Anda di halaman 1dari 9

Manajemen IKM, Februari 2012 (28-36) Vol. 7 No.

1
ISSN 2085-8418 http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalmpi/

Perbaikan dan Evaluasi Penerapan Sistem Manajemen Mutu pada


Industri Pengolahan Tahu (Studi Kasus di UD. Cinta Sari, DIY)

Improvement and Evaluation of Implementating Quality Managemet System in Tofu Industry


(Case Study at UD. Cinta Sari, DIY)
1 2 3
Sapta Raharja* , S. Joni Munarso , Dian Puspitasari
1
Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor
2
Peneliti pada Balai Penelitian Pasca Panen, Bogor
3
Mahasiswa Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor

ABSTRAK

Sistem manajemen mutu (SMM) industri pengolahan tahu melibatkan penataan pengelolaan
perusahaan, baik yang menyangkut pengadaan bahan baku, operasionalisasi teknologi, penyesuaian
kompetensi personil, dan dokumentasi proses. Penerapan SMM ini dilakukan pada industri pengolahan
tahu UD Cinta Sari melalui metode survey. Keefektifan pelaksanaan SMM dilakukan studi terhadap mutu
produk yang meliputi kadar protein, kadar air, kadar abu, dan kekenyalan pra SMM dan pasca SMM.
Dasar dari proses terbaik yang diterapkan pada pasca SMM melalui uji coba pengolahan tahu
menggunakan kedelai local dengan dua faktor yaitu wadah (bak semen dan tangki stainless steel) dan
waktu perebusan (10, 15, dan 20 menit). Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap
dan metode factorial. Perbaikan yang dilakukan pada SMM adalah perebusan tahu dengan tangki
stainless steel dengan waktu rebus 15 menit menunjukan kesukaan panelis paling tinggi. Dari analisis
statistic ANOVA satu arah, didapatkan hasil parameter mutu tahu pra SMM berbeda nyata pada taraf
kepercayaan 95% yang berarti mutu tahu pra SMM sangat fluktuatif atau tidak konsisten sedangkan
parameter mutu tahu pasca SMM tidak berbeda nyata 95% yang berarti mutu produk lebih konsisten.
Dari uji T didapatkan hasil bahwa penerapan SMM pada pasca SMM berpengaruh signifikan pada kadar
protein, kadar abu, dan kekenyalan, tetapi kurang berpengaruh pada kadar air. Dari bagan kendali mutu
3 sigma diperoleh hasil parameter mutu pra SMM cenderung fluktuatif dan terdapat beberapa titik yang
diluar batas kendali 3-sigma, sedangkan parameter mutu pasca SMM cenderung lebih terkendali dan
seragam.

Kata kunci: makanan, QMS, tahu

ABSTRACT

Regarded as a tool for improving quality and potentially other performance related outcomes,
quality management system (QMS) ISO 9000:2000 and Hazard Analyzis Critical Control Point (HACCP)
approach are held as a key way of achieving competitive advantages in the today’s global work context,
especially for tofu industry. QMS is designed for use in all segments of the food industry from
procurement and handling raw material, controlling operator competency, operasionalize of technology,
process documentation. HACCP requires the development of strategies to prevent the inclusion or
reduction of these hazard until acceptable level in a food. Research methodology empyoyed in these
research comprises of 5 steps i.e: (1) Tofu manufacturing inventarization; (2) Composing of Manual of
Quality dan Work Instruction are main prerequire for QMS implementation; (3) Implementation of Quality
Escort which is part in QMS; (4) Comparison study before and after QMS Implementation; (5)
Consistency observation quality product with statistical analysis dan quality control chart; include:
moisture, ash, protein content, compactcity of tofu structure. The result is quality of product more
consistence after QMS Implementation. Neverless, it needed recontruction and monitoring contineously
better way to create integrated agroindustry which is QMS implementation.

Key words: food, QMS, tofu

PENDAHULUAN
_____________
* Korespondensi:
Departemen TIP, Fateta IPB Sistem manajemen mutu merupakan suatu
Jl. Kamper Kampus IPB Darmaga, Bogor sarana yang berpotensi untuk memperbaiki
e-mail: saptaraharja@ipb.ac.id kondisi perdagangan dan mutu produk pertanian.
Sistem ini melibatkan upaya pola pengelolaan
dalam suatu industri baik yang menyangkut
Perbaikan dan Evaluasi Penerapan Sistem Manajemen Mutu 29

