Anda di halaman 1dari 14

AUDIT KEUANGAN NEGARA

RESUME KE-3
HUBUNGAN ANTARA STRUKTUR PENGENDALIAN INTERNAL, RESIKO
PENGENDALIAN DAN PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH

Dosen Pengampu:
Dr. H. M. Rasuli, SE, M.Si, Ak, CA

Disusun oleh:
(KELOMPOK 6; NO. URUT TAMPIL 6)
FIRSKY RIYANDA (1602110146)

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS RIAU
2019
Statement of Authorship

Saya/kami yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa RMK/makalah/tugas


terlampir adalah murni hasil pekerjaan saya/kami sendiri. Tidak ada pekerjaan orang lain yang
saya/kami gunakan tanpa menyebutkan sumbernya.
Materi ini tidak/belum pernah disajikan/digunakan sebagai bahan untuk makalah/tugas
pada mata ajaran lain kecuali saya/kami menyatakan dengan jelas bahwa saya/kami
menggunakannya.
Saya/kami memahami bahwa tugas yang saya/kami kumpulkan ini dapat diperbanyak dan
atau dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme.

Mata kuliah : Audit Keuangan Negara


Judul RMK/Makalah/Tugas : Hubungan Antara Struktur Pengendalian Internal, Resiko
Pengendalian dan Pemeriksaan Atas Laporan Keuangan
Pemerintah Pusat dan Daerah
Tanggal : 16 September 2019
Dosen : Dr. H. M. Rasuli, SE, M.Si, Ak, CA

Nama : Firsky Riyanda


NIM : 1602110146
PEMBAHASAN

Pengendalian intern merupakan upaya yang dilakukan mencakup unsur-unsur pengendalian intern:
lingkungan pengendalian, penilaian risiko, kegiatan pengendalian, informasi dan komunikasi, serta
pemantauan, untuk mengarahkan seluruh kegiatan agar tujuan dari kegiatan dapat dicapai secara efektif,
efisien, dipercayanya informasi dan data, serta ditaatinya peraturan dan ketentuan yang berlaku. Agar
pertanggungjawaban pengelolaan keuangan daerah terlaksana dengan baik, maka SAKD (Sistem Akuntansi
Keuangan Daerah) harus disusun dan dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dengan menerapkan
pengendalian intern secara baik dan efektif pada suatu pemerintahan, maka akan meningkatkan kualitas
akuntabilitas publik dari OPD (Organisasi Perangkat Daerah) tersebut.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dalam Pasal 58 dengan
sangat tepat mengamanatkan kepada Presiden RI selaku Kepala Pemerintahan, agar mengatur dan
menyelenggarakan pengendalian intern di lingkungan pemerintahan secara menyeluruh, untuk
meningkatkan kinerja, transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah / negara.

Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) adalah proses:

 Integral pada tindakan dan kegiatan


 Dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai diselenggarakan secara
menyeluruh di lingkungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
 Untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan
yang:
1. efektif dan efisien
2. keandalan pelaporan keuangan
3. pengamanan aset negara,
4. ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.
Pengawasan Intern adalah seluruh proses

 Kegiatan audit
 Reviu
 Evaluasi
 Pemantauan
 Kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi
 Memberikan keyakinan yang memadai bahwa kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan tolok
ukur yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien untuk kepentingan pimpinan dalam
mewujudkan tata kepemerintahan yang baik.
Organisasi Pengawas:

 Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) adalah aparat pengawasan intern
pemerintah yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden.
 Inspektorat Jenderal adalah aparat pengawasan intern pemerintah yang bertanggung jawab
langsung kepada menteri/pimpinan lembaga.
 Inspektorat Provinsi adalah aparat pengawasan intern pemerintah yang bertanggung jawab
langsung kepada gubernur.
 Inspektorat Kabupaten/Kota adalah aparat pengawasan intern pemerintah yang bertanggung
jawab langsung kepada bupati/walikota.

