Anda di halaman 1dari 15

Jenis-Jenis Ikan Nilai Ekonomis Tinggi

Adapun jenis-jenis ikan bernilai ekonomis tinggi


1. Ikan Tuna Sirip Kuning (Thunnus albacares)

Nama Nasional : Tongkol


Nama Internasional : Yellow fin tuna
Nama Ilmiah : Thunnus albacares

Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Teleostei
Ordo : Perciformes
Famili : Scombridae
Genus : Thunnus
Spesies : Thunnus albacore

Habitat
Tuna sirip kuning termasuk ikan epipelagis yang terdapat di atas lapisan
termoklin (diatas 100m) di Indonesia banyak terdapat di daerah maluku utara.

Ciri-ciri morfologi
Termasuk ikan epipelagis. Tubuh yang berukuran besar, berbentuk
fusiform (torpedo), sedikit kompres dari sisi ke sisi. Jari-jari insang 26-34 pada
lengkuangan pertama. Memiliki dua sirip dorsal/punggung, sirip depan biasanya
pendek dan terpisah oleh celah yang kecil dari sirip belakang. Mempunyai jari-jari
sirip tambahan (finlet) 8-10 finlet dibelakang sirip punggung dan sirip anal 7-10
finlets. Memiliki sisip pelvik yang kecil. Karakteristik yang membedakan ikan
ekor kuning dari spesies yang lain adalah sirip anal dan dorsal yang memanjang
pada ukuran ikan yang besar. Ikan ekor kuning merupakan ikan kedua terbesar
dari spesies tuna yang ada. Ikan ekor kuning dapat mencapai total panjang 2,80
meter dan berat maksimum 400 kg sehingga sangat populer. Umumnya memiliki
panjang cagak 150 cm. Rata-rata umur ikan adalah 8 tahun. Tuna termasuk
perenang cepat dengan kecepatan mencapai 80 km/jam dan terkuat di antara ikan-
ikan yang berangka tulang. Mereka mampu membengkokan siripnya lalu
meluruskan tubuhnya untuk berenang cepat. Ikan ini memakan ikan kecil,
krustacea, pelagik dan epipelagik moluska (Miazwir, 2012).

2. Ikan Gabus (Channa striata)

Nama Nasional : Gabus


Nama Internasional : Snakehead fish
Nama Ilmiah : Channa striata

Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Famili : Channidae
Genus : Channa
Spesies : Channa striata

Habitat
Ikan gabus umumnya didapati pada perairan dangkal seperti sungai dan
rawa dengan kedalaman 40 cm dan cenderung memilih tempat yang gelap,
berlumpur, berarus tenang, ataupun wilayah bebatuan untuk bersembunyi. Channa
merupakan jenis ikan air tawar dengan 30 spesies yang tersebar dari Afrika hingga
Asia. Di Asia spesies ini tersebar dari Afghanistan, Pakistan bagian barat, Nepal
bagian selatan, India, Bangladesh, Srilangka, Myanmar, Indo-China, Cina, Jepang,
Taiwan, Philipina, Malaysia, Singapura, dan Indonesia bagian barat

Ciri-ciri morfologi
Tubuh ikan gabus umumnya berwarna coklat sampai hitam pada bagian
atas dan coklat muda sampai keputihputihan pada bagian perut. Kepala agak pipih
dan bentuknya seperti ular dengan sisik-sisik besar di atas kepala, oleh sebab itu,
dijuluki sebagai “snake head”. Sisi atas tubuh ikan gabus dari kepala hingga ke
ekor berwarna gelap, hitam kecoklatan atau kehijauan. Sisi bawah tubuh berwarna
putih mulai dagu ke belakang. Sisi samping bercoret tebal (striata, bercoret-coret)
dan agak kabur, warna tersebut seringkali menyerupai lingkungan sekitarnya.
Mulut ikan gabus besar, dengan gigi-gigi yang tajam. Sirip punggung memanjang
dengan sirip ekor membulat di bagian ujungnya (Listyanto dan Andriyanto. 2009).

3. Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis)

Nama Nasional : Cakalang


Nama Internasional : Skipjack tuna
Nama Ilmiah : Katsuwonus pelamis

Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Vertebrata
Kelas : Teleostoi
Ordo : Perciformes
Famili : Scombridae
Genus : Katsuwonus
Spesies : Katsuwonus pelamis

Habitat
Suhu yang ideal untuk ikan cakalang adalah 26°C – 32°C dan salinitas
33%. Ikan cakalang menyebar luas diseluruh perairan sub tropis dan tropis,
Anatara lain lautan hindia, atlantik dan pasifik kecuali lautan mediterania. Pada
siang hari biasanya ikan cakalang berada dikedalaman 260 meter dan pada malam
hari ikan cakalang biasanya akan muncul kepermukaan.

Ciri-ciri morfologi
Ikan cakalang termasuk jenis ikan tuna famili Scombridae, species
(K.pelamis). Ciri-ciri morfologi cakalang yaitu tubuh berbentuk fusiform,
memanjang dan agak bulat, tapis insang (gill rakers) berjumlah 53- 63 pada helai
pertama. Mempunyai dua sirip punggung yang terpisah. Pada sirip punggung yang
pertama terdapat 14-16 jari-jari keras, jari-jari lemah pada sirip punggung kedua
diikuti oleh 7-9 finlet. Sirip dada pendek, terdapat dua flops diantara sirip perut.
Sirip anal diikuti dengan 7-8 finlet. Badan tidak bersisik kecuali pada barut badan
(corselets) dan lateral line terdapat titik-titik kecil. Bagian punggung 6 berwarna
biru kehitaman (gelap) di sisi bawah dan 6 perut keperakan, dengan 4-6 buah
garis-garis berwarna hitam yang memanjang pada bagian samping badan
(Yanglera dkk., 2016).

4. Ikan Mujair (Oreochromis mossambicus)


Nama Nasional : Mujair
Nama Internasional : Tilapia fish
Nama Ilmiah : Oreochromis mossambicus

Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Famili : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis mossambicus

Habitat
Ikan mujair hidup secara berkelompok. Tempat hidup ideal untuk ikan
mujair adalah di perairan tenang seperti bendungan, sungai dan danau air tawar.
Ikan mujair memiliki toleransi tinggi terhadap kadar garam dalam air (salinitas),
sehingga masih dapat bertahan hidup di air payau. Dapat hidup di air dengan
kandungan amoniak di atas rata-rata ataupun dengan kandungan oksigen terbatas

Ciri-ciri morfologi
Ikan mujair dibedakan menjadi beberapa jenis, antara lain mujair biasa,
mujair merah dan mujair albino. Berdasarkan warna sisik, ikan ini dapat
dibedakan ke dalam empat varitas, yaitu mujair dengan warna sisik abu-abu,
abuabu bercak putih, putih hitam dan merah. Mulutnya agak besar dan
mempunyai gigi-gigi yang halus. Letak mulut terminal atau di ujung tubuh. Posisi
sirip perut terhadap sirip dada adalah thoracic. Linea lateralis tidak sempurna atau
terputus menjadi dua bagian. Jumlah sisik pada garis rusuk bagian atas 18 - 21
buah dan pada garis rusuk bagian bawah ada 10 - 15 buah. Sirip dada dan sirip
perut berwarna hitam kemerahan, sedangkan sirip punggung dan sirip ekor
berwarna kemerah-merahan pada ujungujungnya. Ciri-ciri yang perlu diperhatikan
untuk membedakan induk jantan dan induk betina yaitu pada betina terdapat tiga
buah lubang pada urogenital, yaitu dubur, lubang pengeluaran telur dan lubang
urin. Ujung sirip berwarna pucat kemerahmerahan, warna perut lebih putih, warna
dagu putih, dan jika perut ditekan tidak mengeluarkan cairan (Islami, 2017).

5. Ikan Belut (Monopterus albus)

Nama Nasional : Belut


Nama Internasional : Eel
Nama Ilmiah : Monopterus albus

Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Vertebrata
Kelas : Pisces
Ordo : Synbranchoidea
Famili : Synbranchoidae
Genus : Monopterus
Spesies : Monopterus albus

Habitat
Habitat belut adalah di air tawar, seperti sungai, danau, rawa - rawa dan
sawah, serta dan menyenangi tempat yang dangkal. Belut menyukai perairan yang
banyak mengandung lumpur seperti sawah, rawa- rawa, kolam ikan, dan
pinggiran danau. Belut menyukai perairan tersebut, karena belut merendam atau
mengubur diri dalam lumpur. Oleh karena itu, belut spesies Monopterus albus/
Fluta alba dikenal sebagai belut sawah karena populasi terbesarnya terdapat di
sawah.