pengadaan bahan baku, operasionalisasi pemerintah terkait harus aktif untuk mensosiali-
teknologi, kompetensi personil, dokumentasi mutu sasikan penerapan manajemen mutu kepada para
dan sebagainya (Hadiwiardjo dan Wibisono, pelaku di industri kecil dan menegah (IKM).
2000). Hal ini berkaitan dengan kelancaran Kedelai merupakan salah satu komoditas
keseluruhan proses termasuk di dalamnya penting bahan baku produk olahan yang telah
perencanaan tata letak dan penataan alur proses. menjadi bagian budaya yang mendarah daging
Perencanaan tata letak fasilitas pabrik yang bagi konsumsi masyarakat Indonesia. Tahu
baik dan efisien sangat menentukam kelang- merupakan salah satu produk olahan kedelai
sungan hidup dan tingkat profitabilitas selain tempe, kecap dan tauco yang dikonsumsi
perusahaan. Tata letak pabrik yang baik akan hanpir seluruh masyarakat Indonesia dan sangat
meningkatkan efisiensi, menekan biaya pena- potensial untuk dikembangkan sistem manajemen
nganan, serta mengurangi kebutuhan personil dan mutunya. Berdasarkan hasil penelitian sebelum-
peralatan (Apple, 1990). Kondisi tersebut akhirnya nya yang dilakukan oleh Tim peneliti dari Balai
akan menghilangkan dan mengurangi biaya dan Penelitian Pasca Panen Jakarta, industri
aktivitas yang tidak produktif. pengolahan tahu yang dipilih untuk penerapan
Selain dari perencanaan dan perancangan sistem manajemen mutu (SMM) adalah UD. Cinta
tata letak pabrik, aspek yang sangat penting untuk Sari yang berlokasi di Kabupaten Gunung Kidul,
industri pangan adalah sistem keamanan pangan Daerah Istimewa Yogyakarta.
yang diterapkan. Perdagangan dunia telah
berubah dan sedang dirasakan oleh berbagai Ruang Lingkup
pelaku bisnis untuk mencari kiat-kiat bisnis yang Penelitian ini merupakan lanjutan dari
mampu mempertahankan bahkan meningkatkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Tim
omzet produksinya agar konsumen akhir loyal dari Balai Penelitian Pasca Panen, Penelitian dan
membeli produk yang dihasilkan. Tekanan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertani-
persaingan tersebut sedang dihadapi oleh an. Tahun pertama telah dilakukan penelian
produsen industri makanan, baik industri skala dengan metode survei inventarisasi responden
kecil, menengah maupun besar. produsen tahu di 4 Provinsi, Jabar, Jateng, DIY,
Kondisi ini tentunya mengharuskan para dan Jatim. Hasil tahun pertama adalah keragaan
produsen produk pangan untuk memberikan agroindustri pengolahan tahu yang dinilai dari
jaminan, khususnya yang berkaitan jaminan mutu mutu produk, penguasaan teknologi, manajemen
dan keamanan pangan. Untuk memberikan dan organisasi serta analisis ekonomi B/C ratio,
jaminan keamanan pangan yang memadai, dengan industri yang terpilih UD. Cinta Sari,
pengawasan pangan yang hanya mengandalkan Wonosari, Kabupaten Gunung Kidul, DIY. Pada
uji pada produk akhir tidak dapat mengimbangi Tahun Kedua dibuat konsep mengenai dokumen
kemajuan yang sangat pesat dalam teknologi mutu dan sekaligus dilakukan sosialisasi kepada
industri pangan dan tidak mampu memberikan segenap pihak yang terkait dalam keseluruhan
jaminan keamanan pangan yang beredar di operasional pabrik.
pasaran. Salah satu bentuk pendekatan sistem Memasuki tahun kedua maka dilakukan
manajemen mutu adalah ISO 9000 seri 2000 pemantapan dan perbaikan penerapan sistem
termasuk di dalamnya HACCP (Hazard Analysis manajemen mutu yang meliputi perbaikan desain
Critical Control Point) tata letak dan perbaikan operasinalisasi pabrik
Hingga sampai saat ini penerapan tahu. Perbaikan tata letak dengan mempertim-
manajemen mutu, khususnya HACCP pada bangkan kelancaran pergerakan aliran bahan,
industri skala kecil menengah banyak mengalami pekerja dan informasi sehingga diharapkan lebih
hambatan. Berdasarkan studi yang dilakukan oleh efektif dan efisien. Perbaikan operasionalisasi
Pusat Studi Pangan dan Gizi IPB tahun 1996 dan proses dilakukan melalui pengendalian mutu
1997 sekitar 99% dari total unit industri pangan bahan baku, pengendalian proses, pengendalian
merupakan unit usaha kecil dan menengah (UKM) mutu operator dan perbaikan kondisi sanitasi dan
yang menyerap 3,68 juta tenaga kerja. Dari higiene proses.
angkatan yang bekerja di industri pangan sekitar Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Pen-
76,1% tamatan SLTA ke bawah dan sekitar 2,66% ciptaan model agroindustri yang memberikan nilai
menyandang gelar sarjana. Berdasarkan data tambah secara optimal bagi subsistem pelakunya
survei angkatan kerja nasional menunjukkan dengan penerapan teknologi dan pola manajemen
sekitar 72.73% angkatan kerja adalah tamatan yang tepat, efektif dan efisien; (2) Mengembang-
Sekolah Dasar ke bawah (Wahono, 2000). kan model HACCP, dengan identifikasi titik kritis
Dengan kondisi tersebut dapat dimengerti bahwa dan pengendalian titik kritis. Selanjutnya dilakukan
laju pertumbuhan, peningkatan mutu dan pening- uji coba pengolahan kedelai untuk memperoleh
katan daya saing produk industri pangan banyak waktu perebusan yang optimal yang akan
mengalami hambatan. Oleh karena itu, upaya diterapkan dalam pengolahan selanjutnya; dan (3)
untuk mempercepat penerapan manajemen mutu Melakukan studi perbandingan terhadap aspek
pada industri pangan tidak bisa sepenuhnya atau parameter mutu sebelum dan sesudah
diserahkan pada produsen. Berbagai industri diterapkan SMM untuk mengetahui kinerja SMM
besar pembina, Perguruan Tinggi dan instansi terhadap mutu produk dan konsistensinya.

