A. Pengertian
Plasenta previa adalah komplikasi kehamilan di mana plasenta terletak
dibagian bawah rahim, sebagian atau seluruhnya menutupi leher rahim. Hal ini
menyebabkan perdarahan vagina tanpa rasa sakit dan beberapa mengarah ke
perdarahan. Plasenta previa telah diklasifikasikan oleh tingkat perambahan pada os.
servikal internal. Dalam plasenta previa, perdarahan lebih mungkin terjadi selama
trimester ketiga, sebagai konsekuensi dari perkembangan segmen bawah rahim dan
pelebaran leher rahim yang disebabkan oleh kontraksi uterus, pemeriksaan vagina
juga dapat menyebabkan perdarahan antepartum. Faktor risiko untuk pengembangan
plasenta previa termasuk pengiriman sebelum seksio sesarea, terminasi kehamilan,
operasi intrauterine, merokok, kehamilan multifetal, peningkatan paritas, usia ibu dan
peningkatan tingkat seksio caesar. Plasenta previa berhubungan dengan konsekuensi
yang merugikan bagi ibu dan anak, seperti Intra-Uterine Growth Restriction (IUGR),
kelahiran prematur, antenatal dan intra-partum perdarahan, transfusi darah ibu dan
histerektomi darurat.
B. Etiologi
Insidensi plasenta previa meningkat hingga dua kali lipat pada wanita
perokok. Hipoksemia akibat zat karbon monoksida hasil pembakaran rokok
menyebabkan hipertrofi plasenta sebagai upaya kompensasi. Penyebab lainnya antara
lain plasenta yang terlalu besar, misalnya pada kehamilan ganda dan kasus
erotroblastosis fetalis. Kelainan tersebut menyebabkan pertumbuhan plasenta melebar
ke segmen bawah rahim, sehingga dapat menutupi seluruh atau sebagian ostium uteri
internum
C. Gejala Klinis
Gejala klinis yang muncul yaitu:
D. Patofisiologi
a. Tiba-tiba, tanpa rasa sakit pendarahan vagina yang berkisar dari ringan sampai
berat. Darah sering berwarna merah terang. Pendarahan dapat terjadi pada
awal minggu ke-20 kehamilan tetapi yang paling umum selama trimester
ketiga.
b. Gejala persalinan prematur. Satu dari 5 wanita dengan tanda-tanda plasenta
previa juga memiliki kontraksi rahim.
Perdarahan plasenta previa mungkin taper off dan bahkan berhenti untuk
sementara. Tapi itu hampir selalu dimulai lagi hari atau minggu kemudian. Beberapa
wanita dengan plasenta previa tidak memiliki gejala apapun. Dalam kasus ini,
plasenta previa hanya dapat didiagnosis oleh USG dilakukan untuk alasan lain (Kay,
2003).
Apabila janin dalam presentasi kepala, kepalanya akan di dapatkan belum masuk
ke dalam pintu-atas panggul yang mungkin karena plasenta previa sentralis;
mengolak ke samping karena plasenta previa posterior; atau bagian terbawah janin
sukar ditentukan karena plasenta previa anterior. Tidak jarang terjadi kelainan letak,
seperti letak lintang atau letak sungsang (Scearce, 2007).
F. Komplikasi
Plasenta previa bisa berbahaya, baik bagi ibu maupun bagi janin. Pada ibu,
plasenta previa dapat menyebabkan komplikasi berupa:
G. Pencegahan
Penyebab pasti Plasenta Previa belum diketahui saat ini dan belum ada
tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya plasenta previa. Namun
terdapat beberapa kondisi yang menyebabkan ibu hamil yang rentan mengalami
Plasenta Previa seperti:
H. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan plasenta previa menurut Melda (2013) yaitu:
1. Pengkajian
a. Pengumpulan data
1) Anamnesa
a) Identitas klien: Data diri klien meliputi : nama, umur,
pekerjaan, pendidikan, alamat, dan medical record.
b) Keluhan utama: gejala pertama perdarahan pada kehamilan
setelah 28 minggu atau trimester III.
Sifat perdarahan; tanpa sebab, tanpa nyeri, berulang.
Sebab perdarahan; plasenta dan pembuluh darah yang
robek; terbukanya osteum manipulasi intravaginal atau
rektal.
Sedikit banyaknya perdarahan; tergantung besar atau
kecilnya robekan pembuluh darah dan plasenta.
c) Inspeksi
Dapat dilihat perdarahan pervaginam banyak atau
sedikit.
Jika perdarahan lebih banyak; ibu tampak anemia.
d) Palpasi abdomen
Janin sering belum cukup bulan; TFU masih rendah.