Ciri-ciri morfologi
Tubuh belut hampir menyerupai ular, yaitu gilig (silindris) memanjang,
tidak bersisik, hanya dilapisi kulit yang hampir mirip dengan plastik. Kulit belut
berwarna kecoklatan, mulut dilengkapi dengan gigi-gigi runcing kecil-kecil
berbentuk kerucut dengan bibir berupa lipatan kulit yang lebar di sekitar mulut.
Belut merupakan kelompok air breathing fishes, yaitu ikan yang mampu
mengambil oksigen langsung dari udara selama musim kering tanpa air di
sekelilingnya. Belut memiliki alat pernapasan tambahan yakni berupa kulit tipis 4
berlendir yang terdapat di rongga mulut. Alat tersebut berfungsi menyerap
oksigen secara langsung dari udara (Santoso, 2014).
Belut beraktivitas pada malam hari (nocturnal) dan cenderung
bersembunyi di lubang atau di celah-celah tanah liat. Belut memangsa berbagai
jenis serangga dan merupakan predator bagi berbagai jenis hewan kelas ikan,
cacing-cacingan, siput, dan hewan kecil yang hidup di perairan. Belut termasuk
hewan hemaprodit protogini, yaitu sebutan bagi ikan yang mengalami masa hidup
sebagai betina pada awalnya dan kemudian berubah menjadi jantan. Belut
memiliki kelenjar kelamin (gonad) yang mampu melakukan proses diferensiasi,
dari fase betina ke fase jantan (Santoso, 2014).

6. Ikan Bandeng (Chanos chanos)


Nama Nasional : Bandeng
Nama Internasional : Milk fish
Nama Ilmiah : Chanos chanos

Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Osteichthyes
Ordo : Malacopterygii
Famili : Chanidae
Genus : Chanos
Spesies : Chanos chanos

Habitat
Ikan bandeng termasuk jenis ikan eurihaline, dimana dapat hidup pada
kisaran kadar garam yang cukup tinggi (0 – 140 promil). ikan bandeng dapat
hidup di daerah tawar (kolam/sawah), air payau (tambak), dan air asin (laut).
Ketika mencapai usia dewasa, ikan bandeng akan kembali ke laut untuk
berkembang biak. Ikan bandeng merupakan jenis ikan laut yang daerah
penyebarannya meliputi daerah tropika dan sub tropika (Pantai Timur Afrika, Laut
Merah sampai Taiwan, Malaysia, Indonesia dan Australia). Di Indonesia
penyebaran ikan bandeng meliputi sepanjang pantai utara Pulau Jawa, Madura,
Bali, Nusa Tenggara, Aceh, Sumatra Selatan, Lampung, Pantai Timur Kalimantan,
sepanjang pantai Sulawesi dan Irian Jaya (Aqil, 2010).

Ciri-ciri morfologi
Ikan Bandeng (Chanos chanos) termasuk dalam famili Chanidae (Milk
Fish) yaitu jenis ikan yang mempunyai bentuk memanjang, padat, pipih
(compress) dan oval. Memiliki tubuh yang panjang, ramping, padat, pipih, dan
oval. menyerupai torpedo. Ukuran kepala seimbang dengan ukuran tubuhnya,
berbentuk lonjong dan tidak bersisik. Bagian depan kepala (mendekati mulut)
semakin runcing. Sirip dada ikan bandeng terbentuk dari lapisan semacam lilin,
berbentuk segitiga, terletak dibelakang insang disamping perut. Sirip punggung
pada ikan bandeng terbentuk dari kulit yang berlapis dan licin, terletak jauh
dibelakang tutup insang dan berbentuk segiempat. Sirip punggung tersusun dari
tulang sebanyak 14 batang. Sirip ini terletak persis pada puncak punggung dan
berfungsi untuk mengendalikan diri ketika berenang. Sirip perut terletak pada
bagian bawah tubuh dan sirip anus terletak di bagian depan anus. Di bagian paling
belakang tubuh ikan bandeng terdapat sirip ekor berukuran paling besar
dibandingkan sirip - sirip lain (Aqil, 2010).

