Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Pengertian
Plasenta previa adalah komplikasi kehamilan di mana plasenta terletak
dibagian bawah rahim, sebagian atau seluruhnya menutupi leher rahim. Hal ini
menyebabkan perdarahan vagina tanpa rasa sakit dan beberapa mengarah ke
perdarahan. Plasenta previa telah diklasifikasikan oleh tingkat perambahan pada os.
servikal internal. Dalam plasenta previa, perdarahan lebih mungkin terjadi selama
trimester ketiga, sebagai konsekuensi dari perkembangan segmen bawah rahim dan
pelebaran leher rahim yang disebabkan oleh kontraksi uterus, pemeriksaan vagina
juga dapat menyebabkan perdarahan antepartum. Faktor risiko untuk pengembangan
plasenta previa termasuk pengiriman sebelum seksio sesarea, terminasi kehamilan,
operasi intrauterine, merokok, kehamilan multifetal, peningkatan paritas, usia ibu dan
peningkatan tingkat seksio caesar. Plasenta previa berhubungan dengan konsekuensi
yang merugikan bagi ibu dan anak, seperti Intra-Uterine Growth Restriction (IUGR),
kelahiran prematur, antenatal dan intra-partum perdarahan, transfusi darah ibu dan
histerektomi darurat.
B. Etiologi

a. Multiparitas (80% klien yang menderita adalah multipara)


b. Keguguran berulang
c. Jarak antar kehamilan yang pendek
d. Usia ibu lanjut (lebih dari 35 tahun pada 33% kasus)
e. Kehamilan multipel
f. Riwayat kelahiran sesar sebelumnya
g. Insisi uterus
h. Riwayat plasenta previa sebelumnya (insidennya adalah 12 kali lebih besar
pada wanita dengan riwayat plasenta previa sebelumnya)
Penyebab dari plasenta previa belum diketahui secara pasti, namun ada
beberapa faktor yang diduga kuat menimbulkan kelainan ini. Salah satu penyebab
plasenta previa yaitu vaskularisasi desidua yang tidak memadai, sebagai akibat dari
proses radang atau atrofi. Multiparitas dan cacat rahim juga berhubungan dengan
kejadian plasenta previa. Hal ini berkaitan dengan proses peradangan dan atrofi di
endometrium, misalnya bekas bedah caesar, kuretase, dan miomektomi. Cacat bekas
bedah caesar bahkan dapat menaikkan insiden dua sampai tiga kali lebih besar.
Usia lanjut juga meningkatkan angka kejadian plasenta previa. Penelitian
yang dilakukan di Parkland Hospital, Dallas, Amerika Serikat terhadap 169.000
kelahiran yang terjadi pada tahun 1988-1999 menyimpulkan bahwa insiden 1 : 1.500
pada ibu berusia 19 tahun atau lebih muda, dan 1 : 100 untuk ibu berusia 35 tahun
atau lebih tua.

Insidensi plasenta previa meningkat hingga dua kali lipat pada wanita
perokok. Hipoksemia akibat zat karbon monoksida hasil pembakaran rokok
menyebabkan hipertrofi plasenta sebagai upaya kompensasi. Penyebab lainnya antara
lain plasenta yang terlalu besar, misalnya pada kehamilan ganda dan kasus
erotroblastosis fetalis. Kelainan tersebut menyebabkan pertumbuhan plasenta melebar
ke segmen bawah rahim, sehingga dapat menutupi seluruh atau sebagian ostium uteri
internum

C. Gejala Klinis
Gejala klinis yang muncul yaitu:

a. Pendarahan tanpa sebab tanpa rasa nyeri


Perdarahan ini biasanya terjadi pada trimester ketiga, darah biasanya
berwarna merah segar. Dapat juga dipicu oleh trauma, coitus (penetrasi penis),
maupun pemeriksaan bimanual/spekulum. Pendarahan pertama (first
bleeding) biasanya tidak banyak dan tidak fatal, kecuali bila dilakukan periksa
dalam sebelumnya, sehingga pasien sempat dikirim ke rumah sakit. Tetapi
perdarahan berikutnya (reccurent bleeding) biasanya lebih banyak.Perdarahan
ini umumnya akan berhenti tanpa penanganan khusus sebelum kembali terjadi
pada beberapa hari atau beberapa minggu kemudian
b. Bagian terdepan janin tinggi (floating). sering dijumpai kelainan letak janin.
c. Janin biasanya masih baik

