DISUSUN OLEH:
LIFENNI LUMBAN RAJA (B1032171006)
TANIA (B1032171009)
JURUSAN AKUNTANSI
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami. Sehingga kami diberikan kesehatan dan kekuatan berhasil
menyusun makalah ini yang berjudul “Penentuan Harga Transfer”. Makalah ini kami
susun sebagai ketuntasan bagi materi yang sedang kami pelajari saat ini.
Penyusun
i
Daftar Isi
Daftar Isi-------------------------------------------------------------------------------------------------- ii
DaftarPustaka -------------------------------------------------------------------------------------- 22
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Negara, bahkan wilayah dalam satu negara mempunyai budaya yang berbeda.
Perbedaan ini mungkin tidak mempengaruhi desain sistem pengendalian manajemen,
tapi mempunyai pengaruh yang besar terhadap bagaimana menggunakan informasi yang
dihasilkan dari sistem yang ada.
1
1.2 Perumusan Masalah
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui tujuan penetapan harga transfer.
2. Untuk mengetahui metode penetapan harga transfer.
3. Untuk mengetahui administrasi harga transfer.
4. Menjelaskan pertimbangan budaya dalam pengendalian MNC.
5. Menjelaskan isu transfer pricing dalam MNC.
6. Menjelaskan beberapa riiko yang dihadapi MNC.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam arti luas harga tansfer adalah harga barang atau jasa yang ditransfer antar
pusat pertanggungjawaban dalam satu organisasi tanpa memandang bentuk pusat
pertanggungjawabannya. Sedangkan dalam arti sempit, harga transfer adalah harga
barang atau jasa yang ditransfer antar pusat laba atau setidak-tidaknya salah satu dari
pusat pertanggungjawaban yang terlibat merupakan pusat laba.
Jika dua pusat laba atau lebih bertanggungjawab bersama atas pengembangan,
pembuatan, dan pemasaran suatu produk, maka masing-masing harus berbagi pendapat
yang dihasilkan ketika produk tersebut dijual. Harga transfer merupakan mekanisme
untuk mendistribusikan pendapatan ini. Harga transfer harus dirancang sedemikian rupa
supaya dapat mencapai beberapa sasaran sebagai berikut :
Apabila terdapat kondisi dimana dua atau lebih pusat laba secara bersamaan
bertanggungjawab terhadap kegiatan pengembangan produk, pembuatan, dan
3
pemasaran produk, maka pada dasarnya setiap pusat laba tersebut berhak mendapat
bagian pendapatan yang nantinya dihasilkan oleh kegiatan tersebut. Harga transfer
merupakan mekasnisme penting untuk mendistribusikan pendapatan kepada dua atau
lebih pusat laba yang melakukan transaksi. Dengan demikian harga transfer harus
didesain sedemikian rupa sehingga memenuhi tujuan-tujuan berikut :
Evaluasi prestasi divisi secara akurat, artinya tidak satupun manajer divisi yang
memperoleh keuntungan dengan mengorbankan kepentingan divisi lain.
Keselarasan tujuan, berarti bahwa para manajer mengambil keputusan yang
memaksimalkan laba perusahaan dengan memaksimalkan laba divisinya.
Tetap terjaganya otonomi divisi, artinya tidak ada campur tangan manajemen
puncak terhadap kebebasan manajemen divisi dalam mengambil keuntungan.
Alternatif dalam memproleh sumber daya haruslah ada, dan para manajer harus
diberi wewenang untuk memlilih mana yang paling baik untuk mereka. Manajer
pembelian harus bebas membeli dari pihak luar, dan manajer penjulan harus bebas
menjual kepada pihak luar. Dalam keadaan seperti ini, kebijakan harga transfer tersebut
akan memberikan hak kepada setiap manajer pada setiap pusat laba untuk berurusan
4
dengan pihak dalam atau luar perusahaan sesuai dengan penilaian mereka masing-
masing. Kemudian pasar akan membentuk harga transfer.