Vol. 7 No. 1
30 Perbaikan dan Evaluasi Penerapan Sistem Manajemen Mutu

METODOLOGI aspek mutu dan manajemen sebelum dan


sesudah diterapkan SMM. Parameter mutu
Kegiatan penelitian ini dilakukan pada yang diukur adalah kadar protein, kadar air,
industri pengolahan tahu yang terdiri dari 2 tahap: kadar abu, kekenyalan atau kekompakan,
1. Penelitian Pendahuluan total mikroba. Evaluasi mutu Pra SMM
Inventarisari proses pengolahan pada dilakukan beberapa kegiatan untuk
industri kecil di empat provinsi dengan metode perbaikan, diantaranya adalah:
survei. Keluaran dari tahap ini adalah keragaan 1) Fluktuasi Mutu Tahu
karakteristik industri tahu yang meliputi Selama dua minggu diambil contoh
perbandingan mutu produk, penguasaan setiap dua hari sekali untuk analisis
teknologi, kelayakan ekonomi dan manajemen. kadar air (KA), kadar protein, kadar abu
Selanjutnya dari analisis tersebut terpilih satu dan kekenyalan.
industri pengolahan tahu yang dinilai layak 2) Pegujian terhadap minyak goreng yang
sebagai model agroindustri yang akan digunakan. Dilakukan pengambilan
menerapkan SMM. Lokasi yang paling banyak contoh terhadap minyak goreng
terpilih adalah Daerah Istimewa Yogyakarta, kemudian identifikasi kadar asam lemak
selanjutnya dilakukan kajian residu formalin bebas (free fatty acid atau FFA) dan
pada tahu untuk lima responden. Pengujian ini Bilangan Iod untuk mengetahui
dilakukan oleh Badan Pengawas Obat dan kemungkinan teroksidasi karena cara
Makanan (POM) DIY dengan mempertimbang- penggorengannya secara terbuka.
kan kesegaran produk. Selanjutnya dari minyak goreng yang
2. Penelitian Utama digunakan diambi contoh kemudian
a. Formulasi Model HACCP dianalisis kadar asam lemak bebas
Konsep HACCP terdiri dari 2 bagian, yaitu: setiap periode penambahan minyak
1) Analisis bahaya yang memerlukan goreng.
pengetahuan yang cukup tentang d. Pengamatan terhadap konsistensi mutu
mikrobiologi pangan dan pengetahuan setelah penerapan SMM dilakukan
dimana mikroorganisme terdapat, serta pengambilan sampel selama dua minggu,
faktor-faktor yang mempengaruhi per- pengamatan terhadap parameter mutu
tumbuhan dan ketahanannya. Analisis selama dua hari sekali terhadap kadar
bahaya merupakan prosedur untuk protein, KA, kadar abu dan kekenyalan.
menggambarkan urutan produksi dan
distribusi, kontaminasi, pertumbuhan Prosedur Analisis
dan survival mikobiologis yang menye- KA, abu, protein (AOAC, 1990). Kekompak-
babkan keracunan pangan. an, atau kekenyalan (Sudarmadji et al, 1992).
2) Penentuan titik kendali kritis dapat
diidentifikasi dari diagram alir yang Rancangan Percobaan
potensial menyebabkan terjadinya Rancangan percobaan yang digunakan
produk gagal. adalah rancangan acak lengkap dengan model
b. Implementasi SMM faktorial.
Penerapan SMM dilakukan dengan Yijk =  + Ai + Bj + AiBj + ijk
implementasi panduan mutu yang telah Keterangan:
dibuat sebelumnya, yang berisi petunjuk Yijk = Koefisien parameter mutu tahu
teknis dan manual mutu pada industri  = rataan umum hasil analisis
pengolahan tahu yang bersangkutan. Ai = pengaruh jenis wadah perebusan yang
Kegiatan ini terdiri dari: digunakan
1) Sosialisasi penerapan SMM yang lebih Bj = pengaruh waktu perebusan
ditekankan pada pembinaan Sumber ijk = pengaruh galat
Daya Manusia (SDM)
2) Penataan teknologi proses, termasuk
perbaikan tata letak dan alur proses. HASIL DAN PEMBAHASAN
3) Uji coba produksi tahu dengan
penerapan SMM dan dilakukan penga- Deskripsi Proses
matan terhadap konsistensi mutunya. Perendaman
Parameter mutu yang diamati adalah Sebelum perendaman dilakukan pencucian
kadar protein, kadar air, kadar abu, terhadap kedelai untuk membersihkan kotoran
kekenyalan dan uji organoleptik yang menempel dan benda-benda asing. Setelah
terhadap warna, aroma, kekompakan pencucian dilakukan pembilasan terhadap bahan
atau kekenyalan dan ada tidaknya lendir sebanyak tiga kali, pembersihan penting untuk
selama penyimpanan. menghasilkan tahu dengan flavor yang disukai,
c. Evaluasi Mutu sebelum diterapkan SMM warna terang dan umur simpan lebih panjang.
pada industri pengolahan tahu yang ada. Kemudian kedelai direndam selama 2-3 jam pada
Selanjutnya dilakukan studi perbandingan bak-bak plastik. Menurut (Koswara, 1992) Indikasi

RAHARJA ET AL Manajemen IKM


Perbaikan dan Evaluasi Penerapan Sistem Manajemen Mutu 31

perendaman selesai ditandai berat kedelai gagal) digoreng dalam waktu 8-10 menit suhu
o
mencapai 2,2 kali berat semula. Misalnya untuk 200-220 C, sedangkan tahu magel digoreng 2-3
UD. Cinta Sari per batch mengolah 32 kg kedelai menit.
maka berat setelah perendaman 70 kg dan
volumenya mengembang menjadi 2,4 kali volume Implementasi SMM
semula.
Penataan Layout Pabrik
Macfud dan Agung (1990) suatu tata letak
Penggilingan
yang baik memerlukan data tentang: kapasitas
Kedelai yang telah bersih dan ditiriskan,
dan luasan yang diperlukan, peralatan
digiling dengan mesin penggiling. Selama
penanganan bahan, lingkungan dan keindahan,
penggilingan ditambahkan air secara kontinu.
aliran informasi, dan biaya pemindahan/
Hasil gilingan ditampung pada wadah yang bersih
pergerakan antar fasilitas, dengan pendekatan
bebas karat dan kotoran,misalnya tangki stainless
System Layout Planning (SLP).
steel. Tujuan proses penggilingan adalah untuk
Langkah-langkah penerapan adalah sebagai
memperkecil ukuran partikel, sehingga dapat
berikut:
mengurangi waktu pemasakan dan memper-
1. Analisis aktivitas
mudah ekstraksi.
Menurut Apple (1990) perancangan tata letak
dengan prinsip minimalisasi jarak dan aliran
Perebusan
bahan
Bubur kedelai ditampung dalam tangki
perebusan dengan ditambahkan air berulang kali To Penyari
Pence
sebanyak 80-100 liter untuk mencapai ekstrak Perend Penggi Perebu
ngan&
penggu
takan
Pengiri
san
Penggore
ngan
aman lingan san
protein yang optimum dan tentunya berhubungan mpalam

dengan waktu perebusan, mencegah kegosongan Perend 5.35


dan mencegah meluapnya buih selama aman (3.30)