Sering dijumpai kesalahan letak.
Bagian terbawah janin belum turun, apabila letak kepala
biasanya kepala masih goyang/floating.
2) Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Obstetri
Memberikan imformasi yang penting mengenai kehamilan
sebelumnyaagar perawat dapat menentukan kemungkinan
masalah pada kehamilansekarang. Riwayat obstetri meliputi:
Gravida, para abortus, dan anak hidup (GPAH).
Berat badan bayi waktu lahir dan usia gestasi.
Pengalaman persalinan, jenis persalinan, tempat
persalinan, dan penolong persalinan.
Jenis anetesi dan kesulitan persalinan.
Komplikasi maternal seperti diabetes, hipertensi,
infeksi, dan perdarahan.
Komplikasi pada bayi.
Rencana menyusui bayi.
b) Riwayat mensturasi
Riwayat yang lengkap diperlukan untuk menetukan taksiran
persalinan (TP). TP ditentukan berdasarkan hari pertama haid
terakhir (HPHT). Untuk menentukan TP berdasarkan HPHT
dapat digunakan rumus naegle, yaitu hari ditambah tujuh,
bulan dikurangi tiga, tahun disesuaikan.
c) Riwayat Kontrasepsi
Beberapa bentuk kontrasepsi dapat berakibat buruk pada
janin, ibu atau keduanya. Riwayat kontrasepsi yang lengkap
harus didapatkan pada saat kunjungan pertama. Penggunaan
kontrasepsi oral sebelum kelahiran dan berlanjut pada
kehamilan yang tidak diketahui dapat berakibat buruk pada
pembentukan organ seksual pada janin.
d) Riwayat Penyakit dan Operasi
Kondisi kronis seperti diabetes mellitus, hipertensi, dan
penyakit ginjal bisa berefek buruk pada kehamilan. Oleh
karena itu, adanya riwayat infeksi, prosedur operasi, dan
trauma pada persalinan sebelumnya harus didokumentasikan.
3) Pemeriksaan fisik
a) Umum
Pemeriksaan fisik umum meliputi pemeriksaan pada ibu hamil:
Rambut dan kulit
Terjadi peningkatan pigmentasi pada areola, putting susu
dan linea nigra.
Striae atau tanda guratan bisa terjadi di daerah abdomen
dan paha.
Laju pertumbuhan rambut berkurang.Wajah
Mata : pucat, konjungtiva tampak anemis
Hidung
Gigi dan mulut
Leher
Payudara
Peningkatan pigmentasi areola puting susu
Bertambahnya ukuran dan noduler
Jantung dan paru
Volume darah meningkat
Penurunan resistensi pembuluh darah sistemik dan
pembulu darah pulmonal.
Terjadi hiperventilasi selama kehamilan.
Peningkatan volume tidal, penurunan resistensi jalan
napas.
Diafragma meningkat.
Perubahan pernapasan abdomen menjadi pernapasan dada.
Abdomen
Menentukan letak janin.
Menentukan tinggi fundus uteri.
Vagina
Peningkatan vaskularisasi yang menimbulkan warna
kebiruan (tanda Chandwick).
Hipertropi epithelium.
Sistem musculoskeletal
Persendian tulang pinggul yang mengendur.
Gaya berjalan yang canggung.
Terjadi pemisahan otot rektum abdominalis dinamakan
dengan diastasis rektal.
Aktifitas
Kemampuan Motorik
Pengkajian fungsi motorik antara lain pada tangan
kanan dan kiri, kaki kanan dan kiri untuk menilai ada atau
tidaknya kelemahan, kekuatan atau spastis.
Kemampuan Mobilitas
Pengkajian kemampuan mobilitas dilakukan
dengan tujuan untuk menilai kemampuan gerak ke posisi
miring, duduk, berdiri, bangun, dan berpindah tanpa
bantuan. Kategori tingkat kemampuan aktivitas adalah
sebagai berikut:
Tingkat Aktifitas/ Mobilisasi Kategori
Tingkat 0 Mampu merawat diri sendiri secara penuh.
Tingkat 1 Memerlukan penggunaan alat
Tingkat 2 Memerlukan bantuan atau pengawasan orang lain
Tingkat 3 Memerlukan bantuan, pengawasan orang lain, dan
peralatan
Tingkat 4 Sangat tergantung dan tidak dapat melakukan atau
berpartisipasi dalam perawatan
b) Khusus
Tinggi fundus uteri.
Posisi dan persentasi janin.
Panggul dan janin lahir.
Denyut jantung janin.
