Anda di halaman 1dari 30

BAB III

DOSA DALAM PANDANGAN AGAMA ISLAM

A. Sejarah Agama Islam dan Ajaran Pokoknya

Berbicara sejarah agama Islam harus berangkat dari sejarah perjuangan


Nabi Muhammad SAW. Ia merupakan Nabi yang paling berhasil dalam
berbagai aspek kehidupan. Ia bukan hanya mampu menjadi pemimpin negara
yang cakap tapi juga dalam pergaulan dan dalam rumah tangga. Nabi
Muhammad SAW merupakan penutup segala nabi. Ia mampu mengubah
keadaan manusia di semenanjung Arabia dari kegelapan menuju titik terang.1
Ia bukan hanya sebagai pemimpin agama tetapi juga pemimpin dari segala
pemimpin karena itu Michael H. Hart mengatakan :
Sebuah contoh yang mencolok mata tentang hal ini ialah tata urutan
(rangking) yang saya susun yang menempatkan Muhammad lebih
tinggi daripada Jesus (Isa), terutama disebabkan karena keyakinan
saya bahwa Muhammad secara pribadi jauh lebih berpengaruh pada
perumusan agama yang dianut orang Islam, daripada Jesus pada
perumusan agama Kristen.2 Jatuhnya pilihan saya kepada Muhammad
untuk memimpin di tempat teratas dalam daftar pribadi-pribadi yang
paling berpengaruh di dunia ini, mungkin mengejutkan beberapa
pembaca dan mungkin pula dipertanyakan oleh yang lain, namun dia
memang orang satu-satunya dalam sejarah yang telah berhasil secara
unggul dan agung, baik dalam bidang keagamaan maupun dalam
bidang keduniaan.3

Agama Islam diajarkan dan disebarkan oleh Nabi Muhammad saw.


Beliau dilahirkan pada tanggal 12 Rabiul Awwal tahun 52 sebelum Hijrah,
bersamaan dengan tahun 571 Masehi. Ayahnya bernama Abdullah bin Abdul
Muthalib, sedang ibunya bernama Siti Aminah binti Wahab. Keduanya dari
keluarga Quraisy, yakni golongan bangsawan di Mekah, keturunan langsung

1
Bey Ariffin, Maria, Yesus dan Muhammad, PT Bina Ilmu, Surabaya, 1990, hlm. 94.
2
Michhael H. Hart, Seratus Tokoh Yang Paling Berpengaruh Dalam Sejarah,
Pustaka Jaya, Jakarta, 1994, hlm. 15
3
Ibid, hlm., 27

37
38

dari Nabi Ismail, putra sulung Nabi Ibrahim (sesuai dengan nubuat dalam
Byble bahwa nabi akhir zaman itu adalah keturunan Nabi Ibrahim). Ayahnya,
Abdullah, wafat ketika beliau berumur 7 bulan dalam kandungan, sedangkan
ibunya wafat ketika beliau baru berumur 6 tahun. Kemudian beliau diasuh
oleh kakeknya, Abdul Muthalib, yang ketika itu menjadi Walikota Mekah,
hingga berumur 8 tahun. Setelah kakeknya meninggal, beliau diasuh dan diam
bersama pamannya, Abu Thalib, hingga beliau dewasa. Ketika berumur 25
tahun beliau kawin dengan Siti Khadijah, istri pertamanya.4
Nabi Muhammad sejak kecil sampai dewasa terkenal seorang yang
cerdas, jujur, sangat dipercaya, dan sopan tingkah lakunya hingga beliau diberi
julukan Al-Amin. Pada umur 40 tahun beliau menerima wahyu Allah pertama
ketika beliau berkhalwat di Gua Hira, dekat puncak Jabal Nur. Wahyu pertama
itu berupa surat Al-Alaq, ayat 1 – 5. Sejak saat itu, selama 23 tahun Nabi
Muhammad menerima wahyu Tuhan dengan perantaraan Malaikat Jibril
(Ruhul Qudus), dan selama itu pula beliau bertugas menjadi nabi dan rasul
untuk segenap manusia. Segala wahyu yang beliau terima itulah yang
sekarang terkumpul dalam Kitab Suci Al Qur'an. Beberapa bulan sebelum
beliau wafat, turunlah wahyu terakhir kepada beliau yaitu surat Al-Maidah
ayat 3.5
Selama 13 tahun menyebarkan agama Islam di Mekah, Nabi
Muhammad mendapat perlawanan yang hebat dari penduduk Mekah. Ada
lima macam keberatan yang menyebabkan perlawanan dari penduduk Mekah,
yaitu:
1. Mereka tidak bersedia mengganti atau mengubah agama yang mereka
warisi dari bapak-bapak mereka.
2. Islam menyatakan bahwa tidak ada perbedaan di sisi Allah antara hamba
dan majikan, antara laki-laki dan perempuan.
3. Penduduk Mekah terdiri dari beberapa suku Quraisy yang satu sama lain
saling bermegahan. Mereka tidak dapat menerima pimpinan mutlak dari

4
Hasbullah Bakry, Ilmu Perbandingan Agama, Widyaya, Jakarta, 1986, hlm. 152
5
Ibid, hlm. 153
39

salah satu anggota suku lain. Kalau mereka menerima ajaran Islam dari
Nabi Muhammad, berarti mereka menerima pimpinan dari .keluarga
Abdul Muthalib suku Bani Hasyim, dan ini mereka tidak mau.
4. Penduduk Mekah sudah biasa memperjualbelikan berhala-berhala Al
'Uzza dan Manna yang dipuja dan disembah orang di sekeliling Ka'bah.
Dan bagi orang-orang Arab di luar Mekah, berhala buatan orang Mekah
ini menjadi langganan tetap tempat membeli dan mencari. Menerima
agama Islam berarti menghilangkan sumber penghasilan yang tetap dari
penduduk Mekah.
5. Islam mengajarkan adanya Hari Kiamat, di mana semua amal perbuatan
manusia akan diberi ganjaran. Orang-orang yang berbuat kejahatan dan
menganiaya manusia akan disiksa dalam neraka. Hal ini menakutkan
orang-orang Mekah, terutama para pimpinannya yang telah biasa berbuat
salah, memeras, memperkosa keadilan, dan sebagainya. Oleh karena itu,
lebih baik mereka tidak perlu percaya saja agar mereka tetap merasa bebas
berbuat kejahatan.
Inilah hal-hal yang menyebabkan penduduk Mekkah itu menolak
ajaran Nabi Muhammad Saw. Mula-mula mereka menolak secara pasif karena
masih takut pada solidaritas Bani Hasyim (suku Nabi Muhammad). Akan
tetapi, setelah Abu Thalib dan Khadijah meninggal, maka anggota-anggota
suku Bani Hasyim sendiri mulai menentang Nabi Muhammad dengan cara
dihina, dianiaya, dan bahkan akan dibunuh secara bersama-sama agar menjadi
tanggung jawab semua suku di Mekah. Namun demikian, Tuhan Maha
Mengetahui. Sebelum mereka dapat menangkap Nabi Muhammad, beliau
telah diberi perintah untuk berhijrah ke Medinah. Demikianlah, setelah
berusaha tiga belas tahun di Mekah, lalu Nabi Muhammad memindahkan
daerah tugasnya ke kota Madinah. Hanya sedikit pengikut-pengikut Nabi
Muhammad di Mekah selama 13 tahun itu, Akan tetapi, yang sedikit itu
merupakan sahabat-sahabat beliau yang setia, yang di belakang hari
meneruskan penyebaran Islam dengan giat sekali. Mereka itu, di antaranya,
40

ialah Abu Bakar Siddik, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Ali bin Abu
Thalib, Abdurrahman bin Auf.
Nabi Muhammad di Medinah mendapat pengikut yang banyak sekali.
Mereka, penduduk Medinah, dari suku-suku Arab sangat solider terhadap
orang-orang Islam yang mengungsi dari Mekah. Orang-orang Arab Medinah
itu dinamakan kaum Anshar (kaum penolong), sedang orang-orang Mekah
dinamakan kaum Muhajirin (kaum pengungsi). Kedua golongan inilah
merupakan sayap kiri dan sayap kanan Nabi Muhammad dalam melanjutkan
penyebaran agama Islam.
Setelah Nabi berkedudukan tetap di Medinah, turunlah wahyu Allah
yang mewajibkan umat Islam mempertahankan diri dan membela agamanya
dari golongan yang menyerang mereka. Wahyu tersebut di antaranya,
tercantum dalam surat Al Baqarah ayat l90 dan 216.
Sebelum Nabi Muhammad Saw wafat pada tahun 11 Hijrah (632
Masehi), kerajaan Islam kuat telah berdiri di Semenanjung Arabia yang
berpusat di Medinah dan dipimpin oleh Nabi Muhammad saw sendiri. Setelah
beliau dapat menetapkan hukum dan kerajaan Allah lebih dulu di muka bumi
ini, barulah beliau diwafatkan Tuhan.
Kisah Nabi Muhammad SAW merupakan titik tolak sejarah lahirnya
agama Islam. Ia telah mampu menyebarkan Islam sebagai rahmat untuk
sekalian alam, dan ia telah mampu pula menebarkan suri teladan bagi semua
umat manusia. Menurut Philip K.Hitti, Muhammad adalah pembawa kitab
yang diyakini oleh seperdelapan penduduk bumi sebagai sumber ilmu
pengetahuan, kebijakan dan teologi.6 Muhammad Husain Haekal
menggambarkan keteladanan Nabi Muhammad SAW dengan mengatakan:
Muhammad sendiri teladan yang baik sekali dalam melaksanakan
kebudayaan seperti dilukiskan al-Qur'an. Terlihat misalnya bagaimana
rasa persaudaraannya terhadap seluruh umat manusia dengan cara
yang sangat tinggi dan sungguh-sungguh itu dilaksanakan. Saudara-
saudaranya di Mekkah semua sama dengan dia sendiri dalam