D. Patofisiologi

Letak plasenta biasanya umumnya di depan atau di belakang dinding uterus,


agak ke atas ke arah fundus uteri. Hal ini adalah fisiologis karena permukaan bagian
atas korpus uteri lebih luas, sehingga lebihbanyak tempat untuk berimplantasi. Di
tempat-tempat tertentu pada implantasi plasenta terdapat vena-vena yang lebar (sinus)
untuk menampung darah kembali. Pada pinggir plasenta di beberapa tempat terdapat
suatu ruang vena yang luas untuk menampung darah yang berasal dari ruang
interviller di atas.
Darah ibu yang mengalir di seluruh plasenta diperkirakan naik dari 300 ml
tiap menit pada kehamilan 20 minggu sampai 600 ml tiap menit pada kehamilan 40
minggu. Perubahan-perubahan terjadi pula pada jonjot-jonjot selama kehamilan
berlangsung. Pada kehamilan 24 minggu lapisan sinsitium dari vili tidak berubah
akan tetapi dari lapisan sitotropoblast sel-sel berkurang dan hanya ditemukan sebagai
kelompok-kelompok sel-sel; stroma jonjot menjadi lebih padat, mengandung fagosit-
fagosit, dan pembuluh-pembuluh darahnya lebih besar dan lebih mendekati lapisan
tropoblast (Kay, 2003).
Menurut Manuaba (2008) Implantasi plasenta di segmen bawah rahim dapat
disebabkan:
a. Endometrium di fundus uteri belum siap menerima implantasi
b. Endometrium yang tipis sehingga diperlukan perluasan plasenta untuk mampu
memberikan nutrisi janin
c. Villi korealis pada korion leave yang persisten
Dengan bertambah tuanya kehamilan, segmen bawah uterus akan lebih melebar
lagi, dan serviks mulai membuka. Apabila plasenta tumbuh pada segmen bawah
uterus, pelebaran segmen bawah uterus dan pembukaan serviks tidak dapat diikuti
oleh plasenta yang melekat disitu tanpa terlepasnya sebagian plasenta dari dinding
uterus. Pada saai itu mulailah terjadi perdarahan. Darahnya berwarna merah segar
berlainan dengan darah yang disebabkan solusio plasenta yang berwarna kehitam-
hitaman. Sumber perdarahannya ialah sinus uterus yang terobek karena terlepasnya
plasenta dari dinding uterus, atau karena robekan sinus marginalis dari plasenta.
Perdarahannnya tak dapat dihindarkan karena ketidakmampuan serabut otot segmen
bawah uterus untuk berkontraksi menghentikan perdarahan itu, tidak sebagaimana
serabut otot uterus menghentikan perdarahan pada kala III dengan plasenta yang
letaknya normal. Makin rendah letak plasenta, makin dini perdarahan terjadi. Oleh
karena itu, perdarahan pada plasenta previa totalis akan terjadi lebih dini daripada
plasenta letak rendah yang mungkin baru berdarah setelah persalinan mulai (Oxorn,
2003).
Terjadinya plasenta previa biasa terjadi pada tahap pertama setengah dari
kehamilan, dan persistensinya terhadap istilah akan tergantung padausia kehamilan
dan definisi yang digunakan untukhubungan yang tepat dari os serviks interna ke
plasenta di TVS. Dalam panduan ini, terminologi berikut dianjurkan untuk
menggambarkan hubungan ini: kapan tepi plasenta tidak mencapai os internal,
jaraknya dilaporkan dalam milimeter dari os internal; ketika tepi plasenta tumpang
tindih os internal dengan jumlah apapun, jarak digambarkan sebagai milimeter
tumpang tindih.
Sebuah tepi plasentayang persis mencapai os internal digambarkan oleh
pengukuran 0 mm.Untuk tepi plasenta mencapai atau tumpang tindih os
internal,Mustafa et al. menemukan dalam sebuah studi longitudinal sebuah
kejadian42% antara 11 dan 14 minggu, 3,9% antara 20 dan 24 minggu, dan 1,9%
pada saat. Dengan tumpang tindih antara 23 mm11 dan 14 minggu, mereka
memperkirakan bahwa probabilitas plasenta previa pada saat itu adalah 8%.
Demikian pula Hill et al. Melaporkan kejadian 6,2% untuk plasenta yang
membentang di atasOs internal antara 9 dan 13 minggu. Dalam seri mereka
1252pasien, 20 (1,6%) memiliki tumpang tindih tepi plasenta16 mm atau lebih, dan
hanya 4 yang memiliki plasenta previa bertahan sampai term (0,3%). Dua studi
tambahan yang ada memeriksa berbagai jarak tumpang tindih antara 9 dan16
minggu23,24 sepakat bahwa persistensi plasenta previa adalahsangat tidak mungkin
jika tingkat tumpang tindih plasenta tidak lebih dari 10 mm.
Dua penelitian meneliti nilai cut-off di18 sampai 23 minggu gestasi.25,26 Ini
menemukan kejadian serupa dari plasenta mencapai atau tumpang tindih internalOs
hingga 2%, dan keseluruhan kurang dari 20% ini bertahan sebagai plasenta previa
Kemungkinan plasenta persisten previa efektif nol saat tepi plasenta tercapainamun
tidak tumpang tindih os (0 mm) dan meningkat secara signifikan melebihi 15 mm
tumpang tindih sehingga jarak> 25 mm, tumpang tindih memiliki kemungkinan
adanya plasenta previa saat melahirkan antara 40% dan 100%.
E. Manifestasi Klinis
Kay (2003) menyebautkan bahwa gejala plasenta previa mencakup satu atau
kedua hal berikut:

a. Tiba-tiba, tanpa rasa sakit pendarahan vagina yang berkisar dari ringan sampai
berat. Darah sering berwarna merah terang. Pendarahan dapat terjadi pada
awal minggu ke-20 kehamilan tetapi yang paling umum selama trimester
ketiga.
b. Gejala persalinan prematur. Satu dari 5 wanita dengan tanda-tanda plasenta
previa juga memiliki kontraksi rahim.

Perdarahan plasenta previa mungkin taper off dan bahkan berhenti untuk
sementara. Tapi itu hampir selalu dimulai lagi hari atau minggu kemudian. Beberapa
wanita dengan plasenta previa tidak memiliki gejala apapun. Dalam kasus ini,
plasenta previa hanya dapat didiagnosis oleh USG dilakukan untuk alasan lain (Kay,
2003).
Apabila janin dalam presentasi kepala, kepalanya akan di dapatkan belum masuk
ke dalam pintu-atas panggul yang mungkin karena plasenta previa sentralis;
mengolak ke samping karena plasenta previa posterior; atau bagian terbawah janin
sukar ditentukan karena plasenta previa anterior. Tidak jarang terjadi kelainan letak,
seperti letak lintang atau letak sungsang (Scearce, 2007).

F. Komplikasi
Plasenta previa bisa berbahaya, baik bagi ibu maupun bagi janin. Pada ibu,
plasenta previa dapat menyebabkan komplikasi berupa:

a. Syok terjadi akibat perdarahan berat ketika proses persalinan.


b. Penggumpalan darah: komplikasi ini terjadi akibat perawatan di rumah sakit
yang membuat ibu terlalu lama berbaring, sehingga darah terlalu mudah.
Sedangkan pada janin, komplikasi yang dapat terjadi akibat plasenta previa yaitu:

a. Kelahiran premature: bila perdarahan terus berlangsung, bayi harus segera


dilahirkan dengan operasi Caesar, meskipun cukup bulan.
b. Asfiksia janin: kondisi ini terjadi ketika janin tidak mendapat cukup oksigen
saat di dalam kandungan.

G. Pencegahan
Penyebab pasti Plasenta Previa belum diketahui saat ini dan belum ada
tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya plasenta previa. Namun
terdapat beberapa kondisi yang menyebabkan ibu hamil yang rentan mengalami
Plasenta Previa seperti:

a. Pernah menjalani operasi Caesar


b. Pernah menjalani operasi di daerah Rahim
c. Menjalani kehamilan kembar
d. Hamil pada usia 35 tahun atau lebih
e. Memiliki riwayat kehamilan empat kali atau lebi

H. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan plasenta previa menurut Melda (2013) yaitu:

a. Pada perdarahan pertama, prinsipnya, jika usia kehamilan belum optimal,


kehamilan masih dapat dipertahankan karena perdarahan pertama umumnya
tidak berat dan dapat berhenti dengan sendirinya. Pasien harus dirawat dengan
istirahat baring total dirumah sakit, dengan persiapan transfuse darah dan
operasi sewaktu-waktu. Akan tetapi jika pada perdarahan pertama itu telah
dilakukan pemeriksaan dalam/ vaginal touch, kemungkinan besar akan terjadi
perdarahan yang lebih berat sehingga harus diterminasi
b. Cara persalinan
Faktor-faktor yang menentukan sikap/tindakan persalinan mana yang akan
dipilih:
a) jenis plasenta previa
b) banyaknya perdarahan
c) KU ibu
d) Keadaan janin
e) Pembukaan jalan lahir
f) Paritas
g) Fasilitas rumah sakit
ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
a. Pengumpulan data
1) Anamnesa
a) Identitas klien: Data diri klien meliputi : nama, umur,
pekerjaan, pendidikan, alamat, dan medical record.
b) Keluhan utama: gejala pertama perdarahan pada kehamilan
setelah 28 minggu atau trimester III.
 Sifat perdarahan; tanpa sebab, tanpa nyeri, berulang.
 Sebab perdarahan; plasenta dan pembuluh darah yang
robek; terbukanya osteum manipulasi intravaginal atau
rektal.
 Sedikit banyaknya perdarahan; tergantung besar atau
kecilnya robekan pembuluh darah dan plasenta.
c) Inspeksi
 Dapat dilihat perdarahan pervaginam banyak atau
sedikit.
 Jika perdarahan lebih banyak; ibu tampak anemia.
d) Palpasi abdomen
 Janin sering belum cukup bulan; TFU masih rendah.
 Sering dijumpai kesalahan letak.
 Bagian terbawah janin belum turun, apabila letak kepala
biasanya kepala masih goyang/floating.
2) Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Obstetri
Memberikan imformasi yang penting mengenai kehamilan
sebelumnyaagar perawat dapat menentukan kemungkinan
masalah pada kehamilansekarang. Riwayat obstetri meliputi:
 Gravida, para abortus, dan anak hidup (GPAH).
 Berat badan bayi waktu lahir dan usia gestasi.
 Pengalaman persalinan, jenis persalinan, tempat
persalinan, dan penolong persalinan.
 Jenis anetesi dan kesulitan persalinan.
 Komplikasi maternal seperti diabetes, hipertensi,
infeksi, dan perdarahan.
 Komplikasi pada bayi.
 Rencana menyusui bayi.
b) Riwayat mensturasi
Riwayat yang lengkap diperlukan untuk menetukan taksiran
persalinan (TP). TP ditentukan berdasarkan hari pertama haid
terakhir (HPHT). Untuk menentukan TP berdasarkan HPHT
dapat digunakan rumus naegle, yaitu hari ditambah tujuh,
bulan dikurangi tiga, tahun disesuaikan.
c) Riwayat Kontrasepsi
Beberapa bentuk kontrasepsi dapat berakibat buruk pada
janin, ibu atau keduanya. Riwayat kontrasepsi yang lengkap
harus didapatkan pada saat kunjungan pertama. Penggunaan
kontrasepsi oral sebelum kelahiran dan berlanjut pada
kehamilan yang tidak diketahui dapat berakibat buruk pada
pembentukan organ seksual pada janin.
d) Riwayat Penyakit dan Operasi
Kondisi kronis seperti diabetes mellitus, hipertensi, dan
penyakit ginjal bisa berefek buruk pada kehamilan. Oleh
karena itu, adanya riwayat infeksi, prosedur operasi, dan
trauma pada persalinan sebelumnya harus didokumentasikan.
3) Pemeriksaan fisik
a) Umum
Pemeriksaan fisik umum meliputi pemeriksaan pada ibu hamil:
 Rambut dan kulit
 Terjadi peningkatan pigmentasi pada areola, putting susu
dan linea nigra.
 Striae atau tanda guratan bisa terjadi di daerah abdomen
dan paha.
 Laju pertumbuhan rambut berkurang.Wajah
 Mata : pucat, konjungtiva tampak anemis
 Hidung
 Gigi dan mulut
 Leher
 Payudara
 Peningkatan pigmentasi areola puting susu
 Bertambahnya ukuran dan noduler
 Jantung dan paru
 Volume darah meningkat
 Penurunan resistensi pembuluh darah sistemik dan
pembulu darah pulmonal.
 Terjadi hiperventilasi selama kehamilan.
 Peningkatan volume tidal, penurunan resistensi jalan
napas.
 Diafragma meningkat.
 Perubahan pernapasan abdomen menjadi pernapasan dada.
 Abdomen
 Menentukan letak janin.
 Menentukan tinggi fundus uteri.
 Vagina
 Peningkatan vaskularisasi yang menimbulkan warna
kebiruan (tanda Chandwick).
 Hipertropi epithelium.
 Sistem musculoskeletal
 Persendian tulang pinggul yang mengendur.
 Gaya berjalan yang canggung.
 Terjadi pemisahan otot rektum abdominalis dinamakan
dengan diastasis rektal.
 Aktifitas
 Kemampuan Motorik
Pengkajian fungsi motorik antara lain pada tangan
kanan dan kiri, kaki kanan dan kiri untuk menilai ada atau
tidaknya kelemahan, kekuatan atau spastis.
 Kemampuan Mobilitas
Pengkajian kemampuan mobilitas dilakukan
dengan tujuan untuk menilai kemampuan gerak ke posisi
miring, duduk, berdiri, bangun, dan berpindah tanpa
bantuan. Kategori tingkat kemampuan aktivitas adalah
sebagai berikut:
Tingkat Aktifitas/ Mobilisasi Kategori
Tingkat 0 Mampu merawat diri sendiri secara penuh.
Tingkat 1 Memerlukan penggunaan alat
Tingkat 2 Memerlukan bantuan atau pengawasan orang lain
Tingkat 3 Memerlukan bantuan, pengawasan orang lain, dan
peralatan
Tingkat 4 Sangat tergantung dan tidak dapat melakukan atau
berpartisipasi dalam perawatan

