Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Sejarah dan perkembangan Ilmu Forensik tidak dapat dipisahkan dari sejarah dan
perkembangan hukum acara pidana. Sebagaimana diketahui bahwa kejahatan yang terjadi
di muka bumi ini sama usia tuanya dengan sejarah manusianya itu sendiri. Luka
merupakan salah satu kasus tersering dalam Ilmu Kedokteran Forensik. Luka bisa terjadi
pada korban hidup maupun korban mati. Dalam ilmu perlukaan dikenal trauma tumpul dan
trauma tajam. Luka merupakan kerusakan atau hilangnya hubungan antara jaringan
(discontinuous tissue) seperti jaringan kulit, jaringan lunak, jaringan oto, jaringan
pembuluh darah, jaringan saraf dan tulang.1

Traumatologi adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang luka dan cedera serta
hubungannya dengan berbagai kekerasan (ruda paksa). Luka merupakan suatu keadaan
ketidaksinambungan jaringan tubuh akibat kekerasan. Berdasarkan sifat serta penyebabnya,
kekerasandibedakan atas kekerasan yangbersifat mekanik yaitu kekerasan oleh benda
tajam, kekerasan oleh benda tumpul dantembakan senjata api. Kekerasan yang bersifat fisik
yaitu suhu, listrik dan petir, perubahan tekanan udara, akustik dan radiasi sedangkan yang
bersifat kimia yaitu asam atau basa kuat. Luka yang dapat dikategorikan sebagai luka
tumpul yaitu memar (kontusio, hematom), luka lecet (abrasi, ekskoriasi), luka terbuka/
robek (laserasi).2

Data menunjukkan bahwa cedera sudah menjadi masalah utama kesehatan


masyarakat di seluruh negara dan lebih dari dua per tiga dialami oleh negara berkembang.
Di Indonesia, sebagian besar penyebab cedera diakibatkan oleh kecelakaan lalu lintas dan
kekerasan dalam rumah tangga. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI menunjukkan bahwa memar

1
merupakan salah satu proporsi terbesar dari luka yang diakibatkan oleh kecelakaan lalu
lintas yaitu sebesar 49%.6Sedangkan dalam kekerasan rumah tangga, menurut hasil
penelitian yang dilakukan oleh Universitas Riau di RS. Bayangkara, menyebutkan bahwa
jenis luka memar merupakan jenis luka yang paling banyak ditemukan dalam kekerasan
rumah tangga yaitu sebesar 79,3%.1,2

Menurut data dari Rumah Sakit Bhayangkara, Makassar, dari tahun 2009-2010:55%
dan tahun 2010-2011: 60% dari seluruh kasusforensik dan insiden perlukaan, jenis memar
menempati urutan tertinggi dari jenis perlukaan. 8Pemeriksaan luka yang dilakukan dokter
berkaitan dengan .9 Walaupun pada undang-undang tidak dijelaskan tentang umur luka,
namun secara tidak langsung bahwa pengungkapan kebenarantermasuk di dalamnya umur
lukasangat penting pada pemeriksaan,sehingga penyidik sering meminta bantuan dokter
untuk menentukan kapan luka memar terjadi. Hal ini menjadi tantangan bagi dokter untuk
dapatmemperkirakan dan menentukan kapan memar terjadi mengingat korban yang
datangke dokter,datang dengan kondisi yang berbeda-beda.1,2

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI

Traumatologi berasal dari kata trauma dan logos. Trauma berarti kekerasanatas
jaringan tubuh yang masih hidup, sedang logos berarti ilmu. Traumatologi adalah cabang
ilmu kedokteran yang mempelajari tentang trauma atau perlukaan, cedera serta
hubungannya dengan berbagai kekerasan (ruda paksa), yang kelainannya terjadi pada tubuh
karena adanya diskontinuitas jaringan akibat kekerasan yang menimbulkan jejas.3

2.2 ETIOLOGI

Kekerasan yang mengenai tubuh seseorang dapat menimbulkan efek pada fisik maupun
psikisnya. Efek fisik berupa luka- luka yang kalau di periksa dengan teliti akan dapat di
ketahui jenis penyebabnya, yaitu: 4
1.Benda-benda mekanik
2.Benda-benda fisik
3.Kombinasi benda mekanik dan fisik
4.Zat-zat kimia korosif

Dalam ilmu perlukaan dikenal trauma tumpul dan trauma tajam;

1. Benda - benda mekanik


a. Trauma Benda Tajam

Trauma benda tajam atau Trauma tajam ialah suatu ruda paksa yang
mengakibatkan luka pada permukaan tubuh oleh benda-benda tajam. Ciri-ciri umum
dari luka benda tajam adalah sebagai berikut :

3
1) Garis batas luka biasanya teratur, tepinya rata dan sudutnya runcing
2) Bila ditautkan akan mejadi rapat (karena benda tersebut hanyamemisahkan ,
tidak menghancurkan jaringan) dan membentuk garislurus dari sedikit lengkung.
3) Tebing luka rata dan tidak ada jembatan jaringan.
4) Daerah di sekitar garis batas luka tidak ada memar.

