Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Teknik Tegangan Tinggi
Disusun Oleh:
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
terselesainya makalah yang berjudul “ PEMBANGKIT TEGANGAN TINGGI
AC”.
Proses terselesainya makalah ini melibatkan semua anggota kelompok dan
rekan – rekan yang telah membantu. Oleh karena itu kami ucapkan terimakasih
banyak kepada semua pihak yang telah terlibat dalam terselesaikannya paper ini.
Dan tak lupa juga kami ucapkan kepada dosen mata kuliah Teknik Tegangan Tinggi
Muhammad Aris Risnandar MT. yang senantiasa membimbing kami.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat ini masih banyak
kekurangan. Untuk itu kami mohon maaf yang sebesar-besarnya atas kekurangan
dari makalah ini dan kami juga menunggu kritik dan saran dari semua pihak agar
selanjutnya kami dapat membuat makalah yang lebih baik lagi.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...............................................................................................i
Daftar isi........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................2
C. Tujuan Pembahasan..........................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pembahasan......................................................................................3
BAB III PENUTUP
A. Simpulan..........................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
pengoperasiannya, dan memakan biaya yang mahal. Selain itu pembangkit
tegangan tinggi AC yang ada umumnya memiliki frekuensi rendah (50 Hz).
Untuk itu dibutuhkan sebuah alat pembangkit tegangan tinggi AC frekuensi
tinggi yang memiliki dimensi tidak terlalu besar, mudah di operasikan dan
tidak mahal,
2
BAB II
PEMBAHASAN
Tegangan tinggi bolak balik diperoleh dari suatu trafo yang disebut trafo uji,
yaitu trafo satu fasa yang mempunyai perbandingan belitan yang jauh lebih besar
daripada trafo daya.
Bagian utama trafo uji adalah isolasi yang digunakan untuk mengisolir
kumparan tegangan tinggi dengan inti, tangki, dan kumparan tegangan rendahharga
suatu trafo uji terutama ditentukan oleh harga isolasinya. Isolasi ini dirancang agar
mampu memikul tegngan maksimum yang dibangkitkan. Suatu trafo uji bekerja,
terjadi terpaan elektrik pada isolasinya. Tebal isolasi yang ddigunakan pada trafo
uji sebanding dengan terpaan elektrik yang dipikul isolasi tersebut. Jika tepaan
elektrik yang dipikul suatu isolasi semakin besar, maka isolasi harus semakin tebal
sehingga volume issolasi semakin bayak. Oleh karena itu, tepaan elektrik pada
isolais pada trafo uji harus diusahakan sekecil mungkin agar isolasi yang digunakan
juga sesdikit mungkin. Konstruksi lilitan dan isolasinya harus dirancang
sedemikian rupa sehingga dihasilkan terpaan elektrik merata.
trafo uji tegngan tingg i secara umum tidak mengalami masalah dngan
pendinginan karena umumnya dioperasikan dalam waktu singkat dan efek gaya
magnetik dapat diabaikan. Oleh sebab itu konstruksi trafo uji tegngan tinggi sagat
ditentukan oleh isolasi belitan. Trafo uji tegngan tinggi adalah trafo satu fasa
dengan frequensi sesuai dengan frequensi benda uji. Terkadang dipergunakan untuk
frequensi tinggi pada tegangan rating. Untu pengujian trafo, dipergunakan frequensi
rendah untuk menghindari saturesi inti besi. Dengan pertimbangan kesulitan isolasi
dan pertimbngan ekonomi, belitan tegangan tinggi umumnya dapat diisolasi sampai
dengan beberapa 100 kv. Sehingga untuk tegangan yang lebih tinggi dipergunakan
rangkaaian trafo bertingkat (cascade).
3
Gambar 2.1: diagram trafo uji
1. inti besi
3. belitan sekunder HV
6. Bushing HV
8. Elektroda HV
pada rangkaian satu tingkat, trafo memeiliki fluks utama bersama yang
artinya hanya terdiri dari sebuah inti besi.
4
Gambar 2.2: Rangkaian pengganti trafo uji satu tingkat . 1.inti besi, 2. Belitan
primer, 3. Belitan sekunder, 4. Belitan transfer.
Pada gambar di atas terlihat trafo memiliki inti besi, belitan primer, belitan
sekunder, dan belitan transfer. Belitan transfer terletak pada potensial sekunder
yang tidak diperlukan jikka trafo uji dioperasikan pada rangkaian satu tingkat tetapi
akan dipergunakan pada rangkaian bertingkat.