6
Philip K.Hitti, History of The Arabs, Terj. R.Cecep Lukman Yasin dan Dedi Slamet
Riyadi, PT Serambi Ilmu Semesta, Jakarta, 2005, hlm. 153
41

menanggung duka dan sengsara. Bahkan dia sendiri yang lebih banyak
menanggungnya.7

Seyyed Hossein Nasr menegaskan, Nabi muhammad merupakan


pemimpin dari umat-umat yang telah diciptakan, umat yang paling mulia,
rahmat semesta alam, umat manusia yang paling murni, dan penyempurna
abad-abad perubahan.8
Agama Islam mengenal adanya dua macam sumber agama, yaitu
sumber primer, yakni Al-Qur'an dan hadis, dan sumber sekunder atau sumber
dinamika, yaitu ijtihad.9 Ajaran Islam demikian luasnya, namun secara garis
besarnya dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1. Akidah, yang meliputi:
a. Iman kepada Allah;
b. Iman kepada Malaikat-Nya;
c. Iman kepada Kitab-kitab-Nya;
d. Iman kepada Rasul-rasul-Nya;
e. Iman kepada hari akhir;
f. Iman kepada qadha-qadhar
2. Syari'ah
a. Ibadah (dalam arti khas): Thaharah, Sholat, Zakat, Shaum, Haji
b. Muamallah (dalam arti luas) meliputi: al-Qanunul Khas (hukum
Perdata), dan al-Qanunul 'am Muamalah (hukum niaga). Al-Qanunul
Khas (hukum Perdata) meliputi: Munakahat (hukum nikah),
Waratsah (hukum waris), dan sebagainya. Al-Qanunul 'am (hukum
publik) meliputi: Hinayah (hukum pidana), Khilafah (hukum negara),
Jihad (hukum perang dan damai), dan lain-lain
3. Akhlaq, yaitu meliputi:
a. Akhlak terhadap khaliq

7
Muhammad Husain Haekal, 2003, Sejarah Hidup Muhammad, terj. Ali Audah,
Litera antar Nusa, Jakarta, hlm. 629
8
Seyyed Hossein Nasr, Muhammad Hamba Allah, Terj. Soerjadi djojopranoto, CV
Rajawali, Jakarta, 1986, hlm. 1.
9
Romdhon, et al, Agama-Agama di Dunia, IAIN Sunan Kalijaga Press, Yogyakarta,
1988, hlm. 432
42

b. Akhlak terhadap makhluk yang meliputi:


a) Akhlaq terhadap manusia
b) Diri sendiri
c) Tetangga
d) Masyarakat lainnya
− Akhlaq terhadap bukan manusia
1) Flora
2) Fauna.10

B. Pengertian Dosa dalam Agama Islam

Dalam bahasa Arab, dosa disebut dengan ungkapan ‫ ذﻧﺐ ذﻧﻮب‬-‫ﺟﺮم‬

‫اﺛﻢ اﺛﺎم‬-‫ﻣﻌﺼﻴّﺔ‬. Keempat term tersebut secara lughawi mengandung arti


mengerjakan sesuatu yang tidak dibolehkan (‫ )ﻣﺎﻻﻳﺤّﻞ ﻟﻪ ان ﻳﻌﻤﻞ‬dan keempat
term tersebut digunakan semuanya dalam al-Qur'an.11 Selain itu, al-Qur'an
menyebut jenis perbuatan dosa dengan term lain, yaitu ‫ ﻓﺎﺣﺸﺔ ﻓﺤﺸﺎء‬yang
mengandung arti perbuatan keji.12
Sedangkan menurut terminologi, dosa ialah segala sesuatu yang
bertentangan dengan perintah Allah SWT., baik yang berkaitan dengan
melakukan sesuatu ataupun meninggalkannya.13 TM Hasbi Ash Shiddieqy
merumuskan dosa adalah pelanggaran terhadap sesuatu ketentuan Tuhan.
Ketentuan Tuhan di sini ialah ketentuan Tuhan yang hukumnya wajib
dikerjakan atau wajib ditinggalkan. Jadi bukan ketentuan Tuhan yang
hukumnya hanya Sunat, Makruh atau Mubah.14

10
Endang Saifuddin Anshari, Wawasan Islam, 1980, Rajawali, Jakarta, hlm. 71
11
Term jirm dalam berbagai kata bentukannya disebut 66 kali, misalnya pada Q.S.
Thaha/20:73, Q.S. al-An'am/6:55, 147, term dzanb-dzunub disebut 37 kali seperti pada Q.S.
al-A'raf/7:100, Q.S. al-Anfal/8:52-54, dan term ma'shiyah disebut 32 kali, misalnya pada Q.S.
al-Tahrim/66:6, Q.S. al-Ahzab/33:36. Acmad Mubarok, Solusi Krisis Keruhanian Manusia
Modern: Jiwa dalam al-Qur'an, Paramadina, Jakarta, 2000, hlm. 96 – 97
12
Ibid, hlm. 97
13
Imam Al-Ghazali, Rahasia Taubat, terj. Muhammad Bagir, Mizan Media Utama,
Bandung, 2003, hlm. 61.
14
T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Al-Islam I, PT Pustaka Rizki Putra, Semarang, 2001,
hlm. 468.
43

Secara lebih terperinci Sayyid Hasyim Ar-Rasuli Al-Mahallati


mengemukakan bahwa dalam Al-Qur'an kata dosa disebut beberapa kali
dalam kalimat yang berbeda-beda. Setiap kata itu menjelaskan macam-
macam akibat dosa atau aneka ragam bentuk dosa. Ada 17 kata yang
disebutkan oleh Al-Qur'an mengenai dosa:
1. Al-Dzanb: Artinya akibat, karena setiap amal-salah mempunyai
akibatnya sebagai balasan, baik di dunia maupun di akhirat. Kata ini
muncul 35 kali dalam Al-Qur'an.
2. Ma'shiyah: Berarti pembangkangan atau keluar dari perintah Tuhan.
Kata ini menjelaskan bahwa manusia sudah keluar dari batas abdi Tuhan
('ubudiyyah) jika melakukannya. Kata ini disebut 33 kali dalam Al-
Qur'an.
3. Itsm: Artinya kealpaan dan tidak mendapatkan pahala. Jadi pendosa
sebenarnya orang yang alpa tapi menganggap dirinya sadar atau pintar.
Kata ini disebut 48 kali.
4. Sayyi'ah: Berarti pekerjaan jelek yang mengakibatkan kesedihan, lawan
kata hasanah yang berarti kebaikan dan kebahagiaan. Disebut 165 kali.
Kata Su' juga berasal dari kata ini disebut sebanyak 44 kali.
5. Jurm: Arti harfiahnya memetik (melepaskan) buah dari pohonnya, atau
berarti rendah. Kata jarimah atau jara'im berasal dari kata ini. Jurm
adalah perbuatan yang melepaskan atau menjatuhkan manusia dari
tujuan, proses penyempurnaan, kebenaran dan kebahagiaan. Kata ini
tercantum 61 kali dalam Al-Qur'an.
6. Haram: Berarti larangan atau ketidak-bolehan. Pakaian ihram adalah
pakaian yang dikenakan oleh jemaah haji yang membuat mereka
terlarang untuk mengerjakan beberapa hal. Bulan haram adalah bulan di
mana umat Islam dilarang untuk berperang. Masjid Al-Haram adalah
masjid yang memiliki kesucian dan penghormatan khusus, sehingga
44

kaum musyrikin tidak berhak untuk memasukinya. Kata ini disebut


sekitar 75 kali dalam Al-Qur'an.15
7. Khathi'ah: Kebanyakan berarti dosa yang tidak disengaja. Kadang-
kadang juga digunakan untuk dosa besar, seperti dalam surah Al-
Baqarah 81 dan surah Al-Haqqah 37. Kata ini pada mulanya berarti
keadaan yang menimpa manusia setelah ia melakukan dosa . atau
perasaan yang timbul akibat dosa tersebut, dan yang membuat ia
terlepas dari pertolongan, dan yang menutup pintu masuk cahaya
hidayah ke kalbu manusia. Kata ini disebut 22 kali dalam Al-Qur'an.
8. Fisq: Pada asalnya berarti keluarnya butiran kurma dari kulitnya.
Dengan melakukan fisq, pendosa keluar dari ketaatan dan pengabdian
kepada Tuhan. Seperti pecahnya kulit kurma, pendosa dengan
perbuatannya ini memecahkan benteng perlindungan Tuhan, sehingga ia
akhirnya tidak dijaga sama sekali. Kata ini muncul 53 kali dalam Al-
Qur'an.
9. Fasad: Artinya melewati batas kesetimbangan. Akibatnya kesusahan
dan hilangnya potensi-potensi manusia. Disebut 50 kali.
10. Fujur: Berarti tersingkapnya tirai rasa malu, kehormatan dan agama
yang akan menyebabkan kehinaan. Kata ini hanya muncul 6 kali dalam
Al-Qur'an.
11. Munkar: Berasal dari kata inkar yang berarti tidak kenal atau ditolak,
karena dosa ditolak oleh fitrah dan akal sehat. Akal dan fitrah
menganggapnya asing dan jelek. Kata ini disebut sebanyak 16 kali
dalam Al-Qur'an dan kebanyakan dipaparkan dalam bagian Nahy 'an al-
munkar.
12. Fahisyah: Perkataan atau perbuatan buruk yang dalam keburukannya
tidak ada keraguan lagi. Dalam beberapa hal berarti pekerjaan yang
sangat kotor, memalukan dan tabu. Disebut 24 kali dalam Al-Qur'an.