7. Ikan Selar (Selar crumenophthalmus)

Nama Nasional : Selar


Nama Internasional : Mackerel
Nama Ilmiah : Selar crumenophthalmus

Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Famili : Carangidae
Genus : Selar
Spesies : Selar crumenophthalmus

Habitat
Ikan selar (Selar crumenophthalmus) hidup di perairan pantai yang dekat
dengan terumbu karang pada kedalaman 0-170 m. Ikan selar (Selar
crumenophthalmus) merupakan ikan pelagis dan termasuk ikan karnivora. Ikan ini
aktif mencari makan pada malam hari atau nokturnal makanannya berupa larva
ikan Clupeidae, Balistidae, Serranidae, Leptocephal, larva kepiting Megalops,
Decapoda, Foraminifera, Cephalopoda yaitu gurita. Penyebaran ikan ini sangat
luas pada daerah beriklim tropis dan sub tropis yaitu di Indonesia, Thailand, India,
Karibia, Hawaii (Waluyo, 2014).

Ciri-ciri morfologi
Ikan selar merupakan bagian dari famili Carangidae dimana tubuhnya
berbentuk compressed, tipe sisik pada kebanyakan spesies adalah cycloid tetapi
ada juga yang ctenoid. Warna tubuh pada bagian dorsal biru kehijauan, pada
bagian ventral silver keputihan, dengan garis kuning membujur yang membatasi
dari opercle sampai peduncle. Panjang maksimum sampai 70 cm (Waluyo, 2014).

8. Ikan Haring atau Herring (Clupea harengus)


Nama Nasional : Haring atau Herring
Nama Internasional : Herring
Nama Ilmiah : Clupea harengus

Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Clupeiformes
Famili : Clupeidae
Genus : Clupea
Spesies : Clupea harengus

Habitat
Ikan haring juga kadang ditemukan di India, di Laut Arab, Samudera
Hindia dan Teluk Benggala.

Ciri-ciri morfologi
Memiliki warna perak. Sirip punggung tunggal lembut yang tanpa duri.
Tidak memiliki garis lateral. Memiliki rahang bawah yang menonjol. Bentuk
tubuh seperti torpedo. Bentuk kepala lebih kecil bila dibandingkan dengan
tubuhnya. Ikan yang berminyak ini juga mempunyai sejarah panjang sebagai suatu
ikan makanan yang penting, dan seringkali diasinkan, diasapkan, atau diasamkan.

9. Ikan Gurame (Osphronemus gouramy)


Nama Nasional : Gurame
Nama Internasional : Carp
Nama Ilmiah : Osphronemus gouramy

Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Ordo : Labyrinthici
Famili : Anabantidae
Genus : Osphronemus
Spesies : Osphronemus gouramy

Habitat
Habitat gurame adalah sepanjang aliran sungai atau danau. Sungai menjadi
tempat berkembang biak paling digemari dan menjadi tempat persembunyian
paling aman dari predator lainnya. Ikan gurame biasanya bersembunyi di bawah
ranting-ranting pohon atau di balik semak-semak pinggiran sungai untuk
melindungi dirinya dari predator ataupun pemancing.

Ciri-ciri morfologi
Ikan gurame memiliki alat pernafasan tambahan yaitu berupa selaput
tambahan berbentuk tonjolan pada tepi atas lapisan insang pertama yang biasa
disebut labyrinth. Gurame memiliki bentuk badan yang agak panjang, pipih dan
tertutup sisik yang berukuran besar serta terlihat kasar dan kuat. Gurame memiliki
lima buah sirip, yaitu sirip perut, sirip dubur, sirip punggung, sirip ekor dan sirip
dada. Sirip punggung tidak begitu panjang, atau pendek dan berada hampir di
bagian belakang tubuh. Sirip dada berukuran kecil dan berada di belakang tutup
insang. Sirip perut juga kecil berada di bawah sirip dada. Sirip ekor berada dibel
akang tubuh dengan bentuk bulat. Sirip dubur panjang, mulai dari belakang sirip
perut hingga pangkal bawah sirip ekor (Rachmatika, 2010).