Metode tersebut merupakan metode yang optimal jika pusat laba penjual dapat
menjual seluruh produknya baik ke dalam maupun ke luar perusahaan dan jika pusat
laba pembelian juga dapat mendapatkan bahan bakunya baik dari dalam maupun luar
perusahaan. Harga pasar tersebut mencerminkan opportunity cost bagi penjual yang
menjual produknya ke dalam perusahaan. Dari sudut pandang perusahaan, biaya relevan
untuk produk tersebut adalah harga pasarnya karena merupakan uang kas yang
digunakan untuk menjual ke pihak dalam perusahaan. Harga transfer mencerminkan
opportunity cost bagi perusahaan.
2. Informasi Penuh
Para manajer harus mengetahui semua alternatif yang ada, biaya dan pendapatan
yang relevan dari masing-masing alternatif tersebut.
3. Negosiasi
Harus ada mekanisme kerja yang berjalan lancar dalam melakukan negosiasi
atas “kontrak” di antara unit-unit usaha.
Jika semua kondisi di atas dipenuhi, maka sistem harga transfer yang
berdasarkan harga pasar dapat menghasilkan kesamaan tujuan, dan tidak
membutuhkan administrasi pusat.
Kebebasan dalam sourcing tidak selalu mungkin dilakukan, atau jika hal itu
mungkin, akan dibatasi oleh kebijakan peusahaan.
5
Pertama, keberadaan kapasitas internal dapat membatasi pengembangan
penjualan eksternal. Jika sebagian perusahaan besar dalam suatu industri sangatlah
terintegrasi, maka ada kecendrungan akan adanya kapasitas produksi yang sedikit
independen untuk produk-produk tingkat menengah. Ketika kapasitas internal menjadi
ketat, pasar akan dengan cepat dibanjiri dengan pemintaan akan produk tingkat
menengah. Meskipun kapasitas luar juga ada, tidaklah mungkin bagi perusahaan
terintegrasi tersebut kecuali kapasitas ini digunakan pada basis reguler.
Kedua, jika suatu perusahaan merupakan produsen tunggal dari produk yang
terdeferensiasi, tidak ada sumber daya dari luar.
Ketiga, jika suatu perusahaan telah melakukan investasi yang besar, maka ia
cenderung tidak akan menggunakan sumber daya dari luar kecuali harga jual di luar
mendekati biaya variabel perusahaan, di mana hal ini jarang sekali terjadi. Untuk
tujuan-tujuan praktis, produk yang diproduksi jumlahnya terbatas.
Harga transfer yang paling memenuhi persyaratan sistem pusat laba adalah harga
kompetitif. Harga kompetitif mengukur kontribusi dari tiap pusat laba bagi laba
perusahaan secara keseluruhan. Dalam kasus perusahaan minyak terintegrasi,
penggunaan harga pasar minyak mentah merupakan cara paling efektif untuk
mengevaluasi unit ekstraksi dan penyulingan seperti layaknya jika mereka merupakan
unit usaha yang berdiri sendiri. Jika kapasitas internal tidak tersedia, maka perusahaan
akan membeli dari luar pada tingkat harga kompetitif. Selisih antara harga kompetitif
dan biaya di dalam perusahaan (inside cost) sama dengan jumlah penghematan dari
memproduksi dan bukan membeli.
Berbagai cara perusahaan untuk dapat mengetahui tingkat harga kompetitif jika
ia tidak membeli atau menjual produknya ke pasar bebas, antara lain :
Jika terdapat terbitan harga pasar, maka itu dapat digunakan untuk menentukan harga
transfer. Meskipun demikian, terbitan tersebut harus merupakan harga yang benar-
6
benar dibayarkan di pasar bebas, dan kondisi yang ada di pasar bebas harus konsisten
dengan yang ada dalam perusahaan.
Harga pasar mungkin ditentukan berdasarkan penawaran. Hal ini biasanya dilakukan
hanya jika penawar terendah masih memiliki peluang untuk terjun ke pasar.
Jika pusat laba produksi menjual produk yang mirip di pasar bebas, maka ia mungkin
menggandakan harga kompetitif berdasarkan harga di luar.
Jika pusat laba pembelian membeli produk yang sejenis dari pasar luar/bebas, maka
ia dapat menggandakan harga kompetitif untuk produk ekskutifnya. Hal ini dapat
dilakukan dengan menghitung biaya perbedaan desain dan kondisi penjualan lain
antara produk kompetitif dan produk ekslusif.
Jika jumlah transfer dalam perusahaan kecil atau jika situasi tersebut bersifat
sementara, banyak perusahaan membiarkan para pembeli dan penjual untuk saling
bekerja sama tanpa adanya campur tangan kantor pusat. Bahkan jika belum transfer
dalam perusahaan cukup besar, beberapa manajemen senior tetap tidak membantah teori
yang menyatakan bahwa manfaat dari mempertahankan pusat laba untuk tetap
independen akan menutupi kerugian perusahaan.
7
penjual dalam suatu transaksi internal. Hal ini sama seperti ketika dua perusahaan
sampai pada suatu tingkat harga. Pihak pembeli tidak akan membayar komponen biaya
yang tidak ada hubungannya dengan kontrak.
Jika harga kompetitif tidak tersedia, maka suatu harga transfer dapat ditentukan
berdasarkan biaya ditambah laba, meskipun harga transfer semacam ini sangat sulit
dihitung dan hasilnya kurang memuaskan dibandingkan dengan harga yang berbasis
pasar (market-based price). Ada dua keputusan yang harus dibuat dalam sistem harga
transfer berdasarkan biaya, yaitu :
1. Basis Biaya
Basis yang umum adalah biaya standar. Biaya aktual tidak boleh digunakan
karena faktor inefisiensi produksi akan terlewatkan bagi pusat laba pembelian. Jika
biaya standar yang digunakan, maka dibutuhkan suatu intensif untuk menetapkan
standar yang ketat dan meningkatkan standar tersebut.
2. Markup Laba
Basis yang paling mudah dan umum digunakan adalah persentase biaya.
Meskipun demikian, jika basis tersebut digunakan maka tidak ada akun modal yang
dibutuhkan. Basis yang secara konsep lebih baik adalah persentase investasi, tetapi
menghitung investasi untuk diaplikasikan kepada setiap produk yang dihasilkan dapat
menyebabkan permaslahan teknis. Jika menggunakan basis biaya historis suatu aset,
maka fasilitas baru yang dirancang untuk mengurangi harga dapat meningkatkan biaya
sebenarnya karena aset yang lama menjadi undervalued. Solusi konseptual adalah
membuat penyisihan laba yang berdasarkan investasi yang dibutuhkan untuk memenuhi
volume yang diminta oleh pusat laba pembelian. Nilai investasi tersebut dihitung pada
level “standar”, dengan aset tetap dan persediaan pada tingkat biaya penggantian.
(replacement cost).
8
Biaya Tetap dan Laba Upstream
Misalkan, pusat laba penjual mentransfer secara intern semua produk A yang
dihasilkan ke pusat laba pembeli. Data-data berkaitan dengan pusat laba penjual sebagai
berikut :
9
Dengan asumsi jumlah produk yang ditransfer sebanyak 5000 unit, maka
besarnya harga transfer produk A ke divisi penjual adalah Rp11,00 per unit, di mana
sebesar Rp5,00 merupakan biaya variabel. Besarnya harga transfer dihitung dengan cara
sebagai berikut:
Dengan kata lain harga per unitnya adalah Rp11,00 (Rp55.000,00/5000 unit).
Harga inilah yang akan dibayar pusat laba pembeli ke pusat laba penjual. Jika unit yang
diproduksi dan ditransfer hanya 4000 unit, maka besarnya harga transfer yang harus
dibayar oleh pusat laba pembeli adalah Rp 44.000,00 (4000 x Rp 11,00).
Pembebanan biaya per bulan untuk biaya tetap dan laba harus dinegosiasikan secara
berkala dan akan tergantung dari kapasitas yang digunakan oleh unit pembeli.
Pertanyaan mungkin akan timbul mengenai keakuratan alokasi investasi dan biaya.
Dengan sistem penentuan harga ini, kinerja laba dari unit produksi tidak dipengaruhi
volume penjualan dari unit yang terakhir.
Mungkin terdapat konflik antara kepentingan dari unit produksi dengan kepentingan
perusahaan.
Metode ini mirip dengan penentuan harga “take or pray” yang sering digunakan
oleh perusahaan-perusahaan sarana umum, saluran pipa, dan batubara, dan dalam
kontrak jangka panjang.