pemasakan. Menurut (Koswara, 1992) Jumlah air Penggi 0.5


yang ditambahkan selama proses 1 : 10 untuk lingan (0.5)
mempermudah ekstraksi protein, pemasakan juga
berfungsi untuk menginaktifkan tripsin inhibitor Perebu
san
2.57
(1.04)
yang mengganggu daya cerna protein oleh tubuh,
serta memperbaiki rasa dan aroma. Penyari 1.79
ngan& (0.6)
penggu
mpalam
Penyaringan dan Penggumpalan
Pence 10,28
Setelah perebusan bubur kedelai disaring takan (7.8)

dengan kain saring secara manual, maka


diperoleh filtrat yang siap untuk digumpalkan dan Pengiri 6.12
(9.5)
ampas. Untuk setiap pengolahan 32 kg kedelai san

diperoleh ampas 60 kg. Protein yang terdapat Penggore


dalam ekstrak kedelai selanjutnya diendapkan ngan

dengan bahan penggumpal setelah suhu ekstrak


kedelai (hasil penyaringan) dalam keadaan
hangat pada suhu 70-90 C.
o ( ) : jarak antar aktivitas layout baru

Pencetakan dan Pemasakan Dari diagram From-To di atas dapat dilihat


Gumpalan, atau curd yang terbentuk penanganan bahan antar operasi dan aktivitas
dimasukkan ke dalam pencetak yang telah pada tata letak baru lebih pendek, dengan
dilapisis kain blacu berwarna putih kemudian di memperhitungkan faktor kenyamanan dan
press sampai terbentuk tahu cetak. Pencetakan ergonomis dari alat, ataupun pekerja.
dilakukan dengan pemberat batu (15-20 kg) pada
2
luas permukaan 50 x 50 cm selama 10-15 menit 2. Hubungan, atau keterkaitan antar aktivitas
Selanjutnya dilakukan perebusan dan peng- dapat disajikan dalam bentuk bagan dan
gorengan untuk meningkatkan performance dan diagram keterkaitan (Gambar 1). Pada bagan
umur simpan tahu sebelum dipasarkan. keterkaitan menunjukkan derajat keterkaitan
antara satu tahap dengan tahap lainnya pada
Deskripsi Produk proses pembuatan tahu, dimana belum
memperhitungkan luasan yang tersedia.
Jenis tahu yang diproduksi oleh UD. Cinta
Sari adalah tahu goreng dan tahu rebus (tahu Dari bagan keterkaitan untuk mengetahui susunan
putih). Tahu goreng terdiri dari tahu matang (tahu dalam bentuk denah yang sebenarnya dapat
pong dan tahu unyil) dan tahu setengah matang dipasang template-template antar aktivitas yang
(magel), masing-masing jenis tersebut hanya mutlak berdekatan, saling bebas atau tidak boleh
berbeda pada lamanya penggorengan. Tahu pong berdekatan yang disajikan dalam diagram
dan tahu unyil (sisa pengirisan atau hasil produk keterkaitan antar aktivitas (Gambar 2).

Vol. 7 No. 1
32 Perbaikan dan Evaluasi Penerapan Sistem Manajemen Mutu

kadar protein semakin besar pula rendemen yang


diperoleh.

b. Pengendalian Bahan Pembantu


Bahan pembantu utama adalah air biang
yang berasal dari proses sebelumnya yang telah
dieramkan, sama sekal tidak menggunakan bahan
penggumpal lain, ataupun pengawet. Ini dibukti-
kan dari hasil pengujian Badan POM (Pengawas-
an Obat dan Makanan) DIY.
Bahan penggumpal yang digunakan pada
industri pengolahan tahu UD. Cinta Sari adalah air
Gambar 1. Bagan keterkaitan antar aktivitas biang atau whey sisa dari proses penggumpalan
tahu sebelumnya yang telah dieramkan selama 1-
Keteterangan:
1. Aliran pergerakan bahan yang tinggi 2 hari. Proses penggumpalan merupakan tahap
2. Informasi/komunikasi antar pekerja yang cukup kritis, karena ikut menentukan tekstur
dan kekompakan struktur tahu yang akan
dihasilkan. Air biang yang digunakan mempunyai
A:3 E:- A:- E: 2 o
pH 3,5-3,8 dan tidak terlalu dingin (suhu 20-30 C).
2. Penggilingan Kemugkinan yang terjadi apabila air biang yang
O: 3 digunakan terlalu asam, atau kadaluarsa dan
I:- O: 5 I:-
suhunya terlalu dingin berakibat terhadap
A:- E: - A:2 E: - A : 2 E: 4 kekompakan struktur tahu setelah proses
7.Penggoreng 6.Pengirisan 3. Perebusan pencetakan, yaitu kurang kenyal dan mudah
an/perebusan hancur sehingga kemungkinan produk gagal yang
I:- dihasilkan lebih besar. Kondisi tahu hasil
O : -I : 7 O: 3 O: 5,6
A:4 E:- A:5 E: 3 pencetakan dengan air biang yang kurang
5. pencetakan 4. Penyaringan memenuhi syarat akan menyulitkan proses
pengirisan, perebusan dan penggorengan tahu.
O:- Pengendalian bahan pembantu, khusus-
I : 6. 7 O: 2,3 I : -
nya air biang adalah menjaga umur simpannya
jangan sampai kadaluarsa dan penyimpanan yang
baik, yaitu dalam bak bersih dan dalam kondisi
Diagram
Gambar Keterkaitan Antar
2. Keterkaitan antar aktivitas
Aktivitas
tertutup untuk mencegah kontaminasi. Untuk
memastikan umur simpan tidak kadaluarsa,
2. Penataan Teknologi Proses
dilakukan pemisahan air biang pada waktu, atau
a. Pengendalian Bahan Baku
hari proses yang berbeda.
Kedelai untuk persyaratan tahu memer-
Untuk pengendalian mutu minyak goreng
lukan persyaratan yang lebih ketat dibandingkan
dilakukan identifikasi terhadap minyak goreng
pembuatan tempe, karena tahu diperoleh dari
yang digunakan, kemudian diamati penurunan
proses ekstraksi kedelai dengan air untuk
kadar asam lemak bebas. Minyak goreng curah
mendapatkan bagian yang larut dalam air
yang digunakan dibeli dari pasar tradisional
termasuk proteinnya. Kedelai yang diperlukan
kabupaten Gunung Kidul dalam jumlah cukup
adalah kedelai dengan kadar protein tinggi
besar, karena kebutuhan minyak goreng per hari
dengan kadar lemak rendah. Kedelai yang
30 kg.
memenuhi persyaratan tersebut adalah kedelai
Kadar asam lemak bebas diukur sebagai
lokal yang mempunyai biji kecil, sehingga luas
salah satu indikator kerusakan minyak goreng.
permukaan ekstraksi lebih besar, sehingga proses
Sebelum dilakukan penggorengan minyak goreng
ekstraksi lebih mudah, selain itu rendemen yang
diukur kadar adam lemak bebas dan bilangan Iod
dihasilkan lebih besar.
dari minyak goreng curah yang digunakan oleh
UD. Cinta Sari. Untuk pengendalian minyak
Tabel 1. mutu kedelai
goreng, produsen tahu UD. Cinta Sari melakukan-
Kadar air Kadar protein nya secara sederhana, yaitu menerapkan turn
No. Sampel
(%) (%) over period (TP), walaupun belum dihitung secara
1. Lokal 17,71 36,81 pasti dan penyaringan. Penambahan minyak baru
2. Impor 13,84 30,94 selama satu hari putaran proses dilakukan
sebanyak tiga kali. Robertson (1967) menyaran-
Dari hasil analisis jelas terlihat bahwa kadar kan konsep TP sebagai berikut:
protein kedelai lokal lebih tinggi, sehingga lebih TP = FC / R
dipilih sebagai bahan baku utama pembuatan Dimana:
tahu. Pada dasarnya tahu merupakan ekstraksi FC = Jumlah total minyak
protein kedelai yang digumpalkan dengan bahan R = Jumlah minyak segar yang ditambahkan
penggumpal tertentu, sehingga semakin tinggi per satuan waktu proses

