Tenaga Kerja Serta Upah secara teoretis harus diperhatikan
agar kebijakan-kebijakan yang dilakukan mendekati tujuan yang diinginkan.

Saran

Kami mohon maaf jika dalam makalah kami masih banyak kekurangan dan kesalahan,
maka kami sarankan kepada para pembaca untuk membaca referensi lainnya agar para pembaca
dapat memahami lebih jauh dan memberikan wawasan yang lebih luas tentangPenawaran
Tenaga Kerja Di Indonesia Dan Pembahasan Kasus Penawaran Kerja
DAFTAR PUSTAKA

Simanjuntak, Payaman. 2001. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia. Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.

Wahyono,Budi.2012. Penawaran tenaga kerja. Disitat pada website:


http://www.pendidikanekonomi.com/2012/06/penawaran-tenaga-kerja.html

Sumarsono, Sonny. 2003. Ekonomi Manajemen Sumber Daya Manusia dan Ketenagakerjaan,
penerbit graha ilmu, Jember.

Yudi sc.2010. Studi kasus tenaga kerja Indonesia (TKI). Disitat dari web: http://yudi-
memories.blogspot.co.id/2010/11/studi-kasus-tenaga-kerja-indonesia-tki.html

Afrina, Eka.2012. Pembangunan Social (Studi Kasus Tenaga Kerja Indonesia). Disitat pada
website:http://sayaekaafrina.blogspot.co.id/2012/11/pembangunan-sosial-studi-kasus-
tenaga.html

Ailia, Wahyu Dedis.2013. Interaksi Permintaan Dan Penawaran Tenaga Kerja. Disitat dari
website: http://wadeau.blogspot.co.id/2013/11/interaksi-permintaan-dan-penawaran.html

Bellante, Don and Jackson, Mare. (1990). Ekonomi Ketenagakerjaan, LPFE UI, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai