A. Latar belakang
Masyarakat selama ini menganggap penyakit yang banyak mengakibatkan kematian adalah jantung
dan kanker. Sebenarnya penyakit gagal ginjal juga dapat mengakibatkan dan kejadiannya di
masyarakat terus meningkat. Chronic Kidney Disease (CKD) atau penyakit ginjal kronik merupakan
masalah kesehatan di seluruh dunia yang berdampak pada masalah medik, ekonomik dan sosial yang
sangat besar bagi klien dan keluarganya, baik di negara-negara maju maupun di negara-negara
berkembang (Syamsiah, 2011).
Ginjal adalah salah satu organ utama sistem kemih atau uriner (tractus urinarius) yang berfungsi
menyaring dan membuang cairan sampah metabolisme dari dalam tubuh. Fungsi ginjal secara umum
antara lain yaitu sebagai filtrasi, pada akhirnya ginjal akan menghasilkan urine, keseimbangan
elektrolit, pemeliharaan keseimbangan asam basa, eritropoiesis dimana fungsi ginjal produksi
eritrosit, regulasi kalsium dan fosfor atau mengatur kalsium serum dan fosfor, regulasi tekanan
darah, ekresi sisa metabolik dan toksin. Akibat dari berbagai penyebab dari gangguan ginjal dapat
menurun fungsinya sehingga tidak berfungsi lagi yang di sebut dengan gagal ginjal (Yakobus, 2009).
Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan penurunan fungsi ginjal progresif yang irreversibel ketika
ginjal tidak mampu mempertahankan keseimbangan metabolik, cairan, dan elektrolit yang
menyebabkan terjadinya uremia dan azotemia (Bsyhskki, 2012).
Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan pertumbuhan jumlah klien gagal ginjal pada tahun
2011-2013 telah meningkat 50%. Indonesia termasuk salah satu negara dengan tingkat klien gagal
ginjal yang cukup tinggi. Menurut data survei yang dilakukan PERNEFRI 2013 ini mencapai 30,7 juta
penduduk yang menderita penyakit CKD (Kartika, 2013).
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2013 melaporkan prevalensi penyakit gagal ginjal
kronis berdasarkan diagnosis dokter prevalensi gagal ginjal kronis pada pria di Indonesia sebesar 0,3
persen dan pada wanita di Indonesia sebesar 0,2 persen. Riskesdas juga melaporkan prevalensi gagal
ginjal kronis terbesar terdapat pada klien berusia ≥ 75 tahun, yaitu sebesar 0.6 persen. Di DKI jakarta
menduduki peringkat kelima sebanyak 1087 yang menderita penyakit CKD dari 31 provensi di
indonesia (Riskesdas, 2013).
Di Rumah Sakit Islam Jakarta (RSIJ), data klien CKD pada bulan Januari sampai dengan bulan Maret
tahun 2016 terdapat 145 klien. Ruang Melati sebagai perawatan umum di rumah sakit Islam Jakarta
masuk ke10 penyakit terbanyak selama tiga bulan terakhir (Januari sampai Maret 2016) yaitu
menempati urutan ke sembilan penyebab klien mengalami rawat inap (RSIJ, 2016).
Masalah keperawatan yang didapat pada klien CKD ditinjau dari gangguan kebutuhan dasar yaitu,
Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan
metabolisme sel tubuh, mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai organ atau sel. Pada klien
CKD cenderung ditemukan adanya pernafasan yang cepat dan dangkal (kussmaul), irama nafas yang
tidak teratur, frekuensi nafas yang meningkat diatas normal, adanya retraksi interkostalis, dan
epigastrium. Kebutuhan cairan CKD terjadi penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG) berpengaruh
pada retensi cairan dan natrium. Retensi cairan dan natrium tidak terkontrol dikarenakan ginjal tidak
mampu untuk mengonsentrasikan atau mengencerkan urin secara normal pada penyakit ginjal tahap
akhir. Kebutuhan nutrisi merupakan proses pemasukan dan pengolahan zat makanan oleh tubuh
yang bertujuan menghasilkan menghasilkan energi dan digunakan dalam aktivitas tubuh. Pada
penyakit CKD sistem pencernaan cenderung ditemukan adanya Anoreksia, nausea dan vomitus, yang
berhubungan dengan gangguan metabolisme protein di dalam usus. Keadaan CKD mengakibatkan
penurunan fungsi ginjal dalam hal mengeluarkan sisa-sisa metabolisme tubuh yang salah satunya
adalah ureum.
Kebutuhan aktivitas Pada klien CKD abnormalitas utama pada gangguan aktivitas yaitu, metabolisme
kalsium dan fosfat tubuh yang memiliki hubungan saling timbal balik, jika salah satunya meningkat
yang lain menurun. Penurunan LFG menyebabkan peningkatan kadar fosfat serum dan sebaliknya
penurunan kadar serum menyebabkan penurunan sekresi parathormon dari kelenjar paratiroid.
Namun pada CKD, tubuh tidak berespon secara normal terhadap peningkatan sekresi parathormon,
dan akibatnya kalsium di tulang menurun. Pada klien CKD cenderung ditemukan, mudah lemas,
konjugtiva pucat, cepat lelah beraktivitas, energi berkurang. Dari uraian gangguan pemenuhan
kebutuhan dasar dapat ditegakan masalah keperawatan perubahan pola napas, kelebihan volume
cairan, gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, Intoleransi aktivitas (Potter dan Patricia,
2010; Huda dan Hardhi dalam NANDA NIC-NOC,2015).
Jika pemenuhan kebutaha dasar dan masalah keperawatan ini tidak ditangani berpotensi terjadi
komplikasi. Komplikasi yang sering timbul pada CKD adalah hiperkalimia, perikarditis, hipertensi,
anemia, dan penyakit tulang. Penatalaksanaan untuk mencegah komplikasi dan mengatasi masalah
keperawatan serta terapi untuk menggantikan fungsi ginjal yang telah rusak yaitu pembatasan
makanan untuk mengurangi cairan dan elektrolit, diet rendah protein (Doengoes, 2012, Nursalam ,
2008).
Di masa yang akan datang, penyakit ini di prediksi akan terus bertambah jumlah kliennya
sehingga di butuhkan perawatan yang optimal. Perawat sebagai salah satu tim kesehatan
mempunyai peran sebagi tim asuhan keperawatan pada klien CKD yang melalui upaya promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitative. Dalam upaya promotif perawat berperan untuk memberikan
pendidikan kesehatan sehingga dapat mencegah terjadinya komplikasi. mengenai cara-cara
pencegahan sampai dengan komplikasi dengan membiasakan pola hidup sehat dengan cara rajin
berolah raga dan menghindari minuman beralkohol, rokok dan zat-zat kimia yang berbahaya.
Upaya preventif perawat memberikan perawatan kepada klien dengan memantau cairan dan
elektrolit yang seimbang, dan tanda adanya perubahan fungsi regulator tubuh serta membatasi
cairan klien. Peran perawat dalam upaya kuratif yaitu berkolaborasi dalam menyiapkan tindakan
hemodialisa dan memberikan obat. Peran perawat dalam upaya rehabilitative yaitu
mempertahankan keadaan klien agar kondisi tidak bertambah berat atau mencegah terjadinya
komplikasi yang tidak diinginkan dengan patuh pada terapi dan pembatasan aktivitas.
A. Pengkajian keperawatan pada klien dengan Chronic Kidney Disease (CKD) menurut Doengoes,
2012; Nursalam, 2008; Sudoyo, 2015; NIC NOC, 2015 sebagai berikut :
a. Demografi.