10. Ikan Salem (Scomber japonicus)

Nama Nasional : Salem


Nama Internasional : Salmon
Nama Ilmiah : Scomber japonicus

Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Famili : Scombridae
Genus : Scomber
Spesies : Scomber japonicus

Habitat
Habitat ikan Scomber japonicus yaitu pada perairan pantai, terumbu
karang, hidup secara menyendiri atau bergerombol kecil. Scomber japonicus
merupakan ikan pelagis pantai yang hidup di zona epipelagic sampai mesopelagic,
dimana banyak ditemukan di kedalaman 50-300 m. Pada siang hari, ikan ini tetap
berada di bagian bawah laut dengan kedalaman sekitar 300 m, sedangkan pada
malam hari secara bergerombol naik ke permukaan laut untuk memakan
euphausida, kopepoda, amphipoda, engraulidae dan cumi-cumi (Pradipta, 2014).

Ciri-ciri morfologi
Secara umum ikan Scomber japonicus memiliki tubuh berbentuk
compressed dan mempunyai batang ekor yang ramping. Ikan salem mempunyai
gigi-gigi kecil yang runcing pada rahang atas dan bawah, deretan gigi serupa juga
terdapat di langit-langit mulut. Perbedaan ikan salem dengan ikan jenis mackerel
lainnya terletak pada bagian dorsal tubuhnya yang mempunyai pita serong yang
bergelombang berwarna hitam. Ikan salem mempunyai panjang rata-rata 15-50
cm. Berdasarkan ukurannya ikan salem dibagi menjadi tiga kategori, antara lain
kategori juvenil ( dibawah 15 cm), muda (15-28 cm), dan dewasa (diatas 28 cm)
(Pradipta, 2014).

DAFTAR PUSTAKA

Aqil, D. I. 2010. Pemanfaatan Plankton sebagai Sumber Makanan Ikan Bandeng


(Chanos chanos) di Waduk IR. H. Juanda, Jawa Barat. Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Islami, N. 2017. Analisis Kadar Logam Berat Timbal (Pb) dan Cadmium (Cd)
Pada Ikan Mujair (Oreochromis mossambicus) di Sungai Tambak Oso
Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo dan Implementasinya Sebagai
Bahan Ajar Materi Pencemaran Lingkungan Di SMA. Universitas
Muhammadiyah, Surabaya.
Listyanto, N dan S. Andriyanto. 2009. Ikan Gabus (Channa striata) Manfaat
Pengembangan dan Alternatif Teknik Budidayanya. Media Akuakultur. 4
(1).
Miazwir, 2012. Analisis Aspek Biologi Reproduksi Ikan Tuna Sirip Kuning
(Thunnus albacares) yang Tertangkap di Samudera Hindia. Universitas
Indonesia, Depok.
Pradipta, R. E. 2014. Identifikasi dan Prevalensi Cacing pada Saluran Pencernaan
Ikan Salem (Scomber japonicus) di Pangkalan Pendaratan Ikan Muara
Angke Jakarta Utara. Universitas Airlangga, Surabaya.
Rachmatika, I. 2010. Taksonomi dan Habitat Ikan Gurame Sungai Osphronemus
septemfasciatus Roberts, 1992. Jurnal Ikhtiologi Indonesia. 10 (2): 145-
151.
Santoso, R. 2014. Penambahan Atraktan yang Berbeda dalam Pakan Buatan Pasta
terhadap Pertumbuhan dan Feed Convertion Ratio Belut (Monopterus
albus) dengan Sistem Resirkulasi. Universitas Airlangga, Surabaya.
Waluyo, S. P. 2014. Identifikasi dan Prevalensi Isopoda pada Ikan Selar (Selar
crumenophthalmus) di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Panarukan
Situbondo Jawa Timur. Universitas Airlangga, Surabaya.
Yanglera, A., A. I. Nur dan A. Mustafa. 2016. Studi Beberapa Karakteristik
Biologi Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) di Perairan Menui
KepulaUAN Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah. Jurnal Manajemen
Sumber Daya Perairan. 1 (3): 285-298.

Anda mungkin juga menyukai