15
Sayyid Hasyim Ar-Rasuli Al-Mahallati, Akibat Dosa, Terj. Bahruddin Fannani,
Pustaka Hidayah, Bandung, 1994, hlm. 10
45

13. Khabth: Berarti tidak adanya keseimbangan ketika duduk dan bangun.
Menjelaskan bahwa dosa adalah sebuah gerakan yang tidak seimbang,
yang diiringi oleh kelimbungan dan kecondongan untuk jatuh.
14. Syarr: Perbuatan jelek yang seluruh manusia mempunyai rasa tidak
senang terhadapnya dan kebalikannya, khair, berarti pekerjaan baik
yang disukai oleh masyarakat. Dosa adalah tindakan yang bertentangan
dengan fitrah dan lubuk hati manusia yang paling dalam. Kata ini
disebut seringkali berhubungan dengan kesusahan dan kesulitan. Tapi
juga kadang-kadang disebut berhubungan dengan dosa. Seperti apa yang
tercantum dalam surah Al-Zilzalah 8.
15. Lamam: Artinya dekat dengan dosa. Juga berarti barang-barang yang
sedikit dan langka. Digunakan dalam penjelasan tentang dosa-dosa
kecil. Kata ini hanya disebut satu kali dalam Al-Quran, di dalam surah
Al-Najm 32.
16. Wizr: Berarti beban. Kebanyakan disebutkan perihal orang yang
menanggung atau memikul dosa orang lain. Wazir (perdana menteri)
adalah orang yang mempunyai beban dan tugas yang berat. Pendosa
adalah orang lalai yang memikulkan beban berat pada pundaknya
sendiri. Disebut 26 kali dalam Al-Qur'an. Dalam Al-Qur'an juga
disebutkan kata lain yang sama artinya yaitu tsiql, dan disebut dalam
hubungannya dengan dosa. Seperti dinyatakan dalam surah Al- 'Ankabut
13.
17. Hints: Pada asalnya berarti kecenderungan dan kemauan seseorang
untuk melakukan perbuatan-perbuatan batil atau salah. Kebanyakan
disebut dalam dosa-dosa yang berkaitan dengan pembatalan janji atau
sumpah. Atau penyelewengan dan pengkhianatan terhadap 'ahd (janji).
Kata ini disebut dua kali dalam Al-Qur'an.16
Rincian di atas tidak jauh berbeda dengan rincian Abu Ahmadi yang
menyatakan bahwa Al-Qur'an mengistilahkan perbuatan dosa yang
mengakibatkan turunnya siksaan Tuhan dengan istilah yang berbeda dan

16
Ibid., hlm. 10-11
46

bermacam-macam: 1). Al-Khatiah (penyelewengan), 2). Adzdzanb


(perbuatan salah), 3). as-sayyiah (perbuatan jelek), 4). al itsm (perbuatan
dosa), 5). al-fusuq (fasik), 6). al-'ishyan (maksiat), 7). al-'utuw. (sombong).
dan 8). al-fasad (perbuatan merusak). Al-Qur'an menyebutkan semua istilah
tersebut dengan pengertian yang hampir bersamaan. Di samping itu, Al-
Qur'an juga menerangkan siksaan-siksaan yang akan menimpa pelaku dosa-
dosa tersebut, baik di dunia maupun di akhirat kelak.17
Status manusia berbeda dengan malaikat yang penuh dengan
kesucian dan kemuliaan dengan tabiatnya yang selalu patuh dan taat kepada
Tuhan. Tetapi hakikat manusia juga berlainan dengan iblis yang statusnya
durhaka selama-lamanya. Manusia berada di antara keduanya, yang
sewaktu-waktu dapat naik ke jenjang kemuliaan dan kesucian tetapi juga
sewaktu-waktu terjerumus ke dalam lembah kehinaan dan kedurhakaan bila
berkawan dengan iblis.
Setiap orang Mukmin sangat memerlukan dua perkara ini, yaitu
pengampunan dosa dan penghapusan kesalahan. Sebab tidak ada seorang
pun yang terlepas dari dosa dan kesalahan, selaras dengan kontruksi
kemanusiaannya, yang di dalam dirinya terkandung dua unsur yang saling
berbeda: Unsur tanah bumi dan unsur ruh langit. Yang satu membelenggu
untuk dibawa ke bawah, dan satunya lagi melepaskannya untuk dibawa ke
atas. Yang pertama memungkinkan untuk menurunkannya ke kubangan
binatang atau bahkan lebih sesat lagi jalannya, sedangkan yang kedua
memungkinkan untuk mengangkatnya ke ufuk alam malaikat atau bahkan
lebih baik lagi. Karena itu setiap manusia mempunyai peluang untuk
melakukan keburukan dan berbuat dosa.18
Manusia dianugerahi sejumlah keistimewaan tertentu dibandingkan
dengan makhluk-makhluk lainnya, namun juga kelemahan-kelemahan.
Salah satu kelemahannya ialah apabila dirayu oleh iblis dengan bujukan

17
Abu Ahmadi, Dosa Dalam Islam, Rineka Cipta, Jakarta, 1991, hlm. 6-7
18
Yusuf al-Qardhawy, Taubat, terj. Kathur Suhardi, Pustaka al-Kautsar, Jakarta
Timur, 2000, hlm.6.
47

yang manis kadang-kadang dapat tergoda dan terperosok mengikutinya.19


Di dalam diri manusia ada empat macam sifat yang menjadi asal mula
timbulnya dosa. Menurut Imam Ghazali, empat macam sifat ini ialah: (1)
sifat-sifat Rububiah (sifat-sifat Ketuhanan); (2) sifat-sifat Syaitaniah (sifat-
sifat kesyaithanan); (3) sifat-sifat Bahimiah (sifat-sifat Kebinatangan); (4)
sifat-sifat Sabu'iah (sifat-sifat kebuasan).20
Menurut fukaha, bentuk-bentuk perbuatan dosa antara lain adalah:
(1) sengaja melakukan perbuatan salah; (2) melanggar hukum yang telah
digariskan Allah SWT; (3) melanggar hak-hak Allah SWT dan hak manusia;
(4) menyiksa diri sendiri, jiwa, dan raga; (5) melakukan kesalahan berulang-
ulang; dan (6) melarikan diri dari kenyataan yang ada. Semua bentuk
perbuatan dosa tersebut, menurut fukaha, sama sekali tidak berasal dari
fitrah manusia. Manusia menurut fitrahnya lebih condong berbuat kebajikan
daripada kejahatan. Bila suatu ketika manusia dihadapkan pada pemilihan
alternatif mengerjakan dosa atau kebajikan, maka menurut fitrahnya pasti ia
akan memilih kebajikan, karena pada dasarnya manusia bersifat suci atau
baik. Tetapi kalau ia memilih berbuat dosa. pasti fitrahnya sudah
dipengaruhi oleh sesuatu yang berasal dari luar dirinya.21

C. Asal Usul Dosa

Berbicara asal-usul dosa, sangat berhubungan dengan kisah Adam dan


Hawa. Kisah Adam adalah kisah manusia dengan segala rahasianya,
kehidupannya merupakan kehidupan mahluk ini secara lengkap, semenjak
sang pencipta menghendaki agar dunia ini diramaikan, agar alam ini nampak,
dan agar kehidupan ini menjadi sempurna dan indah maka manusia menjadi
penghuni dunia.22

19
Hamzah Yakub, Tingkat Ketenangan Dan Kebahagiaan Mu’min: Uraian Tasawuf
dan Takorub, PT. Al-Ma’arif, Bandung, 1978, hlm. 201
20
Imam Al-Ghazali, Bimbingan Untuk Mencapai Tingkat Mukmin, CV.Diponegoro,
Bandung, 1975, hlm. 872-873
21
Abdul Aziz Dahlan, dkk (Ed.). Ensiklopedi Hukum Islam, Ikhtiar Baru van Hoeve,
Jakarta, 1997, hlm. 281-282
22
Muhammad Ali Ash-Shabuni, Kisah-kisah Nabi dan Masalah Kenabian, alih
bahasa, Muslich Shabir, Cahaya Indah, Semarang, 1994, hlm. 165
48