Trauma tajam dikenal dalam tiga bentuk pula yaitu luka iris atau luka sayat (vulnus
scissum), luka tusuk (vulnus punctum) dan luka bacok (vulnus caesum)

1) Luka sayat
Luka sayat ialah luka karena alat yang tepinya tajam dan timbulnya luka oleh
karena alat ditekan pada kulit dengan kekuatan relatif ringan kemudian
digeserkan sepanjang kulit. Ciri luka sayat :
a) Pinggir luka rata
b) Sudut luka tajam
c) Rambut ikut terpotong
d) Jembatan jaringan
e) Biasanya mengenai kulit, otot, pembuluh darah, tidak sampai

4
2) Luka tusuk
Luka tusuk ialah luka akibat alat yang berujung runcing danbermata tajam atau
tumpul yang terjadi dengan suatu tekanantegak lurus atau serong pada
permukaan tubuh. Contoh:
- Belati
- bayonet
- keris-Clurit
- Kikir
- Tanduk kerbau

5
Ciri luka tusuk (misalnya senjata pisau / bayonet) :
 Tepi luka rata
 Dalam luka lebih besar dari panjang luka
 Sudut luka tajam
 Sisi tumpul pisau menyebabkan sudut luka kurang tajam
 Sering ada memar / echymosis di sekitarnya

3) Luka bacok
Luka bacok ialah luka akibat benda atau alat yang berat dengan mata tajam atau
agak tumpul yang terjadi dengan suatu ayunan disertai tenaga yang cukup besar.
Contoh : pedang, clurit, kapak,baling-baling kapal.

Ciri - ciri luka bacok :


 Luka biasanya besar
 Pinggir luka rata
 Sudut luka tajam
 Hampir selalu menimbulkan kerusakan pada tulang, dapatmemutuskan bagian tubuh
yang terkena bacokan
 Kadang-kadang pada tepi luka terdapat memar, aberasi

6
b. Trauma benda tumpul 4

Trauma tumpul ialah suatu ruda paksa yang mengakibatkan luka padapermukaan
tubuh oleh benda-benda tumpul. hal ini disebabkan olehbenda-benda yang mempunyai
permukaan tumpul, seperti batu, kayu,martil, terkena bola, ditinju, jatuh dari tempat
ketinggian, kecelakaanlalu-lintas dan lain-lain sebagainya. Trauma tumpul dapat
menyebabkan tiga macam luka yaitu:

1) Luka memar (contusio)

Memar merupakan salah satu bentuk luka yang ditandaioleh kerusakan jaringan
tanpa disertai diskontinuitas permukaan kulit. Kerusakan tersebut disebabkan oleh
pecahnya kapiler sehingga darah keluar dan meresap kejaringan di sekitarnya.

Mula-mula terlihat pembengkakan, berwarna merah kebiruan. Sesudah 4 sampai 5


hari berubah menjadi kuning ke hijauan dan sesudah lebih dari seminggu menjadi
kekuningan.

Pada orang yang menderita penyakit defisiiensi atau menderita kelainan darah,
kerusakan yang terjadi akibat trauma tumpul tersebut akan lebih besar di bandingkan pada
orang normal.

Oleh sebab itu, besar kecilnya memar tidak dapat di jadikan ukuran untuk
menentukan besar kecilnya benda penyebab nya atau kekerasan tidaknya pukulan. Pada wanita
atau orang - orang yang gemuk juga akan mudah terjadi memar.Dilihat sepintas lalu luka
memar terlihat seperti lebammaya, tetapi jika di periksa dengan seksama akan dapat dilihat
perbedaan perbedaanya, yaitu :

7
2) Luka lecet (abrasio)

Luka lecet adalah luka yang disebabkan oleh rusaknya atau lepasnya lapisan luar dari
kulit, yang ciri - cirinya adalah :

- Bentuk luka tak teratur


- Batas luka tidak teratur
- Tepi luka tidak rata
- Kadang - kadang di temukan sedikit perdarahan
- Permukaannya tertutup oleh krusta ( serum yang telahmongering )
- Warna coklat kemerahan
- Pada pemeriksan mikroskopik terlihat adanya beberapa bagianyang masih di
tutupi epitel dan reaksi jaringan (inflamasi)

Bentuk luka lecet kadang - kadang dapat memberi petunjuk tentang benda
penyebabnya; seperti misalnnya kuku, ban mobil,tali atau ikat pinggang. Luka lecet juga
dapat terjadi sesudahorang meninggal dunia, dengan tanda - tanda sebagai berikut :

- Warna kuning mengkilat


- Lokasi biasnya didaerah penonjolan tulang

8
Pemeriksaan mikroskopik tidak di temukan adanya sisa- siaepitel dan tidak di temukan
reaksi jaringan.

3) Luka robek (vulnus laceratum)

Luka terbuka / robek adalah luka yang disebabkan karena persentuhan dengan
benda tumpul dengan kekuatan yang mampu merobek seluruh lapisan kulit dan jaringan di
bawahnya, yang ciri - cirinya sebagai berikut :

- Bentuk garis batas luka tidak teratur dan tepi luka tak rata
- Bila ditautkan tidak dapat rapat ( karena sebagaian jaringan hancur )
- Tebing luka tak rata serta terdapat jembatan jaringan
- Di sekitar garis batas luka di temukan memar
- Lokasi luka lebih mudah terjadi pada daerah yang dekatdengan tulang ( misalnya
daerah kepala, muaka atau ekstremitas ).

Karena terjadinya luka disebabkan oleh robeknya jaringanmaka bentuk dari luka tersebut
tidak menggambarkan bentuk daribenda penyebabnya. Jika benda tumpul yang
mempunyaipermukaan bulat atau persegi dipukulkan pada kepala maka lukarobek yang
terjadi tidak berbentuk bulat atau persegi.

c. Trauma benda yang mudah pecah (kaca) 4

Kekerasan oleh benda yang mudah pecah (Contoh; kaca ), dapat mengakibatkan luka - luka
campuran; yang terdiri atas luka iris, luka tusuk dan luka lecet. Pada daerah luka atau
sekitarnya biasanya tertinggal fragmen-fragmen dari benda yang mudah pecah itu. Jika
yang menjadi penyebabnya adalah kaca mobil maka luka-luka campuran yang terjadi hanya
terdiri atas luka lecet dan luka iris saja,sebab kaca mobil sengaja dirancang sedemikian rupa
sehingga kalau pecah akan terurai menjadi bagian-bagian kecil.