Pemeriksaan DJJ (Denyut Jantung Janin) dilakukan
sebagai acuan untuk mengetahui kesehatan ibu dan
perkembangan janin khususnya denyut jantung janin dalam
rahim. Detak jantung janin normal permenit yaitu 120-160
x/menit. Pemeriksaan denyut jantung janin harus dilakukan
pada ibu hamil. Denyut jantung janin baru dapat didengar pada
usia kehamilan 16 minggu. Gambaran DJJ sebagai berikut:
Takikardi berat : detak jantung di atas 180
x/menit
Takikardi ringan : antara 160-180 x/menit
Normal : antara 120-160 x/menit
Bradikardi ringan : antara 100-119 x/menit
Bradikardi sedang : antara 80-100 x/menit
Bradikardi berat : kurang dari 80 x/menit
Alat-alat yang dapat digunakan sebagai alat dalam pemeriksaan
DJJ adalah sebagai berikut:
Stetoskop Laennec
Stetoskop yang dirancang khusus untuk dapat mendengarkan
detak jantung janin secara manual oleh pemeriksa yang dapat
digunakan pada usia kehamilan 17-22 minggu. Cara
pemeriksaan menggunakan laennec:
Baringkan ibu hamil dengan posisi telentang.
Lakukan pemeriksaan Leopold untuk mencari posisi
punggung janin.
Letakkan stetoskop pada daerah sekitar punggung
janin.
Hitung total detak jantung janin.
Catat hasil dan beritahu hasil pada klien.
USG (Ultrasonografi) adalah suatu alat dalam dunia kedokteran
yang memanfaatkan gelombang ultrasonik, yaitu gelombang
suara yang memiliki frekuensi tinggi (250 kHz-2.000 kHz)
yang kemudian hasilnya ditampilkan dalam layar monitor.
2. Diagnosis Keperawatan
a. Penurunan cardiac out put berhubungan dengan perdarahan dalam
jumlah yang besar.
b. Ansietas yang berhubungan dengan perdarahan kurangnya
pengetahuan mengenai efek perdarahan dan menejemennya. ( Nanda
00146, hal.343)
c. Risiko tinggi cedera (janin) b/d Hipoksia jaringan / organ, profil darah
abnormal, kerusakan system imun.
d. Intoleransi aktifitas b.d tirah baring. (Nanda 00092, hal. 241)
3. Intervensi Keperawatan
Diagnosis
No Tujuan/Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1 Penurunan kardiak Setelah dilakukkanya 1. Kaji dan catat TTV,
output berhubungan tindakan keperawatan 2 X TD serta jumlah
dengan perdarahan 24 jam diharapkan perdarahan.
dalam jumlah yang penurunan kardiak output 2. Bantu pemberian
besar tidak terjadi atau teratasi pelayanan kesehatan
dengan kriteria hasil : atau mulai sarankan
terapi cairan IV atau
1. Volume darah
terapi transfusi darah
intravaskuler dan
sesuai kebutuhan.
kardiak output dapat
diperbaiki sampai
nadi, tekanan darah,
nilai hemodinamik,
serta nilai
laboratorium
menunjukkan tanda
normal
2 Ansietas berhubungan NOC hal. 572. NIC 498, pengurangan
dengan ancaman Setelah dilakukan tindakan kecamasan dengan intervensi
status terkini.. ( keperawatan selama 3 x 24 sebagai berikut : hal. 319
Nanda 00146, diharapkan ansietas klien 1. Gunakan pendekatan
hal.343) dapat berkurang dengan yang tenang dan
kriteria hasil: meyskinkan.
2. Nyatakan dengan jelas
1. Klien dapat harapan terhadap
beristirahat perilaku klien
2. Klien tidak 3. Jelaskan semua
menunjukkan prosedur termasuk
perasaan gelisah. sensasi yang akan
3. Wajah tegang klien dirasakan yang
berkurang. mungkin akan dialami
4. Kesulitan dalam klien selama prosedur.
menyelesaikan 4. Pahami situasi krisis
masalah menjadi yang terjadi dari
ringan. perspektif klien.
5. Klien dapat
mengungkapkan 5. Berikan informasi
rasa cemas secara faktual terkait
lisan menjadi diagnosis, perawatan
ringan. dan prognosis.
6. TTV normal 6. Berada disisi klien
untuk meningkatkan
rasa aman dan
mengurangi ketakutan.
7. Dorong keluarga untuk
mendampingi klien
dengan cara yang
tepat.
8. Dengarkan klien
9. Kuatkan perilaku klien
yang baik secara tepat.
10. Dorong verbalisalisasi
perasaan, persepsi dan
ketakutan
11. Instruksikan klien
untuk menggunakan
teknik relaksasi.
12. Kaji untuk tanda verbal
dan non verbal
kecemasan
13. Observasi TTV