Banyak yang menguatkan bahwa Adam adalah manusia pertama dan


tidak ada jenis manusia sebelumnya. Demikian pula kitab samawi, semuanya
sepakat akan hal ini dan berita-berita dari semua ahli agama saling mendukung
terhadap hal itu bahwa Adam adalah bapak manusia dan bahwa dia secara
mutlak adalah manusia pertama yang diciptakan oleh sang pencipta.23
Adam adalah manusia pertama. Sebelum Adam, belum ada manusia.
Seluruh manusia selain Adam, semuanya adalah turunan Adam. Di antara
manusia turunan Adam itu, ada yang menjadi Nabi dan Rasul, menjadi orang-
orang suci. Di antaranya ada orang-orang pandai dalam berbagai bidang yang
menyebabkan kemajuan-kemajuan hebat bagi manusia dari abad ke abad.
Lihatlah kemajuan anak cucu Adam yang hidup di dalam abad kedua puluh
sekarang ini. Sekalipun ada pula di antara anak cucu Adam sendiri yang
menjadi perusak dan penjahat. Sebab itu, memang sudah sepantasnya kalau
para malaikat memberikan penghormatan kepada Adam sebagai manusia
pertama dan mempunyai turunan yang hebat-hebat itu.
Adam diciptakan Sang pencipta dengan Tangan-Nya sendiri. Sedang
makhluk-makhluk lainnya, seluruhnya diciptakan Tuhan dengan perkataan-
Nya "Bila Tuhan menghendaki sesuatu". Ia hanya mengatakan: Jadilah! Maka
jadilah apa yang dikehendaki Tuhan itu. Demikian semua agama sepakat."
Hanya Adam, yang Tuhan ciptakan dengan kedua "Tangan"-Nya. Maka sudah
sepantasnya kalau para malaikat diperintahkan Tuhan untuk menghormati
Adam. Karena ia diciptakan Tuhan dengan "Tangan"-Nya, Adam sungguh-
sungguh suatu makhluk terhormat yang tiada taranya di alam ini.24
Semua agama samawi sepakat bahwa Adam diberi tempat di syurga
dan baginya diciptakanlah Hawa untuk mendampinginya dan menjadi teman
hidupnya, menghilangkan rasa kesepiannya dan melengkapi kebutuhan
fitrahnya, untuk menurunkan turunan. Menurut ceritera kitab-kitab agama
samawi, Hawa diciptakan dari salah satu tulang rusuk Adam yang sebelah kiri
di waktu ia lagi tidur, sehingga ketika ia terjaga, ia melihat Hawa sudah berada
23
Ibid, hlm. 169
24
Bey Arifin, Rangkaian cerita dalam Al-Qur'an, Al-Ma'arif, Bandung, 1952, hlm.
11-12
49

di sampingnya. la ditanya oleh malaikat: "Wahai Adam! Apa dan siapakah


makhluk yang berada di sampingmu itu?" "Seorang perempuan", jawab Adam
sesuai dengan fitrah yang telah diilhamkan oleh Tuhan kepadanya. "Siapa
namanya?", tanya malaikat lagi. "Hawa", jawab Adam. "Untuk apa Tuhan
menciptakan makhluk ini?", tanya lagi sang malaikat. Adam menjawab:
"Untuk mendampingiku, memberi kebahagiaan bagiku dan mengisi kebutuhan
hidupku sesuai dengan kehendak Tuhan".25
Sesuai dengan ancaman yang diucapkan ketika diusir oleh Tuhan dari
surga akibat pembangkangannya dan terdorong pula oleh rasa iri hati dan
dengki terhadap Adam yang menjadi sebab sampai ia terkutuk dan terlaknat
selama-lamanya, tersingkir dari singgasana kebesarannya, Iblis mulai
menunjukkan rencana penyesatannya kepada Adam dan Hawa yang sedang
hidup berdua di surga tenteram, damai dan bahagia.
la menyatakan kepada mereka bahwa ia adalah kawan mereka dan
ingin memberi nasehat dan petunjuk untuk kebaikan dan kelestarian
kebahagiaan mereka. Segala cara dan kata-kata halus digunakan oleh Iblis
untuk mendapat kepercayaan Adam dan Hawa bahwa ia betul-betul jujur
dalam menasehati dan memberi petunjuk mereka. la membisikkan kepada
mereka bahwa larangan Tuhan kepada mereka memakan buah yang ditunjuk
itu adalah karena dengan memakan itu mereka akan menjelma menjadi
malaikat dan akan hidup kekal. Diulang-ulangilah bujukannya dengan sekali-
kali menunjuk akan harum baunya pohon yang dilarang, indah bentuk
buahnya dan lezat rasanya, sehingga pada akhirnya termakanlah bujukan yang
halus itu oleh Adam dan Hawa dan dilanggarlah larangan Tuhan.26
Adam dan Hawa mendengar perkataan Tuhan itu, sadarlah bahwa
mereka telah melanggar perintah Tuhan dan bahwa mereka telah melakukan
suatu kesalahan dan dosa yang besar. Seraya menyesal berkatalah mereka:
"Wahai Tuhan kami! Kami telah menganiaya diri kami sendiri dan telah
melanggar perintah-Mu, karena terkena bujukan Iblis. Ampunilah dosa kami
25
Salim Bahreisy, (penyadur), Sejarah Hidup Nabi-Nabi, PT.Bina Ilmu, Surabaya,
1999, cet 5, hlm. 4-5
26
Ibid, hlm. 4-5
50

karena niscaya kami akan tergolong dalam golongan orang-orang yang rugi
bila Engkau tidak mengampuni dan mengasihi kami".
Tuhan telah menerima taubat Adam dan Hawa serta mengampuni
perbuatan pelanggaran yang mereka telah lakukan, hal mana telah melegakan
dada mereka dan menghilangkan rasa sedih akibat kelalaian peringatan Tuhan
tentang Iblis sehingga terjerumus menjadi mangsa bujukan dan rayuannya
yang manis namun beracun itu.
Adam dan Hawa merasa tenteram kembali setelah menerima
pengampunan Tuhan dan selanjutnya akan menjaga jangan sampai tertipu lagi
oleh Iblis dan akan berusaha agar pelanggaran yang telah dilakukan tidak
menimbulkan murka dan teguran Tuhan. Hal itu menjadi pelajaran bagi
mereka berdua untuk lebih berhati-hati menghadapi tipu-daya dan bujukan
Iblis yang terlaknat itu. Harapan akan tinggal terus di surga yang telah pudar
karena perbuatan pelanggaran perintah Tuhan, hidup kembali dalam hati dan
pikiran Adam dan Hawa yang merasa kenikmatan dan kebahagiaan hidup
mereka di surga tidak akan terganggu oleh sesuatu dan bahwa kasih Tuhan
serta karunianya akan tetap melimpah di atas mereka untuk selama-lamanya.
Akan tetapi Tuhan telah menentukan dalam takdir-Nya apa yang tidak
terlintas dalam hati dan tidak terpikirkan oleh mereka.
Turunlah Adam dan Hawa ke bumi menghadapi cara hidup baru yang
jauh berlainan dengan hidup di surga yang pernah dialami dan yang tidak akan
berulang kembali. Mereka harus menempuh hidup di dunia yang fana ini
dengan suka dan dukanya dan akan menurunkan umat manusia yang
beraneka-ragam sifat dan tabiatnya, berbeda-beda warna kulitnya dan
kecerdasan otaknya. Umat manusia yang akan berkelompok-kelompok
menjadi suku-suku dan bangsa-bangsa, di mana yang satu menjadi musuh bagi
yang lain, saling bunuh membunuh, aniaya menganiaya dan tindas menindas,
sehingga dari waktu ke waktu Tuhan mengutus nabi-nabi-Nya dan rasul-rasul-
Nya menuntun hamba-hamba-Nya ke jalan yang lurus penuh damai, kasih
51

sayang di antara sesama manusia, jalan yang menuju kepada kasih-Nya dan
kebahagiaan manusia di dunia dan akhirat.27
Akal, hati, nafsu dan pancaindera yang diberikan Tuhan dapat
dimanfaatkan Adam dan Hawa untuk mencari segala keperluan hidup yang
memang sudah disediakan oleh Tuhan. Begitulah makin lama Adam dan
Hawa makin cerdas dan merasakan bahwa dunia ini sebagai Surga, lengkap
segala ada, tetapi harus dengan berjuang dan bekerja. Sedang di Surga segala-
galanya diperoleh secara otomatis, tanpa bersusah payah.
Adam dan Hawa dikarunia Tuhan anak dan turunan, laki-laki dan
perempuan, yang semakin lama semakin banyak. Setelah anak-anak itu
meningkat dewasa, yang laki-laki ingin isteri dan yang perempuan ingin
suami. Semua agama sepakat bahwa dengan petunjuk Tuhan, Adam
menetapkan bahwa anak laki-laki pertama tidak boleh kawin dengan adik
perempuannya sendiri melainkan harus kawin dengan adik perempuan anak
laki-laki kedua dan begitu seterusnya. Anak laki-laki pertama yang bernama
Habil harus kawin dengan adik-perempuan dari anak laki-laki kedua yang
bernama Qabil. Tentang ini Qabil tidak setuju, dia ingin kawin dengan
adiknya sendiri. Inilah perselisihan pertama di antara anak-anak Adam dan
Hawa.
Sang pencipta Maha Tahu, bahwa setelah perselisihan pertama itu,
akan muncul banyak dan bermacam ragam perselisihan di antara anak dan
cucu Adam (manusia). Makin banyak jumlah manusia makin banyak
perselisihan itu. Bahkan bukan hanya perselisihan atau pertengkaran, bahkan
akan terjadi yang lebih hebat, yaitu perkelahian, bahkan pembunuhan. Bukan
hanya antara 2 orang, bahkan akan timbul perselisihan antara kelompok, yang
menimbulkan perang-perangan, dalam format yang kecil sampai yang besar.
Bahkan perang menyeluruh, yang disebut perang dunia pertama, kedua dan
selanjutnya.28

