Disusun Oleh :
Terapi lingkungan adalah bentuk terapi yaitu menata lingkungan agar terjadi perubahan
perilaku pada klien dari perilaku maladaptif menjadi perilaku adaptif. Perawat menggunakan
semua lingkungan rumah sakit dalam arti terapeutik.Bentuknya adalah memberi kesempatan
klien untuk tumbuh dan berubah perilaku dengan memfokuskan pada nilai terapeutik dalam
aktivitas dan interaksi.
Terapi lingkungan merupakan salah satu bentuk terapi kien ganguan jiwa yang dapat
membantu efektifitas pemberian asuhan keperawatan jiwa.
Schultz & Videbeck (1998) menyebutkan bahwa pemindahan klien dan lingkungan yang
terapeutik akan memberikan kesempatan untuk istirahat memulihkan diri, sewaktu untuk
berfokus pada perkembangan dalam hal kekuatan dan kesepakatan belajar, agar klien mampu
mengidentifikasi alternative dan solusi masalah.
Menurut Stuart dan Laraia (2001) terapi lingkungan mempunyai 2 tujuan utama, yaitu:
1. Orientation
Pencapaian orientasi dan kesadaran terhadap realita yg baik. Orientasi tersebut berhubungan
dengan pemahaman klien terhadap orang, waktu, tempat dan situasi. Sedangkan terhadap realita
dapat dikuatkan melalui interaksi dan hubungan dengan orang lain.
2. Assetation
3. Accupation
Kemampuan klien untuk dapat memupuk percaya diri dan berprestasi melalui ketrampilan.
Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan aktifitas dalam bentuk yg positif dan disukai klien,
misalnya melukis, main musik, merangkai bunga dan lain sebagainya.
4. Reecreation
1. Memberikan perhatian terhadap apa yang terjadi pada individu dan kelompok selama 24
jam.
2. Adanya proses pertukaran informasi.
3. Pasien merasakan keakraban dengan lingkungan.
4. Pasien merasa senang, nyaman, aman, dan tidak merasa takut baik dari
5. ancaman psikologis maupun ancaman fisik.
6. Penekanan pada sosialisasi dan interaksi kelompok dengan fokus komunikasi terapeutik.
7. Staf membagi tanggung jawab bersama pasien.
8. Personal dari lingkungan manghargai klien sebagai individu yang
9. memiliki hak, kebutuhan, dan tanggung jawab.
10. Kebutuhan fisik klien mudah terpenuhi.
1. Aspek Fisik
Menciptakan lingkungan fisik yg aman dan nyaman. Gedung permanen, mudah di jangkau,
lengakap dengan kamar tidur, ruang tamu, ruang makan, kamar mandi dan wc. Struktur dan
tatanan dalam gedung di rancang sesuai dengan kondisi dan jenis penyakit serta tingkat
perkembangan klien. Misalnya: Ruang perawatan anak didesain dengan gambar-gambar kartun
atau idola anak-anak yg berbeda dengan ruang dewasa.
Tingkat intelektual klien dapat ditentukan melalui kejelasan stimulasi dari lingkungan dan
sikap perawat. Misalkan lingkungan dengan warna biru dan hijau memberikan stimulasi
ketenangan dan keteduhan. Perawat harus memberikan stimulasi eksternal yang positif sehingga
kesadaran diri klien menjadi luas dan klien dapat menerima kondisinya.
3. Aspek Sosial
Dalam aspek ini perawat mengembangkan pola interaksi yang positif, hubungan psikososial
yang menyenangkan dan menguatkan ego klien. Oleh karena itu perawat perlu penggunaan
teknik komunikasi yang tepat sehingga perawat dapat menciptakan aspek ini.
4. Aspek Emosional
Perawat harus menciptakan iklim emosional yang positif dengan menunjukkan sikap yang
tulus, jujur atau dapat dipercaya, bersikap spontan dalam memenuhi kebutuhan klien, empati,
peka terhadap perasaan dan kebutuhan klien. Misal : saya tenang disini
5. Aspek Spiritual
Aspek ini ditunjukan untuk memaksimalkan manfaat dari penggalaman, pengobatan dan
perasaan damai bagi klien. Sehingga perlu disedikan sarana ibadah seperti kitab suci dan ahli
agama.
E. Jenis-jenis Kegiatan Terapi Lingkungan
1. Terapi Rekreasi
Yaitu terapi yang menggunakan kegiatan pada waktu luang, dengan tujuan pasien dapat
melakukan kegiatan secara konstruktif dan menyenangkan serta mengembangkan kemampuan
hubungan sosial. Contohnya: berenang, main kartu, dan karambol.
Perawat dalam terapi ini dapat sebagai leader atau bekerja sama denagn orang lain yang ahli
dalam bidangnya karena harus sesuai dengan bakat dan minat, serta memberikan kesempatan
pada klien untuk menyalurkan atau mengekspresikan perasaannya.
Memberikan kesempatan pasien untuk mengekspresikan tentang apa yang terjadi dengan
dirinya. Dengan menggambar akan menurunkan ketegangan dan memusatkan pikiran pada
kegiatan.
Terapi dengan membaca seperti novel, majalah dan buku-buku lain. Dimana pasien
diharapkan untuk mendiskusikan pendapatnya setelah membaca. Tujuannya adalah untuk
mengembangkan wawasan diri dan bagaimana mengekspresikan perasaan atau pikiran dan
perilaku yang sesuai dengan norma-norma yang ada.
5. Pet Therapy
Terapi ini bertujuan untuk menstimulasi respon pasien yang tidak mampu mengadakan
hubungan interaksi dengan orang-orang dan pasien biasanya merasa kesepian, menyendiri, dan
biasanya klien suka menggunakan objek binatang untuk bermain.
6. Plant Therapy
Terapi ini bertujuan untuk mengajar pasien untuk memelihara segala sesuatu atau mahluk
hidup, dan membantu hubungan yang akrab antara satu pribadi kepada pribadi lainnya.
Model terapi rehabilitasi yang dapat digunakan untuk membantu seseorang melepaskan
diri dari kecanduaan dan merubah perilakunya menjadi lebih baik.
Model ini sangat umum dikenal oleh masyarakat serta biasanya dilakukan dengan
pendekatan agama atau moral yang menekankan tentang dosa dan kelemahan individu. Model
terapi seperti ini sangat tepat diterapkan pada lingkungan masyarakat yang masih memegang
teguh nilai-nilai keagamaan dan moralitas di tempat asalnya, karena model ini berjalan
bersamaan dengan konsep baik dan buruk yang diajarkan oleh agama. Maka tidak mengherankan
apabila model terapi moral inilah yang menjadi landasan utama pembenaran kekuatan hukum
untuk berperang melawan penyalahgunaan narkoba.
Model ini memakai konsep dari program terapi komunitas, dimana adiksi terhadap obat-
obatan dipandang sebagai fenomena penyimpangan sosial (social disorder). Tujuan dari model
terapi ini adalah mengarahkan perilaku yang menyimpang tersebut ke arah perilaku sosial yang
lebih layak. Hal ini didasarkan atas kesadaran bahwa kebanyakan pecandu narkoba hampir selalu
terlibat dalam tindakan a-sosial termasuk tindakan kriminal. Kelebihan dari model ini adalah
perhatiannya kepada perilaku adiksi pecandu narkoba yang bersangkutan, bukan pada obat-
obatan yang disalah gunakan. Prakteknya dapat dilakukan melalui ceramah, seminar, dan
terutama terapi berkelompok (encounter group).
Model ini diadaptasi dari teori psikologis Mc Lellin, dkk yang menyebutkan bahwa perilaku
adiksi obat adalah buah dari emosi yang tidak berfungsi selayaknya karena terjadi konflik,
sehingga pecandu memakai obat pilihannya untuk meringankan atau melepaskan beban
psikologis itu. Model terapi ini mementingkan penyembuhan emosional dari pecandu narkoba
yang bersangkutan, dimana jika emosinya dapat dikendalikan maka mereka tidak akan
mempunyai masalah lagi dengan obat-obatan. Jenis dari terapi model psikologis ini biasanya
banyak dilakukan pada konseling pribadi, baik dalam pusat rehabilitasi maupun dalam terapi
pribadi.
Model ini menyatakan bahwa perilaku adiksi obat adalah hasil sosialiasi seumur hidup dalam
lingkungan sosial atau kebudayaan tertentu. Dalam hal ini, keluarga seperti juga lingkungan
dapat dikategorikan sebagai “lingkungan sosial dan kebudayaan tertentu”.
Dasar pemikirannya adalah bahwa praktek penyalahgunaan narkoba oleh anggota keluarga
tertentu adalah hasil akumulasi dari semua permasalahan yang terjadi dalam keluarga yang
bersangkutan. Sehingga model ini banyak menekankan pada proses terapi untuk kalangan
anggota keluarga dari para pecandu narkoba tersebut.
Fungsi perawat adalah memberikan atau memenuhi kebutuhan dari pasien, memberikan obat-
obatan yang telah ditetapkan, mengamati efek obat dan perilaku-perilaku yang menonjol atau
menyimpang serta mengidentifikasi masalah-masalah yang timbul dalam terapi tersebut.
Perawat harus mampu mengelola sehingga tercipta lingkungan terapeutik yang mendukung
penyembuhan dan memberikan dampak baik secara fisik maupun secara psikologis kepada
pasien.
Perawat menciptakan dan mempertahankan iklim atau suasana yang akrab, menyenangkan,
saling menghargai di antara sesama perawat, petugas kesehatan, dan pasien.
Perawat yang menciptakan suasana yang aman dari benda-benda atau keadaan-keadaan
yang menimbulkan terjadinya kecelakaan atau luka terhadap pasien atau perawat.
Pasien diminta berpartisipasi melakukan kegiatan bagi dirinya sendiri dan orang lain
seperti yang biasa dilakukan di rumahnya. Misalnya membereskan kamar.
4. Penyelenggaraan proses sosialisasi
Membantu pasien belajar berinteraksi dengan orang lain, mempercayai orang lain
sehingga meningkatkan harga diri dan berguna bagi orang lain.
Mendorong pasien untuk berkomunikasi tentang ide-ide, perasaan dan perilakunya secara
terbuka sesuai dengan aturan di dalam kegiatan-kegiatan tertentu.
Melalui sosialisasi pasien belajar tentang kegiatan-kegiatan atau kemampuan yang baru,
dan dapat dilakukannya sesuai dengan kemampuan dan minatnya pada waktu yang luang.
Lingkungan Fisik
Proses Keperawtan
1. Pengkajian : Klien bingung dan pelupa
Contoh Tempat untuk Terapi Lingkungan Pada Kondisi Khusus sebagai berikut:
1. Klien harga rendah diri (low self esteem) , Depresi (depression), Bunuh diri (suicide).
b. Lingkungan sosial :
Komunikasi terapeutik dengan cara semua petugas menyapa pasien sesering mungkin.
Memberikan penjelasan setiap akan melakukan kegiatan keperawatan atau kegiatan medis
lainnya.
Menerima pasien apa adanya jangan mengejek serta merendahkan
Meningkatkan harga diri pasien
Membantu pasien dalam berinteraksi dengan keluarganya.
Sertakan keluarga dalam rencana asuhan keperawatan, jangan membiarkan pasien sendiri
terlalu lama di ruangannya.
a. Lingkungan fisik :
b. Lingkungan Psikososial :
Jadi perawat dalam memenuhi kebutuhan klien berdasarkan pada identitas masalah baik
kebutuhan fisik dan emosional. Perawat yang berperan sebagai mothering care tidak hanya
memenuhi kebutuhan klien tetapi memfasilitasi klien agar mengembangkan kemampuan baru
untuk menyesuaikan dengan lingkungan. Dengan demikian klien dapat memahami dan
menerima situasi yang sedang dialaminya dan termotifasi untuk mengubah prilaku maladptif
menjadi prilaku adaptif.
Perawat juga membantu klein mengenal batasan dan menerima resiko akibat prilakunya.
Perawat memperlakukan klien sebagai individu yang unik sehingga dalam memberikan asuhan
keperawatan ia harus memperhatikan kondisi dan tingkat perkembangan klien.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Terapi lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di lingkungan kita, yang diciptakan
untuk pengobatan termasuk fisik dan sosial. Suatu manipulasi ilmiah pada lingkungan yang
bertujuan untuk menghasilkan perubahan pada perilaku pasien dan untuk mngembangkan
keterampilan emosional dan sosial.
Tujuan terapi lingkungan ini membantu individu untuk mengembangkan rasa harga diri,
mengembangkan kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, membantu belajar
mempercayai orang lain, dan mempersiapkan diri untuk kembali ke masyarakat. Komponen yang
harus diperhatikan dalam terapi lingkungan adalah fisik, intelektual, sosial, emosional dan
spiritual.
B. Saran
Sebagai seorang perawat yang bertugas dalam terapi lingkungan harus dapat menilai diri
tentang kesadaran diri, kekuatan, dan kemampuan dalam hal pengetahuan dan kebudayaan
karena itu sangat membantu untuk bertoleransi terhadap perilaku-perilaku yang ditujukan oleh
pasien.