9
2. Benda-benda Kekerasan fisik 4
adalah kekerasan yang disebabkan oleh benda-benda fisik, antara lain:
a. Benda bersuhu tinggi
Kekerasan oleh benda bersuhu tinggi akan dapat menimbulkan luka bakar yang
cirinya amat tergantung dari jenis bendanya, ketinggian suhunya serta lamanya
kontak dengan kulit. Api, benda padat panas atau membara dapat
mengakibatkan luka bakar derajat I, II, III, atauIV. Zat cair panas dapat
mengakibatkan luka bakar tingkat I, II, atauIII. Gas panas dapat mengakibatkan
luka bakar tingkat I, II, III, atauIV.

b. Benda bersuhu rendah


Kekerasan oleh hawa bersuhu dingin biasanya dialami oleh bagiantubuh yang
terbuka; seperti misalnya tangabn, kaki, telinga atauhidung. Mula-mula pada
daerah tersebut akan terjadi vasokonstriksipembuluh darah superfisial sehingga
terlihat pucat. Selanjutnya akanterjadi paralise dari vasomotor kontrol yang
mengakibatkan daerahtersebut menjadi kemerahan. Pada keadaan yang berat
dapat terjadigangren. Sengatan listrik Sengatan oleh benda bermuatan listrik
dapat menimbulkan luka bakarsebagai akibat berubahnya energi listrik menjadi
panas. Besarnyapengaruh listrik pada jaringan tubuh tersebut tergantung dari
besarnyategangan (voltase), kuatnya arus (amper), besarnya tahanan
(keadaankulit kering atau basah), lamanya kontak serta luasnya daerah
terkenakontak.Bentuk luka pada daerah kontak (tempat masuknya arus)
berupakerusakan lapisan kulit dengan tepi agak menonjol dan di
sekitarnyaterdapat daerah pucat, dikelilingi daerah.

c. Sengatan listrik
Sengatan oleh benda bermuatan listrik dapat menimbulkan luka bakar sebagai
akibat berubahnya energi listrik menjadi panas. Besarnya pengaruh listrik pada

10
jaringan tubuh tersebut tergantung dari besarnya tegangan (voltase), kuatnya
arus (amper), besarnya tahanan (keadaan kulit kering atau basah), lamanya
kontak serta luasnya daerah terkena kontak. Bentuk luka pada daerah kontak
(tempat masuknya arus) berupa kerusakan lapisan kulit dengan tepi agak
menonjol dan di sekitarnya terdapat daerah pucat, dikelilingi daerah hyperemis.
Sering ditemukan adanya metalisasi. Pada tempat keluarnya arus dari tubuh juga
sering ditemukan luka. Nahkan kadang-kadang bagian dari baju atau sepatu
yang dilalui oleh arus listrik ketika meninggalkan tubuh juga ikut terbakar.
Tegangan arus kurang dari 65 volt biasanya tidak membahayakan, tetapi
tegangan antara 65-1000 volt dapat mematikan. Sedangkan kuat arus (amper)
yang dapat mematikan adalah 100 mA. Kematian tersebut terjadi akibat fibrilasi
ventrikel, kelumpuhan otot pernafasan atau pusat pernafasan. Sedangkan faktor
yang sering mempengaruhi kefatalan adalah kesadaran seseorang akan adanya
arus listrik pada benda yang dipegangnya. Bagi orang-orang tidak menyadari
adanya arus listrik pada benda yang dipegangya biasanya pengaruhnya lebih
berat dibanding orang-orang yang pekerjaannya setiap hari berhubungan dengan
listrik.

d. Petir
Petir terjadi karena adanya loncatan arus listrik di awan yang tegangannya dapat
mencapai 10 mega volt dengan kuat arus sekitar 100.000 A ke tanah. Luka-luka
karena sambaran petir pada hakekatnya merupakan luka-luka gabungan akibat
listrik, panas dan ledakan udara. Luka akibat panas berupa luka bakar dan luka
akibat ledakan udara berupa luka-luka yang mirip dengan luka akibat
persentuhan dengan benda tumpul. Dapat terjadi kematian akibat efek arus
listrik yang melumpuhkan susunan saraf pusat, menyebabkan fibrilasi ventrikel.
Kematian juga dapat terjadi karena efek ledakan ataun efek dari gas panas yang
ditimbulkannya. Pada korban mati sering ditemukan adanya arborescent mark
(percabangan pembuluh darah terlihat seperti percabangan pohon), metalisasi

11
benda-benda dari logam yang dipakai. Pakaian korban terbakar atau robek-
robek.

e. Tekanan (barotrauma)
Trauma akibat perubahan tekanan pada medium yang ada di sekitar tubuh
manusia dapat menimbulkan kelainan atau gangguan yang sering disebut
disbarisme yang terdiri atas 2 macam yaitu:
1) Hiperbarik Sindrom ini disebabkan oleh karena tekanan tinggi, antara lain:
 Turun dari ketinggian secara mendadak: saat pesawat mendarat atau turun
gunung
 Berada didalam kedalaman air: pada penyelam bebas, scuba diving
(menyelam dengan tangki oksigen), snorkeling (menyelam dengan tube di
mulut) penyelam dengan pakaian khusus.
Gejala yang dapat ditimbulkan oleh perubahan tekanan tersebut dapat
berupa:
 Barotrauma pulmoner: pneumotoraks, emboli udara atau emfisema
interstisial.
 Barotalgia: rasa nyeri, membrana timpani pecah, perdarahan, vertigo atau
dizzines.
 Barodontalgia: pengumpulan gas yang menyebabkan rasa nyeri atau
bahkan meletus.
 Narkosis Nitrogen: amnesia atau disorientasi
2) Hipobarik
Sindroma ini disebabkan oleh perubahan tekanan rendah, antara lain:
 Naik ke tempat tinggi secara mendadak: saat pesawat mengudara atau saat
pesawat meluncur keluar angkasa.
 Berada di dalam ruang bertekanan rendah: misalnya di dalam
decompression chamber.

12
Gejala yang ditimbulkannya disebabkan oleh pembentukan dan
pengumpulan gelembung-gelembung udara di dalam jaringan lunak, rongga-
rongga atau organ-organ berongga. Gejala tersebut antara lain:
 Sendi-sendi terasa kaku disertai nyeri hebat
 Rongga dada dirasakan tercekik, sesak napas dan batuk yang hebat
 Gejala pada susunan syaraf tergantung letak emboli dan letak emfisema
subkutan
 Rongga perut terasa kembung
 Gigi-geligi terasa rasa nyeri (barodontalgia)

3. Kombinasi benda mekanik dan fisik 5

Luka akibat tembakan senjata api pada hakekatnya merupakan luka yang dihasilkan
oleh trauma benda mekanik (benda tumbul) dan benda fisik (panas), yaitu anak peluru
yang jalannya giroskopik (berputar/mengebor). Mengingat lapisan kulit mempunyai
elastisitas yang kurang baik dibandingkan lapisan di bawahnya maka jaringan yang hancur
akibat terjangan anak peluru lebih luas. Akibatnya, bentuk luka tembak masuk terdiri atas
lubang, dikelilingi oleh cincin lecet yang diameternya lebih besar. Diameter cincin lecet
tersebut lebih mendekati kaliber pelurunya.
Sedangkan luka akibat senjata yang tidak menggunakan mesiu sebagai tenaga
pendorong anak pelurunya (senjata angin), pada hakekatnya merupakan luka yang
disebabkan oleh persentuhan dengan benda tumpul saja. Ciri-ciri luka tembak amat
tergantung dari jenis senjata yang ditembakkan, jarak tembakan, arah tembakan serta
posisinya (sebagai tempat masuk atau keluarnya anak peluru).

13
4. Zat-zat kimia korosif 5

Zat-zat kimia korosif dapat menimbulkan luka-luka apabila mengenai tubuh


manusia. Ciri-ciri lukanya amat tergantung dari golongan zat kimia tersebut, yaitu:

a. golongan asam

Termasuk zat kimia korosif golongan asam antara lain:


 Asam mineral, yaitu: H2SO4, HCL, NO3
 Asam organik, yaitu: asam oksalat, asam formiat dan asam asetat
 Garam mineral, yaitu: AgNO3, dan Zinc Chlorida
 Halogen, yaitu: F, Cl, Ba dan J

Cara kerja zat kimia korosif dari golongan ini sehingga mengakibatkan luka ialah:
 Mengekstraksi air dari jaringan
 Mengkoagulasi protein menjadsi albuminat
 Mengubah hemoglobin menjadi acid hematin

Ciri-ciri dari luka yang terjadi akibat zat-zat asam korosif tersebut di atas ialah:
 Terlihat kering
 Berwarna coklat kehitaman, kecuali yang disebabkan oleh nitric acid erwarna kuning
kehijauan
 Perabaan keras dan kasar

14
b. golongan basa

Zat-zat kimia korosif yang termasuk golongan basa antara lain:


 KOH
 NaOH
 NH4OH

Cara kerja dari zat-zat tersebut sehingga menimbulkan luka ialah:


 Mengadakan ikatan dengan protoplasma sehingga membentuk alkaline albumin dan
sabun
 Mengubah hemoglobin menjadi alkaline hematin

Ciri-ciri luka yang terjadi sebagai akibat persentuhan dengan zat-zat ini adalah:
 Terlihat basah dan edematus
 Berwarna merah kecoklatan
 Perabaan lunak dan licin

2.3 WAKTU TERJADI KEKERASAN

Waktu terjadinya kekerasan merupakan hal yang sangat penting bagi keperluan
penuntutan oleh penuntut umum, pembelaan oleh penasehat hukum terdakwa serta untuk
penentuan keputusan oleh hakim. Dalam banyak kasus, informasi tentang waktu terjadinya
kekerasan itu akan dapat digunakan sebagai bahan analisa guna mengungkapkan banyak
hal, terutama yang berkaitan dengan alibi seseorang. Masalahnya ialah, tidak seharusnya
seseorang dituduh atau dihukum jika pada saat terjadinya tindak pidana ia berada di tempat
yang jauh dari tempat kejadian perkara. Dengan melakukan pemeriksaan yang teliti , akan
dapat ditentukan : 6