Gambar 2.3 menunjukkan dua jenis kontruksi trafo uji tegangan tinggi salah
satu dari kontruksi itu menggunakan bushing yang berarti mempunyai permukaan
lebih luas dan ini mengakibatkan disipasi panas yang lebih baik, tetapi dengan
5
tambahan bushingtersebut diperlukan ruang yang lebih tinggi yang secara ekonomis
akan lebih mahal. Pada konstruksi yang lain bushing tidak dipergunakan sehingga
membutuhkan ruangan tidak terlalu tinggi akan tetapi disipasi panasnya kurang
baik karena terisolasi mantel. Konstruksi tanpa bushing ini umumnya dipergunakan
untuk rangkaian bertingkat. Untuk daya yang besar dimungkinkan menggunakan
pendingin seperti sirip pendingin.
D. Rangkaian bertingkat
6
Gambar 2.5: Prinsip rangkaian trafo uji bertingkat
Kekurangan dari trafo uji bertingkat adalah pembebanan yang berat pada
belitan primer tingkatan terbawah. Pada gambar beban ditandai dengan P yang
merupakan perkalian tegangan dan arus untuk setiap belian. Untuk trafo uji 3
tingkat, kva luaran adalah 3p sehungga setiap belitan”2” membawa arus I=p/v. Jadi
hanya belitan primer trafo III yang terbebani dengan p, tetapi daya ini diambil dari
belitan transfer trafo II. Oleh sebab itu primer tingkat II terbebani 2p. Artinya total
daya 3P harus disediakan oleh primer trafi I, sehingga diperlukan dimensi yang
tepat untuk belitan primer dan belitan transfer.
Sebuah trafo uji bertingkat mempunyai prinsip yang sama dengan trafo
dengan tiga belitan. Dengan mengabaikan arus magnetisasi dan rugi daya pada
belitan, trafo ini dapat digambarkan hanya dengan reaktansi ketiga belitan.
Reaktansi ini dapat diperoleh dengan ercobaan hubung singkat. Rangkaian
pengganti untuk n tingkat trafo uji dapat digambarkan pada gambar.
7
Gambar2.6 rangkaian pengganti trafo ideal n-tingkat
Trafo uji seara umum terbebani dengan benda uji yang secara umum bersifat
kapasitif, pembagi tegangan kapasitif, dan kapasitor kopling. Bahkan pada keadaan
tanpa bebanpun trafo uji telah terbebani kapasitif oleh kapasitansi belitan. Dalam
hubungan dengan induktansi parasit trafo uji yang cukup besar, hal ini dapat
menimbulkan tegangan lebih kapasitif yang cukup besar seperti yang diilustrasikan
pada gambar.
Gambar 2.7 : Tegangan lebih pada trafo uji karena beban kapasitif
8
2. Rangkian Resonansi Seri Pembangkit Tegangan Tinggi AC
Bentuk rangkaian sumber tegangan ini terdiri dari trafo yang di hubungkan
secara seri dengan beberapa reaktor yang dapat di ubah nilai impedansinya dan
dihubungkan secara seri dengan beban yang kapasitif.
Keterangan :
Lo = induktansi pemagnetan
9
La dan Lb = reaktor yang nilai induktansinya dapat diubah
Ω = 2πf ; fn = 1/2π ,
10
Bila kapasitor dari rangkaian beban adalah sebesar C, ( tidak sama dengan
Cn ) maka frekuensi dari rangkaian tersebut adalah :
Jadi nilai frekuensinya berubah sesuai dengan nilai C dari beban. Dari
persamaan dapat digambarkan hubungan antara arus pada saat Ct < Cn .
Ini menunjukan bahwa arus I selalu lebih kecil dari In untuk nilai Ct < Cn .
11
Perbedaannya kali ini, adalah bahwa rangkaian resonansi paralel
dipengaruhi oleh arus yang mengalir melalui masing-masing cabang paralel dalam
rangkaian tangki LC paralel. Sebuah rangkaian tangki adalah kombinasi paralel dari
L dan C yang digunakan dalam jaringan penyaring baik pilih atau menolak
frekuensi AC. Pertimbangkan rangkaian paralel RLC di bawah ini.
Mari kita mendefinisikan apa yang sudah kita ketahui tentang rangkaian
RLC paralel.
12
Sebuah rangkaian resonansi paralel menyimpan energi rangkaian di medan
magnet dari induktor dan medan listrik dari kapasitor. Energi ini terus-menerus
dipindahkan bolak-balik antara induktor dan kapasitor yang menghasilkan arus nol
dan energi ditarik dari supply. Hal ini karena sesuai nilai-nilai sesaat dari IL dan IC
akan selalu sama dan berlawanan dan karena arus yang ditarik dari supply adalah
penjumlahan vektor dari dua arus ini dan arus yang mengalir di IR.
