Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebuah peradaban akan menurun apabila terjadi demoralisasi pada masyarakatnya. Banyak
pakar, filsuf, dan orang-orang yang bijak yang mengatakan bahwa faktor moral (akhlak) adalah
hal utama yang harus dibangun terlebih dahulu agar bisa membangun sebuah masyarakat yang
tertib, aman dan sejahtera. Salah satu kewajiban utama yang harus dijalankan oleh para orang
tua dan pendidik adalah melestarikan dan mengajarkan nilai-nilai moral kepada anak kita.
Nilai-nilai moral yang ditanamkan akan membentuk karakter (akhlak mulia) yang merupakan
fondasi penting bagi terbentuknya tatanan masyarakat yang beadab dan sejahtera.
Indonesia saat ini sedang menghadapi ujian berat yang harus dilalui, yaitu terjadinya krisis
multidimensi yang berkepanjangan. Ketika negara-negara lain (Thailand, Malaysia, Korea
Selatan, dan lain-lain) telah bangkit dengan segera setelah mengalami krisis moneter yang
melanda Asia pada tahun 1997, Indonesia sampai kini, terus mengalami krisis, dan masih
kelihatan suram untuk bangkit dari keterpurukan ekonomi.
Krisis multidimensi ini sebetulnya mengakar pada menurunnya kualitas moral bangsa yang
dicirikan oleh membudayanya praktek KKN, konflik (antar etnis, agama, politisi, remaja, antar
RW, dan sebagainya), meningkatnya kriminalitas, menurunnya etos kerja, dan banyak lagi.
Budaya korupsi yang merupakan praktik pelanggaran moral (ketidakjujuran, tidak bertanggung
jawab, rendahnya disiplin, rendahnya komitmen kepada nilai-nilai kebaikan) adalah penyebab
untuk negara kita sulit untuk bangkit dari krisis ini.
Pembangunan karakter yang pada saat ini menjadi salah satu perhatian kuat pemerintah,
harus disambut baik dan dirumuskan langkah-langkah sistemik dan komprehensif. Pendidikan
karakter harus dikembangkan dalam bingkai utuh Sistem Pendidikan Nasional sebagai rujukan
normatif, dirumuskan dalam sebuah kerangka pikir utuh. Saat ini merupakan situasi dimana
bangsa Indonesia dalam posisi perubahan menuju puncak peradaban dunia. Dalam proses
peradaban itu, pendidikan karakter merupakan sebuah keniscayaan. Sebab, hanya bangsa yang
memilki karakter kuat yang mampu mencapai puncak peradaban dunia.
Apakah pendidikan karakter merupakan hal baru dalam pendidikan di Indonesia?
Jawabannya tidak. Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa
pendidikan merupakan upaya menumbuhkan budi pekerti (karakter) dan pikiran (intellect)

1
anak. Ketiganya tidak boleh dipisahkan, agar anak dapat tumbuh dengan sempurna. Jadi
menurut Ki Hajar Dewantara pendidikan karakter merupakan bagian penting yang tidak boleh
dipisahkan dalam isi pendidikan kita. Di masa lalu juga pernah ada pelajaran budipekerti. Mata
pelajaran agama dan PPKn sebenarnya juga bertujuan untuk menumbuhkembangkan karakter.
Bahkan terdapat aturan siswa tidak naik kelas jika dalam rapornya nilai Agama dan PPKn
kurang dari 6,0. Aturan itu dapat ditafsirkan, begitu pentingnya pelajaran mata pelajaran
Agama dan PPKn sebagai pembentuk karakter siswa, sehingga jika nilai anak pada mata
pelajaran tersebut kurang dari 6,0, siswa tidak naik kelas. Gambaran tersebut menunjukan
bahwa sebenarnya pendidikan karakter sudah memiliki landasan, baik secara filosofi maupun
aturan formal. Oleh karena itu, program utama Kemendiknas tentang pendidikan karakter lebih
tepat disebut “Pengarusutamaan Pendidikan Karakter”, artinya, selama ini sebenarnya sudah
ada Pendidikan Karakter, tetapi kurang mendapat perhatian, dan oleh karenanya kini diberikan
penekanan.
Seperti yang kita ketahui, manusia sebenarnya memiliki daya cipta, rasa dan karsa. Karena
itu, ketika hanya daya cipta (IQ) saja yang diasah, maka terjadi ketidakseimbangan. Lalu apa
yang terjadi? Tentunya, efek dari pola pendidikan yang hanya menitikberatkan pada daya cipta
(kognisi/IQ) saja dan mengabaikan rasa (afeksi/EQ) dan karsa (action) akan terasa dan terlihat
di kala anak tumbuh dewasa. Anak tersebut akan lumpuh sosial. Mengapa dikatakan lumpuh
sosial? Lumpuh sosial terjadi ketika anak tidak mampu menjalin hubungan di lingkungan
sosialnya. Padahal, dalam setiap pergaulan di masyarakat, baik pergaulan dalam pekerjaan,
pergaulan organisasi, pergaulan di sekolah dan lain-lain pasti butuh untuk menjalin hubungan
dan bekerjasama dengan sesama. Pada akhirnya bisa menghambat perkembangan potensi
dirinya.
Dulu, orang tua memang mengarahkan anak-anaknya untuk mengasah IQ-nya. Sebab, IQ
yang tinggi diartikan sebagai tingkat kecerdasan yang tinggi pula. Namun, sebuah kesadaran
baru akhirnya muncul bahwa ada kecerdasan lain yang juga tidak bisa diabaikan, yakni
kecerdasan emosional.
Keseimbangan antara kecerdasan pengetahuan (kognitif), perasaan (afektif) dan tindakan
(psikomotor) akan membangun kekuatan karakter diri yang baik. Karakter diri sangatlah
penting peranannya. Sebab, karakter diri adalah cara pikir dan perilaku yang khas dari individu
untuk hidup dan bekerjasama dengan sekitarnya. Karakter diri akan semakin kuat jika ketiga
aspek tersebut terpenuhi. Karakter diri yang baik ini akan sangat menentukan proses
pengambilan keputusan, berperilaku dan cara pikir kita yang pada akhirnya akan menentukan
kesuksesan kita. Ini menegaskan bahwa, karakter seseorang menentukan kesuksesan individu.
2
Dan menurut penelitian, kesuksesan seseorang justru 80 persen ditentukan oleh kecerdasan
emosinya, sedangkan kecerdasan intelegensianya mendapat porsi 20 persen.
Berdasarkan uraian tersebut, maka setiap orang harus memiliki karakter yang kuat, baik
guru maupun siswa. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dibahas mengenai pendidikan
karakter serta pengembangan kekuatan karakter.

BAB II

PEMBAHASAN

3
A. Karakter dan Pendidikan Karakter
Akar dari semua tindakan yang jahat dan buruk, tindakan kejahatan, terletak pada hilangnya
karakter. Karakter yang kuat adalah sandangan fundamental yang memberikan kemampuan
kepada populasi manusia untuk hidup bersama dalam kedamaian serta membentuk dunia yang
dipenuhi dengan kebaikan dan kebajikan, yang bebas dari kekerasan dan tindakan-tindakan
tidak bermoral.
Karakter dimaknai sebagai cara berpikir dan berperilaku yang khas tiap individu untuk
hidup dan berkerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara.
Individu yang berkarakter baik adalah individu yang dapat membuat keputusan dan siap
mempertanggungjawabkan setiap akibat dari keputusannya. Karakter dapat dianggap sebagai
nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri,
sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan,
perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, adat istiadat,
dan estetika. Karakter dapat dimaknai sebagai nilai dasar yang membangun pribadi seseorang,
terbentuk baik karena pengaruh hereditas maupun pengaruh lingkungan, yang membedakannya
dengan orang lain, serta diwujudkan dalam sikap dan perilakunya dalam kehidupan sehari-hari
(Samani dan Hariyanto, 2013).
Karakter sebagaimana didefinisikan oleh Ryan dan Bohlin (dalam Majid dan Andayani,
2012) mengandung tiga unsur pokok, yaitu mengetahui kebaikan (knowing the good),
mencintai kebaikan (loving the good), dan melakukan kebaikan (doing the good). Dalam
pendidikan karakter, kebaikan itu seringkali dirangkum dalam sederet sifat-sifat baik. Dengan
demikian, maka pendidikan karakter adalah sebuah upaya untuk membimbing perilaku
manusia menuju standar-standar baku (Majid dan Andayani, 2012).
Dalam pengertian yang sederhana pendidikan karakter adalah hal positif apa saja yang
dilakukan guru dan berpengaruh kepada karakter siswa yang diajarnya. Pendidikan karakter
adalah upaya sadar dan sungguh-sungguh dari seorang guru untuk mengajarkan nilai-nilai
kepada para siswanya (Winton dalam Samani dan Hariyanto, 2013). Pendidikan karakter juga
didefinisikan sebagai upaya yang sungguh-sungguh untuk membantu seseorang memahami,
peduli, dan bertindak dengan landasan inti nilai-nilai etis (Lickona dalam Samani dan
Hariyanto, 2013).
B. Nilai-nilai Dasar dalam Pendidikan Karakter

4
Menurut Lickona (2012), dalam pendidikan karakter, sikap hormat dan bertanggung jawab
adalah dua nilai moral dasar yang harus diajarkan di sekolah. Bentuk-bentuk nilai lain yang
sebaiknya diajarkan di sekolah adalah kejujuran, keadilan, toleransi, kebijaksanaan, disiplin
diri, tolong menolong, peduli sesama, kerja sama, keberanian, dan sikap demokratis.
Di Indonesia, pendidikan budaya dan karakter bangsa adalah pendidikan yang
mengembangkan nilai-nilai budaya dan karakter pada diri peserta didik sehingga menjadi dasar
bagi mereka dalam berpikir, bersikap, bertindak dalam mengembangkan dirinya sebagai
individu, anggota masyarakat, dan warganegara. Nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang
dimiliki peserta didik tersebut menjadikan mereka sebagai warganegara Indonesia yang
memiliki kekhasan dibandingkan dengan bangsa-bangsa yang lain.
Pendidikan budaya dan karakter bangsa dilakukan melalui pendidikan nilai-nilai atau
kebajikan (virtue) yang menjadi dasar budaya dan karakter bangsa. Kebajikan yang menjadi
atribut suatu karakter pada dasarnya adalah nilai. Oleh karena itu pendidikan budaya dan
karakter bangsa pada dasarnya adalah pengembangan nilai-nilai yang berasal dari pandangan
hidup/ideologi bangsa Indonesia, agama, budaya, dan nilai-nilai yang terumuskan dalam tujuan
pendidikan nasional.
Berikut nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa yang
diidentifikasi oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Nasional yang merupakan
penjabaran dan perpaduan dari nilai-nilai dasar, yaitu:
1. Religius
Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran
terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
2. Jujur
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat
dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
3. Toleransi
Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan
tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
4. Disiplin
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan
peraturan.
5. Kerja Keras
Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan
belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
5
6. Kreatif
Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang
telah dimiliki.
7. Mandiri
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan
tugas-tugas.
8. Demokratis
Cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan
orang lain.
9. Rasa Ingin Tahu
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas
sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
10. Semangat Kebangsaan
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan
negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
11. Cinta Tanah Air
Cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan
penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan
politik bangsa.
12. Menghargai Prestasi
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna
bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
13. Bersahabat/Komunikatif
Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan
orang lain.
14. Cinta Damai
Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas
kehadiran dirinya.
15. Gemar Membaca
Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan
kebajikan bagi dirinya.
16. Peduli Lingkungan

