Anda di halaman 1dari 8

PELATIHAN SELECTIVE VISUAL ATTENTION PADA ANAK YANG

MENGALAMI GANGGUAN PEMUSATAN PERHATIAN (GPP)

Studi Mengenai Perancangan dan Pelaksanaan Pelatihan Atensi Visual (PAVi) dalam
Meningkatkan Kemampuan Selective Visual Attention bagi Anak Usia 9 Tahun yang Mengalami
Gangguan Pemusatan Perhatian (GPP)

Dian Misrawati
Fakultas Psikologi Universitas Padjdjaran

Abstrak. Kemampuan paling penting yang perlu dimiliki oleh anak sekolah dasar adalah
mampu mengarahkan perhatian dalam mengikuti pelajaran, mengerjakan dan
menyelesaikan tugas sesuai dengan instruksi dan batas waktu yang diberikan. Anak yang
mengalami GPP sulit untuk memenuhi tuntutan tersebut dikarenakan kurangnya
kemampuan selective visual attention, yaitu kemampuan untuk mengabaikan distraksi
visual yang menyebabkan tugas-tugas yang dikerjakan cenderung tidak selesai sesuai
instruksi dan batas waktu yang diberikan. Kondisi tersebut menarik minat peniliti untuk
merancang dan melaksanakan Pelatihan Atensi Visual (PAVi) yang dirancang secara
sistematis berdasarkan pendekatan psikoedukasi dan prinsip pelatihan atensi. PAVi
meruapakan serangkaian aktivitas tugas berulang yang meminta anak untuk berespon
terhadap rangsang target (gambar segitiga merah) dan mengabaikan rangsang non target
(segitiga merah berlubang). Penelitian menggunakan rancangan single case time series
design pada subjek tunggal. Hasil pelaksanaan pretes, pelatihan, dan pos tes menunjukkan
bahwa PAVi dapat meningkatkan kemampuan selective visual attention anak usia 9 tahun
yang mengalami GPP.

I. PENDAHULUAN
Anak-anak dengan GPP mengalami penglihatan. Sementara itu, hasil penelitian yang
disfungsi dan ketidakseimbangan dophamine dilakukan oleh Adam, dkk (2012) menunjukkan
yang tidak berkerja seefektif anak-anak yang bahwa anak dengan gangguan pemusatan
non-GPP/H, sehingga mempengaruhi perhatian memiliki sensitivitas yang lebih tinggi
kemampuan executive function mereka, salah terhadap rangsang visual sehingga mereka
satunya adalah kemampuan selective visual cenderung bereaksi terhadap hampir semua
attention. Kemampuan tersebut akan rangsang visual yang ada dan mengalami
mengarahkan anak untuk mengerjakan tugas kesulitan untuk menampilkan kemampuan
dengan benar dan mengabaikan distraksi selective visual attention. Terganggunya
sehingga dapat memenuhi tuntutan tugas yang kemampuan selective attention dalam
diberikan kepadanya. menyeleksi rangsang visual, dapat berdampak
Pada saat mengerjakan tugas, anak akan pada performa anak dalam mengerjakan tugas-
menghadapi berbagai macam rangsang yang tugas yang diberikan kepadanya. Anak GPP
muncul dari lingkungannya, baik yang berkaitan cenderung tidak dapat menyelesaikan tugas-
dengan tugas ataupun distraksi yang akan tugasnya sesuai instruksi yang diberikan atau
menghambat pengerjaan tugas. Getman (dalam tidak selesai dalam batas waktu yang diberikan.
Atkinson, 1998) menjelaskan bahwa 80% Tampilan perilaku tersebut tidak mewakili
rangsang yang ada di lingkungan merupakan potensi kecerdasan mereka yang cenderung
rangsang visual yang ditangkap oleh indera berada di atas rata-rata.
penglihatan
1
Adanya permasalahan tersebut yang sedang dikerjakan dan mengabaikan
memerlukan suatu penanganan yang disusun distraksi atau rangsang luar yang tidak berkaitan
sesuai dengan usia dan karakteristik yang dengan tugas. Kemampuan selective visual
dimiliki oleh anak GPP yang mebuat peneliti attention yang baik memungkinkan seseorang
tertarik untuk merancang dan melaksanakan untuk memilah rangsang mana yang perlu
Pelatihan Atensi Visual (PAVi). PAVi mendapat perhatian dan rangsang mana yang
merupakan pelatihan bagi anak GPP yang perlu diabaikan (Riegler & Riegler, 2012).
menggunakan pendekatan psikoedukasi (Vallet, Adanya kemampuan selective visual
2976) dalam memodifikasi perilaku dan prinsip attention tersebut, otak dapat menerima sinyal
repetisi pada attention training program (Flick yang mengaktifkan behavior inhibition system
G. L., 1998). dan behavior activation system sehingga
PAVi menekankan pada penumbuhan self- seseorang dapat mengarahkan tingkah lakunya
awareness anak mengenai perilaku tidak efektif kepada tingkah laku bertujuan yang diharapkan
yang menghambat pengerjaan tugas dan (goal directed behavior), dan dapat melakukan
kemampuan yang ia miliki untuk tiga hal berikut :
mengembangkan perilaku efektif. Pada saat 1. Kemampuan untuk menunda respon/perilaku
menjalani PAVi, subjek mengerjakan tugas yang tidak diperlukan sampai pada batas
secara berulang selama 8 kali pertemuan. Tugas tertentu.
yang harus dikerjakan subjek adalah 2. Kemampuan menghentikan respon/perilaku
memberikan respon yang tepat terhadap yang tidak diperlukan.
kemunculan rangsang target berupa segitiga 3. Kemampuan untuk mengendalikan dan
merah dengan cara menakan tombol spasi dan mengontrol distraksi.
mengabaikan rangsang non target berupa gambar Kemampuan selective visual attention
sefitiga berlubang dengan cara tidak menekan tidak berkembang baik pada anak yang
tombol apapun. mengalami GPP. Ketidakseimbangan neuro-
Latihan berulang (repetisi) membuat anak transmitter yang terdapat pada frontal lobe
belajar untuk mengarahkan perilaku yang ia mengakibatkan proses atensi untuk menentukan
tampilkan sehingga dapat mengembangkan rangsang yang diproses dan rangsang yang
perilaku efektif dan mengurangi perilaku tidak diabaikan menjadi terganggu sehingga mereka
efektif yang merupakan manifestasi dari tidak hanya berespon terhadap rangsang yang
kemampuan selective visual attention. relevan dengan tugas, tetapi juga berespon
terhadap rangsang lain yang tidak berhubungan
dengan tugas. Anak yang mengalami GPP
II. KAJIAN PUSTAKA
cenderung berespon terhadap hampir semua
Setiap waktu anak dihadapkan pada
rangsang visual yang mereka lihat (Dawson &
rangsang yang tak terhitung jumlahnya. Berbagai
Guare, 2010).
rangsang yang diterima anak melalui panca
Kemampuan selective visual attention
inderanya. Namun tidak semua rangsang
pada anak yang mengalami GPP tidak sesuai
diproses dalam otak. Bagian otak yang disebut
dengan usia perkembangan mereka. Anak yang
dengan frontal lobe melakukan penyaringan
mengalami GPP mudah teralihkan oleh distraksi
rangsang yang dapat diteruskan dan diproses
dari lingkungan dan rasa bosan dari dalam diri
lebih lanjut untuk kemudian direspon. Apabila
pada saat melaksanakan tugas, sehingga tugas
frontal lobe dapat melakukan tugas tanpa
yang dikerjakan tidak selesai dalam waktu yang
gangguan, maka anak dapat melaksanakan tugas
ditentukan, atau selesai dengan hasil yang
executive function sesuai dengan fungsi dan
kurang sesuai dengan perintah atau instruksi.
tahapan usia perkembangannya (Brown, 2005).
Disamping itu, behavior inhibition system
Salah satu komponen excecutive function
yang lemah dapat menguatkan pengaruh
yang memiliki peranan penting adalah
kurangnya kemampuan selective visual attention
kemampuan atensi, di dalam kemampuan atensi
pada anak yang mengalami GPP (Berkley,
terdapat kemampuan selective visual attention,
2006). Anak-anak dengan GPP memiliki
yaitu kemampuan untuk tetap memperhatikan
sensitivitas yang lemah dalam menangkap
rangsang visual yang berkaitan dengan tugas
sinyal-sinyal untuk mengaktifkan BIS, sehingga
yang sedang dikerjakan dan mengabaikan yang
untuk menunda, mengontrol dan menghentikan
2
kurang mampu untuk menunda, mengontrol dan PAVi, anak akan melihat dua rangsang dengan
menghentikan perilaku tidak efektif yang dapat bentuk kontur yang berbeda di layar komputer,
menghambat pengerjaan tugas sesuai dengan antara lain rangsang target berupa gambar
intruksi dan selesai tepat pada waktunya. segitiga merah dan rangsang nontarget berupa
Kemampuan anak dalam mengerjakan segitiga merah berlubang. Anak akan
tugas dengan benar dan mengabaikan distraksi dihadapkan pada satu tugas, yaitu
dapat diukur dengan menggunakan d2 test of memperhatikan dan berespon terhadap rangsang
attention. Tes ini meminta anak untuk menandai target yang muncul di layar komputer dengan
rangsang target berupa huruf d dengan dua garis cara menekan tombol spasi. Pada saat rangsang
(d, d atau d) dan mengabaikan distraksi berupa nontarget yang muncul di layar komputer, anak
huruf d dengan satu sampai tiga garis (d, d, d diminta untuk tidak memberikan respon apapun.
atau d) dan huruf p dengan satu sampai empat Pada saat anak mengerjakan tugas, ia akan
garis. Anak-anak dengan kemampuan selective mendapatkan efek langsung dari setiap respon
visual attention yang rendah akan menampilkan yang ia tampilkan (immediate reinforcement).
skor TN-E yang rendah pula, hal ini Pada saat anak menampilkan respon yang tepat
menunjukkan bahwa anak kurang dapat dengan menekan tombol spasi ketika rangsang
mengontrol respon perilaku efektif dan tidak target muncul di layar, maka ia akan
efektif yang harus ditampilkan dalam mendapatkan immediate reinforcement positif
melaksanakan tugas dengan akurat dan tepat. berupa skor benar yang diiringi dengan suara
Adanya kesulitan mengontrol perilaku “Yeay”. Immediate reinforcement negatif
yang efektif dan tidak efektif menyebabkan diperoleh anak pada dua kondisi. Pertama, pada
performa anak yang mengalami GPP tidak saat ia menampilkan respon yang tidak tepat,
optimal sesuai dengan potensi yang mereka yaitu menekan tombol spasi pada saat rangsang
miliki. Prestasi yang dicapai tidak konsisten dan non target muncul di layar, maka ia akan
seringkali berada di bawah kemampuan mendapatkan skor salah yang diiringi dengan
potensial yang dimiliki dan dibawah norma suara “Ouh”. Kedua, apabila anak melewatkan
kelasnya. Permasalahan ini membutuhkan suatu tugas yang harus dikerjakan, maka ia akan
penanganan yang dapat membantu anak GPP mendapatkan skor lewat yang diiringi dengan
untuk dapat meningkatkan kemampuan selective suara “Hey”. Pemberian efek langsung ini
visual attention sehingga dapat mengarahkan bertujuan agar anak segera menyadari apakah
perilakunya ke arah yang lebih sesuai dengan respon yang ia tampilkan merupakan perilaku
tujuan dan tuntutan tugas. efektif atau perilaku tidak efektif dalam
Pelatihan Atensi Visual (PAVi) dirancang mengerjakan tugas. Efek suara akan membantu
untuk membantu anak yang mengalami GPP mengarahkan perhatian anak agar tetap tertuju
agar dapat meningkatkan kemampuan selective pada tugas yang sedang dikerjakan hingga
visual attention yang ia miliki. PAVi dimulai selesai.
dengan tahap readiness untuk mempersiapkan Anak mengerjakan tugas yang sama pada
dan menumbuhkan kesediaan anak mengikuti setiap pertemuan latihan dan menghadapi
pelatihan. Salah satu upaya yang ditempuh rangsang target yang sama pula. Hal ini
adalah menggunakan permainan komputer bertujuan untuk menerapkan prinsip repetisi atau
sebagai media pelatihan yang dianggap dekat pengulangan dalam melakukan modifikasi
dengan dunia anak saat ini, sehingga anak lebih perilaku efektif terhadap anak. Pengerjaan tugas
cepat akrab dengan media pelatihan yang yang sama secara berulang kali dapat
digunakan dan dapat mengoperasikannya dengan memantapkan terjadinya proses pengondisian
baik. Pada tahap readiness ini anak juga operant (operant conditioning process) sehingga
dipersiapkan untuk memahami bahwa mereka anak dapat mengulangi kembali perilaku efektif
memiliki kemampuan untuk dapat melaksanakan dalam pelaksanaan tugas. Pengulangan juga
pelatihan dan hasil dari pelatihan dapat terjadi pada tampilan rangsang non target yang
dimanfaatkan utnuk mengatasi permasalahan sama pada setiap pertemuan latihan. Hal ini
konsentrasi belajar di kelas. bertujuan untuk menguatkan proses habituasi
Tahap selanjutnya dalam PAVi adalah bagi anak agar dapat mengabaikan rangsang lain
tahap mengerjakan tugas. Pada saat mengikuti yang tidak relevan dengan tugas, atau disebut
PAVi, anak akan melihat dua rangsang dengan juga dengan distraksi yang dapat memicu juga
3
juga dengan distraksi yang dapat memicu Pengulangan terus menerus dilakukan hingga
munculnya perilaku tidak efektif dan pelatihan selesai. Dengan demikian anak dapat
menghambat penyelesaian tugas. menguatkan proses modifikasi perilaku dalam
Tahap ketiga dalam PAVi adalah tahap mengaktifkan behavior inhibition system dan
evaluasi. Pada tahap ini, anak mendapatkan menumbuhkan habituasi dalam mengabaikan
umpan balik terhadap tugas yang telah ia distraksi. Pada saat pelatihan berakhir anak dapat