3. Pembagian Laba
10
Sistem pembagian laba dapat digunakan untuk memastikan kesamaan antara
kepentingan unit usaha dan perusahaan. Sistem tersebut beroperasi dengan cara sebagai
berikut :
Pada dasarnya ada beberapa metode yang sering digunakan untuk barang-barang
yang ditransfer antar pusat laba. Metode tersebut adalah sebagai berikut :
11
b. Atmosfir yang baik
c. Harga pasar
d. Kebebasan terhadap sumber daya
e. Aliran informasi yang penuh
f. Negosiasi.
2.2.2 Kendala Sumber
Suatu situasi dimana manjer pusat laba pembeli tidak diberi kebebasan
terhadap pasar input dan implikasi kendala sumber pada kebijakan penentuan
harga transfer yang tepat.
Pasar yang terbatas pada banyak perusahaan pasar untuk pusat penjual
dan pembeli biasanya terbatas. Beberapa alasannya dapat disebutkan sebagai
berikut:
1. Kapasitas internal yang terbatas sehingga tidak memungkinkan
pengembangan penjualan produk ke pihak eksternal.
2. Jika perusahaan merupakan produsen untuk produk yang sangat khas (unik)
saja, sehingga prodik tersebut tidak dijual di pasar ekstern.
3. Jika perusahaan telah melakukan investasi yang signifikan pada fasilitas
produksi.
Harga kompetitif akan mengukur kontribusi laba setiap pusat laba terhadap
laba perusahaan secara keseluruhan. Harga tersebut dapat dicari dengan cara-
cara sebagai berikut:
1.Jika harga pasar yang dipublikasikan tersedia, maka dapat digunakan untuk
penentuan harga transfer, sehingga harga yang terjadi benar-benar merupakan
harga pasar.
2.Harga pasar dapat dibentuk dengan penawaran (lelang). Hal ini umumnya
dilakukan jika tawaran yang lebih rendah mempunyai kesempatan yang dapat
dibenarkan untuk terjadinya transaksi. Biasanya perusahaan memperoleh
barang separuh dari produk yang dibutuhkan dari pihak luar dan separuhnya
dari dalam.
12
3.Jika pusat laba produksi menjual barang yang sama ke pasar ekstern, sering
dilakukan dengan harga kompetitif atas dasar harga pasar ekstern.
4.Jika pusat laba membeli barang yang sama dari pasar ekstern, sering dilakukan
dengan harga yang kompetitif untuk produk yang dibeli.
1. Pada pasar kompetitif tidak tersedia informasi harga jual produk yang di transfer.
Keadaan ini timbul jika prduk yang di transfer merupakan produk yang belum
selesai sehingga tidak diperjual belikan di pasar.
2. Kesulitan dalam penentuan harga jual yang disebabkan oleh perselisihan antar
manajer divisi. Kesulitan ini timbul jika dipasar ada beberapa macam harga dan
jika produk yang ditransfer tidak persis sama dengan yang ada di pasar.
3. Jika produk yang ditransfer mengandung formula atau proses rahasia sehingga
tidak diinginkan untuk diungkapkan kepada pihak lain.
Dalam metode ini komponen ini yang harus diperhatikan adalah definisi harga
pokok (biaya) dan penentuan besarnya mark up.
1. Definisi Harga Pokok
Jika pendekatan harga pokok ini dipakai, maka harga pokok yang
dimaksud adalah harga pokok standar (standard cost). Harga pokok (biaya)
sesungguhnya tidak boleh digunakan karena dalam biaya tersebut mengandung
inefisiensi yang terjadi pada pusat laba penjual yang akan ikut ditransfer ke
pusat laba pembeli. Jika biaya standar digunakan,maka harus diciptakan insentif
untuk para manajer agar menyusun standar yang ketat.
2. Penentuan Mark Up
Markup ditentukan atas dasar penentuan tingkat laba dan besarnya laba.
(1) dasar penentuan tingkat laba. Dasar penentuan tingkat laba ini bisa dilakukan
berdasar biaya dan dapat dilakukan berdasar return atas investasi. Kesulitannya
13
adalah bila berdasar biaya tidak memperhitungkan investasi yang dilakukan.
Sebaliknya, jika berdasar investasi, sulit menentukan besarnya investasi yang
layak diperhitungkan; (2)besarnya laba. Berbagai pendekatan yang bisa
dilakukan adalah :
Besarnya laba jika divisi penjual dianggap sebagai unit usaha yang
independen ( pusat laba)
Berdasar taksiran “return” atAs investasi yang dilakukan
Jika divisi penjual, selain mentransfer produknya ke devisi pembeli
juga menjual ke pihak lain maka laba dapat ditentukan dari persentase
profit margin rata-rata berdasar harga dasar pokok standar.
Dengan menggunakan profit margin perusahaan lain jika produknya
lama.
14
Negosiasi adalah proses formal untuk menentukan besarnya harga transfer antar
pusat laba yang terlibat, tanpa campur tangan dari kantor pusat.
Alasan yang paling penting untuk hal ini adalah kepercayaan bahwa dengan
membuat suatu harga jual dan menentukan harga pembelian yang paling cocok
merupakan salah satu fungsi utama dari menejemen lini.
Untuk mencapai harga kesepakatan yang fair, pihak pembeli harus mempunyai
kebebasan untuk membeli secara intern atau membeli dari pasar ekstern, dan pihak
penjual dapat menjual kepada pihak intern maupun kepada pasar ekstern. Dengan
demikian syarat utamanya adalah pasar untuk barang antar, sehingga dapat ditentukan
harga yang obyektif.
Kebaikan metode ini adalah apabila pusat laba penjual mempunyai kapasitas
menganggur, sedang pasar dari produk tersebut sempit (captive market), maka akan
menguntungkan perusahaan secara keseluruhan.
Kelemahannya adalah jika barang tersebut dibutuhkan oleh pusat laba pembeli
sedang di pasar bebas tidak ada, maka pusat laba penjual menjadi pihak yang menang
dalam kompromi penentuan harga.
15
(arbitrator). Arbitrator akan meninjau posisi mereka masing-masing dan memutuskan
harga yang akan ditetapkan, kadangkala dengan bantuan staf kantor yang lain. Selain
tingkat formalitas arbitrase, jenis proses penyelesaian konflik yang digunakan juga
mempengaruhi keefektifan suatu system harga transfer. Terdapat empat cara untuk
menyeselesaikan konflik: memaksa (forging), membujuk (smoothing), menawarkan
(bargaining) dan pemecahan masalah (problem solving).
2.3.3.3 Klasifikasi Produk
Luas dan formalitas dari sourching dan peraturan penentuan harga transfer
tergantung pada banyaknya jumlah transfer dalam perusahaan dan ketersediaan pasar
dan harga pasar. Makin besar jumlah transfer dan ketersediaan harga pasar, makin
formal dan spesifik peraturan yang ada.
Beberapa perusahaan membagi produknya ke dalam dua kelas :
1. Kelas 1 meliputi seluruh produk dimana manajemen senior ingin mengontrol
sourching. Biasanya merupakan produk yang bervolume besar, produk yang
tidak memiliki sumber dari luar dan produk-produk yang produksinya tetap
ingin dikendalikan oleh manajemen
2. Kelas 2 meliputi seluruh produk lainnya. Secara umum, ini merupakan produk-
produk yang dapat diproduksi diluar perusahaan tanpa adanya gangguan
terhadap operasional yang sedang berjalan, produk yang volumenya relative
kecil, diproduksi dengan alat produksi massal.
Dengan perjanjian semacam ini, pihak manajemen berkonsentrasi pada sourcing
dan pricing atas sejumlah kecil produk-produk bervolume besar.
16
Pasal 482 Internal Revenue Code (di Amerika Serikat) melengkapi aturan
penentuan harga transfer atas penjualan antar anggota dalam suatu kelompok yang dapat
terkontrol. Metode penetapan harga transfer dalam perusahaan ditentukan berdasarkan
urutan prioritasnya, yakni (1) metode harga tak terkontrol yang sebanding, (2) metode
harga jual kembali, dan (3) metode biaya tambah.
Harga Transfer = Harga yang dibayarkan dalam penjualan tak terkontrol dapat
diperbandingkan ± Penyesuaian
Pada penjualan terkontrol, transaksi antar dua anggota dalam satu kelompok
yang dapat dikontrol. Dalam penjualan tak terkontrol, satu dari dua pihak tidak
merupakan anggota kelompok terkontrol.
17
Jika penjualan yang dapat diperbandingkan tidak tersedia, metode berikut yang bisa
dipilih adalah resale price method. Dengan metode ini, pembayar pajak bekerja
kembali dari harga jual akhir dimana barang tersebut dibeli dari perusahaan
afiliasinya dijual dengan harga yang tidak bisa terkontrol. Resale price ini dikurangi
dengan persentase mark-up tertentu berdasar penjualan yang tidak terkontrol dari
perusahaan afiliasi yang sama atau dari penjual lainnya yang dpat diperbandingkan.
Persentase mark-up pesaing atau rata-rata industri juga bisa dipakai. Metode ini
hanya dapat digunakan apabila:
Tidak ada penjual tak terkontrol yang sebanding
Penjualan kembali dilakukan dalam waktu yang bisa diterima sebelum atau
sesudah pembelian antar perusahaan.
Penjualan kembali tidak menambahkan nilai yang signifikan pada barang yang
bersangkutan dengan mengubahkannya secara fisik selain dari pembungkusan,
labeling dan lain-lain atau penggunaan barang yang tak berwujud.
Harga Transfer = Harga jual kembali yang dapat diterapkan – Mark up ± Penyesuaian
Metode ini merupakan metode prioritas paling rendah. Titik awal perhitungan
harga bebas ini adalah harga pokok produksi, yaitu harga pokok yang dihitung menurut
praktik akuntansi yang lazim. Harga ini ditambah dengan laba kotor dalam bentuk
persentase tertentu dari harga pokok dan didasarkan atas penjualan tak terkontrol yang
sejenis yang dilakukan oleh penjual, atau penjual lain, atau tarif yang biasa ditetapkan
pada industri tersebut.
18
Skema perhitungan harga transfer berdasarkan metode ini dapat dituliaskan
sebagai berikut:
Dari sudut pandang pengendalian manajemen, ada dua implikasi penting yakni:
19
meminimalkan jumlah pajak penghasilan dan tarif dengan menetapkan harga transfer
sejauh mungkin dari ujung rangkaian yang memadai.
Banyak perusahaan yang menggunakan harga transfer untuk meminimalkan
pajak dan tarif menggunakan harga transfer yang sama untuk persiapan anggaran
keuntungan dan pelaporan sebagaimana yang digunakan untuk tujuan akuntansi dan
perpajakan. Anggaran yang disetujui merefleksikan segala ketidakseimbangan yang
ditimbulkan oleh harga transfer.
Jika anggaran dan laporan laba merefleksikan harga transfer yang tidak
ekonomis, kehati-hatian harus diambil untuk memastikan bahwa para manajer anak
perusahaan membuat keputusan yang terbaik bagi kepentingan perusahaan.
20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pendelegasian sejumlah wewenang tergantung pada kemampuan untuk
mendelegasikan tanggung jawab terhadap perolehan laba. Jika suatu bagian perusahaan
membagi tanggung jawabnya atas pengembangan produk, pembuatan, dan pemasaran,
sistem harga transfer diperlukan jika bagian ini diberi tanggung jawab dalam hal laba.
Idealnya, harga transfer hendaknya memperkirakan harga pasar nomal yang
berlaku di luar, disesuaikan dengan biaya yang tidak terjadi pada transfer intern
perusahaan.
Dari sudut pandangan sistem pengendalian manajemen, dua masalah yang
muncul untuk perusahaan maultinasional adalah harga transfer dan nilai tukar. Untuk
mencapai keselarasan tujuan, pertimbangan lain adalah penting untuk tercapainya harga
transfer pada perusahaan multinasional: perpajakan, peraturan pemerintah, tarif, nilai
tukar, pengawasan nilai tukar mata uang, akumulasi dana, tekanan persaingan, dan dan
joint venture.
3.2 Saran
21
DAFTAR PUSTAKA
Halim, Abdul, et al. 1998. Sistem Pengendalian Manajemen. Yogyakarta: UPP Amp
YKPN.
N. Anthony, Robert, dan Govindarajan, Vijay. 2000. Sistem Pengendalian Manajemen.
Jakarta: Salemba Empat.
N. Anthony, Robert, dan Govindarajan, Vijay. 2005. Sistem Pengendalian Manajemen.
Jakarta: Salemba Empat.
http://zani-zanizone.blogspot.com/2011/01/lalu-lintas-pembayaran-internasional-
10.html
22