6
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di
sekitarnya dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang
sudah terjadi.
17. Peduli Sosial
Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat
yang membutuhkan.
18. Tanggung Jawab
Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya yang
seharusnya dia lakukan terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan
budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

Satuan pendidikan dapat menentukan karakter mana yang menjadi prioritas untuk
dikembangkan. pemilihan nilai-nilai tersebut beranjak dari kepentingan dan kondisi satuan
pendidikan masing-masing yang dilakukan melalui analisis konteks, sehingga dalam
implementasinya dimungkinkan terdapat perbedaan jenis karakter yang dikembangkan antara
satu sekolah dan atau daerah yang satu dengan yang lainnya. Dalam implementasi
pembelajarannya nilai-nilai tersebut diintegrasikan dengan kurikulum, pendekatan lain adalah
menerapkannya dalam mata pelajaranyang cocok dan sesuai dengan nilai-nilai tersebut,
misalnya demokratis dan cinta tanah air diajarkan dalam pendidikan kewarganegaraan, nilai
peduli lingkungan diajarkan dalam pembelajaran sains.

C. Guru dalam Pendidikan Karakter


Guru memiliki peran yang sangat penting dalam pendidikan karakter. Moralitas berkaitan
dengan cara seseorang memperlakukan orang lain. Dalam komunitas kecil di kelas, siswa
memiliki dua hubungan: hubungan dengan guru dan hubungan dengan siswa lainnya. Kedua
hubungan ini berpotensial sekali dalam memberi pengaruh, baik positif maupun negatif
terhadap perkembangan karakter seorang anak (Lickona, 2012).
Guru memiliki kekuatan untuk menanamkan nilai-nilai dan karakter pada anak, setidaknya
dengan tiga cara, yaitu:
1. Guru dapat menjadi seorang penyayang yang efektif, menyayangi dan menghormati murid-
murid, membantu mereka meraih sukses di sekolah, membangun kepercayaan diri mereka,
dan membuat mereka mengerti apa itu moral dengan melihat cara guru mereka
memperlakukan dengan etika yang baik.
2. Guru dapat menjadi seorang model, yaitu orang-orang yang beretika yang menunjukkan
rasa hormat dan tanggung jawabnya yang tinggi, baik di dalam maupun di luar kelas. Guru

7
pun dapat memberi contoh dalam hal-hal yang berkaitan dengan moral beserta alasannya,
yaitu dengan cara menunjukkan etikanya dalam bertindak di sekolah dan di lingkungannya.
3. Guru dapat menjadi mentor yang beretika, memberikan instruksi moral dan bimbingan
melalui penjelasan, diskusi kelas, nercerita, pemberian motivasi personal, dan memberikan
umpan balik yang korektif ketika ada siswa yang menyakiti temannya atau menyakiti
temannya sendiri.
Merujuk pada semua cara yang dapat guru lakukan dalam memberikan pengaruh moral
kepada para siswanya, namun harus diakui bahwa ada keterbatasan-keterbatasa pada apa yang
dapat guru lakukan. Tanpa bantuan dari keluarga di rumah, seorang guru mungkin tidak akan
dapat mengurangi jumlah anak yang suka mengganggu yang harus dihadapi oleh para guru.
Akan tetapi, seorang anak yang menunjukkan perkembangan yang cukup cepat akan lebih baik
jika mereka memiliki seorang guru yang memberi mereka kasih sayang dan bimbingan moral.
Hanya untuk alasan tersebut kemungkinan akan menjadi lebih buruk tanpa usaha-usaha dari
guru tersebut. Kita ketahui bahwa dalam perkembangan moral, seperti halnya dalam
perkembangan intelektual, terkadang ada sebuah “efek sleeper”, yaitu efek-efek dari sebuah
intervensi guru yang mungkin akan muncul beberapa tahun kemudian.
Walaupun hasil kerja guru yang tidak terlihat dan tidak menentu tersebut, tetapi nilai-nilai
pendidikan di dalam kelas perlu dimulai dari hubungan antara guru dan siswanya. Hal tersebut
merupakan fondasi segalanya. Jika para siswa tidak merasa bahwa guru mereka adalah orang
yang menghormati dan peduli terhadap mereka, maka mereka kemungkinan tidak akan terbuka
terhadap nilai-nilai apapun yang guru ajarkan kepada mereka.
D. Kekuatan Karakter
Kekuatan karakter merupakan unsur psikologi, merupakan proses atau mekanisme, yang
mendefinisikan keutamaan. Dengan kata lain, keutamaan dapat dicapai melalui pencapaian
kekuatan karakter. Untuk kepentingan pengukuran dan pendidikan karakter, kekuatan karakter
adalah karakteristik yang dijadikan indikator untuk mengenali adanya satu atau lebih
keutamaan pada diri seseorang. Peterson dan Seligman (2004) memberi contoh berikut ini.
Keutamaan kebijaksanaan dapat dicapai melalui kekuatan seperti kreativitas, rasa ingin tahu,
cinta pembelajaran, keterbukaan pikiran, dan perspektif (memiliki “gambaran besar” mengenai
kehidupan). Untuk memiliki keutamaan kebijaksanaan, orang harus memiliki kekuatan-
kekuatan ini. Kekuatan karakter ini memiliki kesamaan peran dan pengaruh dalam
keterlibatannya menghasilkan pengetahuan. Perolehan dan penggunaan pengetahuan
melibatkan kekuatan-kekuatan ini. Tetapi, kekuatan-kekuatan ini juga berbeda satu sama lain.
Sekali lagi, kita mengenali semua kekuatan ini di setiap tempat dan dihargai meski jarang orang
8
menampilkannya. Selain itu, tidak harus semua kekuatan tampil untuk dapat menyebut
seseorang berkarakter baik. Orang yang memiliki satu atau dua kekuatan ini saja dapat
dikatakan berkarakter baik, bahkan dapat disebut memiliki keutamaan kebijaksanaan.
Apa yang menjadi kualitas dari kekuatan karakter pribadi dan bagaimana mengenalinya?
Peterson dan Seligman (2004) mengemukakan kriteria dari karakter yang kuat sehingga kita
dapat mengenalinya dalam kehidupan sehari-hari. Berikut ialah kriteria dari karakter yang kuat.

1. Karakter yang ciri-ciri (keutamaan yang dikandung)-nya memberikan sumbangan terhadap


pembentukan kehidupan yang baik untuk diri sendiri dan sekaligus untuk orang lain.
2. Ciri-ciri atau kekuatan yang dikandungnya secara moral bernilai sebagai sesuatu yang baik
bagi diri sendiri dan orang lain, bahkan walaupun tak ada keuntungan langsung yang
dihasilkannya.
3. Penampilan ciri-ciri itu tidak mengganggu, membatasi atau menghambat orang-orang di
sekitarnya.
4. Kekuatan karakter tampil dalam rentang tingkah laku individu yang mencakup pikiran,
perasaan, dan tindakan, serta dapat dikenali, dievaluasi dan diperbandingkan derajat kuat-
lemahnya.
5. Karakter yang kuat dapat dibedakan dari ciri-ciri yang berlawanan dengannya.
6. Kekuatan karakter diwadahi oleh model atau kerangka pikir ideal.
7. Kekuatan karakter dapat dibedakan dari sifat positif yang lain tetapi yang saling terkait
secara erat.
8. Dalam konteks dan ruang lingkup tertentu, kekuatan karakter tertentu menjadi ciri yang
mengagumkan bagi orang-orang yang mempersepsinya.
9. Boleh jadi tidak semua ciri karakter yang kuat muncul pada seseorang, tetapi kebanyakan
dari ciri-ciri karakter yang kuat tampil pada orang itu.
10. Kekuatan karakter memiliki akar psiko-sosial; potensinya ada dalam diri sendiri, dan
aktualitanya dipengaruhi oleh lingkungan sosial.

Peterson (2006) percaya bahwa orang memiliki tanda kekuatan yang sama dengan yang
disebut Allport sebagai personal traits (sifat pribadi) satu dekade lalu. Kekuatan karakter itu
yang dimiliki, dihargai, dan seringkali dilatih orang. Dalam penelitian Peterson, ditemukan
bahwa hampir setiap orang dapat secara cepat mengenali sekumpulan kekuatan yang mereka
ia miliki, sekita 2 sampai 5 kekuatan pada setiap orang.

E. Keutamaan dan Kekuatan Karakter yang Membentuknya

9
Dalam usaha membentuk karakter, diperlukan pemahaman mengenai apa yang saja
keutamaan dan kekuatan karakter yang sejauh ini sudah dikembangkan oleh manusia. Peterson
dan Seligman (2004) berusaha untuk membuat daftar kekuatan karakter pribadi. Daftar ini
masih terus dilengkapi dan tidak tertutup terhadap penambahan. Seperti teori ilmiah lainnya,
teori tentang kekuatan karakter adalah subyek yang siap untuk diubah sesuai dengan bukti yang
ditemukan dari waktu ke waktu. Berikut ini 24 kekuatan karakter yang tercakup dalam 6
kategori keutamaan.

1. Kebijaksanaan dan Pengetahuan (Wisdom and Knowledge)

Kebijaksanaan dan pengetahuan merupakan keutamaan yang berkaitan dengan fungsi


kognitif, yaitu tentang bagaimana mendapatkan dan menggunakan pengetahuan. Ada lima
kekuatan yang tercakup dalam keutamaan ini, yaitu (1) kreativitas, orisinalitas dan kecerdasan
praktis, (2) rasa ingin tahu atau minat terhadap dunia, (3) cinta akan pembelajaran, (4) pikiran
yang kritis dan terbuka, dan (5) perspektif atau kemampuan memahami beragam perspektif
yang berbeda dan memadukannya secara sinergis untuk pencapaian hidup yang baik.

Kreativitas memberikan kemampuan untuk berpikir dengan cara baru dan produktif dalam
membuat konsep dan menyelesaikan pekerjaan. Bersama dengan kekuatan orisinalitas dan
kecerdasan praktis, kreativitas memungkinkan orang yang memilikinya untuk dapat
menemukan solusi atau produk orisinal serta mampu menemukan cara-cara yang cerdik untuk
untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.

Keingintahuan mencakup minat, dorongan untuk mencari kebaruan, keterbukaan terhadap


pengalaman. Kekuatan ini menjadikan orang memiliki minat dalam pengalaman yang sedang
berlangsung baik untuk kepentingan diri sendiri maupun orang lain, serta melakukan
penjelajahan dan penemuan.

Keterbukaan pikiran mencakup kemampuan membuat penilaian dan berpikir kritis.


Kekuatan ini memampukan orang yang memilikinya untuk berpikir mendalam dan menyeluruh
tentang berbagai hal, memeriksa mereka dari semua sisi, serta menimbang semua bukti
memadai.

Cinta pembelajaran memampukan orang yang memilikinya menguasai keterampilan, topik,


dan cabang pengetahuan baru, baik dengan cara belajar sendiri maupun secara formal dalam
lembaga pendidikan. Dengan kekuatan ini, orang mau terus belajar dan terus menerus
mengembangkan dirinya menjadi lebih.

10
Kekuatan perspektif menjadikan orang yang memilikinya mampu memberikan nasihat
bijak kepada orang lain serta memiliki cara untuk melihat dunia yang masuk akal bagi diri
sendiri dan orang lain. Dengan keutamaan ini, orang dapat memahami berbagai perspektif yang
ada dan menemukan benang merah di antara perspektif.

2. Kemanusiaan dan Cinta (Humanity and Love)

Kemanusiaan dan cinta merupakan keutamaan yang mencakup kemampuan interpersonal


dan bagaimana menjalin pertemanan dengan orang lain. Keutamaan ini terdiri atas kekuatan
(1) baik dan murah hati, (2) selalu memiliki waktu dan tenaga untuk membantu orang lain,
mencintai dan membolehkan diri sendiri untuk dicintai, serta (3) kecerdasan sosial dan
kecerdasan emosional.

Kekuatan Kemanusiaan adalah kekuatan interpersonal yang melibatkan kecenderungan


dekat dan berteman dengan orang lain. Kekuatan cinta membuat orang mampu menjalin
hubungan dekat dengan orang lain, khususnya yang bercirikan kegiatan berbagi dan peduli
yang saling membalas.

Kekuatan kebaikan hati mencakup kedermawanan, pemeliharaan, perawatan, kasih sayang,


dan altruistik menjadikan orang mau berbagi kesenangan dan kebaikan dengan orang lain.
Orang dengan kekuatan ini menjadi berbuat baik sebagai bagian dari pengembangan dirinya.

Kecerdasan sosial mencakup kecerdasan emosional dan kecerdasan intrapersonal


memampukan orang yang memilikinya memahami motif dan perasaan orang lain, serta
memahami motif dan perasaan diri sendiri. Orang dengan kekuatan ini dapat menempatkan diri
sesuai dengan kebutuhan orang lain tanpa mengorbankan kebutuhan diri sendiri. Mereka
mengembangkan dirinya sekaligus juga mengembangkan orang lain.

3. Kesatriaan (Courage)

Keutamaan kesatriaan (courage) merupakan kekuatan emosional yang melibatkan


kemauan kuat untuk mencapai suatu tujuan meskipun mendapat halangan atau tentangan, baik
eksternal maupun internal. Keutamaan ini mencakup empat kekuatan, yaitu (1) untuk
menyatakan kebenaran dan mengakui kesalahan, (2) ketabahan atau kegigihan, tegus dan keras
hati, (3) integritas, kejujuran, dan penampilan diri dengan wajar, serta (4) vitalitas, bersemangat
dan antusias.

Kekuatan Keberanian mencakup kekuatan emosional yang melibatkan pelaksanaan


kehendak untuk mencapai tujuan dalam menghadapi oposisi eksternal dan internal membuat

11
orang tahan menghadapi ancaman dan tantangan. Orang dengan kekuatan ini kehendaknya
tidak menyusut ketika berhadapan dengan kesulitan-kesulitan yang dihadapi seperti rasa nyeri
atau keletihan. Kekuatan ini memampukan orang bertindak atas keyakinan meskipun tidak
populer.

Ketabahan atau kegigihan mencakup ketekunan dan kerajinan adalah kekuatan yang
memampukan orang untuk menyelesaikan apa sudah dimulai, bertahan dalam suatu rangkaian
pencapaian tindakan meskipun ada hambatan. Orang dengan kekuatan ini mampu
menyesuaikan kata-kata dan perbuatan, serta berpegang pada prinsip dalam berbagai situasi,
bahkan situasi yang menghambat dan mengancam.

Integritas yang mencakup otentisitas (keaslian), kejujuran dan penampilan diri yang wajar
adalah kekuatan yang membuat orang mampu menampilkan diri secara tulus. Orang dengan
kekuatan ini mengambil tanggung jawab atas perasaan dan tindakannya. Ia mau bertanggung
jawab untuk semua perbuatannya dan menjalankan tugas-tugas secara jujur.

Vitalitas mencakup semangat, antusiasme, semangat, dan penuh energi adalah kekuatan
yang membuat orang dapat menjalani kehidupan penuh dengan kegembiraan, semangat dan
energi. Orang dengan kekuatan ini merasa hidup, aktif dan penuh daya juang.

4. Keadilan (Justice)

Keutamaan keadilan (justice) mendasari kehidupan yang sehat dalam suatu masyarakat.
Ada tiga kekuatan yang tercakup di sini, yakni 1) kewarganegaraan atau kemampuan
mengemban tugas, dedikasi dan kesetiaan demi keberhasilan bersama, 2) kesetaraan (equity
dan fairness) perlakuan terhadap orang lain atau tidak membeda-bedakan perlakuan yang
diberikan kepada satu orang dengan yang diberikan kepada orang lain, dan 3) kepemimpinan.
Keadilan adalah kekuatan sipil yang mendasari kehidupan masyarakat yang sehat.

Kewarganegaraan mencakup tanggung jawab sosial, loyalitas dan kesiapan kerja dalam tim
membuat orang dapat bekerja dengan baik sebagai anggota kelompok yang setia kepada
kelompok.

Kesetaraan adalah kekuatan yang membuat orang memperlakukan semua orang sama di
hadapan keadilan, bukan membiarkan keputusan atau perasaan pribadi yang bias tentang orang
lain. Kekuatan ini menghindarkan orang dari prasangka primordial seperti rasisme dan
stereotipe. Orang dengan kekuatan ini mementingkan kesejahteraan orang lain seperti
kesejahteraannya sendiri.

12
Kepemimpinan adalah kekuatan yang mendorong orang sebagai anggota kelompok atau
sebagai pemimpin untuk menyelesaikan tugas dan pada saat yang sama menjaga hubungan
yang baik dengan orang lain dalam kelompok. Orang dengan kekuatan ini dapat menempatkan
diri dan bekerja secara prima baik sebagai pemimpin maupun sebagai bawahan.

5. Pengelolaan Diri (Temperance)

Pengelolaan diri (temperance) adalah keutamaan untuk melindungi diri dari segala akibat
buruk yang mungkin terjadi di kemudian hari karena perbuatan sendiri. Di dalamnya tercakup
kekuatan (1) pemaaf dan pengampun, (2) pengendalian diri, (3) kerendahan hati, dan (4) kehati-
hatian (prudence). Keutamaan ini melindungi terhadap kemungkinan hidup berlebihan atau
berkurangan, serta menjaga orang berada di situasi yang tepat. Kata lain yang dapat digunakan
untuk keutamaan ini adalah ugahari.

Pengampunan dan belas kasihan adalah kekuatan yang memberikan orang kemampuan
untuk mengampuni mereka yang telah berbuat salah, menerima kekurangan orang lain,
memberikan orang kesempatan kedua, dan tidak pendendam. Kekuatan ini membuat orang
percaya kepada kemampuan manusia untuk berbuat baik dan menghindarkan diri dari
pesimisme terhadap kebaikan manusia.

Pengendalian diri adalah kekuatan yang memampukan orang mengetahui apa yang masuk
akal dan tidak masuk akal untuk dilakukan sehingga dapat memilih hal-hal yang masuk akan
untuk dilakukannya. Kekuatan ini membuat orang dapat disiplin, mengendalikan selera dan
emosi mereka. Orang dengan kekuatan ini dapat menentukan tindakan-tindakan yang tepat bagi
dirinya sehingga tidak merugikan diri sendiri dan orang lain.

Kerendahan hati atau kesederhanaan adalah kekuatan yang membuat orang


mengedepankan prestasi daripada pengakuan atas keberhasilan. Orang dengan kekuatan ini
tidak melakukan kebaikan hanya untuk diri mereka sendiri. Prestasi bagi orang dengan
kekuatan ini bukan tentang diri sendiri, melainkan untuk sebanyak mungkin orang. Mereka tida
menilai diri sendiri sebagai lebih atau khusus dibandingkan orang lain.

Kehati-hatian adalah kekuatan yang membuat orang selalu berhati-hati dalam memilih
seseorang, tidak mengambil risiko yang tidak semestinya, tidak mengatakan atau melakukan
hal-hal yang nantinya mungkin akan disesali.

6. Transedensi (Transcedence)

13
Transedensi merupakan keutamaan yang menghubungkan kehidupan manusia dengan
seluruh alam semesta dan memberi makna kepada kehidupan. Di dalam keutamaan ini
tercakup kekuatan (1) penghargaan terhadap keindahan dan kesempurnaan; (2) kebersyukuran
(gratitude) atas segala hal yang baik, (3) penuh harapan, optimis, dan berorientasi ke masa
depan, semangat dan gairah besar untuk menyongsong hari demi hari; (4) spiritualitas:
memiliki tujuan yang menuntun kepada kebersatuan dengan alam semesta, serta (5) menikmati
hidup dan selera humor yang memadai. Keutamaan Transendensi adalah kekuatan yang
menempa orang untuk dapat memahami koneksi yang ada di alam semesta, memahami daya-
daya yang lebih besar dari manusia, serta memperoleh dan memberikan makna.

Penghargaan terhadap keindahan dan keunggulan yang mencakup kekaguman, keheranan,


peningkatan kesadaran adalah kekuatan yang membuat orang mampu menghargai keindahan,
keunggulan, keterampilan, dan kinerja yang baik dalam berbagai ranah kehidupan. Pada diri
sendiri, orang dengan kekuatan ini terdorong juga untuk menghasilkan keindahan, keunggulan,
keterampilan dan kinerja yang baik. Kekuatan ini juga membuat orang mampu menangkap
inspirasi atau gugahan untuk menampilkan diri lebih baik.

Syukur adalah kekuatan yang menbuat orang dapat menyadari dan berterima kasih atas hal
baik yang terjadi, serta meluangkan waktu untuk mengungkapkan terima kasih. Orang dengan
kekuatan ini menerima apa yang ada dalam kehidupan sebagai anugrah dan berkah sehingga
selalu berusaha menampilkan perilaku yang baik sebagai ungkapan terima kasihnya.

Harapan mencakup optimisme, menjalani hidup secara positif dari waktu ke waktu, dan
pikiran yang berorientasi ke masa depan adalah kekuatan yang membuat orang selalu
mengharapkan yang terbaik di masa depan dan bekerja untuk mencapainya. Orang dengan
kekuatan ini selalu optimistik menjalan hidup, berusaha terus menerus untuk lebih baik, dan
percaya bahwa yang baik selalu dapat dicapai dalam hidup.

Spiritualitas mencakup religiusitas, iman, dan adanya tujuan hidup adalah kekuatan yang
membuat orang memiliki keyakinan koheren tentang tujuan yang lebih tinggi, makna hidup,
dan makna alam semesta. Orang dengan kekuatan ini menampilkan perilaku yang konsisten
dan koheren sebagai bagian dari usaha mencapai tujuan hidupnya dan berusaha menyesuaikan
diri dan aktivitasnya dengan daya-daya yang lebih besar di alam semesta.

Kekuatan menikmati hidup dan humor membuat orang dapat menjalani hidup yang penuh
suka-cita, menyukai tertawa dan menggoda orang untuk menghasilkan keceriaan, membawa
dirinya dan orang lain kepada situasi yang membuat tersenyum, serta melihat sisi terang dari

14
kehidupan. Orang dengan kekuatan ini menjalani hidup secara ringan meski dalam situasi-
situasi yang sulit dan berat.

Tabel 1. Kekuatan dan Keutamaan Karakter

No. Kekuatan Keutamaan


1. Kekuatan kognitif: kreativitas, rasa ingin tahu, keterbukaan pikiran,
Kebijaksanaan dan mencintai kegiatan belajar, perspektif (memiliki
pengetahuan “gambaran besar” mengenai kehidupan).

2. Kekuatan interpersonal: cinta kasih, kebaikan hati (murah hati, dermawan,


Kemanusiaan peduli, sabar, penyayang, menyenangkan dan cinta
altruisitik), serta memiliki kecerdasan sosial.

3. Kekuatan emosional: keberanian untuk menyatakan kebenaran dan mengakui


Kesatriaan kesalahan, teguh dan keras hati, integritas (otentisitas,
jujur), serta bersemangat dan antusias.

4. Kekuatan kewarganegaraan citizenship (tanggung jawab sosial, kesetiaan, mampu


(Civic): Berkeadilan bekerjasama), fairness (memperlakukan orang setara
dan adil), serta kepemimpinan.

5. Kekuatan menghadapi dan pemaaf dan pengampun, kerendahatian, hati-hati dan


mengatasi hal-hal yang tak penuh pertimbangan, serta regulasi-diri.
menyenangkan:
Pengelolaan-diri
(Temperance)

6. Kekuatan spiritual: apresiasi keindahan dan kesempurnaan, penuh rasa


Transendensi terima kasih, harapan (optimis, berorientasi ke masa
depan), spritualitas (religiusitas, keyakinan, tujuan
hidup), serta menikmati hidup dan humor,

F. Membangun Kekuatan Karakter


Pada diri setiap individu memiliki karakternya masing-masing. Lingkungan memiliki peran
penting dalam pembentukan karakter. Karakter kita, memiliki peran penting dalam proses
kehidupan. Sebab, karakter mengendalikan pikiran dan perilaku kita, yang tentu saja
menentukan kesuksesan, cara kita menjalani hidup, meraih obsesi dan menyelesaikan masalah.

15
Sebenarnya masing-masing dari kita memiliki karakter yang khas. Dan, kekhasan karakter
tersebut merupakan kekuatan karakter kita. Sebab, kekhasan atau keunikan itulah yang
membedakan kita dengan individu lainnya. Si penghibur akan menebarkan semangat, si
pengatur akan memanajemen organisasi. Mereka yang bijak dan tidak suka konflik bisa
menjadi pendamai. Itu semua adalah kekuatan karakter. Dan, setiap karakter akan dibutuhkan
dalam setiap pergaulan, baik pergaulan kerja, organisasi atau masyarakat.
Kekuatan karakter harus dibangun sejak awal. Membangun kekuatan karakter bisa
dilakukan melalui pendidikan karakter baik di lingkungan formal seperti sekolah, atau non-
formal seperti keluarga dan masyarakat. Pendidikan karakter diberikan melalui penanaman
nilai-nilai karakter. Bisa berupa pengetahuan, kesadaran atau kemauan dan tindakan untuk
melaksanakan nilai-nilai tersebut. Output pendidikan karakter akan terlihat pada terciptanya
hubungan baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, masyarakat
luas dan lain-lain.
Pendidikan karakter tidak hanya diberikan secara teoritik di sekolah, namun juga perlu
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga akan menjadi kebiasaan. Kebiasaan itu
adalah bukti bahwa pendidikan yang diberikan telah merasuk dalam diri seseorang. Ketika
makan bersikap sopan, ketika hendak tidur membaca doa, ketika keluar rumah berpamitan,
tekun dan semangat mewujudkan obsesi dan cita-cita, jujur, berbuat baik kepada hewan dan
tumbuhan, tidak membuang sampah di sembarang tempat dan lain-lain.
Membangun kekuatan karakter dilakukan dengan melibatkan seluruh elemen. Sebab, setiap
elemen akan berpengaruh dalam proses pembentukan karakter individu. Seorang anak akan
meniru dan mengidentifikasi apa yang ada di sekelilingnya. Role model positif akan
membentuk karakter yang positif dan sebaliknya role model negatif akan membentuk
keprbadian dan karakter negatif. Karena itu, setiap unsur lingkungan hendaknya dibangun
secara positif, sehingga karakter anak akan terbentuk secara positif juga.
Lalu bagaimana cara membangun kekuatan karakter itu? Kekuatan karakter akan terbentuk
dengan sendirinya jika ada dukungan dan dorongan dari lingkungan sekitar. Bayangkan sebuah
lidi tidak akan memiliki daya untuk menghalau sampah-sampah. Namun, jika didukung oleh
ratusan lidi yang lain akan membentuk satu kekuatan untuk membersihkan halaman rumah.
Begitu juga dengan karakter, akan menjadi kuat ketika didukung oleh lingkungan. Peran
keluarga, sekolah, masyarakat sangat dominan dalam mendukung dan membangun kekuatan
karakter.

16
Karakter yang kuat pada akhirnya akan berperan optimal di setiap interaksi sosial.
Sehingga, individu dengan karakter kuat tersebut akan memberikan sumbangsih –baik moril
atau spirituil- yang berdaya guna bagi sekitarnya.

BAB III

PENUTUP

17
Keseimbangan antara kecerdasan pengetahuan (kognitif), perasaan (afektif) dan tindakan
(psikomotor) akan membangun kekuatan karakter diri yang baik. Karakter diri sangatlah
penting peranannya. Sebab, karakter diri adalah cara pikir dan prilaku yang khas dari individu
untuk hidup dan bekerjasama dengan sekitarnya. Karakter diri akan semakin kuat jika ketiga
aspek tersebut terpenuhi. Karakter diri yang baik ini akan sangat menentukan proses
pengambilan keputusan, berperilaku dan cara pikir yang pada akhirnya akan menentukan
kesuksesan.

Guru memiliki peran yang sangat penting dalam pendidikan karakter. Moralitas berkaitan
dengan cara seseorang memperlakukan orang lain. Dalam komunitas kecil di kelas, siswa
memiliki dua hubungan: hubungan dengan guru dan hubungan dengan siswa lainnya. Kedua
hubungan ini berpotensial sekali dalam memberi pengaruh, baik positif maupun negatif
terhadap perkembangan karakter seorang anak.

Kekuatan karakter merupakan unsur psikologi, merupakan proses atau mekanisme, yang
mendefinisikan keutamaan. Dengan kata lain, keutamaan dapat dicapai melalui pencapaian
kekuatan karakter. Untuk kepentingan pengukuran dan pendidikan karakter, kekuatan karakter
adalah karakteristik yang dijadikan indikator untuk mengenali adanya satu atau lebih
keutamaan pada diri seseorang.

Daftar Pustaka

Lickona, Thomas. 2012. Educating for Character. Jakarta: Bumi Aksara

18
Majid, Abdul dan Andayani, Dian. 2012. Pendidikan Karakter Perspektif Islam. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya

Megawangi, Ratna. 2004. Pendidikan Karakter “Solusi yang Tepat untuk Membangun
Bangsa”. Bandung: Pustaka Mizan

Samani, Muchlas dan Hariyanto. 2013. Konsep dan Model Pendidikan Karakter. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya

Wibowo, Timothy. 2012. Kekuatan Karakter Bagi Masa Depan Anak. Tersedia:
http://www.pendidikankarakter.com/kekuatan-karakter-bagi-masa-depan-anak/.
Diakses tanggal: 16 September 2014

Daftar Pertanyaan dan Jawaban

No Pertanyaan Jawaban
1 [Khomsah] Salah satu peran guru dalam Dari pihak pemerintah belum nampak ada
pendidikan karakter adalah guru sebagai usaha sungguh-sungguh untuk membentuk
model. Adakah upaya dari pemerintah guru yang berkarakter. Pemerintah lebih

19
No Pertanyaan Jawaban
dalam membuat guru menjadi guru yang menekankan pada profesionalisme guru
berkarakter? daripada pembentukan karakter guru. Karena
profesionalisme tidak sama dengan karakter,
sehingga tidak akan serta-merta guru yang
profesionalisme itu berkarakter.
2 [Tini] Bagaimanakah suatu karakter itu Seseorang memiliki karakter yang kuat jika
disebut kuat? Apakah jika hanya satu karakter tersebut memiliki beberapa kriteria,
karakter yang muncul bisa disebut kekuatan seperti:
karakter? Jika hanya salah satu, karakter 1. Karakternya memberikan sumbangan
mana yang harus diutamakan untuk terhadap pembentukan kehidupan yang
dikembangkan? baik untuk diri sendiri dan sekaligus untuk
orang lain.
2. Ciri-ciri atau kekuatan yang dikandungnya
secara moral bernilai sebagai sesuatu yang
baik bagi diri sendiri dan orang lain,
bahkan walaupun tak ada keuntungan
langsung yang dihasilkannya.
3. Penampilan ciri-ciri itu tidak mengganggu,
membatasi atau menghambat orang-orang
di sekitarnya.
4. Kekuatan karakter tampil dalam rentang
tingkah laku individu yang mencakup
pikiran, perasaan, dan tindakan, serta dapat
dikenali, dievaluasi dan diperbandingkan
derajat kuat-lemahnya.
5. Karakter yang kuat dapat dibedakan dari
ciri-ciri yang berlawanan dengannya.
6. Kekuatan karakter diwadahi oleh model
atau kerangka pikir ideal.
7. Kekuatan karakter dapat dibedakan dari
sifat positif yang lain tetapi yang saling
terkait secara erat.
8. Dalam konteks dan ruang lingkup tertentu,
kekuatan karakter tertentu menjadi ciri
yang mengagumkan bagi orang-orang
yang mempersepsinya.
9. Boleh jadi tidak semua ciri karakter yang
kuat muncul pada seseorang, tetapi
kebanyakan dari ciri-ciri karakter yang
kuat tampil pada orang itu.
10. Kekuatan karakter memiliki akar psiko-
sosial; potensinya ada dalam diri sendiri,
dan aktualitanya dipengaruhi oleh
lingkungan sosial.
Jika hanya satu karakter yang muncul pada
seseorang, asalkan karakter tersebut muncul
secara konsisten dan atau memiliki kriteria-
kriteria seperti yang telah disebutkan di atas,
maka orang tersebut dapat dikatakan sudah

20
No Pertanyaan Jawaban
memiliki kekuatan karakter. Tidak ada
karakter yang menjadi prioritas untuk
dikembangkan, semua karakter baik haruslah
dikembangkan pada siswa. Namun tentu saja
hal tersebut membutuhkan waktu yang lama,
kesabaran, dan peran serta dari elemen-elemen
yang mempengaruhinya.
3 [Dewi] Sejauh mana keterlibatan guru Secara khusus, guru merupakan penanggung
dalam mengembangkan kekuatan karakter? jawab utama saat anak berada di sekolah.
Maka keterlibatan guru yang paling banyak
adalah saat anak berada di sekolah. Namun
guru juga harus bekerja sama dengan orang
tua/ wali murid dalam hal keterlibatannya di
luar sekolah.
4 [Ifah] Elemen apa saja yang terlibat dalam Elemen yang terlibat dalam pembentukan
pembentukan kekuatan karakter? Apa peran karakter anak adalah keluarga, lingkungan,
masing-masing elemen tersebut? dan sekolah. Membangun kekuatan karakter
dilakukan dengan melibatkan seluruh elemen.
Sebab, setiap elemen akan berpengaruh dalam
proses pembentukan karakter individu.
Seorang anak akan meniru dan
mengidentifikasi apa yang ada di
sekelilingnya. Role model positif akan
membentuk karakter yang positif dan
sebaliknya role model negatif akan
membentuk keprbadian dan karakter negatif.
Karena itu, setiap unsur lingkungan
hendaknya dibangun secara positif, sehingga
karakter anak akan terbentuk secara positif
juga. Kekuatan karakter akan terbentuk
dengan sendirinya jika ada dukungan dan
dorongan dari lingkungan sekitar. Karakter
akan menjadi kuat ketika didukung oleh
lingkungan. Peran keluarga, sekolah,
masyarakat sangat dominan dalam
mendukung dan membangun kekuatan
karakter.

21

Anda mungkin juga menyukai