kerjakan pada tahap sebelumnya. Tahap evaluasi menerapkan kemampuan selective visual
diawali dengan mencatat perolehan total skor attention yang ia miliki, yaitu kemampuan
benar, salah dan lewat pada saat mengerjakan untuk dapat mengerjakan tugas dengan benar
tugas. Total skor tersebut merupakan salah satu dan mengabaikan distraksi.
bentuk dari intermitten reinforcement yang
diterima anak. Evaluasi dilakukan dengan cara III. METODOLOGI
membandingkan hasil intermitten reinforcement Disain penelitian yang digunakan adalah
yang diterima pada pertemuan sebelumnya, single case time series design, yaitu penelitian
sehingga anak secara objektif dapat menilai kuasi eksperimen yang melihat efek dari suatu
peningkatan atau penurunan performa yang ia pelatihan dengan membandingkan pola
tampilkan dalam menyelesaikan tugas. pengukuran terhadap variabel terikat sebelum
Tahap evaluasi kemudian dilanjutkan pelatihan diberikan dan sesudah pelatihan
dengan melihat tanyangan video yang diberikan (Christensen, 2007), dalam penelitian
menampilkan perilaku anak selama mengerjakan ini adalah pengaruh PAVi terhadap kemampuan
tugas. Anak akan melihat secara langsung selective visual attention.
mengenai perilakunya sendiri yang
menyebabkan ia memperoleh reinforcement Tabel 1. Proses Pelaksanaan Penelitian
positif maupun negatif. Selanjutnya, anak
Single Case Time Series Design
diarahkan untuk menilai perilaku mana yang
efektif dalam memperoleh reinforcement positif Pre tes Pelatihan Pos tes
serta perilaku tidak efektif yang menimbulkan
reinforcement negatif. Base line Pelatihan Hasil
Anak juga mendapatkan umpan balik dari Atensi Visual
fasilitator mengenai perilaku efektif dan tidak (PAVi)
efektif yang ia tampilkan. Melalui proses umpan
balik, anak diarahkan untuk dapat memahami X1 X2 X3 X4 X5 O1 O2 O3 O4 X6 X7 X8 X9 X10
adanya konsekuensi yang diperoleh terhadap O5 O6 O7 O8
setiap tindakan yang ia lakukan. Pemahaman
tersebut dapat membantu mengaktifkan Keterangan :
behavioral inhibition system pada anak sehingga Pre tes Pengukuran menunjukkan baseline
ia dapat mengontrol dan menunda perilaku- kemampuan selective visual attention subjek
perilaku tidak efektif yang menghambat dalam bentuk Skor TN-E yang diukur dengan
penyelesaian tugas. menggunakan alat ukur d2 testof attention.
Tahap evaluasi dilanjutkan dengan Pengukuran dilakukan selama lima hari berturut
melakukan transfer dan generalisasi terhadap dan memperoleh hasil yang disebut X1 X2 X3 X4
hasil latihan. Anak diarahkan untuk menilai X5.
situasi-situasi dalam kehidupan sehari-hari yang Pelatihan merupakan tahap pemberian treatmen
menjadi rangsang target dan perilaku efektif dimana subjek mendapatkan Pelatihan Atensi
yang perlu dikembangkan dalam merespon Visual (PAVi) selama 8 kali pertemuan, disebut
rangsang target tersebut. Anak juga diarahkan dengan O1 O2 O3 O4O5 O6 O7 O8. Kemampuan
untuk mengenali rangsang non target dalam selective visual attention subjek selama pelatihan
kehidupan sehari-hari dan perilaku tidak efektif diamati melalui perolehan skor benar, salah dan
yang harus dihindari dalam upaya mengabaikan lewat yang dinyatakan dalam bentuk Indeks Skor
rangsang non target atau distraksi. SVA (selective visual attention) pada saat
Hasil evaluasi yang diperoleh anak akan mengerjakan tugas.
terus diterapkan pada pertemuan berikutnya.
Pengulangan terus menerus dilakukan hingga
4
Pos tes merupakan pengukuran terhadap Berdasarkan grafik tersebut, dapat dilihat
kemampuan selective visual attention subjek bahwa indeks skor kemampuan selective visual
setelah ia medapatkan treatmen berupa Pelatihan attention subjek terus mengalami kenaikan
Atensi Visual (PAVi). Hasil pengukuran yang selama ia mendapatkan Pelatihan Atensi Visual
diperoleh disebut dengan X6 X7 X8 X9 X10. (PAVi). Berdasarkan peningkatan skor tersebut
Pengukuran dilakukan dengan tata cara yang terlihat bahwa kemampuan selective visual
sama dengan pre tes, sehinggadapat dilakukan attention subjek mengalami perkembangan
perbandingan dan evaluasi terhadap pengaruh selama ia mengikuti latihan. Hal ini
pelatihan dalam meningkatkan kemampuan menunjukkan bahwa selama mengikuti PAVi
selective visual attention subjek. kemampuan anak untuk memberikan respon
yang tepat terhadap rangsang tugas (rangsang
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN target) dan kemampuan mengabaikan distraksi
Analisa hasil penelitian dilakukan dalam rangsang non target semakin baik
dua tahapan yaitu analisa hasil kemampuan Selama pelaksanaan pelatihan juga
selective visual attention pada saat pelatihan dan terdapat dua kali penurunan skor. Penurunan
analisa hasil kemampuan selective visual pertama terjadi pada pelatihan kedua, dimana
attention pada tahap pengukuran pre tes dan pos subjek merasa bosan dan menganggap tugas
tes. sebagai sesuatu yang mudah, karena ia telah
melakukan tugas yang sama sebelumnya. Hal
Analisa Hasil Kemampuan Selective Visual tersebut membuat subjek menjadi kurang
Attention Pada Saat Pelatihan bersemangat dan merasa mengantuk pada saat
mengerjakan tugas latihan kedua. Hal ini
Setelah menjalani Pelatihan Atensi Visual menunjukkan terjadinya penurunan awareness
(PAVi) selama 8 pertemuan, subjek subjek untuk melakukan tugas latihan. Sejalan
memperlihatkan perkembangan dalam dengan penurunan awareness tersebut, terjadi
menampilkan perilaku efektif dan mengurangi pula penurunan kemampuan subjek untuk
perilaku yang tidak efektif sehingga ia mampu mengabaikan distraksi berupa rangsang non
mengerjakan tugas dengan benar dan mampu target.
mengabaikan distraksi dalam pelaksanaan tugas. Pada tahap evaluasi di pelatihan kedua ini,
Perkembangan tampilan kemampuan selective subjek menyadari bahwa ketika ia tidak siap dan
visual attention terlihat peningkatan perlehan bersungguh-sungguh dalam melakukan tugas,
indeks skor SVA subjek selama mengikuti maka skor yang ia peroleh akan menurun dan
pelatihan, seperti terlihat pada grafik berkut: tidak mencapai target latihan. Oleh karena itu,
Gambar 1 Grafik Indeks Kemampuan subjek menentukan sendiri strategi yang akan ia
Selective Attention Selama Pelatihan lakukan pada pertemuan berikutnya untuk
mengatasi rasa kantuk dan rasa bosan tersebut.
Pada pertemuan ketiga, subjek menunjukkan self
awareness yang lebih baik dari opada pertemuan
sebelumnya sehingga ia dapat mengerjakan
tugas dengan lebih baik dan dapat meningkatkan
skor SVA dengan menerapkan strategi yang
telah ia tetapkan, yaitu mencuci muka terlebih
dahulu sebelum memulai pelatihan dan siap
melaksanakan tugas.
Penurunan kedua terjadi pada pertemuan
kelima, dimana subjek menghadapi tugas pada
level kedua. Subjek merasakan bahwa tugas
pada level kedua ini lebih sulit dari pada level
pertama sehingga ia banyak melakukan
kesalahan dan melewatkan rangsang target.
Penurun skor yang disebabkan karena hal
tersebut dianggap wajar, dimana subjek
mengalami transisi untuk mengadaptasikan
5
kemampuan dalam menghadapi tugas yang dengan benar dan mengabaikan distraksi perlu
lebih sulit (Flick, 1998). Hal yang perlu ditingkatkan agar dapat memenuhi tuntutan
diperhatikan adalah terjadinya peningkatan skor tugas yang sesuai dengan usianya.
pada pertemuan keenam. Hal ini menunjukkan Pada tahap pos tes subjek memperoleh
bahwa subjek mulai mengadaptasikan rata-rata skor TN-E sebesar 369,8 poin. Rata-rata
kemampuannya untuk melakukan tugas dan skor pos tes tersebut mengalami kenaikan
mengabaikan distraksi pada tingkat kesulitan sebesar 95,3 poin bila dibandingkan dengan rata-
yang lebih tinggi, dengan demikian dapat rata hasil pengukuran pada tahap pre tes.
disimpulkan bahwa kemampuan selective visual Kategori perolehan skor subjek juga mengalami
attention subjek mengalami peningkatan selama kenaikan dari kelompok borderline meningkat
pelatihan berlangsung. menjadi kelompok rata-rata.
Peningkatan hasil skor TN-E tersebut
Analisa Hasil Kemampuan Selective Visual menunjukkan bahwa subjek dapat meningkatkan
Attention Pada Tahap Pre Tes Dan Pos Tes kemampuan selective visual attention yang ia
Jawaban pertanyaan penelitian dibahas miliki dalam mengerjakan target tugas dan
dengan cara membandingkan kemampuan mengabaikan distraksi setelah menjalani
selective visual attention pada tahap pengukuran Pelatihan Atensi Visual (PAVi). Apabila
pre tes dan pos tes melalui skor TN-E pada alat dibandingkan dengan anak-anak yang
tes d2 test of attention yang dapat dilihat melalui mengalami GPP/H, subjek terlihat memiliki
tabel berikut : kemampuan selective visual attention yang
tinggi setelah pelatihan. Sementara itu, apabila
Tabel 1. Hasil Skor TN-E pada tahap pre tes dihadapkan pada situasi sehari-hari yang
berdasarkan norma anak usia 9 tahun bersama anak-anak yang tidak mengalami
GPP/H subjek terlihat memiliki kemampuan
Tahap Kategori selective visual attention yang sedang. Artinya
Skor TN-E
Pengukuran Non-GPP/H subjek cukup mampu melaksanakan tugas
X1 216 Kurang dengan tepat dan mengabaikan distraksi yang
X2 284 Borderline mengganggu jika disandingkan dengan anak-
X3 276 Borderline anak seusianya.
Di bawah rata- Perkembangan skor TN-E pada tahap pre
Pre tes X4 301
rata tes dan pos tes juga dapat dilihat pada grafik
Di bawah rata- berikut ini:
X5 296
rata
Rata-rata 274,6 Borderline Gambar 4.2 Grafik Perolehan Skor TN-E
X6 365 Rata-rata pada Tahap Pre tes dan Pos tes
X7 368 Rata-rata
X8 371 Rata-rata
Pos tes
X9 367 Rata-rata
X10 377 Rata-rata
Rata-rata 369,8 Rata-rata
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat
bahawa kemampuan selective visual attention
subjek pada pengukuran pre tes cenderung (rata-
rata) berada pada kategori borderline bila
dibandingkan dengan anak seusianya yang tidak
mengalami GPP. Artinya, apabila subjek
dihadapkan pada situasi normal yang
berdampingan dengan anak-anak yang tidak
mengalami GPP, maka keakuratan subjek dalam
mengerjakan tugas dan mengabaikan distraksi
terlihat kurang baik dan cenderung berada pada
kategori borderline. Hal ini menunjukkan bahwa
kemampuan subjek dalam mengerjakan tugas
6
Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat V. KESIMPULAN
bahwa kemampuan selective visual attention
Pelatihan Atensi Visual (PAVi) yang telah
subjek pada pengukuran pre tes terlihat belum
dilaksanakan kepada subjek L dapat
stabil. Hasil tes dTOA subjek pada pengukuran
meningkatkan kemampuan selective visual
pre tes sangat dipengaruhi oleh distraksi yang
attention anak usia 9 tahun yang mengalami
menyertai pada saat pengerjaan tugas. Pada
Gangguan Pemusatan Perhatian (GPP) yang
pengukuran pertama, distraksi pada umumnya
dapat dilihat dari peningkatan secara kualitatif
datang dari lingkungan, yaitu :
dan kuantitatif.
1. Jumlah baris terpanjang ataupun terpendek
Peningkatan kemampuan selective visual
yang dikerjakan subjek.
attention secara kuantitatif dapat dilihat dari
2. Huruf non target yang ditandai oleh subjek.