15
1. Luka antemortem dan post mortem

Jika pada tubuh jenazah ditemukan luka maka pertanyaanya ialah luka itu terjadi
sebelum atau sesudah mati. Untuk menjawab pertanyaan tersebut perlu dicari ada tidaknya
tanda – tanda intravital. Jika di temukan berarti luka terjadi sebelum mati dan demikian
pula sebaliknya. Tanda intravital itu sendiri pada hakekatnya merupakan tanda yang
menunjukan bahwa

a. Jaringan setempat masih hidup ketika terjadi trauma

Tanda – tanda bahwa jaringan yang terkena trauma masih dalam keadaan hidup ketika
terjadi trauma antara lain :
1) Retraksi jaringan
Terjadi karena serabut–serabut elastic dibawah kulit terpotong dan kemudian
mengkerut sambil menarik kulit di atasnya. Jika arah luka memotong serabut secara
tegak lurus maka bentuk luka akan menganga, tetapi jika arah luka sejajar dengan
serabut elastic maka bentuk luka tak begitu menganga.
2) Reaksi vaskuler
Bentuk reaksi vaskuler tergantung dari jenis trauma, yaitu :
- Pada trauma suhu panas, bentuk reaksi intravitalnya berupa : Eritema ( kulit
berwarna kemerahan ), vesikel atau bulla.
- Pada trauma neda keras dan tumpul, bentuk intravitas berupa kontusi atau memar
3) Reaksi mikroorganisme ( infeksi )
Jika tubuh dari orang yang masih hidup mendapat trauma dan meninggalkan luka
terbuka maka kuman – kuman kan masuk serta menimbulkan infeksi yang ciri –
cirinya sebagai berikut :
- Warna kemerahan
- Terlihat bengkak
- Terdapat pus
- Bila sudah lama terlihat danya jaringan granulasi

16
4) Reaksi biokimiawi
Jika jaringan yang masih hidup mendapat trauma maka pada daerah tersebut akan
terjadi aktivitas biokimiawi berupa :
- kenaikan kadar serotonin (kadar maksimal terjadi 10 menit sesudah trauma)
- Kenaikan kadar histamine ( kadar maksimal terjadi jadi 20-30 menit sesudah
trauma).
- Kenaikan kadar enzyme ( ATP, aminopeptidase, acid-phosphatase dan
alkali-phosphatase ) yang terjadi beberapa jam sesudah trauma sebagai
akibat dari mekanisme pertahanan jaringan.

b. Organ dalam masih berfungsi saat terjadi trauma

Jika organ dalam ( jantung atau paru – paru )masih dalam keadaan berfungsi ketika terjadi
trauma maka tanda – tandanya antara lain :

1) Perdarahan hebat ( profuse bleeding ) :

Trauma yang terjadi pada orang hidup akan menimbulkan perdarahan yang banyak
sebab jantung masih bekerja sehingga terus menerus memomp darah keluar lewat luka.
Berbeda sekali dengan trauma yang terjadi sesudah mati sebab keluarnya darah di sini
secara pasif karena pengaruh gravitasi sehingga jumlahnya tidak banyak. Perdarahan pada
luka intravital di bagi menjadi 2 yaitu perdarahan internal dan eksternal. Perdarahan
internal mudah dibuktikan karena darah tertampung di rongga badan ( rongga perut, rongga
dada, rongga panggul, rongga kepala dan kantong pericardium ) sehingga dapat di ukur
pada waktu otopsi. Sedangkan perdarahan eksternal (darah tumpah di tempat Sedangkan
perdarahan eksternal (darah tumpah di tempat kejadian) hanya dapat disimpulkan jika pada
waktu otopsi di temukan tanda- tanda anemis (muka dan organ-organ dalam pucat) disertai
tanda–tanda limpa melisut, jantung dan nadi utama tidak berisi darah.

17
2) Emboli udara

Terdiri atas emboli udara venosa ( pulmoner ) dan emboli udara arterial ( sistematik ).
Emboli udara venosa terjadi jika lumen dari vena yang terpotong tidak mengalami kolap
karena terfixir dengan baik, seperti vena jugularis eksterna atau subclavia. Udara akan
masuk ketika tekanan di jantung kanan negative. Gelembung udara yang terkumpul di
jantung kanan dapat terus menuju ke daerah paru – paru sehingga dapat mengganggu
fungsinya. Emboli arterial dapat terjadi sebagai kelanjutan dari emboli udara venosa pada
penderita foramen ovale persisten atau sebagai akibat dari tindakan pneumotoraks artificial
atau karena luka – luka yang menembus paru – paru. Kematian dapat terjadi akibat
gelembung udara masuk pembuluh darah koroner atau otak.

3) Emboli lemak

Emboli lemak terjadi pada trauma tumpul yang mengenai jaringan berlemaka atau
trauma yang mengakibatkan patah tulang panajang. Akibatnya, jaringan lemak akan
mengalami pencairan dan kemudian masuk kedalam pembuluh darah vena yang pecah
menuju atrium kanan, ventrikel kanan dan dapat terus menuju daerah paru – paru.

4) Pneumotorak

Jika dinding dada menderita luka tembus atau paru – paru menderita luka, sementara
paru – paru itu sendiri tetap berfungsi maka luka tersebut dapat berfungsi sebagai ventil.
Akibatnya, udara luar atau udara paru- paru akan masuk ke rongga pleura setiap inspirasi.
Semakin lama udara yang masuk ke rongga pleura semakin banyak yang pada akhirnya
akan menghalangi pengembangan paru – paru sehingga pada akhirnya paru – paru menjadi
kolap.

18
5) Emfisema kulit ( krepitasi kulit ).