b) Khusus
 Tinggi fundus uteri.
 Posisi dan persentasi janin.
 Panggul dan janin lahir.
 Denyut jantung janin.
Pemeriksaan DJJ (Denyut Jantung Janin) dilakukan
sebagai acuan untuk mengetahui kesehatan ibu dan
perkembangan janin khususnya denyut jantung janin dalam
rahim. Detak jantung janin normal permenit yaitu 120-160
x/menit. Pemeriksaan denyut jantung janin harus dilakukan
pada ibu hamil. Denyut jantung janin baru dapat didengar pada
usia kehamilan 16 minggu. Gambaran DJJ sebagai berikut:
 Takikardi berat : detak jantung di atas 180
x/menit
 Takikardi ringan : antara 160-180 x/menit
 Normal : antara 120-160 x/menit
 Bradikardi ringan : antara 100-119 x/menit
 Bradikardi sedang : antara 80-100 x/menit
 Bradikardi berat : kurang dari 80 x/menit
Alat-alat yang dapat digunakan sebagai alat dalam pemeriksaan
DJJ adalah sebagai berikut:
 Stetoskop Laennec
Stetoskop yang dirancang khusus untuk dapat mendengarkan
detak jantung janin secara manual oleh pemeriksa yang dapat
digunakan pada usia kehamilan 17-22 minggu. Cara
pemeriksaan menggunakan laennec:
 Baringkan ibu hamil dengan posisi telentang.
 Lakukan pemeriksaan Leopold untuk mencari posisi
punggung janin.
 Letakkan stetoskop pada daerah sekitar punggung
janin.
 Hitung total detak jantung janin.
 Catat hasil dan beritahu hasil pada klien.
USG (Ultrasonografi) adalah suatu alat dalam dunia kedokteran
yang memanfaatkan gelombang ultrasonik, yaitu gelombang
suara yang memiliki frekuensi tinggi (250 kHz-2.000 kHz)
yang kemudian hasilnya ditampilkan dalam layar monitor.
2. Diagnosis Keperawatan
a. Penurunan cardiac out put berhubungan dengan perdarahan dalam
jumlah yang besar.
b. Ansietas yang berhubungan dengan perdarahan kurangnya
pengetahuan mengenai efek perdarahan dan menejemennya. ( Nanda
00146, hal.343)
c. Risiko tinggi cedera (janin) b/d Hipoksia jaringan / organ, profil darah
abnormal, kerusakan system imun.
d. Intoleransi aktifitas b.d tirah baring. (Nanda 00092, hal. 241)
3. Intervensi Keperawatan