hasil pengukuran dTOA pada tahap pre tes dan
Kedua hal di atas membuat subjek berhenti
pos tes yang dilihat dari peningkatan rata-rata
melakukan tugas dan memberikan komentar
skor TN-E sebesar 95,3 poin dan peningkatan
terkait hal tersebut sehingga mempengaruhi
kategori kemampuan selective visual attention
perolehan hasil skor selective visual attention
dari kelompok borderline menjadi kelompok
yang rendah. Pada pengukuran ketiga, distraksi
rata-rata.
berasal dari dalam diri subjek berupa pikiran
Peningkatan kemampuan selective visual
tentang pemilihan huruf pada tugas. Subjek tidak
attention secara kualitatif dapat dilihat dari
dapat menahan rasa ingin tahunya sehingga ia
perubahan perilaku subjek yang semakin
berhenti mengerjakan tugas dan menanyakan
menampilkan adanya kemampuan selective
langsung kepada tester mengenai hal tersebut.
visual attention, yaitu dapat mempertahankan
Kemunculan distraksi-distraksi tersebut belum
perilaku efektif selama pengerjaan tugas dan
dapat diabaikan oleh subjek, sehingga hasil skor
dapat menunda perilaku yang tidak efektif
yang diperoleh subjek naik dan turun seiring
hingga tugas selesai.
dengan banyak atau sedikitnya distraksi yang
Self awareness merupakan hal yang paling
muncul.
penting dalam meningkatkan kemampuan
Pada pengukuran pengukuran pos tes,
selective visual attention subjek melalui
subjek dapat mengabaikan distraksi pada saat
Pelatihan Atensi Visual (PAVi). Pada saat self
mengerjakan tugas dan menunda respon atau
awareness menurun, perilaku yang menunjukkan
komentar yang ingin ia berikan terhadap hasil
tampilan kemampuan selective visual attention
kerjanya setelah waktu pengerjaan tugas selesai.
juga menurun, begitu pula sebaliknya.
Adanya kemampuan untuk mengabaikan ditraksi
yang diperoleh subjek setelah mengikuti
Pelatihan Atensi Visual (PAVi) berdampak REFERENSI
positif terhadap cara mengerjakan tugas dan
hasil skor yang ia peroleh (penjelasan lengkap Berkley, R. (2006). Attention Deficit-
tentang perubahan perilaku pada saat postes Hyperactivity Disorder : Diagnosis and
dapat dilihat pada tabel 4.8). Pada grafik 4.2 di Treatment. New York: Guilford Press.
atas dapat dilihat bahwa kemampuan selective
visual attention subjek tampak lebih stabil pada Brown, T. E. (2005). Attention Deficit Disorder :
pengukuran postes. Berdasarkan hasil observasi The Unfocused Mind in Children and Adult.
dan grafik perolehan skor subjek, maka dapat Connecticut, USA: Yale University Press health
disimpulkan bahwa kenaikan rata-rata skor TN-
& wellness.
E yang menggambarkan kemampuan selective
visual attention dipengaruhi oleh Pelatihan Christensen, L. B. (2007). Experimental
Atensi Visual yang diikuti oleh subjek, bukan
Methodology 10th Edition. Boston: Pearson.
disebabkan karena pengkuran berulang yang
terjadi pada tahap pre tes dan pos tes. Dawson, P., & Guare, R. (2010). Excecutive
Skills in Children and Adolescents 2nd Ed. New
York: Guilford.

7
Flick, G. L. (1998). ADD/ADHD Behavior -
Change Resource kit. New York: The Center for
Applied Research in Education.

Frintrop, S. (1998). A Visual Attention System


for Object Detection and Goal-Directed Search.
Berlin: Springer.

Lund, N. (2001). Atention and Pattern


Recognition. Philadelphia: Routledge.

Riegler, B. R., & Riegler, G. R. (2012).


Cognitive Psychology - Applying the science of
the mind 3rd Edition. Boston: Pearson.

Sadek, J. (2014). A Clinician's Guide for ADHD


2nd Edition. Switzerland: Springer.

Valett, R. E. (1974). Programming Learning


Disability. California: Fearon Publisher.

Anda mungkin juga menyukai