Dalam solusi rangkaian resonansi paralel AC kita tahu bahwa tegangan
supply umum untuk semua cabang, jadi ini dapat diambil sebagai vektor referensi
kami. Setiap cabang paralel harus diperlakukan secara terpisah seperti rangkaian
seri sehingga total arus supply yang diambil oleh rangkaian paralel adalah
penambahan vektor dari arus cabang individu.
Lalu ada dua metode yang tersedia bagi kita dalam analisis rangkaian
resonansi paralel. Kami dapat menghitung arus di setiap cabang dan kemudian
menambahkan bersama-sama atau menghitung admitansi dari masing-masing
cabang untuk menemukan arus total.
Kita tahu dari sebelumnya resonansi seri yang resonansi terjadi ketika VL =
-VC dan situasi ini terjadi ketika dua reactances adalah sama, XL = XC. Admitansi
dari rangkaian paralel diberikan sebagai:
13
Perhatikan bahwa pada resonansi, rangkaian paralel menghasilkan
persamaan yang sama seperti untuk rangkaian resonansi seri. Oleh karena itu, tidak
ada bedanya jika induktor atau kapasitor dihubungkan secara paralel atau seri.
Juga pada resonansi, rangkaian tangki LC paralel berfungsi seperti
rangkaian terbuka dengan arus rangkaian ditentukan oleh resistor, hanya R. Jadi
total impedansi dari rangkaian resonansi paralel pada resonansi hanya menjadi nilai
resistansi dalam rangkaian dan Z = R seperti yang ditunjukkan.
14
Dengan demikian pada resonansi, impedansi dari rangkaian paralel berada
pada nilai maksimum dan sama dengan resistansi dari rangkaian yang menciptakan
kondisi rangkaian dengan resistansi tinggi dan arus rendah. Juga di resonansi,
sebagai impedansi dari rangkaian tersebut adalah sekarang bahwa resistensi saja,
total arus, I akan “dalam-fasa” dengan tegangan supply, VS.
Kita dapat mengubah respons frekuensi rangkaian dengan mengubah nilai
resistansi ini. Mengubah nilai R mempengaruhi jumlah arus yang mengalir melalui
rangkaian pada resonansi, jika L dan C tetap konstan. Kemudian impedansi
rangkaian pada resonansi Z = RMAX disebut "impedansi dinamis" rangkaian.
Impedansi dalam Rangkaian Resonansi Paralel
15
Kita sekarang tahu bahwa pada frekuensi resonansi, ƒr yang masuk dari
rangkaian tersebut adalah minimal dan sama dengan konduktansi, G diberikan oleh
1/R karena dalam rangkaian resonansi paralel bagian imajiner dari admitansi, yaitu
susceptance, B adalah nol karena BL = BC seperti yang ditunjukkan.
16
ada dalam rangkaian paralel, sehingga faktor daya menjadi satu atau kesatuan, ( θ
= 0° ).
Juga karena impedansi rangkaian paralel berubah dengan frekuensi, ini
membuat impedansi rangkaian “dinamis” dengan arus pada resonansi berada
dalam-fasa dengan tegangan karena impedans rangkaian bertindak sebagai
hambatan. Kemudian kita telah melihat bahwa impedansi dari rangkaian paralel
pada resonansi setara dengan nilai resistansi dan nilai ini harus, oleh karena itu
mewakili impedansi dinamis maksimum ( Zd ) dari rangkaian seperti yang
ditunjukkan.
17
Pada resonansi, arus IL dan IC sama dan membatalkan sehingga
memberikan arus reaktif bersih sama dengan nol. Kemudian pada resonansi
persamaan di atas menjadi.
Karena arus yang mengalir melalui rangkaian resonansi paralel adalah hasil
dari tegangan dibagi dengan impedansi, pada resonansi impedansi, Z berada pada
nilai maksimumnya, ( = R ). Oleh karena itu, arus rangkaian pada frekuensi ini akan
berada pada nilai minimum V/R dan grafik arus terhadap frekuensi untuk rangkaian
resonansi paralel diberikan sebagai.
18
Kurva respons frekuensi dari rangkaian resonansi paralel menunjukkan
bahwa besarnya arus adalah fungsi frekuensi dan memplotnya ke grafik
menunjukkan kepada kita bahwa respons dimulai dari nilai maksimumnya,
mencapai nilai minimumnya pada frekuensi resonansi ketika IMIN = IR dan
kemudian meningkat lagi menjadi maksimum ketika ƒ menjadi tidak terbatas.
Hasil dari ini adalah bahwa besarnya arus yang mengalir melalui induktor,
L dan kapasitor, rangkaian tangki C dapat menjadi beberapa kali lebih besar dari
arus supply, bahkan pada resonansi tetapi karena mereka sama dan pada perlawanan
(180° out-of-phase) mereka secara efektif membatalkan satu sama lain.
Karena rangkaian resonansi paralel hanya berfungsi pada frekuensi
resonansi, tipe rangkaian ini juga dikenal sebagai Rangkaian Rejecter karena pada
resonansi, impedansi rangkaian berada pada batas maksimum sehingga menekan
atau menolak arus yang frekuensinya sama dengan frekuensi resonansinya. Efek
resonansi dalam rangkaian paralel juga disebut "resonansi arus".
Perhitungan dan grafik yang digunakan di atas untuk mendefinisikan
rangkaian resonansi paralel mirip dengan yang kami gunakan untuk rangkaian seri.
Namun, karakteristik dan grafik yang digambar untuk rangkaian paralel persis
berlawanan dengan rangkaian seri dengan maksimum dan minimum impedansi,
arus dan perbesaran rangkaian terbalik. Itulah sebabnya rangkaian resonansi paralel
juga disebut rangkaianAnti-resonansi .
19
bawah diberikan sebagai: ƒatas dan ƒbawah masing-masing menunjukkan frekuensi
setengah daya.
Di mana daya yang dihamburkan dalam rangkaian adalah setengah dari
daya penuh yang dihamburkan pada frekuensi resonansi 0,5 (I2R) yang memberi
kita titik -3dB yang sama pada nilai arus yang sama dengan 70,7% dari nilai
resonansi maksimumnya, (0,707 x I)2R
Seperti rangkaian seri, jika frekuensi resonansi tetap konstan, peningkatan
dalam faktor kualitas, Q akan menyebabkan penurunan bandwidth dan juga,
penurunan faktor kualitas akan menyebabkan peningkatan bandwidth seperti yang
didefinisikan oleh:
20
Contoh Resonansi Paralel No.1
Sebuah jaringan resonansi paralel yang terdiri dari resistor 60Ω, kapasitor
120uF dan induktor 200mH terhubung di tegangan supply sinusoidal yang memiliki
output konstan 100 volt pada semua frekuensi.
Hitung, frekuensi resonansi, faktor kualitas dan lebar pita rangkaian, arus
rangkaian pada resonansi dan pembesaran arus.
21
1. Frekuensi Resonansi, ƒr
3. Faktor kualitas, Q
4. Bandwidth, BW
22
7. Pembesaran Arus, Imag
IMAG = Q x IT = 1.47 x 1.67 = 2.45A
Perhatikan bahwa arus yang diambil dari supply pada resonansi (arus
resistif) hanya 1,67 amp, sedangkan arus yang mengalir di sekitar rangkaian tangki
LC lebih besar pada 2,45 amp. Kita dapat memeriksa nilai ini dengan menghitung
arus yang mengalir melalui induktor (atau kapasitor) pada resonansi.
23
Oleh karena itu persamaan dasar di atas untuk menghitung frekuensi
resonansi paralel, ƒr dari rangkaian resonansi paralel murni akan perlu dimodifikasi
sedikit untuk memperhitungkan induktor murni memiliki resistansi seri.
24
BAB III
KESIMPULAN
Trafo uji tegangan tinggi merupakan trafo satu fasa,trafo ini disesuaikan
dengan benda uji yang bersifat kapasitif.dan mempengaruhi faktor dimensi sebagai
kapasitansi benda uji sehingga harus mempunyai toleransi yang menyebabkan
kelebihan rancang (over dimension)
Pada rangkaian satu tingkat, trafo memiliki fluks utama bersama yang
artinya hanya terdiri dari sebuah inti besi.dan memiliki belitan transfer (4) yang
sama jumlahnya dengan belitan primer (2) dan inti besi (1) dan belitan sekunder (3)
25
2.1.5 reaktansi hubung singkat trafo uji bertingkat
Sebuah trafo uji bertingkat mempunyai prinsip yang sama dengan memiliki
tiga belitan,dengan mengabaikan arus magnetisasi dan rugi daya pada belitan.
Trafo uji secara umum terbebani dengan benda uji dam pembagi tegangan
kapasitif,dan kapasitor kopling,dan tanpa bebanpun trafo uji telah terbebani
kapasitif oleh kapasitas belitan
26
DAFTAR PUSTAKA
https://abdulelektro.blogspot.com/2019/06/rangkaian-resonansi-pararel.html?m=1
https://www.slideshare.net/RioAfdhala/tugas-kelompok-4-teknik-tegangan-tinggi-
profir-syamsir-abduh-mm-phd-universitas-trisakti-62247869
http://bangkitbeniardi.blogspot.com/2016/03/rangkaian-pengganti-transformator-
trafo.html
https://hendratetro.blogspot.com/search
27