RAHARJA ET AL Manajemen IKM


Perbaikan dan Evaluasi Penerapan Sistem Manajemen Mutu 33

TP = Lama proses pada suhu penggorengan membandingkan titik kritis pembuatan tahu,
yang membutuhkan penambahan minyak dilakukan uji coba pembuatan tahu dengan
segar perlakuan terhadap wadah yang berbeda pada
tiga taraf waktu (10, 15, dan 20 menit). Wadah
Semakin pendek TP, maka semakin baik yang digunakan merupakan perbandingan kinerja
proses tersebut. Disarankan TP tidak melebihi 12 sarana proses produksi lama dengan wadah baru
jam. Pengrajin tahu UD. Cinta Sari sebenarnya yang direkomen-dasikan untuk penerapan SMM,
telah menggunakan konsep ini, hanya saja belum sedangkan taraf waktu merupakan perbandingan
dilakukan perhitungan cermat, dengan dasar yang antara waktu operasi perebusan yang digunakan
dipakai adalah pertimbangan baiaya semata. TP dengan pustaka.
UD. Cinta Sari adalah (30/5).
2) Uji Coba Kedelai
c. Pengendalian SDM untuk aplikasi SMM Uji coba dilakukan untuk mengetahui
Sebagian besar pekerja pada industri tahu keefektifan proses perebusan yang telah
berpendidikan SLTP ke bawah, sehingga dalam ditetapkan sebagai titik kritis. Uji coba dilakukan
penerapan SMM diperlukan sosialisasi, pembina- untuk mengetahui pengaruh lama perebusan
an dan monitoring berkelanjutan. Pengendalian dengan wadah yang berbeda terhadap mutu yang
SDM dilakukan dengan menanamkan kesehatan dihasilkan yang diukur dari parameter mutu (kadar
dan keselamatan kerja (K3), diantaranya dengan protein, KA, kadar abu, dan kekenyalan/
penjelasan sanitasi dan higiene proses berkaitan kekompakan tahu) dan uji kesukaan panelis
dengan kebersihan dan kesehatan pekerja. Dalam terhadap warna, aroma, kekenyalan dan ada
rangka penerapan SMM, pekerja diwajibkan tidaknya lendir selama penyimpanan dengan
berpakaian lengkap, bersepatu dan bersarung pembanding Standar Nasional Indonesia (SNI 01-
tangan untuk kebersihan dan keselamatan kerja. 3142-1998). Faktor dari analisis sidik ragam
Selain itu dilakukan pengendalian peralatan, yaitu adalah wadah dan waktu dengan enam
pencucian sebelum dan sesudah proses produksi. perlakuan. Wadah yang digunakan adalah bak
semen dan tanki stainkess dengan waktu 10, 15
d. Pengendalian Proses dan 20 menit. Hasil yang optimal akan ditetapkan
1) Identifikasi Titik Kritis sebagai waktu perebusan terbaik produksi tahu
Titik kendali kritis adalah setiap titik, tahap UD. Cinta Sari selanjutnya.
atau prosedur pada suatu sistem pengolahan
pangan yang jika tidak terkendali dapat 3) Hasil Uji Coba
menyebabkan risiko dan jika dikendalikan dengan Berdasarkan pengolahan statistik terhadap
baik dapat mencegah, menghilangkan, parameter mutu tahu: kadar protein, KA, kadar
mengurangi atau mencegah bahaya. Risiko yang abu dan kekenyalan didapatkan hasil sebagai
dapat terjadi apabila titik kritis perebusan tidak berikut:
dikendalikan dengan baik adalah kemungkinan i. Kadar Protein
rendemen yang dihasilkan tidak maksimal Analisis sidik ragam protein menunjuk-
(berkaitan dengan pengembangan protein), kan bahwa jenis wadah, waktu memberikan
tekstur dan struktur kurang kompak, berkurangnya pengaruh yang sangat nyata dan interaksi
daya simpan produk, berhubungan dengan sifat antara wadah dan waktu juga berpengaruh
organoleptik. Menurut Shurleff dan Aoyagi (1979), sangat nyata terhadap kadar protein tahu.
waktu optimal pengembangan protein adalah 10- Analisis sidik ragam terhadap waktu perebusan
15 menit. Apabila proses pemasakan bubur memberikan hasil berbeda nyata, maka
kedelai terlalu singkat maka protein yang ada dilakukan uji lanjut Duncan. Hasilnya waktu 10
belum terdenaturasi penuh, sehingga rendemen menit berbeda nyata dengan waktu 15 menit,
berkurang dari yang seharusnya dan tekstur yang waktu 15 menit berbeda nyata dengan 20
diperoleh kurang kompak. Apabila sebaliknya, menit, begitu juga waktu 15 menit berbeda
waktu terlalu lama dari seharusnya akan juga dengan waktu 20 menit. Oleh karenanya,
menurunkan nilai gizi dan rasa tahu, dimana tahu perlu dilakukan pengendalian terhadap waktu
akan berwarna kecoklatan. Pada perebusan juga perebusan berkaitan dengan kadar protein.
ditambahkan air dalam jumlah cukup besar untuk Dari hasil pengujian beberapa perlakuan
mempermudah pemasakan dan volume yang terhadap kadar protein, perebusan waktu 15
ditambahkan juga harus tepat karena volume menit, memberikan hasil optimal dengan
yang kurang dari seharusnya protein yang rataan tertinggi, baik dengan wadah perebusan
terekstrak sedikit tetapi jika jumlah air yang bak semen, maupun stainless dibandingkan
ditambahkan cukup besar akan menghabiskan waktu 10 dan 20 menit yang dapat dilihat pada
energi untuk rendemen tetap. Air yang lampiran. Tingginya kadar protein pada tingkat
ditambahkan pada proses perebusan 80-100 liter perebusan 15 menit adalah pengembangan
selama proses pemasakan/perebusan bubur optimal (protein terdenaturasi) waktu 15 menit
o
kedelai. suhu 110-125 C, kurang dari waktu tersebut
Menurut (Koswara, 1992) suhu optimal pengembangan belum maksimal dan lebih dari
o
perebusan bubur tahu 100-125 C. Untuk waktu optimal akan merusak citarasa dan