Diagnosis
No Tujuan/Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1 Penurunan kardiak Setelah dilakukkanya 1. Kaji dan catat TTV,
output berhubungan tindakan keperawatan 2 X TD serta jumlah
dengan perdarahan 24 jam diharapkan perdarahan.
dalam jumlah yang penurunan kardiak output 2. Bantu pemberian
besar tidak terjadi atau teratasi pelayanan kesehatan
dengan kriteria hasil : atau mulai sarankan
terapi cairan IV atau
1. Volume darah
terapi transfusi darah
intravaskuler dan
sesuai kebutuhan.
kardiak output dapat
diperbaiki sampai
nadi, tekanan darah,
nilai hemodinamik,
serta nilai
laboratorium
menunjukkan tanda
normal
2 Ansietas berhubungan NOC hal. 572. NIC 498, pengurangan
dengan ancaman Setelah dilakukan tindakan kecamasan dengan intervensi
status terkini.. ( keperawatan selama 3 x 24 sebagai berikut : hal. 319
Nanda 00146, diharapkan ansietas klien 1. Gunakan pendekatan
hal.343) dapat berkurang dengan yang tenang dan
kriteria hasil: meyskinkan.
2. Nyatakan dengan jelas
1. Klien dapat harapan terhadap
beristirahat perilaku klien
2. Klien tidak 3. Jelaskan semua
menunjukkan prosedur termasuk
perasaan gelisah. sensasi yang akan
3. Wajah tegang klien dirasakan yang
berkurang. mungkin akan dialami
4. Kesulitan dalam klien selama prosedur.
menyelesaikan 4. Pahami situasi krisis
masalah menjadi yang terjadi dari
ringan. perspektif klien.
5. Klien dapat
mengungkapkan 5. Berikan informasi
rasa cemas secara faktual terkait
lisan menjadi diagnosis, perawatan
ringan. dan prognosis.
6. TTV normal 6. Berada disisi klien
untuk meningkatkan
rasa aman dan
mengurangi ketakutan.
7. Dorong keluarga untuk
mendampingi klien
dengan cara yang
tepat.
8. Dengarkan klien
9. Kuatkan perilaku klien
yang baik secara tepat.
10. Dorong verbalisalisasi
perasaan, persepsi dan
ketakutan
11. Instruksikan klien
untuk menggunakan
teknik relaksasi.
12. Kaji untuk tanda verbal
dan non verbal
kecemasan
13. Observasi TTV

3. Resiko tinggi cedera Kriteria evaluasi : 1. Kaji jumlah darah yang


(janin) b/d hipoksia hilang. Pantau
jaringan/ organ,profil 1. Menunjukkan profil tanda/gejala syok.
darah darah dengan hitung 2. Catat suhu, hitung
abnormal,kerusakan SDP, Hb, dan SDP, dan bau serta
system imun. pemeriksaan warna rabas vagina,
koagulasi DBN dapatkan kultur bila
normal. dibutuhkan.
3. Catat
masukan/haluaran urin.
Catat berat jenis urin.
4. Berikan heparin, bila
diindikasikan
5. Berikan antibiotic
secara parenteral

4. Intoleransi aktifitas NOC hal. 582 Manajemen Energi, NIC 0180


b.d tirah baring. Setelah dilakukan tindakan hal. 177
(Nanda 00092, hal. keperawatan 3x24 jam
241) diharapkan intoleransi 1. Kaji status fisiologis
aktifitas klien dapat teratasi pasien yang
dengan kriteria hasil: menyebabkan
kelelahan sesuai
1. Frekuensi nadi dengan konteks usia
ketika beraktifitas dan perkembangan.
menjadi tidak 2. Anjurkan pasien
terganggu. mengungkapkan
2. Frekuensi perasaan secara verbal
pernapasan ketika mengenai keterbatasan
beraktifitas menjadi yang dialami.
tidak terganggu. 3. Gunakan instrumen
3. Tekanan darah yang valid untuk
diastolik ketika mengukur kelelahan.
beraktifitas menjadi 4. Tentukan jenis dan
sedikit terganggu. banyaknya aktivitas
4. Kekuatan tubuh yang dibutuhkan untuk
bagian atas menjadi menjaga ketahanan.
tidak terganggu. 5. Monitor intake asupan
5. Kekuatan tubuh nutrisi untuk
bagian mengetahui sumber
bawahmenjadi tidak energi yang adekuat.
terganggu. 6. Monitor waktu dan
lama istirahat.
7. Anjurkan tidur siang
bila diperlukan.
8. Bantu pasien untuk
untuk menjadwalkan
periode istirahat.
9. Hindari kegiatan
perawatan selama
jadwal istirahat pasien.
10. Bantu pasien
identifikasi pilihan
aktivitas-aktivitas yang
akan dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai