Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang
Pada awalnya, kontrasepsi seringkali dianggap sebagai cara untuk
mengurangi resiko kehamilan atau mengurangi jumlah penduduk. Seiring
dengan perkembangan, kontrasepsi tersebut sekarang menjadi bagian dari
masalah kesehatan lanjutan. Keberadaan metode dan alat-alat kontrasepsi
terkini memaksa para penyelenggara pelayanan keluarga berencana untuk
memperbaharui pengetahuannya. Masalah-masalah kontrasepsi telah
memasuki tahapan yang jauh lebih rumit, yaitu menyangkut masalah
kesetaraan gender dan hak asasi manusia. Berbagai kontraversi timbul
dalam perkembangan teknologi kontrasepsi selama ini, khususnya
mengenai dampak negatif penggunaan kontrasepsi bagi wanita dalam
jangka panjang tetapi sangat sedikit penyampaian informasi tentang dampak
positif kontrasepsi kepada reproduksi wanita. Padahal kontrasepsi tidak
hanya memiliki dampak negative, tetapi dampak positif seperti mencegah
jenis kanker tertentu dan anemia yang seringkali pada wanita di Indonesia.
Bagi para ilmuwan, petugas pelayanan kesehatan dan KB agar
mereka mampu mengikuti perkembangan alat, obat, dan cara kontrasepsi
terkini. Teknologi Kontrasepsi Terkini merupakan suatu upaya untuk
pemutakhiran informasi dan teknologi kontrasepsi. Penggunaan istilah
teknologi terkini, tidaklah identik dengan menggunaan peralatan canggih
dan piranti yang mahal. Istilah ini diartikan sebagai teknologi tepat untuk
institusi pelayanan yang dilaksanakan oleh petugas yang kompeten dan
memberi manfaat maksimal bagi masyarakat atau keluarga yang
membutuhkan pelayanan kontrasepsi berkualitas. Pemahaman teknologi
terkini, juga diharapkan dapat mengurangi atau menghilangkan masalah
medis diantara petugas klinik yang sebelumnya menjadi penghambat akses
bagi keluarga yang membutuhkan pelayanan KB.

1
KB menurut Undang-Undang No.10 tahun 1992 dalam Arum dan Sujiatini
(2011) tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera
adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui
pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan
keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia, dan sejahtera.
Sedangkan menurut Saifuddin (2006), pencegahan kematian dan kesakitan ibu
merupakan alasan utama diperlukannya pelayanan keluarga berencana dan
membebaskan wanita dari rasa khawatir terhadap terjadinya kehamilan yang tidak
diinginkan, terhadap gangguan fisik atau psikologis akibat tindakan abortus yang
tidak aman serta tuntutan perkembangan sosial terhadap peningkatan status
perempuan di masyarakat.

Sementara angka penggunaan kontrasepsi masih sekitar 57% dengan


dominasi penggunaan KB jangka pendek, menurut salah satu penyuluh keluarga
berencana, Lip Syaripudin, program KB menjadi stagnan lantaran kebanyakan
perempuan lebih memilih alat kontrasepsi jangka pendek seperti pil, suntik atau
kondom ketimbang menggunakan alat kontrasepsi jangka panjang. Kepala
BKKBN, Surya Chandra Surapaty mengatakan pembangunan bidang
kependudukan dan keluarga berencana di Indonesia mengalami stagnasi. Sebagian
besar atau 45% perempuan Indonesia lebih banyak menggunakan kontrasepsi
suntik, sementara sisanya mengkonsumsi pil, implan, KB Spiral dan KB Steril.
Analisis data dari survey SDKI 2012 yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik
mencatat lebih dari 1,5 juta remaja putri dibawah umur berusia 15-19tahun saat ini
aktif secara seksual-baik yang belum menikah dan menikah dibawah umur.

Upaya pemerintah membangun kampong keluarga berencana untuk


mendengungkan kembali program KB, sejalan dengan semakin tingginya
kesadaran perempuan di Negara-negara akan pentingnya kontrasepsi dan kesadaran
reproduksi. Pada tahun 2019, Indonesia menargetkan sedikitnya 2,8 juta pengguna
tambahan dengan rasio penggunaan alat kontrasepsi modern mencapai 65%.
Dengan begitu kebutuhan kontrasepsi modern perlu ditingkatkan sebesar 0,7% tiap
tahunnya. Dengan upaya-upaya ini, angka kelahiran ditargetkan bisa ditekan

2
menjadi 2,33 per anak per ibu, kebutuhan ber-KB yang tidak terpenuhi sebesar
10,26% peserta KB aktif 21,7% dan tingkat putus pakai kontrasepsi 25,3%.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1.2.1 Apa saja aspek sosial budaya dalam mempengaruhi KB?
1.2.2 Bagaimana peran perawat dalam program KB?

1.3 Tujuan
Agar mahasiswa kesehatan mengetahui dan memahami perannya dalam
pemberian KB

1.4 Manfaat
Agar pembaca dapat memahami aspek sosial budaya yang dapat
mempengaruhi program KB

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Kontrasepsi

Kontrasepsi berasal dari kata “kontra” yang berarti mencegah atau


menghalangi dan “konsepsi” yang berarti pembuahan atau pertemuan antara sel
telur dengan sperma. Sehingga kontrasepsi diartikan sebagai cara untuk
mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur dengan
sperma. Kontrasepsi dapat menggunakan berbagai macam cara, baik dengan
menggunakan hormone, alat ataupun prosedur operasi. Menurut kamus BKKBN
(2011) Kontrasepsi adalah obat atau alat untuk mencegah terjadinya konsepsi
(kehamilan). Jenis konsepsi yang mengandung hormonal (pil, suntik, implant)
dan non hormonal (IUD, kondom).

2.2 Sejarah Keluarga Berencana

Pelopor gerakan Keluarga Berencana di Indonesia adalah Perkumpulan


Keluarga Berencana Indonesia yang didirikan di Jakarta pada tanggal 23 Desember
1957 dan diikuti sebagai badan hukum oleh Depkes tahun 1967 yang bergerak
secara silent operation.dalam rangka membantu masyarakat yang memerlukan
bantuan secara sukarela, usaha Keluarga Berencana terus meningkat terutama
setelah pidato pemimpin negara pada tanggal 16 agustus 1967 dimana gerakan KB
di Indonesia memasuki era peralihan jika selama orde lama jika selama orde lama
program gerakan KB dilakukan oleh sekelompok tenaga sukarela yang beroperasi
secara diam-diam karena pimpinan Negara pada waktu itu anti kepada keluarga
berencana maka dalam masa baru gerakan keluarga berencana diakui dan di
masukkan dalam program pemerintah. Pada tahun 1970 lembaga ini diganti
menjadi BKKBN yang merupakan badan resmi pemerintah dan departemen
bertanggung jawab penuh terhadap pelaksanaan program keluarga berencana di
Indonesia.

Keluarga Berencana adalah suatu usaha untuk menjarangkan atau


merancang jumlah anak dan jarak kehamilan dengan memakai alat

4
kontrasepsi. Keluarga Berencana yaitu membatasi anak dimana dalam satu
keluarga hanya diperbolehkan hanya memiliki dua atau tiga anak saja.
Keluarga berencana yang diperbolehkan adalah suatu usaha pengaturan dan
penjarangan kelahiran atau pencegahan kehamilan sementana atas
kesepakatan suami-istri karena situasi dan kondisi tertentu. Dengan
demikian, KB mempuyai arti yang sama dengan istilah family planning.

2.3 Macam-macam Alat Kontrasepsi

a. Pil KB
Pil KB bersifat temporer dan dibagi ke dalam 2 golongan yaitu golongan
progresteron dan kombinasi progresteron-estrogen. Alat kontrasepsi ini
masih tergolong murah, namun cukup merepotkan karena harus rutin
dikonsumsi setiap hari. Bahkan untuk beberapa jenis pil KB, kamu harus
meminumnya di jam yang sama tidak boleh berbeda untuk memaksimalkan
tingkat keberhasilannya. Meskipun begitu, tingkat keberhasilan dalam
penggunaan alat kontrasepsi ini terbilang cukup baik, tingkat kegagalan
hanya 8% jika penggunaanya menggunakan secara teratur. Selain itu, pil
KB memiliki efek samping yaitu:
 Meningkatkan resiko darah tinggi dan penyakit kardiovaskular
 Peningkatan berat badan
 Dapat mengganggu produksi ASI
 Rasa mual
 Sakit kepala dan terkadang ada rasa tidak nyaman pada payudara

b. Suntik KB
Suntik KB dibagi menjadi 2 tipe, ada yang menunda kehamilan selama
1 bulan ada pula untuk 3 bulan. Jenis kontrasepsi ini hampir mirip dengan
pil KB, namun jika pil KB harus rutin dikonsumsi setiap hari, sedangkan
suntik rutin setiap 1 atau 3 bulan sekali. Adapun efek samping dari suntik
KB ini yaitu:
 Rasa mual
 Penningkatan berat badan

5
 Perdarahan diluar jadwal menstruasi atau bahkan tidak menstruasi
sama sekali
 Sakit kepala
 Jerawatan

c. Implan/Norpant/susuk
Kontrasepsi ini merupakan penanaman sebuah benda kecil yang
dimasukkan ke bagian bawah kulit. Meski harganya relatif mahal
dibandingkan menggunakan pil atau suntik KB tingkat kegagalan sangat
baik yaitu hanya 1%. Dan bagi ibu yang masih menyusui, dapat
menggunakan jenis KB ini karena tidak mengganggu produksi ASI. Efek
samping dari penggunaan implan:
 Rasa nyeri dibagian lengan atas atau tempat implan ditanam
 Menstruasi tidak teratur
 Peningkatan berat badan
 Kesulitan hamil kembali setelah implan dilepas.

d. IUD/Spiral
IUD (Intra Uterine Device) atau dikenal dengan kontrasepsi spiral ini,
merupakan salah satu alat kontrasepsi yang cukup diminati oleh banyak
pasangan di Indonesia. Selain karena jangka waktu pencegahan kehamilan
yang cukup lama, tidak memerlukan perawatan rumit, juga tingkat
kegagalannya rendah.
IUD bisa diletakkan didalam rahim untuk menghadang sel sperma
menembus sel telur. Terdapat jenis IUD yaitu yang terbuat dari tembaga
yang dapat bertahan selama 10 tahun dan yang mengandung hormon yang
bertahan selama 5 tahun. efek samping penggunaan IUD yaitu:
 Keram perut atau rasa sakit pada bagian bawah perut
 Pendarahan yang cukup banyak saat menstruasi atau bahkan
menstruasi tidak teratur
 Dapat terjadi infeksi jika tubuh menolak keberadaan IUD

6
e. Vasektomi
Vasektomi adalah tindakan KB yang dilakukan untuk menghentikan
aliran sperma dengan cara menutup saluran vas deferens pada pria. Hal ini
memerlukan tindakan medis atau operasi dan bersifat permanen. Bagi
pasangan yang tidak ingin memiliki keturunan lagi biasanya akan
menggunakan cara ini sebagai salah satu option mencegah kehamilan. Efek
samping vasektomi:
 Bisa terdapat darah di dalam air mani
 Memar pada testis beberapa bulan pasca operasi
 Pendarahan atau pembekuan darah pada area testis
 Infeksi pasca operasi
 Perasaan tidak nyaman pasca operasi.

f. Tubektomi
Tubektomi merupakan tindakan KB permanen atau sterilisasi pada
perempuan yang dilakukan dengan cara memotong atau menutup tuba falopi
sehingga sel telur tidak masuk kedalam rahim, sekaligus menghalangi
sperma untuk masuk ke dalam tuba falopi. Efek sampingnya:
 Nyeri pada panggu atau perut
 Infeksi pasca operasi
 Pendarahan
 Komplikasi
 Beberapa orang juga dapat mengalami hamil.

2.4 Tujuan KB

Tujuan umum KB adalah meningkatkan kesejahteraan ibu, anak


dalam rangka mewujudkan normal keluarga kecil bahagia sejahtera yang
menjadi dasar terwujudnya masyarakat yang sejahtera dengan
mengendalikan kelahiran sekaligus menjamin terkendalinya pertambahan
penduduk. Adapun tujuan khususnya yaitu:

7
 Meningkatkan kesadaran kepada masyarakat terhadap masalah
kependudukan dalam melembagakan normal keluarga kecil bahagia
sejahtera.
 Meningkatkan jumlah penduduk untuk menggunakan alat kontrasepsi
 Menurunnya jumlah angka kelahiran bayi
 Meningkatkan kesehatan keluarga berencana dengan cara penjarangan
kelahiran
 Meningkatkan dan memantapkan peran dan tanggung jawab pasangan usia
subur dan generasi muda dalam penanggulan masalah kependudukan.

2.5 Faktor-Sosial Budaya Kependudukan

a. Kepadatan penduduk

kepadatan penduduk dihitung dengan membagi jumlah penduduk


dengan luas area dimana mereka tinggal. Beberapa pengamat masyarakat
percaya bahwa konsep kapasitas muat juga berlaku pada penduduk bumi,
yakni bahwa penduduk yang tak terkontrol dapat menyebabkan katastrofi
malthus.

b. Piramida Penduduk

Distribusi usia dan jenis kelamin penduduk dalam negara atau


wilayah tertentu dapat digambarkan dengan suatu piramida penduduk.
Piramida penduduk menggambarkan perkembangan penduduk dalam kurun
waktu tertentu. Negara atau daerah dengan angka kematian bayi yang
rendah dan memiliki usia harapan hidup rendah, piramida penduduknya
berbentuk menyerupai genta (lebar di tengah), yang menggambarkan
tingginya angka kematian bayi dan tingginya resiko kematian.

c. Pengendalian Jumlah Penduduk

Pengendalian penduduk adalah kegiatan membatasi pertumbuhan


penduduk, umumnya dengan mengurangi jumlah kelahiran. Salah satu
contoh pengendalian penduduk yang dipaksakan terjadi di Tiongkok yang

8
terkenal dengan kebijakan ‘satu anak cukup’ kebijakan ini diduga banyak
menyebabkan terjadinya aksi pembunuhan bayi, pengguguran kandungan,
serta sterilisasi wajib. Indonesia juga menerapkan pengendalian penduduk
yang dikenal dengan program keluarga berencana (KB), meski program ini
cenderung bersifat persuasif. Program ini dinilai berhasil menekan tingkat
pertumbuhan penduduk Indonesia.

2.6 Penerapan Program Keluarga Berencana

Keluarga yang sehat sejahtera dan berkualitas akan terwujud jika


angka kelahiran dapat diatur melalui program KB. Banyak yang diharapkan
dari adanya gerakan ini, tetapi tampaknya banyak pula kendala yang
dihadapi oleh para pelaksana di lapangan. Banyak hal yang telah dilakukan
pemerintah dalam menumbuhkan kembali kesadaran masyarakat untuk ber
KB. Lembaga pemerintah yang mengelola KB di daerah perlu di dukung
dengan kebijakan yang terintegrasi. Pada dasarnya sebagai bukti nyata
untuk lebih meningkatkan pemberdayaan dan kesejahteraan keluarga dalam
seluruh aspek kehidupan. Pemberdayaan masyarakat harus dimulai dari
keluarga, karena keluarga merupakan unitsosial terkecil dalam
kehidupanmasyarakat.

Sedangkan menurut Dirjen PMD, pemerintah sendiri telah


melakukan berbagai upaya pemberdataan masyarakat, antara lain
melakukan program PNPM sebagai upaya pemberantasan
kemiskinan,peningkatan derajat kesehatan,, termasuk perilaku hidup bersih
dan sehat, pengaturan kelahiran melalui program KB, pemenuhan hak-hak
dasar bagi anak. Upaya tersebut diharapkan dapat memberdayakan
masyarakat indonesia baik kedudukan di dalam kelompok maupun sebagai
pribadi. Program ini, selain merangsang tubuh semakin erat PKK dan KB,
maka akan mendorong juga semakin hidup Posyandu.

BAB III

9
PEMBAHASAN

3.1 Aspek Sosial Budaya yang Mempengaruhi KB

Faktor sosial budaya tidak dapat dihindari dan memegang peranan penting
dalam perilaku masyarakat. Aspek inilah yang menjadikan masyarakat berpikir
sebagai dasar pertimbangan untuk menerima suatu hal dalam perubahan. Pengaruh
Kepercayaan Serta Budaya Terhadap Kb. Pandangan setiap agama terhadap KB
berbeda-beda sesuai dengan ajarannya masing- masing, salah satu contoh agama
islam yang memperbolehkan KB dengan alasan KB dianggap penting untuk
menjaga kesehatan ibu dan anak, akan tetapi ada juga yang berpendapat bahwa KB
tiddak boleh dilakukan dengan alasan AL-quran tidak memperbolehkan memakai
alat kontrasepsi karna dianggap membunuh bayi. (2010. agama, kesehatan dan
keperawatan, Jakarta: trans info media.)

Pengaruh faktor budaya bersifat positif dan tetap terhadap efektivitas


program keluarga berencana dan signifikan terhadap tingkat fertilitas namun
pengaruhnya relatif lemah dibanding dengan pengaruh faktor sosial maupun faktor
ekonomi. Mengingat pengaruhnya relative lemah, baik terhadap efektivitas maupun
tingkat fertilitas menandakan bahwa peran faktor budaya dalam mempengaruhi
program berencana sangatlah sedikit. Hal ini dapat dimaklumi bahwa indikator
budaya yang digunakan untuk mengukur tingkat efektivitas dan fertilitas sangat
terbatas, karena indikator pada saat ini sudah kurang diinformasikan baik oleh
dinas, tokoh formal maupun non formal. Dalam perancangan program KB ini akan
menimbulkan beberapa respon berbeda pada lingkup suatu masyarakat, aspek sosial
budaya yang mempengaruhi proram KB antara lain:

1. Adat istiadat atau Kepercayaan

Pada daerah tertentu, masyarakat masih memegang teguh kepercayaan


dan menjalankan adat istiadat mereka. Kepercayaan masyarakat menikahkan
anaknya diusia muda agar cepat memperoleh keturunan yang banyak
merupakan salah satu keadaan yang menghambat pelaksanaan program KB.

10
Mereka berpikir anak adalah aset, sehingga mereka percaya bahwa banyak
anak banyak rezeki.

Selain kepercayaan, adat istiadat yang masih ketara hingga saat ini yang
menghambat program KB adalah pilihan jenis kelamin. Contoh pada
masyarakat Bugis, harus ada anak perempuan, sehingga jika belum memiliki
anak perempuan mereka mencoba terus memiliki anak sampai mendapatkan
anak perempuan. Keadaan demikian menjadikan masyarakat menunda
penggunaan alat kontrasepsi dan memungkinkan masyarakat atau suatu
keluarga tersebut akan menghasilkan keturunan sampai melahirkan anak
dengan jenis kelamin yang diharapkan.

2. Faktor Agama atau Religi


Dalam konteks ini sebagai tenaga kesehatan, kita perlu memahami
pandangan kepercayaan atau agama pada masyarakat yang menjadi sasaran
program KB. Tentunya kepercayaan agama bukanlah suatu yang dapat kita
paksaan tetapi yang terpenting adalah kita memahaminya.

Dalam suatu agama tertentu melarang penggunaan alat kontrasepsi


karena dianggap menghalangi terjadinya pembuahan. Dalam ajaran agama
tersebut anak adalah karunia dari sang pencipta yang harus disyukuri dan
dijaga. Contoh pada penganut katolik yang taat membatasi pemilihan
kontrasepsi mereka pada pil KB alami, serta masih kuatnya kepercayaan
masyarakat muslim bahwa setiap makhluk yang diciptakan tuhan pasti diberi
rizeki untuk itu tidak khawatir memiliki jumlah anak yang banyak

3. Faktor Pendidikan
Masyarakat dengan tingkat pendidikan tinggi akan lebih mudah
memahami manfaat dari program KB tersebut dan secara terbuka akan
menerima perubahan. Berbeda dengan masyarakat dengan status pendidikan
yang rendah, mereka cenderung memiliki tingkat pemahaman yang buruk
terhadap program KB dan cenderung lebih percaya pada kepercayaan yang
mereka anut. Contoh pada wanita yang berpendidikan menginginkan

11
keluarga berencana yang efektif, namun tidak rela untuk mengambil resiko
yang terkait dengan metode kontrasepsi

4. Faktor Ekonomi
Masyarakat akan berpikir ulang ketika mengeluarkan alat kontrasepsi
dalam bentuk mekanik maupun kimiawi. Bagi mereka yang hidup dengan
pendapatan yang minim akan lebih mengutamakan kepentingan pangannya.
Namun, sebagai seorang tenaga kesehatan yang memiliki tugas dan andil
untuk mensukseskan program ini, tentunya kita menjadi paham bahwa
kesuksesan suatu program kesehatan masyarakat tidak hanya di pengaruhi
oleh program itu sendiri, akan tetapi oleh faktor lain. Seperti sosial budaya
yang ada dalam masyarakat menunjukkan bahwa pendapatan, pendidikan,
adat istiadat dan agama maupun kepercayaan merupakan faktor yang penting
dalam partisipasi dalam program keluarga berencana (KB). Contoh pada
keluarga dengan penghasilan cukup akan lebih mampu mengikuti program
KB daripada keluarga yang tidak mampu ekonominya

3.2 Peran Perawat Dalam Program KB

Peran perawat dalam program keluarga berencan atau yang biasa


disingkat dengan KB oleh masyarakat adalah sebagai konselor dan sebagai
edukator. Dalam pelaksanaan ini perawat harus memiliki informasi terbaru dan
akurat tentang metode kontrasepsi, karena hampir sebagian dari kehamilan yang
tidak direncanakan terjadi pada wanita yang menggunakan alat kontrasepsi
namun salah dan tidak konsisten dalam penggunaanya. Hal tersebut dapat
dicegah bila wanita memiliki pengetahuan yang adekuat terhadap metode
kontrasepsi yang mereka pilih. Dan dari sinilah perawat memiliki peranan
penting dalam memberikan pendidikan tentang teknik kontrasepsi yang sesuai
dengan kebutuhan, cara penggunaan yang tepat. Fokus konselingnya haruslah
pada kebutuhan dan kenyamanan pasangan yang akan menggunakan alat
kontrasepsi. Beberapa pertimbangan memilih metode kontrasepsi :

1) Kemanan
2) Perlindungan terhadap penyakit menular seksual

12
3) Efektifitas
4) Pilihan pribadi dan kecenderungan
5) Education needed
6) Efek samping
7) Pengaruh pada kepuasan seksual
8) Ketersediaan
9) Biaya
10) Agama dan kepercayaan
11) Budaya
12) Informed conset

BAB IV

13
PENUTUP

4.1Kesimpulan

Kontrasepsi berasal dari kata “kontra” yang berarti mencegah atau


menghalangi dan “konsepsi” yang berarti pembuahan atau pertemuan antara
sel telur dengan sperma. , kontrasepsi seringkali dianggap sebagai cara
untuk mengurangi resiko kehamilan atau mengurangi jumlah penduduk.
Keluarga Berencana adalah suatu usaha untuk menjarangkan atau
merancang jumlah anak dan jarak kehamilan dengan memakai alat
kontrasepsi. Keluarga Berencana yaitu membatasi anak dimana dalam satu
keluarga hanya diperbolehkan hanya memiliki dua atau tiga anak saja.
Keluarga berencana yang diperbolehkan adalah suatu usaha pengaturan dan
penjarangan kelahiran atau pencegahan kehamilan sementana atas
kesepakatan suami-istri karena situasi dan kondisi tertentu. Adapun macam-
macam alat konterasepsi seperti Pil KB, Suntik KB, Implan/Norpant/susuk,
IUD Spiral, Vasektomi dan Tubektomi.

Aspek-aspek sosial budaya yang mempengaruhi program KB antara


lain: Adat istiadat atau Kepercayaan, faktor agama, faktor pendidikan, dan
faktor ekonomi. Dalam pemberian kontrasepsi, perawat sebagai konselor
dan advokasi, dimana dalam pelaksanaan ini perawat harus memiliki
informasi terbaru dan akurat tentang metode kontrasepsi dan memberikan
pendidikan tentang teknik kontrasepsi yang sesuai dengan kebutuhan, cara
penggunaan yang tepat.

4.2 Saran
Sebagai seorang tenaga kesehatan yang memiliki tugas dan andil
untuk mensukseskan program ini, tentu saja kita menjadi paham bahwa
keberhasilan suatu program kesehatan masyarakat tidak hanya di pengaruhi
oleh program itu sendiri melainkan oleh faktor lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

14
 http://www.scribd.com/doc/49137268/ASPEK-SOSIAL-BUDAYA-
DALAPROGRAM-KB
 http://www.geogle.co.id/Aspek Sosial Budaya Dalam Program KB
 https://dokumen.tips/documents/aspek-sosial-budaya-yang-
mempengaruhi-program-kb.html. (Diakses pada 06 juli 2015).

15

Anda mungkin juga menyukai