Vol. 7 No. 1
34 Perbaikan dan Evaluasi Penerapan Sistem Manajemen Mutu

menurunkan nilai gizi. Apabila dibandingkan Studi Perbandingan Industri Pengolahan Tahu
kadar protein perebusan dengan wadah bak Pra dan Pasca SMM
semen dan stainless, kadar protein lebih tinggi
Perbandingan ini didasarkan pada hasil
perebusan dengan tangki stainless (15.774%
perbaikan yang dilakukan dengan persetujuan
bb untuk semen dan 17.021% untuk stainless)
pengusaha tahu UD. Cinta Sari dan Tim Pembina
karena protein terdenaturasi dipercepat
dari Balai Pasca Panen Jakarta. Perbandingan
dengan suhu; stainless merupakan penghantar
perbaikan tata letak antara layout lama dan layout
panas yang baik, sehingga proses penyebaran
telah diketahui bahwa layout baru lebih efisien
panas dapat berlangsung lebih cepat pada
dari segi proses, pergerakan bahan dan pekerja,
seluruh permukaan bubur tahu.
serta waktu operasi menjadi lebih cepat dengan
pertimbangan juga aspek sanitasi dan higiene
ii. Kadar Air
yang lebih baik daripada layout yang lama.
Hasil analisis sidik ragam memperlihat-
Dari aspek parameter mutu tahu yang
kan bahwa wadah memberikan pengaruh
dianalisis (kadar protein, KA, kekenyalan dan
nyata terhadap kadar air, waktu dan interaksi
kadar abu) produk pasca SMM lebih baik daripada
keduanya memberikan pengaruh yang sangat
pra SMM. Untuk analisa satu arah pada
nyata terhadap kadar air tahu. Uji lanjut
parameter mutu pra SMM menunjukkan hasil
Duncan memberikan hasil waktu 15 menit dan
nyata untuk KA, kadar protein, kadar abu dan
20 menit berbeda nyata, waktu 10 menit dan
kekenyalan. Untuk Pasca SMM menunjukkan
20 menit berbeda nyata pada tingkat
kadar protein, kadar abu tidak nyata pada
kepercayaan 95%. KA tahu memang cukup
kepercayaan 95% dan nyata untuk KA dan
besar, karena sifat dasar protein dapat
kekenyalan. Walaupun keduanya sama-sama ada
mengikat air. KA tertinggi pada perebusan
yang signifikan, hasilnya dapat dengan jelas
selama 20 menit dengan wadah bak semen.
dilihat pada bagan kendali mutu x-bar dan R,
Tetapi sebaiknya KA pada produk tidak tinggi,
tentang penyimpangan pada proses pra dan
agar membentuk struktur yang kenyal dan
pasca SMM terhadap mutu produk. Hal ini
tidak mudah rapuh.
dibuktikan dengan hasil analisis parameter mutu
dengan uji t untuk membandingkan mutu produk
iii. Kadar Abu
hasil pra dan pasca SMM sebagai berikut:
Analisis sidik ragam kadar abu
menunjukkan penggunaan wadah memberikan
Kadar Protein
pengaruh yang sangat nyata untuk kadar abu
Analisis keragaman kadar protein untuk pra
tahu, tetapi interaksi keduanya dan waku tidak
dan pasca SMM berbeda secara nyata, karena
memberikan pengaruh secara nyata. Uji lanjut
adanya pengendalian proses perebusan selama
menunjukkan bahwa waktu 10 menit dan 15
15 menit dan pengendalian bahan baku. Untuk
menit tidak berbeda nyata, demikian juga 10
pasca menggunakan kedelai local, sedangkan
menit dan 20 menit, serta 15 menit dan 20
untuk pra SMM menggunakan bahan baku lokal,
menit pada taraf kepercayaan 95%. Kadar abu
atau impor, tergantung ketersediannya. Oleh
untuk SNI maksimal adalah 1,0%, walaupun
karenanya hasil analisis kadar protein proses
untuk kadar abu semua perlakuan memberikan
pasca lebih konsisten.
hasil kurang dari 1%, tetapi perlakuan dengan
wadah bak semen dan tanki stainless steel Kadar Air
memang memberikan hasil yang nyata, Uji t untuk KA pra dan pasca SMM
khususnya kemungkinan terikutnya benda menunjukan perbedaan yang tidak nyata pada
asing ke dalam proses perebusan taraf kepercayaan 95%. Hal ini disebabkan
adanya kurang pengendalian pada tahapan
iv. Kekenyalan proses, terutama pada pencetakan belum
Kekenyalan dinyatakan dalam satuan ditetapkan waktu standar pasca SMM. Pekerja
milimeter divission yang menunjukkan hanya melakukan perkiraan waktu antara 10-20
kekompakan struktur tahu menerima beban 4 menit.
gr pada lima titik permukaannya. Hasil sidik
Kadar Abu
ragam menunjukkan faktor wadah, waktu dan
interaksi antara wadah dan waktu berbeda Hasil analisis kadar abu pra dan pasca
nyata. Uji Duncan menunjukkan antara waktu memberikan hasil yang berbeda nyata pada taraf
kepercayaan 95%, disebabkan perlakuan wadah
10 menit dan 20 menit sama-sama berbeda
yang berbeda antara pra dan pasca, dimana
nyata pada selang kepercayaan 95%. Antara
wadah perebusan yang diidentifikasi sebagai titik
waktu 10 menit dengan 20 menit dan 10 menit
kritis pada pra SMM adalah bak semen,
15 menit berbeda nyata kekenyalan tahu,
sedangkan pasca SMM adalah tangki stainless.
sedangkan untuk waktu 15 menit dan 20 menit,
perebusan 10 menit tidak berpengaruh nyata Perebusan dengan bak semen memungkinkan
rontoknya dinding semen dan ikut dimasak
untuk kekenyalan pada taraf kepercayaan
bersama dengan proses akan meningkatkan nilai
95%.
kadar abu, dimana untuk SNI tahu kadar abu

RAHARJA ET AL Manajemen IKM


Perbaikan dan Evaluasi Penerapan Sistem Manajemen Mutu 35

maksimal 1% (b/b). Perebusan dengan stainless lebih kecil variasi yang mempengaruhi
dapat mengurangi risiko tersebut. homogenitas produk.
2. Kadar Protein
Kekenyalan/kekompakan Pada batas kendali 3-sigma, kadar protein
Kekenyalan merupakan parameter fisik pra SMM untuk bagan kendali X-bar terdapat
yang dapat dirasakan oleh konsumen dalam sat titik yang menyimpang pada batas kendali,
membeli produk, karena jarang sekali konsumen yaitu pada sub grup 2 yang berada di bawah
menilai produk dari segi parameter kimia. Oleh batas kendali bawah. Hal ini disebabkan
karenanya konsistensi harus diperhatikan. Hasil lamanya waktu perebusan kurang, atau
analisis keragaman menunjukkan kekenyalan/ melebihi batas optimal 15 menit, sehingga nilai
kekompakan pra dan pasca SMM berbeda nyata kadar protein kurang dari rataannya. Waktu
pada tingkat kepercayaan 95%. Ini juga perebusan yang kurang dari waktu optimal,
disebabkan pengendalian proses dan juga protein dalam bahan belum terekstrak
pengendalian operator yang bertanggung jawab seluruhnya sedangkan waktu lebih dari waktu
pada semua proses, khususnya perebusan, optimal akan menurunkan nilai gizi termasuk
pengumpalan, dan juga pencetakan. protein tahu. Rataan kadar protein pra SMM
Selain dengan pengolahan statistika, dapat 60,04% (bk) atau 12,3% (bb), walaupun kadar
juga diketahui konsistensi proses baru protein pra SMM lebih besar dari SNI tahu
dibandingkan dengan proses lama dengan bagan untuk kadar protein 9% (bb), nilai ini lebih kecil
kendali mutu X-bar dan R. Bagan kendali X-bar jika dibandingkan dengan rataan kadar protein
dan R merupakan bagan kendali untuk data pasca SMM 72% (bb) atau 13,6% (bb).
peubah yang digunakan untuk memantau proses Ternyata dengan pengendalian, parameter
kontinu. Bagan kendali X-bar menunjukkan mutu tahu dapat dipertahankan atau
apakah perubahan-perubahan yang telah terjadi ditingkatkan, ditunjukkan dari x-bar kadar
dalam ukuran titik pusat atau rataan suatu proses. protein pasca SMM tidak ada titik yang
Sedangkan bagan R menunjukkan apakah menyimpang dari rataan atau titik pusat. Bagan
perubahan-perubahan telah terjadi dari ukuran Kendali R menunjukkan apakah perubahan
variasi, sehingga berkaitan dengan perubahan terjadi dalam ukuran variasi, sehingga
homogenitas produk yang dihasilkan. Bagan berkaitan dengan homogenitas produk yang
kendali X-bar dan R akan dibuat dengan batas dihasilkan. Kadar protein pra SMM dengan
kendali 3 sigma. Di bawah ini merupakan hasil batas kendali 3-sigma tidak menunjukkan
aplikasi bagan kendali mutu pada parameter mutu adanya perubahan, atau penyimpangan,
tahu. rataan perubahan, atau kesalahan lebih besar
1. Kadar Air (1,98%) jika dengan rataan kesalahan pasca
Berdasarkan Bagan kendali X-bar kadar SMM yaitu 0,93%. Berarti menunjukkan bahwa
protein air, pra SMM mempunyai kecen- proses pasca SMM lebih dikendalikan dengan
derungan fluktuatif dengan 3 titik yang berada baik, sehingga menghasilkan rataan
di bawah batas kendali bawah, sedangkan penyimpangan yang kecil dan mengurangi
untuk pasca SMM hanya terdapat 2 titik yang perubahan homogenitas produk.
berada di luar rata-rata batas kendali 3-sigma. 3. Kadar Abu
Hal ini menunjukkan kemajuan adanya Batas kendali 3-sigma bagan kendali X-
pengendalian yang dilakukan pad setiap bar kadar abu pra SMM memperlihatkan
tahapan proses. Untuk bagan kendali R untuk terdapat 3 sub grup yang menyimpang dari
pasca tidak ada yang di luar batas kendali 3- batas kendali X-bar dengan rataan 3,11% (bk),
sigma, artinya kadar air pasca tidak atau 0,60% (bb). Titik-titik fluktuatif dengan 2
menyimpang dan konsisten mutunya. Kadar air titik berada di bawah batas kendali bawah dan
pra menunjukkan penyimpangan seperti yang 1 titik berada di atas batas kendali atas. Untuk
ditunjukkan pada X-bar, data menyebar dari X-bar kadar abu pasca SMM tidak terdapat titik
homogenitas produk. yang menyimpang dengan rataan 3% (bk) atau
Pada batas kendali 3-sigma bagan x-bar 0,57% (bb). Nilai kadar abu SNI pada tahu
menunjukkan KA pra SMM tidak terdapat satu maksimal 1%, berarti semakin kecil dari 1%
titik yang berada pada batas kendali, 3 titik semakin baik. Kadar Abu pra dan pasca SMM
berada di bawah batas kendali bawah dan 4 sudah memenuhi standar SNI, tetapi kadar abu
titik berada di atas batas kendali atas dengan pasca SMM lebih kecil jika dibandingkan
rataan 80,4%. Hal ini kemungkinan disebabkan dengan pra SMM karena pada pasca SMM
lamanya waktu pengepresan tahu lebih dari wadah perebusan telah diganti dari bak semen
waktu normalnya (10 menit). Untuk pasca menjadi tangki stainless steel. Untuk bagan
SMM terdapat 2 titik yang berada diluar batas kendali R, terdapat satu titik, yaiu subgrup 6
kendali dengan rataan 81,2%, maka agar KA kadar abu pra SMM mengalami perubahan,
pasca lebih konsisten dilakukan pengendalian atau tingkat kesalahan 0,15% sedangkan
pada waktu proses pencetakan. Dengan bagan pasca tidak terjadi perubahan yang berkaitan
kendali R, rataan penyimpangan pra 0,36 dengan homogenitas produk dengan rataan
sedangkan pasca 0,31, menunjukkan data pra kesalahan 0,1%.

Vol. 7 No. 1
36 Perbaikan dan Evaluasi Penerapan Sistem Manajemen Mutu

4. Kekenyalan 3. Mutu tahu (KA, protein, abu dan kekenyalan)


Bagan kendali X kekenyalan pra SMM setelah ditetapkan SMM jauh lebih baik dan
terdapat 3 titik yang berada di luar batas konsisten.
kendali, yaitu 2 titik di bawah batas kendali
bawah dan titik lainnya berada di atas batas DAFTAR PUSTAKA
kendali atas. Untuk kekenyalan pasca SMM
terdapat 2 titik di luar batas kendali, dengan [AOCS] American oil Chemist’s Society. 1997.
rataan 1,3 untuk pasca SMM dan 2,3 untuk pra Official Method and Recommended
SMM. Walaupum keduanya mempunyai Practice of American Oil Chemists’ Society.
beberapa titik di luar kendali, kekenyalan Fifth edition. Champaign, Illinois
pasca lebih baik, karena nilainya semakin
Apple. J. M. 1990. Tata Letak Pabrik dan
kecil. Kekenyalan tahu diukur dengan
Pemindahan Bahan. Terjemahan. Penerbit
penetrometer yang mengukur kekom-pakan
ITB, Bandung.
stuktur. Kekompakan ditunjukkan dengan
besarnya penekanan berat penetro terhadap Hadiwiarjo, Bambang H. dan Sulistijarningsing W.
tahu, sehingga semakin besar gaya yang 1996. ISO 9001; pSistem Manajemen
menekan permukaan tahu maka semakin kecil Kualitas. Ghalia Indonesia, Jakarta.
kekompakannya yang berarti jug semakin kecil
kekenyalannya. Rataan kekenyalan pasca juga Koswara, S. 1992. Teknologi Pengolahan Kedelai.
lebih baik dari pra karena adanya PT. Panebar Swadaya, Jakarta.
pengendalian dalam proses penggumpalan Machfud dan Y. Agung. 1990. Perancangan Tata
dan pencetakan. Bagan kendali R Letak pada Industri Pangan. PAU Pangan
menunjukkan bahwa baik kekenyalan pra atau dan Gizi – IPB, Bogor.
pasca SMM tidak ada perubahan atau
penyimpangan dengan rataan pra 0,34, Robertson, C. J. 1967. The Practice of Deep Fat
sedangkan pasca 0,3 pada batas kendali 3- Frying. Food Technology 21 (1): 33-36.
sigma. Dari bagan kendali R juga terlihat Shurtleff, W dan Aoyagi. 1979. Tofu and Soymilk
penyebaran titik pada pasca SMM lebih Production. New-Age Foods Study Center.
homogen dibandingkan pra SMM, artinya Lavayette, California.
kekenyalan pasca lebih konsisten mutunya.
Sudarmadji, S., B. Haryono, Suhardi. 1994.
Prosedur Analisa untuk Bahan Makanan
KESIMPULAN dan Pertanian. Liberty, Yogyakarta.

1. Tata letak hasil perbaikan memberikan Wahono, T. 2002. Pengembangan model generik
efisiensi dari segi waktu, biaya, ruang dan HACCP untuk industri pangan skala kecil
tenaga kerja, sehingga menugkinkan untuk dan menengah. Di dalam Seminar Nasional
penampahan kapasitas apabila diperlukan Peran Pendidikan dalam Meningkatkan
2. Setelah dilakukan uji coba pengolahan kedelai, Ketangguhan Industri Pangan di Era Pasar
diperoleh waktu optimal perebusan bubur Bebas, PATPI. Malang 30 – 31 Juli 2002.
kedelai 15 menit dengan wadah tangki
stainless steel.

RAHARJA ET AL Manajemen IKM

Anda mungkin juga menyukai