Apendisitis 222
Apendisitis 222
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Usus buntu adalah bagain kecil, seperti jari yang melekat pada sekum tepat di bawah
katup ileosekal. Karena proses pengosongan ke dalam usus besar tidak efisien dan lumen
yang kecil, maka rentan untuk terhambat dan rentan terhadap infeksi (apendisitis). Usus
buntu yang terhalang dapat menjadi radang dan edema dan akhirnya terisi dengan nanah. Ini
adalah yang paling penyebab umum dari peradangan akut pada kuadran kanan bawah dari
rongga perut (Brunner&Suddarth’s, 2008).
Apendisitis adalah peradangan yang terjadi pada apendiks (ujung seperti jari-jari kecil
sepanjang kurang lebih 10 cm, melekat pada sekum tepat di bawah katup ileosekal),
disebabkan oleh bakteri, dicetuskan oleh sumbatan lumen seperti fekalit, tumor appendiks
dan cacing askaris (UNIMUS).
Apendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiformis. Apendisitis akut adalah
penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran kanan bawah rongga abdomen,
penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat (Smeltzer, 2001 dalam Docstoc, 2010).
Apendisitis adalah kondisi dimana infeksi terjadi di umbai cacing (MN Hasya, 2012).
B. Etiologi
Berbagai hal dapat berperan sebagai faktor pencetus apendisitis. Sumbatan lumen
apendiks merupakan faktor yang diajukan sebagai faktor pencetus disamping hiperplasia
jaringan limfe, fekalit, tumor apendiks, dan cacing askaris dapat pula menyebabkan
sumbatan. Penyebab lain yang diduga dapat menimbulkan apendisitis adalah erosi mukosa
apendiks karena parasit seperti E. histolytica (Sjamsuhidajat, De Jong, 2004 dalam USU).
Apendisitis adalah infeksi dari bakteri. Hal yang berperan sebagai penyebabnya
adalah obstruksi lumen apendiks sebagai faktor presipitasi, kebiasaan makan-makanan
rendah serat dan pengaruh konstipasi, erosi mukosa apendiks karena parasit (Sjamsuhidayat,
2004 dalam UNIMUS).
Penelitian epidemiologi menunjukkan peran kebiasaan makan makanan rendah serat
dan pengaruh konstipasi terhadap timbulnya apendisitis. Konstipasi akan menaikkan tekanan
intrasekal, yang berakibat timbulnya sumbatan fungsional apendiks dan
meningkatnya pertumbuhan kuman flora kolon biasa. Semuanya ini akan mempermudah
timbulnya apendisitis akut (Sjamsuhidajat, De Jong, 2004 dalam USU).
C. Manifestasi klinis
Menurut Diane C. Baughman (2000), tanda dan gejala apendisitis yaitu :
1. Demam derajat rendah (Pireksia)
2. Takikardia
3. Mual
4. Muntah
5. Nyeri kuadran bawah (nyeri abdomen periumbilikal)
D. Anatomi Fisiologi
Apendiks biasanya disebut juga sebagai umbai cacing, yaitu organ yang berbentuk
tabung, panjangnya kira-kira 10 cm dan berpangkal di sekum. Lumennya sempit dibagian
proximal dan melebar dibagian distal. Walaupun dikatakan non fungsional namun apendiks
menghasilkan lendir 1 – 2 ml per hari. Lendir itu secara normal akan dicurahkan ke dalam
lumen dan selanjutnya mengalir ke sekum. Hambatan aliran lendir ke muara apendiks
tampaknya berperan pada patogenesis apenditis. ( R. Sjamsuhidajat, wim de jong, 1998 ).
8 2
3
7 4
5
9
6
E. Klasifikasi
Apendisitis dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Apendisitis akut
Apendisitis akut merupakan keadaan akut abdomen yang memerlukan
pembedahan segera untuk mencegah komplikasi yang lebih buruk jika telah terjadi
perforasi, maka komplikasi dapat terjadi seperti peritonitis umum, terjadinya abses dan
komplikasi pasca operasi seperti fistula dan infeksi luka operasi (Jaffe & Berger,
2005).Gejala khas pada apendisitis akut yaitu :
a. Radang mendadak umbai cacing yang memberikan tanda setempat, disertai maupun
tidak disertai rangsang peritonium lokal.
b. Nyerisamar-samar dan tumpul yang merupakan nyeri viseral didaerah epigastrium
disekitar umbilikus.
c. Mual dan muntah.
d. Nafsu makan menurun.
e. Dalam beberapa jam nyeri akan berpindahke titik McBurney.
f. Bila dilakukan penekanan kemudian dilepaskan pada titik McBurney maka pasien
apendisitis akut akan merasa sangat nyeri.
g. Nyeri dirasakan lebih tajam dan lebih jelas letaknyasehingga merupakan nyeri
somatik setempat.
h. Kadang tidak ada nyeri epigastrum, tetapi terdapat konstipasi sehingga penderita
seperti memerlukan obat pencahar.
Obstruksi lumen
Nyeri Menekan
gaster
Insisi bedah
Mual, Muntah
Nyeri Resiko Perdarahan
Akut Resiko
Ketidakseimbangan
Cairan
G. Patofisiologi
Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks oleh
hiperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis akibat peradangan
sebelumnya, atau neoplasma. Obstruksi tersebut menyebabkan mukus yang diproduksi
mukosa mengalami bendungan. Semakin lama mukus tersebut semakin banyak, namun
elastisitas dinding apendiks mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan peningkatan
tekanan intralumen. Tekanan yang meningkat tersebut akan menghambat aliran limfe
yang m0engakibatkan edema, diapedesis bakteri, dan ulserasi mukosa. Pada saat inilah
terjadi apendisitis akut lokal yang ditandai oleh nyeri epigastrium.
Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut
akan menyebkan obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan menembus dinding.
Peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum setempat sehingga
menimbulkan nyeri didaerah kanan bawah. Keadaan inidisebut apendisitis supuratif akut.
Bila kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks yang diikuti
dengan gangren. Stadium ini disebut dengan apendisitis gangrenosa. Bila dinding yang
telah rapuh itu pecah, akan terjadi apendisitis perforasi.
Bila semua proses diatas berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatan
akan bergerak kearah apendiks hingga timbul suatu massa lokal yang disebut infiltrate
apendikularis. Peradangan pada apendiks tersebut dapat menjadi abses atau menghilang.
Pada anak-anak, kerena omentum lebih pendek dan apendiks lebih panjang, maka
dinding apendiks lebih tipis. Keadaan tersebut ditambah dengan daya tahan tubuh yang
masih kurang sehingga memudahkan terjadinya perforasi. Sedangkan pada orang tua,
perforasi mudah terjadi karena telah ada gangguan pembuluh darah (Mansjoer, 2000)
H. Komplikasi
Rencana keperawatan
N Diagnosis
Tujuan Kriteria hasil Intervensi
o
1. Nyeri Akut Setelah L.08066 Tingkat nyeri I.08238 Manajemen nyeri
dilakukan 1. Keluhan nyeri menurun 1. Identifikasi lokasi, krakteristik, durasi,
tindakan 2. Anoreksia menurun frekunsi, kualitas, intensitas nyeri
3. Meringis menurun
keperawatan 2. Identifikasi sklaa nyeri
4. Frekunsi nadi membaik
selama 7 jam 3. Identifikasi faktor yang memperberat dan
sekali di memperingan nyeri
L.08063 Kontrol kontrol nyeri
harapkan nyeri 1. Melaporkan nyeri 4. Jelaskan strategi meredakan nyeri
pasien terkontrol meningkat 5. Kolaborasi menggunkaan analgetik, jika perlu
2. Kemampuan mengenali
berkurang atau
penyebab nyeri meningkat
hilang 3. Kemampuan I.08242 Pemantauan nyeri
menggunakan tehnik non- 1. Monitor kualitas nyeri
farmakologi
2. Monitor lokasi dan penyebaran nyeri
4. Keluhan nyeri menurun
3. Monitor intensitas nyeri dan menggunkan
L.05045 Pola tidur skala
1. Keluhan sulit tidur 4. Monitor frekunsi nyeri
menurun
2. Keluhan sering terjaga
menurun I.08245 Perawatan kenyamanan
3. Istirahat tidak cukup 1. Berikan posisi yang nyaman
mebaik
2. Ciptakaan lingkungan yang nyaman
3. Berikan kompres dingin dan hangat
4. Ajarkan terapi relaksasi
5. Kolaborasi pemberian analgesik, antipruritus,
jika perlu
2. Resiko Setelah L.03020 Keseimbangan 1.03098 Manajemen Cairan
Ketidakseimb dilakukan Cairan 1. Monitor status hidrasi
1. Asupan Cairan meningkat
angan Cairan tindakan 2. Monitor berat badan harian
2. Kelembaban membran
keperawatan mukosa meningkat 3. Monitor berat badan sebelum dan sesudah
selama 7 jam 3. Asupan makanan dialisis
Meningkat
sekali di 4. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
4. Dehidrasi menurun
harapkan 5. Catat intake-Output dan hitung balanscairan
pasien 24 jam
L.03028 Status Cairan
1. Turgor Kulit Meningkat 6. Berikan asupan cairan sesuai kebutuhan
membaik 2. Membran Mukosa
membaik I.03121 Pemantauan cairan
3. Output Urine meningkat
1. Monitor frekunsi dan kekuatan nadi
L.03030 Status Nutrisi 2. Monitor Frekuensi nafas
1. Verbalisasi keinginan 3. Monitor tekanan darah
untuk meningkatkan
4. Monitor berat badan
nutrisi Meningkat
2. Pengetahuan tentang 5. Monitor jumlah, warna dan berat jenis urine
pilihan makanan yang 6. Monitor intake dan output cairan
sehat meningkat
3. Pengetahuan tentang
pilihan minuman yang
sehat meningkat
4. Pengetahuan Tentang
Standar asupan nutrisi
yang tepat meningkat
3. Resiko Setelah L.02017 Tingkat Perdarahan 1.02067 Pencegahan Pendarahan
Perdarahan dilakukan 1. Kelembaban membran 1. Monitor tanda dan gejala perdarahan
mukosa meningkat
tindakan 2. Monitor nilai hematorik/hemoglobin sebelum
2. Kelembaban kulit kognitif
keperawatan meningkat dan setelah kehilangan darah
selama 7 jam 3. Distensi Abdomen 3. Pertahankan bed rest selama perdarahan
menurun
sekali di 4. Batasi tindakan invasif jika perlu
4. Perdarahan Pasca operasi
harapkan menurun
pasien
L.14128 Kontrol Risiko
membaik
1. Kemampuan Mencari
informasi tentang faktor
resiko meningkat
2. Kemampuan
mengidentifikasi faktor
risiko meningkat
3. Kemampuan mengubah
perilaku meningkat