27
Ibid, hlm. 5-6
28
Ibid, hlm. 28
52

Untuk mengurangi bahaya perselisihan, perkelahian, pembunuhan atau


perang itu itulah Tuhan menyatakan kepada Adam sebelum didaratkan di
permukaan bumi ini, bahwa akan datang petunjuk-petunjuk dari Tuhan. Siapa
yang mengikuti petunjuk Tuhan itu, maka ia tidak perlu takut atau sedih.
Maka Tuhan memberikan petunjuk pertama kepada Adam agar disampaikan
kepada anak-anak dan cucu-cucunya. Petunjuk pertama itu sederhana dan
ringkas sekali, tetapi menyeluruh dan amat luas jangkauannya. Dengan
petunjuk Tuhan ini Adam sudah diangkat Tuhan menjadi Nabi dan Rasul-Nya.
Adam menyampaikan petunjuk Tuhan dengan berkata: "Wahai anak-
anakku, ketahuilah olehmu bahwa jagad raya dan seluruh isinya ini adalah
ciptaan Tuhan, milik Tuhan. Semua harus tunduk menurut ketentuan Tuhan.
Termasuk kita manusia, juga harus tunduk kepada Tuhan. Kita diberi
kesempatan hidup di dunia dalam waktu terbatas, lalu kita akan mati, lalu akan
dibangkitkan Tuhan di alam akhirat yang kekal. Siapa yang banyak berbuat
baik akan ditempatkan di tempat bahagia, dan yang banyak melakukan
kejahatan akan dimasukkan dalam tempat sengsara".29
Mendengar petunjuk demikian itu memang anak-anak Adam menjadi
baik. Akhirnya datang perintah Tuhan untuk menguji kepercayaan anak-anak
anak Adam. Anak-anak Adam sudah pandai mengolah tanah, bercocok tanam
yang menghasilkan buah-buahan. Dan ada yang pandai berternak
menghasilkan binatang ternak. Tuhan memerintahkan agar semua hasil itu
jangan dimakan sendiri, tetapi sebahagian dikorbankan.
Habil ahli peternakan mempunyai banyak binatang ternak. Dia pilih
binatang ternak terbaik untuk dikorbankan. Sedang Qabil ahli pertanian
banyak menghasilkan buah-buahan. Dia milih buah-buah yang telah busuk
untuk dikorbankan. Korban Habil diterima oleh Tuhan, sedang korban Qabil
ditolak, karena Tuhan suka kepada yang baik, tidak dapat menerima yang
busuk. Qabil bertambah iri terhadap kakaknya Habil yang baik itu. Iblis

29
Ibid, hlm. 29
53

datang menggoda, menghasung. Akhirnya Qabil membunuh Habil. Terjadilah


pembunuhan pertama dipermukaan bumi ini.30
"Maka hawa nafsunya (Qabil) menganggap mudah membunuh
saudaranya, maka dibunuhnyalah akan dia (Habil), maka jadilah ia seorang
dari orang yang merugi". Setelah terjadi pembunuhan itu, Adam dan Hawa
begitupun seluruh anak-anaknya menjadi sedih sesedih-sedihnya, termasuk
Qabil sendiri. Dia menyesal, tetapi sesal kemudian yang tidak berguna. Lama
ia tak karuan, tidak dapat apa yang harus dilakukannya terhadap jenazah
kakaknya yang terkapar berlumuran darah itu.
Tiba-tiba matanya melihat 2 ekor burung gagak yang berkelahi
memperebutkan sepotong daging busuk. Salah satu dari keduanya luka dan
patah lehernya lalu mati, terkapar di tanah berlumuran darah. Gagak yang
hidup lalu menggali lubang di tanah dengan paruhnya, lalu menarik bangkai
gagak yang mati itu dimasukkannya ke dalam lubang, lalu ditimbunnya. Qabil
meniru apa yang dilakukan oleh gagak itu, jenazah kakaknya dikuburnya.
Kemudian ia bertualang kemana saja menyesali diri tanpa tujuan, menyesal
dan menyesal.
Demikianlah riwayat manusia yang diceritakan secara umum oleh
semua agama samawi. Kejadian seperti itu terus menerus terjadi di kalangan
manusia bodoh dan pintar sampai hari ini. Manusia yang tidak beriman sama
saja, bodoh atau pintar, gampang membunuh sesamanya, bahkan terhadap
orang yang tak bersalah sama sekali. Adam dan Hawa serta anak-anaknya
menjadi semakin tua, karena begitulah sunnah Tuhan berlaku di alam ini.
Akhirnya keduanya meninggalkan dunia ini.31

D. Macam-Macam Dosa

Dosa dan kesalahan merupakan masalah penting dalam Islam, karena


keduanya menyangkut hubungan, baik antara manusia dengan Allah, dengan

30
Ibid, hlm. 28-29
31
Ibid, hlm. 29-30
54

masyarakat dan lingkungannya serta dengan dirinya sendiri. Ketenteraman,


kesejahteraan dan kebahagiaan manusia banyak ditentukan oleh seberapa jauh
ia terhindar atau bersih dari dosa dan kesalahan, ataupun sampai seberapa
banyak ketaatan dan kebaikan yang diperbuatnya. Sebaliknya penderitaan,
kesengsaraan dan ketidakbahagiaan manusia banyak pula ditentukan oleh
seberapa banyak dosa dan kesalahan yang telah dilakukannya. Orang-orang
yang berbuat dosa dan kesalahan diancam Allah dengan hukuman berat, balk
di dunia maupun di akhirat. Sebaliknya orang yang berbuat taat dan kebaikan
dijanjikan dan diberikan Allah pahala yang besar, baik di dunia maupun di
akhirat.32
Dosa itu dalam ajaran Islam dapat dikelompokkan dalam tiga
kelompok yaitu: (a) dosa besar yang tidak terampuni; (b) dosa besar yang
masih bisa diampuni; (c) dosa kecil yang terhapus karena rajin ibadah atau
karena banyak berbuat kebajikan.33 Atau dengan kata lain, mengenai dosa dan
kesalahan ditinjau dari segi bahaya dan mudarat pada bagian ketiga, yaitu dosa
kecil dan dosa besar, para ulama berbeda pendapat tentang definisi dan
jumlahnya. Tentang definisi atau pengertian dosa besar dan dosa kecil, ada
yang mengatakan bahwa dosa besar adalah kesalahan besar terhadap Allah
karena melanggar aturan pokok yang diancam dengan hukuman berat, dunia
dan akhirat, contohnya dosa syirik, zina dan durhaka kepada kedua ibu-bapak.
Dosa kecil adalah kesalahan ringan terhadap Allah berupa pelanggaran ringan
mengenai hal-hal yang bukan pokok yang hanya diancam dengan siksaan
ringan. Contohnya ucapan yang kurang baik dan melihat wanita dengan penuh
syahwat. Bagi Mu'tazilah yang dikatakan dosa besar ialah setiap perbuatan
maksiat yang ada ancamannya dari Allah, dan dosa kecil setiap perbuatan
maksiat yang tidak ada ancamannya. Sedangkan bagi Ja'afar bin Mubasysyir
yang dikatakan dosa besar itu ialah setiap niat yang digunakan untuk

32
Yahya Jaya, Peranan Taubat dan Maaf Dalam Kesehatan Mental, Remaja
Rosdakarya, Bandung, 1995, hlm. 30-35
33
Hasbullah Bakry, Pedoman Islam di Indonesia, UI Press, Jakarta, 1988, hlm. 29.
55

melakukan perbuatan dosa dan setiap orang yang melakukan perbuatan


maksiat dengan sengaja adalah dosa besar.34
Jadi pengertian dosa besar di sini bergantung pada niat dan
kesengajaan. Imam Harmain, Al-Ghazali dan Al-Razy mengemykakan bahwa
dosa besar ialah setiap sesuatu perbuatan yang ada unsur penghinaannya
terhadap agama dan ketiadaan mempedulikan larangan dan suruhan agama
serta tidak menghormati taklif agama.35 Sebagian ulama lain mengatakan:
"Apabila ingin mengetahui perbedaan antara dosa besar dengan dosa-dosa
kecil, maka bandingkanlah kerusakan-kerusakan yang diakibatkan oleh dosa-
dosa tersebut dengan dosa besar yang sudah ada nash-nya. Apabila pada
kenyataannya kerusakan yang ditimbulkan itu hanya sedikit, maka yang
demikian itu adalah dosa kecil. Tetapi apabila kerusakan yang ditimbulkannya
itu seimbang atau lebih besar, maka yang demikian itu adalah dosa besar.36
Pengertian dosa besar dan dosa kecil yang terakhir ini ditekankan pada
kerusakan yang ditimbulkannya, dibandingkan dengan dosa yang telah ada
nash-nya dalam Islam. Dari uraian tentang pengertian dosa di atas dapat
diambil suatu kesimpulan bahwa para ulama pada umumnya menyetujui
pembagian dosa itu atas dasar besar dan kecil. Dosa besar mengandung
bahaya dan mudarat yang lebih besar, dan dosa kecil mendatangkan bahaya
dan mudarat yang lebih ringan.
Adapun mengenai jumlah dosa besar para ulama berbeda pendapat.
Ada di antara mereka yang mengatakan jumlahnya 7, 17, 70 dan ada pula yang
mengatakan jumlahnya 700. Semua pendapat ini ada argumennya, baik
argumen akal maupun naqal. Pendapat jumlah dosa besar 17 dikemukakan
oleh Abu Thalib al-Makki. Setelah mengumpulkan berbagai hadis Nabi
Muhammad s.a.w. tentang dosa besar ia menyimpulkan, bahwa dosa besar itu
ada 17 dengan rincian sebagai berikut:

34
Lutpi Ibrahim, “Konsep Dosa Dalam Pandangan Islam”, Studia Islamika No.
13/1980, hlm. 16.
35
T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy, op. cit, hlm. 470.
36
Afif Abdullah Fattah Thabbarah, Dosa Dalam Pandangan Islam, terj. Bahrun
Abubakar dan Anwar Rasyidi, Risalah, Bandung, 1980, hlm. 4.
56

Empat terdapat di hati, yaitu:


1. Syirik.

‫ﻦ‬‫ﻭﻣ‬ ‫ﺎ ُﺀ‬‫ﻳﺸ‬ ‫ﻦ‬‫ﻚ ِﻟﻤ‬


 ‫ﻭ ﹶﻥ ﹶﺫِﻟ‬‫ﺎ ﺩ‬‫ ﻣ‬‫ﻐ ِﻔﺮ‬ ‫ﻳ‬‫ﻭ‬ ‫ﻙ ِﺑ ِﻪ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺸ‬
 ‫ ﺃﹶﻥ ﻳ‬‫ﻐ ِﻔﺮ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻪ ﹶﻻ‬ ‫ِﺇﻥﱠ ﺍﻟﹼﻠ‬
{48} ‫ﻋﻈِﻴﻤﹰﺎ‬ ‫ﻯ ِﺇﺛﹾﻤﹰﺎ‬‫ﺘﺮ‬‫ﻙ ﺑِﺎﻟﹼﻠ ِﻪ ﹶﻓ ﹶﻘ ِﺪ ﺍ ﹾﻓ‬ ‫ﺸ ِﺮ‬  ‫ﻳ‬
Artinya: Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan
Dia mengampuni segala dosa yang selain dari itu, bagi siapa
yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan
Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar (Q.S.
an-Nisa': 48).37

2. Senantiasa berbuat maksiat kepada Allah.

‫ﺎ‬‫ﺎﻟِﺪﹰﺍ ﻓِﻴﻬ‬‫ﺎﺭﹰﺍ ﺧ‬‫ﻪ ﻧ‬ ‫ﺪ ِﺧ ﹾﻠ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻩ‬ ‫ﺩ‬ ‫ﻭ‬‫ﺣﺪ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﺘ‬‫ﻳ‬‫ﻭ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻮﹶﻟ‬‫ﺭﺳ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﺺ ﺍﻟﹼﻠ‬
ِ ‫ﻌ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻦ‬‫ﻭﻣ‬
{14} ‫ﲔ‬  ‫ﻣ ِﻬ‬ ‫ﺏ‬  ‫ﻋﺬﹶﺍ‬ ‫ﻭﹶﻟﻪ‬

Artinya: Dan barangsiapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya


dan melanggar ketentuan-ketentuan-Nya, niscaya Allah
memasukkannya ke dalam api neraka sedang ia kekal di
dalamnya; dan baginya siksa yang menghinakan. (Q.S. an-
Nisa': 14).38

3. Merasa selamat dari genggaman Allah atau merasa bebas dari balasan
Allah.

{99} ‫ﻭ ﹶﻥ‬‫ﺎ ِﺳﺮ‬‫ﻡ ﺍﹾﻟﺨ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﺮ ﺍﻟﹼﻠ ِﻪ ِﺇﻻﱠ ﺍﹾﻟ ﹶﻘ‬ ‫ﻣ ﹾﻜ‬ ‫ﻣﻦ‬ ‫ﻳ ﹾﺄ‬ ‫ﻼ‬
‫ﺮ ﺍﻟﹼﻠ ِﻪ ﹶﻓ ﹶ‬ ‫ﻣ ﹾﻜ‬ ‫ﻮﹾﺍ‬‫ﹶﺃﹶﻓﹶﺄ ِﻣﻨ‬

37
Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Surya Cipta Aksara, Surabaya, 1993, hlm.
126
38
Ibid., hlm. 118
57

Artinya: Maka apakah mereka merasa aman dari azab Allah? Tiada
yang merasa aman dan azab Allah kecuali orang-orang
yang merugi. (Q.S. Al-A'raf: 99).39

4. Merasa putus asa dari rahmat Allah.

‫ﻮﺗﹰﺎ‬‫ﻴ‬‫ﺮ ﺑ‬ ‫ﺼ‬


 ‫ﺎ ِﺑ ِﻤ‬‫ﻮ ِﻣ ﹸﻜﻤ‬ ‫ﻮﺀَﺍ ِﻟ ﹶﻘ‬ ‫ﺒ‬‫ﺗ‬ ‫ﻭﹶﺃﺧِﻴ ِﻪ ﺃﹶﻥ‬ ‫ﻰ‬‫ﻮﺳ‬‫ﺎ ِﺇﻟﹶﻰ ﻣ‬‫ﻴﻨ‬‫ﺣ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻭﹶﺃ‬
{87} ‫ﲔ‬  ‫ﺆ ِﻣِﻨ‬ ‫ﺸ ِﺮ ﺍﹾﻟﻤ‬
 ‫ﺑ‬‫ﻭ‬ ‫ﻼ ﹶﺓ‬‫ﺼﹶ‬  ‫ﻮﹾﺍ ﺍﻟ‬‫ﻭﹶﺃﻗِﻴﻤ‬ ‫ﺒﹶﻠ ﹰﺔ‬‫ﻢ ِﻗ‬ ‫ﺗ ﹸﻜ‬‫ﻮ‬‫ﺑﻴ‬ ‫ﻌﻠﹸﻮﹾﺍ‬ ‫ﺟ‬ ‫ﺍ‬‫ﻭ‬
Artinya: Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita
tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus
asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa
dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir". (Q.S.
Yusuf: 87).40

Empat di lidah, yaitu:


5. Memberi saksi palsu.

{72} ‫ﺍﻣﹰﺎ‬‫ﻭﺍ ِﻛﺮ‬‫ﻣﺮ‬ ‫ﻐ ِﻮ‬ ‫ﻭﺍ ﺑِﺎﻟﻠﱠ‬‫ﻣﺮ‬ ‫ﻭِﺇﺫﹶﺍ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﻭ‬‫ﻭ ﹶﻥ ﺍﻟﺰ‬‫ﻬﺪ‬ ‫ﺸ‬
 ‫ﻳ‬ ‫ﻦ ﻟﹶﺎ‬ ‫ﺍﱠﻟﺬِﻳ‬‫ﻭ‬
Artinya: Dan orang-orang yang tidak memberikan persaksian palsu,
dan apabila mereka bertemu dengan yang mengerjakan
perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui
dengan menjaga kehormatan dirinya. (Q.S. Al-Furqan:
72).41

6. Membuat tuduhan zina terhadap perempuan yang beriman.

‫ﻮﺍ ﻓِﻲ‬‫ﺕ ﻟﹸ ِﻌﻨ‬


ِ ‫ﺎ‬‫ﺆ ِﻣﻨ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺕ ﺍﹾﻟ‬
ِ ‫ﺎِﻓﻠﹶﺎ‬‫ﺕ ﺍﹾﻟﻐ‬
ِ ‫ﺎ‬‫ﺼﻨ‬
‫ﺤ‬  ‫ﻤ‬ ‫ﻮ ﹶﻥ ﺍﹾﻟ‬‫ﺮﻣ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻦ‬ ‫ِﺇﻥﱠ ﺍﱠﻟﺬِﻳ‬
‫ﻢ‬ ‫ﻴ ِﻬ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﻬﺪ‬ ‫ﺸ‬
 ‫ﺗ‬ ‫ﻡ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻳ‬ {23} ‫ﻢ‬ ‫ﻋﻈِﻴ‬ ‫ﺏ‬  ‫ﻋﺬﹶﺍ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻭﹶﻟﻬ‬ ‫ﺮ ِﺓ‬ ‫ﺍﻟﹾﺂ ِﺧ‬‫ﺎ ﻭ‬‫ﻧﻴ‬‫ﺪ‬ ‫ﺍﻟ‬
{24} ‫ﻤﻠﹸﻮ ﹶﻥ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻮﺍ‬‫ﺎ ﻛﹶﺎﻧ‬‫ﻢ ِﺑﻤ‬‫ﺟﹸﻠﻬ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﻭﹶﺃ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻳﺪِﻳ ِﻬ‬‫ﻭﹶﺃ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻬ‬‫ﻨﺘ‬‫ﺴ‬ ِ ‫ﹶﺃﹾﻟ‬

39
Ibid., hlm. 237
40
Ibid., hlm. 362
41
Ibid., hlm. 569
58

Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang menuduh wanita yang baik-


baik, yang lengah lagi beriman , mereka kena la'nat di
dunia dan akhirat, dan bagi mereka azab yang besar, pada
hari, lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas
mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan. (Q.S.
Annur: 23-24).42

7. Membuat sumpah palsu.

‫ﻕ‬
‫ﻼ‬ ‫ﺧ ﹶ‬ ‫ﻚ ﹶﻻ‬  ‫ﻭﻟﹶـِﺌ‬ ‫ﻼ ﹸﺃ‬ ‫ﻨﹰﺎ ﹶﻗﻠِﻴ ﹰ‬‫ﻢ ﹶﺛﻤ‬ ‫ﺎِﻧ ِﻬ‬‫ﻳﻤ‬‫ﻭﹶﺃ‬ ‫ﻬ ِﺪ ﺍﻟﹼﻠ ِﻪ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻭ ﹶﻥ ِﺑ‬‫ﺘﺮ‬‫ﺸ‬
 ‫ﻳ‬ ‫ﻦ‬ ‫ِﺇﻥﱠ ﺍﱠﻟﺬِﻳ‬
‫ﻭ ﹶﻻ‬ ‫ﻣ ِﺔ‬ ‫ﺎ‬‫ﻡ ﺍﹾﻟ ِﻘﻴ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻴ ِﻬ‬‫ﺮ ِﺇﹶﻟ‬ ‫ﻨ ﹸﻈ‬‫ﻭ ﹶﻻ ﻳ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻢ ﺍﻟﻠﹼ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻳ ﹶﻜﻠﱢ‬ ‫ﻭ ﹶﻻ‬ ‫ﺮ ِﺓ‬ ‫ﻢ ﻓِﻲ ﺍﻵ ِﺧ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﹶﻟ‬
{77} ‫ﻢ‬ ‫ﺏ ﹶﺃﻟِﻴ‬  ‫ﻋﺬﹶﺍ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻭﹶﻟﻬ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﺰﻛﱢﻴ ِﻬ‬ ‫ﻳ‬
Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang menukar janji Allah dan
sumpah-sumpah mereka dengan harga yang sedikit,
mereka itu tidak mendapat bahagian di akhirat, dan Allah
tidak akan berkata-kata dengan mereka dan tidak akan
melihat kepada mereka pada hari kiamat dan tidak akan
mensucikan mereka. Bagi mereka azab yang pedih. (Q.S.
Ali Imran : 77)43

8. Berkata bohong.

‫ﻼ ﺃﹶﻥ‬‫ ﹰ‬‫ﺭﺟ‬ ‫ﺘﻠﹸﻮ ﹶﻥ‬‫ﺗ ﹾﻘ‬‫ ﹶﺃ‬‫ﻧﻪ‬‫ﺎ‬‫ ِﺇﳝ‬‫ﻢ‬‫ﻳ ﹾﻜﺘ‬ ‫ﻮ ﹶﻥ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻦ ﺁ ِﻝ ِﻓ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺆ ِﻣ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺟ ﹲﻞ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﻭﻗﹶﺎ ﹶﻝ‬
‫ ﻛﹶﺎﺫِﺑﹰﺎ‬‫ﻳﻚ‬ ‫ﻭﺇِﻥ‬ ‫ﻢ‬ ‫ ﹸﻜ‬‫ﺑ‬‫ﺕ ﻣِﻦ ﺭ‬ ِ ‫ﺎ‬‫ﻴﻨ‬‫ﺒ‬‫ﺎﺀﻛﹸﻢ ﺑِﺎﹾﻟ‬‫ﺪ ﺟ‬ ‫ﻭﹶﻗ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻲ ﺍﻟﱠﻠ‬ ‫ﺑ‬‫ﺭ‬ ‫ﻳﻘﹸﻮ ﹶﻝ‬
‫ﻢ‬ ‫ﻛﹸ‬‫ﻳ ِﻌﺪ‬ ‫ ﺍﱠﻟﺬِﻱ‬‫ﻌﺾ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﺒﻜﹸﻢ‬‫ﺼ‬
ِ ‫ﻳ‬ ‫ﺎﺩِﻗﹰﺎ‬‫ ﺻ‬‫ﻳﻚ‬ ‫ﻭﺇِﻥ‬ ‫ﻪ‬‫ﻴ ِﻪ ﹶﻛ ِﺬﺑ‬‫ﻌﹶﻠ‬ ‫ﹶﻓ‬
{28} ‫ﺏ‬  ‫ﻑ ﹶﻛﺬﱠﺍ‬  ‫ﺴ ِﺮ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻦ ﻫ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻬﺪِﻱ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻪ ﻟﹶﺎ‬ ‫ِﺇﻥﱠ ﺍﻟﻠﱠ‬
Artinya: Dan seorang laki-laki yang beriman di antara pengikut-
pengikut Fir'aun yang menyembunyikan imannya berkata:
"Apakah kamu akan membunuh seorang laki-laki karena dia
menyatakan: "Tuhanku ialah Allah padahal dia telah datang
kepadamu dengan membawa keterangan-keterangan dari

42
Ibid., hlm. 547.
43
Ibid., hlm. 88.
59

Tuhanmu. Dan jika ia seorang pendusta maka dialah yang


menanggung dustanya itu; dan jika ia seorang yang benar
niscaya sebagian yang diancamkannya kepadamu akan
menimpamu". Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-
orang yang melampaui batas lagi pendusta. (Q.S. Ghofir/ al-
Mukmin: 28).44

Tiga di perut, yaitu:


9. Minum khamar dan minuman keras
10. Memakan harta anak yatim.
11. Memakan harta riba
Dua di kemaluan, yaitu:
12. Berzina.
13. Homoseks.
Dua di badan khususnya pada tangan, yaitu:
14. Melakukan pembunuhan.
15. Melakukan pencurian.
Satu di kaki, yaitu:
16. Lari dari peperangan.
Satu lagi letaknya di seluruh badan, yaitu;
17. Tidak menghormati kedua ibu bapak.45
Adz-Dzahabi, pengarang kitab al-Kaba'ir menyebutkan tujuh
puluh buah dosa besar:
1. Menserikatkan Allah dan riya dalam amal perbuatan;
2. sengaja menghilangkan nyawa seseorang mukmin;
3. mengamalkan sihir;
4. meninggalkan salat;
5. enggan mengeluarkan zakat;
6. sengaja berbuka di hari bulan Ramadhan;
7. tidak menunaikan ibadah haji, padahal mempunyai kesanggupan
menunaikannya;

44
Ibid., hlm. 763.
45
Yahya Jaya, op. cit, hlm. 33-34
60

8. durhaka kepada kedua orang tua;


9. memutuskan hubungan silaturrahim;
10. berzina;
11. homoseksualitas;
12. makan riba;
13. makan harta anak yatim secara dhalim;
14. berdusta terhadap Allah dan Rasul-Nya;46
15. melarikan diri dari medan perang padahal kekuatan musuh tidak
melebihi kekuatan pasukan muslimin, kecuali mundur untuk mencari
tempat. bertahan yang lebih baik atau menggabungkan diri dengan
barisan muslimin lainnya;
16. menipu dan menganiaya rakyat yang dilakukan oleh para pemimpin;
17. takabur, bermegah-megah, sombong, dan 'ujub;
18. menjadi saksi palsu;
19. minum khamar;
20. berjudi;
21. menuduh perempuan baik-baik (muhshanat), berzina;
22. korupsi, mengambil harta ghanimah yang belum dibagi-bagikan
kepada yang berhak; mengambil sesuatu dari baital mal tanpa izin dari
yang berhak atau mengambil sesuatu dari zakat yang dikumpulkan
untuk para fuqara;
23. mencuri;
24. merampok, merompak, membegal, dan mehgadakan pengacauan;
25. sumpah palsu untuk mengambil hak orang lain;
26. memakan harta orang lain dengan cara memaksa atau memperlambat
membayar hutang oleh orang yang berpunya;
27. memungut pajak terhadap orang asing yang melewati perbatasan
dengan cara paksa (pungutan liar);
28. makan barang yang haram dan mencari kekayaan secara tidak halal;

46
Imam Abu Abdullah Muhammad bin Ahmad bin Usman Az-Zahabi, Dosa-Dosa
Besar, Terj. Mu'amal Hamidy, dkk, PT Bina Ilmu, Surabaya, 1993, hlm. 5.
61

29. bunuh diri;


30. selalu berbohong;
31. tidak menghukum dengan hukum-hukum yang benar;
32. makan suap dalam mengadili perkara;
33. perempuan menyerupakan dirinya dengan laki-laki, dan laki-laki
menyerupakan dirinya dengan perempuan;
34. tidak merasa cemburu dan membiarkan orang lain berbuat cabul
terhadap keluarganya;
35. cinta buta;
36. tidak membersihkan diri dari kemih;47
37. riya';
38. belajar semata-mata karena dunia dan menyembunyikan ilmu
pengetahuan;
39. berkhianat;
40. mengungkit-ungkit sesuatu pemberian (sedekah) yang telah diberikan
kepada seseorang;
41. tidak percaya kepada qadar;
42. mencari-cari keaiban seseorang dan memata-matainya;
43. suka mengadu domba dan membawa fitnah untuk merusakkan
hubungan orang;
44. mengutuk;
45. menipu, tidak menepati janji;
46. membenarkan tukang tenung;
47. durhaka istri terhadap suami;
48. membuat gambar timbul pada kain, batu dan sebagainya;
49. memukul-mukul dada, menampar-nampar pipi, mencabik-cabik kain
dan meminta kecelakaan ketika ada musibah.
50. menganiaya sesuatu golongan;
51. berlaku kasar terhadap fakir miskin, kaum kerabat, pembantu rumah
tangga dan lain-lain;

47
Ibid, hlm. 7-45
62

52. menyakiti tetangga;


53. memaki dan menyakiti kaum muslimin
54. memberi melarat kepada hamba Allah dan berlaku kasar terhadap
mereka;
55. memanjang-manjangkan secara berlebihan kain sarung, celana, atas
dasar sombong, angkuh, dan 'ujub;
56. memakai sutra dan emas oleh laki-laki;
57. lari hamba dari tuannya;
58. menyembelih untuk selain Allah;
59. membangsakan diri kepada bukan bapanya, sedang ia mengetahuinya;
60. mengadakan jidal, mira', khusumat untuk memperlihatkan kebodohan
orang lain;
61. tidak mau memberikan kelebihan air;
62. mengurangi sukatan, timbangan, dan ukuran;
63. merasa diri selamat dari hukuman Allah;
64. tidak takut mendapat azab di hari akhirat, dan tidak mengharap
ampunan dari Allah;
65. meninggalkan berjamaah, dan sembahyang sendirian tanpa uzur;
66. kekal meninggalkan shalat Jum'at dan jamaah tanpa uzur;
67. membuat wasiat yang memelaratkan ahli waris;
68. menipu dan mengicuh;
69. memata-matai muslimin dan memberitahukan tentang keadaan mereka
kepada musuh;
70. mencela sahabat Nabi SAW.48
Walau bagaimanapun kecilnya dosa-dosa itu, ia dapat saja dengan
segera menjadi dosa besar. Dosa kecil dapat menjadi dosa besar antara
lain disebabkan:
a. Karena dosa kecil itu dikerjakan terus menerus atau dikekalkan saja
mengerjakannya tanpa ada hentinya.

48
Ibid, hlm. 45-402
63

b. Karena memandang kecil perbuatan dosa. Sebab dosa itu apabila


dipandang kecil (enteng), maka ia dipandang besar oleh Allah dan
apabila kita pandang besar, maka niscaya dipandang kecil oleh Allah.
c. Karena gembira berbuat dosa kecil itu dan tidak merasakan, bahwa
dosa dapat menjadi sebab kecelakaannya.
d. Merasa aman dari tipu daya Allah.49
Jadi pengertian kecil dan besarnya dosa itu sangat relatif, seperti
dosa kecil yang dilakukan secara terus menerus bisa berubah menjadi dosa
besar. Dari uraian di atas jelas bahwa sumber dan penyebab timbulnya
dosa dan kesalahan pada diri seseorang adalah usaha dan perbuatan
manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, ia pulalah yang bisa
mempertanggungjawabkan dosa dan kesalahannya ataupun yang bisa
mengusahakan dosa dan kesalahannya itu hapus. Dosa dan kesalahan
seorang bapak tidak akan dapat dihapuskan oleh usaha dan perbuatan
anaknya, dan begitu pula sebaliknya. Penghapusan dosa dan kesalahan
hanya bisa terwujud, kalau orang-orang yang berdosa dan bersalah itu
sendiri berusaha untuk menghilangkannya.

E. Cara Penghapusan Dosa

Setiap manusia hidup di dunia ini tidak terlepas dari berbuat dosa. Ada
orang yang melakukan perbuatan dosa secara sengaja dan ada pula yang tanpa
disadari atau memang tidak tahu sama sekali. Maka dalam hal ini Allah SWT
memberi jalan kepada manusia untuk memilih tetap dalam dosa atau ingin
mendapatkan ampunan. Jika manusia memilih mendapat ampunan, maka
Allah telah memberi kesempatan kepada manusia untuk bertaubat. Jika
seseorang mendapat penyakit yang disebabkan oleh dosa-dosa yang
diperbuatnya, maka ia harus bertaubat. Itulah cara pengobatan yang Allah

49
Humaidi Tatapangarsa, Akhlaq Yang Mulia, PT Bina Ilmu, Surabaya, 1980, hlm.
64-
64

SWT berikan kepada mereka yang mendapat penyakit secara metafisik.


Karenanya jalan keluar bagi orang yang berdosa hanya bertaubat.50
Menurut jumhur ulama, Allah SWT tidak menentukan berapa jumlah
dosa dalam Al-Qur'an, namun dosa dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu
dosa besar (kabair) dan dosa kecil. Allah SWT berfirman: "Jika kamu
menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu
mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahan (dosa-dosamu
yang kecil) dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga) (QS. An-
Nisa 4:31).
Dosa-dosa kecil itu dapat dihapuskan oleh ibadah-ibadah seperti salat
lima waktu, salat Jumat, dan puasa Ramadan. Jumhur ulama berpendapat
bahwa dosa besar tidak bisa terhapus hanya dengan melaksanakan perbuatan-
perbuatan baik, tetapi dosa-dosa kecil bisa terhapus dengan ibadah dan amal
saleh. Ulama sepakat bahwa dosa-dosa besar hanya bisa dihapus dengan tobat.
Pendapat ini didasarkan atas firman Allah SWT yang artinya: "...Allah
menyukai orang-orang yang melakukan kebajikan. Dan juga orang-orang yang
apabila mengerjakan perbuatan keji (dosa besar) atau menganiaya diri sendiri,
mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka;
dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah; dan mereka
tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui" (QS. Al-
Imran 3:134—135).
Dalam melakukan taubat ada syarat-syarat yang harus ditempuh oleh
setiap orang yang ingin membersihkan diri, misalnya menurut Imam al-
Nawawi bahwa taubat itu wajib dari tiap dosa, karenanya jika maksiat itu
hanya antara manusia dengan Allah, tidak ada hubungannya dengan manusia,
maka ada tiga syarat untuk melakukan taubat: (1) Harus menghentikan
maksiat; (2) harus menyesal atas perbuatan yang telah terlanjur dilakukannya;
(3) niat sungguh-sungguh untuk tidak mengulangi perbuatan itu. Sedangkan
apabila dosa itu ada hubungan dengan hak manusia maka taubatnya harus

50
Maimunah Hasan, Al-Qur’an dan Pengobatan Jiwa, Bintang Cemerlang,
Yogyakarta, 2001, hlm. 41.
65

ditambah dengan syarat yang keempat yaitu: (4) menyelesaikan terlebih


dahulu urusannya dengan orang yang berhak, apakah dengan memohon maaf
atau meminta dihalalkan atau mengembalikan apa yang menjadi hak orang
itu. 51
Dalam konteks ini Imam al-Ghazali dalam bukunya menguraikan
masalah taubat dengan berbagai liku-liku permasalahan secara jelas dan
lengkap. la mengatakan berbagai kezaliman yang dilakukan seseorang
terhadap sesamanya, termasuk juga dalam dosa pembangkangan dan tindak
pidana terhadap hak Allah SWT. maka orang tersebut tidak bisa hanya
bertaubat kepada Allah SWT, akan tetapi ia harus menyelesaikan terlebih
dahulu dengan orang yang ia aniaya.52
Dalam Al-Qur’an surat al-Furqan ayat 71 ditegaskan:

(71 :‫ﺎﺑﹰﺎ )ﺍﻟﻔﺮﻗﺎﻥ‬‫ﻣﺘ‬ ‫ﺏ ِﺇﻟﹶﻰ ﺍﻟﻠﱠ ِﻪ‬


 ‫ﻮ‬‫ﻳﺘ‬ ‫ﻧﻪ‬‫ﺎﻟِﺤﹰﺎ ﹶﻓِﺈ‬‫ﻋ ِﻤ ﹶﻞ ﺻ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺏ‬
 ‫ﺎ‬‫ﻦ ﺗ‬‫ﻭﻣ‬

Artinya:Dan orang-orang yang bertaubat dan mengerjakan amal saleh,


maka sesungguhnya dia bertaubat kepada Allah dengan
taubat yang sebenar-benarnya.(Q.S. al-Furqan 25:71).53
Dalam tafsir Al-Qur’anul Majid An-Nur, T.M.Hasbi Ash Shiddieqy
menafsirkan ayat tersebut sebagai berikut:
Barangsiapa bertaubat dari sesuatu dosa yang telah dikerjakan, dan
menyesali keterlanjurannya serta mengheningkan jiwanya dengan
amalan-amalan yang saleh, maka berartilah dia bertaubat kepada
Allah taubat yang benar, taubat yang menghapuskan siksa dan
menghasilkan pahala. Inilah syarat diterimanya taubat. 54
Sesungguhnya manusia yang melakukan taubat menunjukkan bahwa ia
menyadari akan segala kesalahannya. Oleh sebab itu Allah SWT mewajibkan

51
Al-Nawawi, Riyadus-Salihin, PT. al-Ma'arif, Bandung, 1986, hlm. 12.
52
Abu Hamid Muhammad Al-Ghazali, Rahasia Taubat, terj, Muhammad al-Baqir,
Karisma, Bandung, 2003, hlm. 130
53
Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Surya Cipta Aksara, Surabaya, 1993, hlm.
569
54
T.M.Hasbi Ash Shiddieqy, Tafsir al-Qur’anul Majid an-Nur jilid 4 PT Pustaka
Rizki Putra, Semarang, 1995, hlm. 2821
66

setiap orang yang mengaku muslim atau muslihat bertaubat. Allah SWT
sangat mencintai orang yang bertaubat sebagaimana firmannya:

(222 :‫ﻦ )ﺍﻟﺒﻘﺮﺓ‬ ‫ﻬﺮِﻳ‬ ‫ﺘ ﹶﻄ‬‫ﻤ‬ ‫ﺐ ﺍﹾﻟ‬


 ‫ﺤ‬
ِ ‫ﻭﻳ‬ ‫ﲔ‬
 ‫ﺍِﺑ‬‫ﺘﻮ‬‫ ﺍﻟ‬‫ﺤﺐ‬
ِ ‫ﻳ‬ ‫ﻪ‬ ‫ ِﺇﻥﱠ ﺍﻟﹼﻠ‬...

Artinya: Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat


dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri (Q.S.Al-
Baqarah: 222).55

55
Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, op. cit, hlm. 31

Anda mungkin juga menyukai