Klien CKD kebanyakan berusia diantara 30 tahun, namun ada juga yang mengalami CKD dibawah
umur tersebut yang diakibatkan oleh berbagai hal seperti proses pengobatan, penggunaan obat-
obatan dan sebagainya. CKD dapat terjadi pada siapapun, pekerjaan dan lingkungan juga
mempunyai peranan penting sebagai pemicu kejadian CKD. Karena kebiasaan kerja dengan duduk /
berdiri yang terlalu lama dan lingkungan yang tidak menyediakan cukup air minum /
mengandung banyak senyawa/ zat logam dan pola makan yang tidak sehat.
b. Riwayat penyakit yang diderita klien sebelum CKD seperti DM, glomerulo nefritis, hipertensi,
rematik, hiperparatiroidisme, obstruksi saluran kemih, dan traktus urinarius bagian bawah juga
dapat memicu kemungkinan terjadinya CKD.
c. Pengkajian Bio-psiko-Sosial
1) Aktivitas istirahat
Gejala :
kelelahan ekstrem kelemahan dan malaise, gangguan tidur (insomnia/ gelisah atau somnolen).
Tanda :
2) Sirkulasi
Gejala :
Tanda :
Hipertensi : nadi kuat, edema jaringan umum dan piting pada kaki, telapak tangan, nadi lemah dan
halus, hipotensi ortostatik menunjukkan hipovolemia yang jarang terjadi pada penyakit tahap akhir,
friction rub pericardial (respon terhadap akumulasi rasa) pucat, kulit coklat kehijauan, kuning,
kecenderungan pendarahan.
3) Integritas Ego
Gejala :
Faktor stres, contoh finansial, hubungan, dan sebagainya. Peran tak berdaya, tak ada harapan, tak
ada kekuatan.
Tanda :
4) Eiminasi
Gejala :
Peningkatan berat badan cepat (edem), penurunan berat badan (malnutrisi). Anoreksia, Malnutrisi,
kembung, diare, konstipasi.
Tanda :
Perubahan warna urin, contoh kuning pekat, merah, coklat, berwarna. Oliguria, dapat menjadi
anuria.
5) Makanan / Cairan
Gejala :
Peningkatan berat badan cepat (edem), penurunan berat badan (malnutrisi). Anoreksia, nyeri ulu
hati, mual / muntah, rasa metalik tidak sedap pada mulut (pernafasan amonia), pengguanaan
diuretik.
Tanda :
Distensi abdomen / asietas, pembesaran hati (tahap akhir). Perubahan turgor kulit. Edem (umum,
tergantung). Ulserasi gusi, pendarahan gusi / lidah. Penurunan otot, penurunan lemak subkutan,
tampak tak bertenaga.
6) Neorosensasi
Gejala :
Sakit kepala, penglihatan kabur, kram otot / kejang : sindrom Kaki, gelisah ; kebas terasa terbakar
pada telapak kaki. Kebas kesemutan dan kelemahan, khususnya ekstremitas bawah (neuropati
perifer).
Tanda :
7) Nyeri / Kenyamanan
Gejala :
Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot / nyeri kaki. Memburuk pada malam hari.
Tanda :
8) Pernafasan
Gejala :
nafas pendek : dipsnea, nokturnal parosimal, batuk dengan / tanpa sputum kental atau banyak.
Tanda :
9) Keamanan
Gejala :
Tanda :
Pruritus Demam ( sepsis, dehidrasi ; normotemia dapat secara actual terjadi peningkatan pada klien
yang mengalami suhu tubuh lebih rendah dari pada normal ( efek CKD / depresi respon imum)
Ptekie, araekimosis pada kulit Fraktur tulang ; defosit fosfat, kalsium, (klasifikasi metastatik) pada
kulit, jaringan lunak sendi, keterbatasan gerak sendi.
10) Seksualitas
Gejala :
Gejala :
Kesulitan menentukan kondisi, contoh tak mampu bekeja, mempertahankan fungsi peran biasanya
dalam keluarga.
d. Pemeriksaan fisik
Lemah, aktifitas dibantu, terjadi penurunan sensifitas nyeri. Kesadaran klien dari compos mentis
sampai coma.
2) Tanda-tanda vital.
Tekanan darah naik, respirasi riet naik, dan terjadi dispnea, nadi meningkat dan reguler.
3) Antropometri.
Penurunan berat badan selama 6 bulan terahir karena kekurangan nutrisi, atau terjadi peningkatan
berat badan karena kelebihan cairan.
4) Kepala.
Rambut kotor, mata kuning / kotor, telinga kotor dan terdapat kotoran telinga, hidung kotor dan
terdapat kotoran hidung, mulut bau ureum, bibir kering dan pecah-pecah, mukosa mulut pucat dan
lidah kotor.
6) Dada
Dispnea sampai pada edema pulmonal, dada berdebar-debar. Terdapat otot bantu napas,
pergerakan dada tidak simetris, terdengar suara tambahan pada paru (rongkhi basah), terdapat
pembesaran jantung, terdapat suara tambahan pada jantung.
7) Abdomen.
8) Genital.
Kelemahan dalam libido, genetalia kotor, ejakulasi dini, impotensi, terdapat ulkus.
9) Ekstremitas.
Kelemahan fisik, aktifitas klien dibantu, terjadi edema, pengeroposan tulang, dan Capillary Refill
lebih dari 1 detik.
10) Kulit.
Turgor jelek, terjadi edema, kulit jadi hitam, kulit bersisik dan mengkilat / uremia, dan terjadi
perikarditis.
B. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada klien dengam Chronic Kidney Disease (CKD) menurut trucker, 2008;
sudoyo, 2015.
1. Urinalisasi : PH asam, SDP, SDM, berat jenis urin (24 jam) : volume normal, volume kosong atau
rendah, proteiurea, penurunan klirens kreatinin kurang dari 10 ml permenit menunjukan kerusakan
ginjal yang berat.
3. Pemerikasaan urin : Warna PH, kekeruhan, glukosa, protein, sedimen, SDM, keton, SDP, CCT.
4. Kimia darah : kadar BUN, kreatinin, kalium, kalsium, fosfor, natrium, klorida abnormal.
6. EKG : distritmia
8. Pielografi intra vena jarang dikerjakan, karena kontras tidak dapat melewati filter glomerolus,
disamping kekawatiran terjadinya pengaruh toksik oleh kontras terhadap ginjal yang sudah
mengalami kerusakan.
10. Pemeriksaan lab CCT (Clirens Creatinin Test) untuk mengetahui laju filtrasi glomerulus. Untuk menilai
GFR (Glomelular Filtration Rate) / CCT (Clearance Creatinin Test) dapat digunakan dengan rumus :
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada CKD menurut Huda dan Hardhi dalam NANDA
NIC-NOC (2015).
a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan Ketidakmampuan ginjal mengsekresi air dan natrium.
b. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan pembatasan diit dan ketidak
mampuan untuk mengabsorbsi nutrien.
d. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai O2 dan nutrisi ke jaringan
sekunder.
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan anemia, retensi produk sampah dan prosedur
dialysis.
sirkulasi, kerja miokardial dan tahanan vaskuler sistemik, gangguan frekuensi, irama, konduksi jantung
(ketidak seimbangan elektrolit).
Rencana asuhan keperawatan menurut Huda dan Hardhi dalam NANDA NIC-NOC (2015).
Kriteria Hasil:
Miskonsepsi
5. Kolaborasi pemberi
6. Kolaborasikan
rehabilitasi medik
program terapi yan
4. Pelaksanaan Keperawatan
Merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan
dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditunjukkan pada nursing orders untuk membantu
klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan
untuk memodifikasi faktor – faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien (Nursalam, 2008).
5. Evaluasi keperawatan
Perencanaan evaluasi memuat cerita hasil keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan
keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan jalan membandingkan antara proses dengan
pedoman / rencana proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan antara
tingkat kemandirian klien dalam kehidupan sehari – hari dan tingkat kemajuan kesehatan klien
dengan tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya. Evaluasinya menurut Nursalam (2008) sebagai
berikut :