Jika trauma pada dada mengakibatkan tulang iga patah dan menusuk apru – paru maka
pada setiap ekspirasi udara paru – paru dapat masuk kejaringan ikat di bawah. Pada palpasi
akan terasa ada krepitasi di sekitar daerah trauma. Keadaan seperti ini tidak mungkin terjadi
jika trauma terjadi sesudah orang meninggal dunia. Jika trauma terjadi sesudah orang
meninggal dunia maka kelainan – kelainan tersebut di atas tidak mungkin terjadi mengingat
pada saat itu jantung dan paru – parunya sudah berhenti bekerja.

2. Umur luka
Untuk mengetahui kapan terjadi kekerasan, perlu diketahui umur luka. Hanya saja,
tidak ada satupun metode yang dapat digunakan untuk menilai dengan tepat kapan suatu
kekerasan ( baik pada korban hidup atau pun mati ) dilakukan mengingat adanya factor
individual, penyulit ( misalnya infeksi, kelainan darah atau penyakit defisiensi ) serta factor
kualitas dari kekerasan itu sendiri. Kendati demikian ada beberapa cara dapat di gunakan
untuk memperkirakannya, yaitu dengan melakukan :

a. Pemeriksaan makroskopik
Pemeriksaan dengan mata telanjang atas luka dapat memperkirakan berapa umur
luka tersebut. Pada korban hidup, perkiraan di hitung dari saat trauma sampai saat di
periksa pada korban mati, mulai dari saat trauma sampai saat kematiaanya.

b. Pemeriksaan mikroskopik ( histology ).


Mengingat hasil makroskopik sangat variatif dan jauh dari ketepatan maka perlu di
lakukan pemeriksaan mikroskopik pada korban mati. Selain berguna bagi intravitalis luka,
pemeriksaan mikroskopik juga untuk menentukan umur luka secara lebih teliti. Caranya
ialah dengan mengamati perubahan – perubahan histologiknya Perubahan – peruabahan
histologik dari luka ini sangat di pengaruhi ada tidaknya infeksi. Perlu di ketahui bahwa
infeksi akan memperlambat proses penyembuhan luka. Peningkatan akitfitas adenosine

19
triphosphatase dan aminopeptidase dapat di lihat lebih dini, yaitu setengah jam setelah
trauma. Peningkatan aktifitas aminopeptidase dapat di lihat sesudah 2 jam, sedangkan
peningkatan acid phosphatase dan alkali phosphatase sesudah 4 jam.

2.4 CARA MELAKUKAN KEKERASAN

Untuk sejata tajam, cara senjata itu di gunakan dapat di bedakan, yaitu : 7

1. Diiriskan
Di iriskan mengandung pengertian bahwa mata tajam dari sejata tersebut di tekankan lebih
dahulu ke suatu bagian dari tubuh dakn kenudian di geser kearah yang sesuai dari senjata.
Luka yang di timbulkannya merupakan luka iris ( incised wound )yang ciri – cirinya :
 Sesuai ciri – ciri umum luka akibat senjata tajam
 Panjang luka lebih besar dari dalamnya luka.

2. Ditusukan
Artinya bagian dari senjata tajam di tembakkan pada suatu bagian dari tubuh dengan arah
tegak lurus atau miring kemudian ditekan kedalam tubuh sesuai arah tadi. Luka –luka yang
di timbulkannya merupaka luka tusuk ( stab wound ) yang ciri – cirinya :
 Sesuai ciri –ciri umum luka akibat senjata tajam
 Dalam luka lebih besar dari panjangnya luka.

3. Dibacokan
Mengandung perngertian bahwa senjata tajam yang ukurannya relative besar dan diayunkan
dengan tenaga yang kuat sehingga mata tajam dari senjata tersebut mengenai sautu bagian
dari tubuh. Tulang – tulang di bawahnya biasnya berfungsi sebgai bantalan sehingga ikut
menderita luka. Luka yang di timbulkannya merupakan luka bacok ( chop wound ) yang
ciri – cirinya :

20
 Sesuai ciri –ciri umum luka akibat senjata tajam
 Ukuran luka besar dan menganga
 Panjang luka kurang lebih sama dengan dalam luka
 Biasnya tulang tulang dibawahnya ikut menderita luka
Jika senjata yang di gunakan tidak begitu tajam maka disekitar garis batas luka
terdapat memar.

4. Di tembakan
Untuk senjata api, cara senjata itu di tembakan juga dapat di tentukan,
yaitu :

a. Secara tegak lurus atau miring

b. Dengan jarak tembak temple, dekat, sedang atau jauh


Jika di tembakan tegak lurus kearah permukaan tubuh maka ciri –
cirinya :
1) Letak lubang luka terhadap cincin lecet konsentris luka di tembakan secara miring
kearah permukaan tubuh maka ciri- cirinya :
 Letak lubang luka terhadap cincin lecet episentris

2) Jika di tembakan dengan jarak kontak maka luka yang terjadi mempunyai ciri – ciri :
 Bentuknya seperti bintang (cruriform )
 Terlihat memar berbetuk sirkuler akibat hentakan balik dari moncong senjata.

3) Jika di tembakan dengan jarak dekat ( 1 inci – 2 kaki ) maka ciri – ciri dari luka yang
terjadi adalah :
 Berupa lubang berbentuk bulat yang di kelilingi cincin lecet
 Terdapat produk dari mesiu ( tattoo, sisa – sisa mesiu atau jelaga )

21
4) Jika di tembakan dengan jarak jauh ( lebih 2 kaki ) maka luka yang terjadi mempunyai
ciri – ciri :
 Berupa lubang berbentuk bulat yang di kelilingi cincin lecet
 Tidak di temukan produk mensiu

2.5 AKIBAT TRAUMA 7

1. Aspek medik

Konsekuensi dari luka yang di timbulkan oleh trauma dapat berupa :


a. Kelainan fisik / organic
Bentuk dari kelainan fisik atau organic ini dapat berupa :
 Hilangnya jaringan atau bagian dari tubuh
 Hilangnya sebagaian atau seluruh organ tertentu

b. Gangguan fungsi dari organ tubuh tertentu


Bentuk dari gangguan fungsi tergantung dari organ atau bagaian tubuh yang terkena
trauma. Contoh dari gangguan fungsi antara lain lumpuh, buta, tuli atau terganggunya
fungsi organ – organ dalam.

c. Infeksi
Seperti di ketahui bahwa kulit atau membrane mukosa merupakan barier terhadap
infeksi. Bila kulit atau membrane tersebut rusak maka kuman akan masuk lewat pintu ini.
Bahkan kuman dapat masuk lewat daerah memar atau bahkan irritasi akibat benda yang
terkontaminasi oleh koman. Jenis kuman dapat berupa streptococcus, staphylococcus,
echeria coli, proteus vulgaris, clostridium tetani serta kuman yang menyebabkan gas
gangrene.

22
d. Penyakit
Trauma sering di anggap sebagai precipitating factor terjadinya penyakit jantung
walaupun hubungan kausalnya sulit diterangkan dan masih dalam kontroversi.

e. Kelainan psikis
Trauma, meskipun tidak menimbulkan kerusakan otak, kemungkinan dapat menjadi
precipitating factor bagi terjadinya kelainan mental yang spketrumnnya amat luas; yaitu
dapat berupa compensational neurosis, anxiety neurosis, dementia praecox primer
(schizophrenia ), manic depressive atau psikosis. Kepribadian serta potensi individu untuk
terjadinya reaksi mental yang abnormal merupakan factor utama timbulnya gangguan
mental tersebut; meliputi jenis, derajat serta lamanya gangguan. Oleh sebab itu pada setiap
gangguan mental post-trauma perlu dikaji elemen-elemen dasarnya yang terdiri atas latar
belakang mental dan emosi serta nilai relative bagi yang bersangkutan atas jaringan atau
organ yang terkena trauma. Secara umum dapat diterima bahwa hubungan antara kerusakan
jaringan tubuh atu organ dengan psikosis post trauma di dasarkan atas :

 Keadaan mental benar – benar sehat sebelum trauma


 Trauma telah merusak susunan syaraf pusat
 Trauma, tanpa mempersoalkan lokasinya, mengancam kehidupan seseorang.
 Trauma menimbulkan kerusakan pada bagian yang struktur dan fungsinya dapat
mempengaruhi emosi organ genital, payudara, mata, tangan atau wajah.
 Korban cemas akan lamanya waktu penderitaan
 Psikosis terjadi dalam tenggang waktu yang masuk akal
 Korban dihantui oleh kejadian ( kejahatan atau kecelkaan ) yang menimpanya.

2. Aspek yuridis

Jika dari sudut medic, luka merupakan kerusakan jaringan (baik disertai atau tidak
disertai diskontuinitas permukaan kulit) akibat trauma maka dari sudut hukum, luka

23
merupakan kelainan yang dapat disebabkan oleh suatu tindak pidana, baik yang bersifat
intensional (sengaja), reckless ( ceroboh ) atau negligence (kurang hati – hati). Untuk
menentukan berat ringannya hukuman perlu ditentukan lebih dahulu berat ringannya luka.
Kebijakan hokum pidana didalam penentuan berat ringannya luka tersebut didasarkan atas
pengaruhnya terhadap :
 Kesehatan jasmani
 Kesehatan rohani
 Kelangsungan hidup janin di dalam kandungan
 Estetika jasmani
 Pekerjaan jabatan atau pekerjaan mata pencarian
 Fungsi alat indera

a. Luka ringan
Luka ringan adalah luka yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan dalam
menjalankan pekerjaan jabatan atau mata pencariannya.
b. Luka sedang
Luka sedang adalah luka yang mengakibatkan penyakit atau halangan dalam
menjalankan pekerjaan jabtan atau mata pencariaanya untuk sementara waktu.
c. Luka berat
Luka berat adalah luka yang sebagaiman diuraikan didalam pasal 90KUHP, yang terdiri
atas :
1)Luka atau penyakit yang tidak dapat diharapkan akan sembuh dengan sempurna lebih
ditujukan pada fungsinya. Contohnya trauma pada satu mata yang menyebabkan kornea
robek. Sesudah di jahit sembuh, tetapi mata tersebut tidak dapat melihat.
2)Luka yang dpat mendatangkan bahaya maut
3)Dapat mendatangkan bahaya maut pengertiannya memeiliki potensial untuk
menimbulkan kematian, tetapi sesudah diobati dapat sembuh.

24
4)Luka yang menimbulkan rintangan tetap dalam menjalankan pekerjaan jabatan atau mata
pencariaanya. Luka yng dari sudut medic tidak membahayakan jiwa, dari sudut hokum
dapat dikatagorikan sebagai luka berat. Contonya trauma pada tangan kiri pemain biola
atau pada wajah seorang peragawati dapat dikatagorikan luka berat jika akibatnya mereka
tidak dapat lagi menjalankan pekerjaanya tersebut selamanya.
5) Kehilangan salah satu dari panca indera
6) Jika trauma menimbulkan kebutaan satu mata atau kehilngan pendengran satu telinga,
tdiak dapat digolongkan kehilangan indera. Meskipun demikian tetap digolongkan sebagai
luka berat berdasarkan butir (a) di atas.
7) Cacat besar atau kudung
8) Lumpuh
9) Gangguan daya pikir lebih dari 4 minggu lamanya. Gangguan daya pikir tidak harus
berupa kehilangan kesadaran tetapi dapat juga berupa amnesia, disorientasi, anxietas,
depresi atau gangguan jiwa lainnya.
10) Keguguran atau kematian janin seorang perempuan
11) Keguguran ialah keluarnya janin sebelum masa waktunya, yaitu tidak di dahului oleh
proses yang sebagaimana umumnya terjadi seorang wanita ketika melahirkan. Sedang
kematian janin mengandung pengertian bahwa janin tidak lagi menunjukan tanda – tanda
hidup. Tidak dipersoalkan bayi keluar atau tidak dari perut ibunya.

2.6 KONTEKS PERISTIWA PENYEBAB LUKA

Latar belakang penyebab luka dapat disebabkan oleh peristiwa pembunuhan, bunuh
diri atau kecelakaan. 6,7

1. Pembunuhan
Ciri – ciri lukannya adalah :

25
 Lokasi luka di sembarang tempat, yaitu daerah yang mematikan maupun yang tidak
mematikan
 Luka tersebut di daerah yang dapat di jangkau maupun yang tidak dpat di jangkau
oleh tangan korban
 Pakaian yang menutupi daerah luka ikut robek terkena senjata
 Dapat di temuka luka tangkisan ( defensive wounds ), yaitu pada korban yang sadar
ketika mengalami seranga. Luka tangkisan tersebut terjadi akibat reflek menahan
serangan sehingga letak luka tangkisan biasanya pada lengan bawah bagian luar.
2. Bunuh diri
Ciri- ciri lukanya adalah :
 Lokasi luka pada daerah yang dapat mematikan secara cepat.
 Lokasi tersebut dapat dijangkau oleh tangan yang bersangkutan
 Pakaian yang menutupi luka tidak ikut robek oleh senjata
 Ditemukan luka –luka percobaan ( tentative wounds )
Luka percobaan tersebut terjadi karena yang bersangkutan masih ragu – ragu atau
karena sedang memilih letak senjata yang pas sambil mengumpulkan
keberaniaanya, sehingga ciri-ciri luka percobaan adalah :
 Jumlahnya lebih dari satu
 Lokasinya disekitar luka yang mematikan
 Kualitasnya lukanya dangkal
 Tidak mematikan
3. Kecelakaaan
Jika ciri- ciri luka yang ditemukan tidak mengambarkan pembunuhan atau bunuh diri maka
kemungkinannya adalah akibat kecelekaan. Untuk lebih memastikannya perlu di lakukan
pemeriksaan ditemapt kejadian.

26
BAB III
KESIMPULAN

Luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan karena adnya cedera atau
pembedahan. Menurut KUHP, luka terbagi menjadi luka ringan, luka sedang dan luka
berat.

Kulit tebalnya bervariasi mulai 0,5 mm hingga 6 mm. Kulit mempunyai lapisan
diantaranya epidermis, dermis dan subkutis. Epidermis sendiri terdiri dari lima lapisan dan
tebalnya 5% dari seluruh tebal kulit. Dermis terdiri dari jaringan ikat dan banyak
mengandung banyak pembuluh darah. Subkutis merupakan jaringan yang menghubungkan
kulit dengan jaringan dibawahnya dan berfungsi untuk menunjang suplai darah ke kulit.

Penyembuhan luka terjadi secara mikroskopis. Proses inflamasi terjadi sesaat


sesudah trauma dan berlanjut sesuai dengan berat ringannya trauma. Epitelisasi terjadi pada
hari ketiga sesudah luka dan pembentukan serabut kolagen 4 hingga lima hari. Proses-
proses ini tergantung dari jenis, berat dan luka.

Dalam penulisan visum atau surat keterangan, luka didiskripsikan dengan meliputi
jumlah luka, lokasi luka (regio dan garis koordinat), bentuk luka (sebelum dan sesudah
ditautkan), ukuran luka dan sifat - sifat luka.

Jenis - jenis luka terdiri dari luka akibat benda fisik (benda suhu tinggi, suhu
rendah, listrik), benda mekanik (benda tajam, benda tumpul), bahan kimia dan fraktur
(dikontinuitas tulang)

Luka yang terjadi antemortem dan postmortem berbeda. Luka antemortem


merupakan tanda intravital. Luka yang terjadi antemortem meninggalkan jejak berupa

27
reaksi jaringan,vaskular mikroorganisme, dan biokimiawi. Tanda - tanda organ dalam
masih berfungsi saat luka terjadi juga merupakan tanda intravital.

28
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

1. Dahlan, Sofwan. 2007. Ilmu Kedokteran Forensik. Semarang: Badan Penerbit


Universitas Diponegoro. 67-91.
2. Dahlan S. Petunjuk Praktikum : Pembuatan Visum Et Repertum. Semarang: Balai
Penerbit Universitas Diponegoro. 2008: 3-14.
3. Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S, dkk. Ilmu Kedokteran Forensik, ed 1
cetakan kedua. Jakarta Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, 1997 : 37-54
4. De Jong, Wim. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC. 67-8.
5. Kumar, Vinay, Ramzi S. Cotran dan Stanley L. Robbins. 2007. Buku Ajar Patologi.
Jakarta: EGC. 35-84.
6. Price, Sylvia A dan Lorraine M. Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit Volume 1. Jakarta: EGC. 56-75.
7. Idries, A. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Bina Rupa Aksara. 1997:
125-6.

29

Anda mungkin juga menyukai