Tujuan Sistem Pengendalian Intern

Memberikan keyakinan yang memadai bagi tercapainya efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan
penyelenggaraan pemerintahan negara, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan asset negara, dan
ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.

Unsur Sistem Pengendalian Intern Pemerintah

1. lingkungan pengendalian;
2. penilaian risiko;
3. kegiatan pengendalian;
4. informasi dan komunikasi; dan
5. pemantauan pengendalian intern.

1. Unsur SPIP: LINGKUNGAN PENGENDALIAN


PP Nomor 60/2008 mewajibkan Pimpinan Instansi Pemerintah untuk menciptakan dan memelihara
lingkungan pengendalian yang menimbulkan perilaku positif dan kondusif untuk penerapan Sistem
Pengendalian Intern dalam lingkungan kerjanya. Hal ini merupakan komponen yang sangat penting dan
menjadi unsur dasar di dalam SPIP. Kemampuan pimpinan untuk menciptakan dan memelihara lingkungan
kerja yang kondusif akan menjadi motivasi kuat bagi para pegawai untuk memberikan yang terbaik dalam
pelaksanaan pekerjaannya. Sebaliknya, pimpinan yang tidak/kurang kompeten dalam menciptakan
lingkungan yang positif akan berpotensi mempengaruhi pegawai untuk melakukan hal-hal negatif yang
dapat merugikan instansinya. Pimpinan Instansi Pemerintah wajib menciptakan dan memelihara
lingkungan pengendalian yang menimbulkan perilaku positif dan kondusif untuk penerapan Sistem
Pengendalian Intern dalam lingkungan kerjanya, melalui:

a. penegakan integritas dan nilai etika; minimal dilakukan dengan cara:


- menyusun dan menerapkan aturan perilaku;
- memberikan keteladanan;
- menegakkan tindakan disiplin yang tepat atas penyimpangan atau pelanggaran;
- menjelaskan dan mempertanggungjawabkan adanya intervensi atau pengabaian pengendalian
intern;
- menghapus kebijakan atau penugasan yang dapat mendorong perilaku tidak etis.
b. komitmen terhadap kompetensi; minimal dilakukan dengan cara:
- mengidentifikasi dan menetapkan kegiatan untuk menyelesaikan tugas dan fungsi pada
masing-masing posisi;
- menyusun standar kompetensi untuk setiap tugas dan fungsi;
- menyelenggarakan pelatihan dan pembimbingan untuk mempertahankan dan meningkatkan
kompetensi;
- memilih pimpinan memiliki kemampuan manajerial dan pengalaman teknis yang luas
c. kepemimpinan yang kondusif; minimal dilakukan dengan cara:
- mempertimbangkan risiko pengambilan keputusan;
- menerapkan manajemen berbasis kinerja;
- mendukung fungsi tertentu dalam penerapan SPIP;
- melindungi aset dan informasi dari akses dan penggunaan yang tidak sah;
- melakukan interaksi secara intensif dengan pejabat pada tingkatan yang lebih rendah;
- merespon secara positif terhadap pelaporan yang berkaitan dengan keuangan, penganggaran,
program, dan kegiatan.
d. pembentukan struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan; minimal dilakukan dengan cara:
- menyesuaikan dengan ukuran dan sifat kegiatan;
- memberikan kejelasan wewenang dan tanggung jawab;
- memberikan kejelasan hubungan dan jenjang pelaporan intern;
- melaksanakan evaluasi dan penyesuaian periodic terhadap struktur organisasi sehubungan
dengan perubahan lingkungan strategis;
- menetapkan jumlah pegawai yang sesuai.
e. pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat; minimal dilakukan dengan cara:
- wewenang diberikan kepada pegawai yang tepat sesuai dengan tingkat tanggung jawabnya
dalam rangka pencapaian tujuan Instansi Pemerintah;
- pegawai yang diberi wewenang sebagaimana dimaksud dalam huruf a memahami bahwa
wewenang dan tanggung jawab yang diberikan terkait dengan pihak lain dalam Instansi
Pemerintah yang bersangkutan; dan
- pegawai yang diberi wewenang sebagaimana dimaksud dalam huruf b memahami bahwa
pelaksanaan wewenang dan tanggung jawab terkait dengan penerapan SPIP.
f. penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat tentang pembinaan sumber daya manusia;
minimal dilakukan dengan cara:
- penetapan kebijakan dan prosedur sejak rekrutmen sampai dengan pemberhentian pegawai;
- penelusuran latar belakang calon pegawai dalam proses rekrutmen; dan
- supervisi periodik yang memadai terhadap pegawai.
g. perwujudan peran aparat pengawasan intern pemerintah yang efektif;
- memberikan keyakinan yang memadai atas ketaatan, kehematan, efisiensi, dan efektivitas
pencapaian tujuan penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah;
- memberikan peringatan dini dan meningkatkan efektivitas manajemen risiko dalam
penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah; dan
- memelihara dan meningkatkan kualitas tata kelola penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi
Pemerintah.
h. hubungan kerja yang baik antar instansi terkait diwujudkan dengan adanya mekanisme saling uji
antar Instansi Pemerintah terkait.

2. Unsur SPIP: PENILAIAN RISIKO


 Penilaian risiko terdiri atas:

a. identifikasi risiko, minimal dilakukan dengan cara:


- menggunakan metodologi yang sesuai tujuan Instansi Pemerintah dan tujuan pada tingkatan
kegiatan secara komprehensif;
- menggunakan mekanisme yang memadai untuk mengenali risiko dari factor eksternal dan factor
internal; dan
- menilai faktor lain yang dapat meningkatkan risiko.
b. analisis risiko dilaksanakan untuk menentukan dampak dari risiko yang telah diidentifikasi
terhadap pencapaian tujuan Instansi Pemerintah.

 Dalam rangka penilaian risiko pimpinan Instansi Pemerintah dengan berpedoman pada peraturan
perundang- undangan. menetapkan:

a. Tujuan Instansi Pemerintah;


Tujuan Instansi memuat pernyataan dan arahan yang spesifik, terukur, dapat dicapai, realistis, dan
terikat waktu serta wajib dikomunikasikan kepada seluruh pegawai.

Untuk mencapai tujuan Instansi Pemerintah pimpinan Instansi Pemerintah menetapkan:

- strategi operasional yang konsisten


- strategi manajemen terintegrasi dan rencana penilaian risiko.

b. Tujuan pada tingkatan kegiatan,


Penetapan tujuan pada tingkatan kegiatan memperhatikan ketentuan

sebagai berikut:

- berdasarkan pada tujuan dan rencana strategis;


- saling melengkapi, saling menunjang, dan tidak bertentangan satu dengan lainnya;
- relevan dengan seluruh kegiatan utama;
- mengandung unsur kriteria pengukuran;
- didukung sumber daya Instansi Pemerintah yang cukup;
- melibatkan seluruh tingkat pejabat dalam proses penetapannya.

 Pimpinan Instansi Pemerintah menerapkan prinsip kehati-hatian dalam menentukan tingkat risiko yang
dapat diterima.
3. Unsur SPIP: KEGIATAN PENGENDALIAN
Pimpinan Instansi Pemerintah wajib menyelenggarakan kegiatan pengendalian sesuai dengan
ukuran, kompleksitas, dan sifat dari tugas dan fungsi Instansi Pemerintah yang bersangkutan. Minimal
memiliki karakteristik sebagai berikut:

- kegiatan pengendalian diutamakan pada kegiatan pokok;


- kegiatan pengendalian harus dikaitkan dengan proses penilaian risiko;
- kegiatan pengendalian yang dipilih disesuaikan dengan sifat khusus Instansi Pemerintah;
- kebijakan dan prosedur harus ditetapkan secara tertulis;
- prosedur yang telah ditetapkan harus dilaksanakan;
- kegiatan pengendalian dievaluasi secara teratur.

Bentuk-bentuk kegiatan pengendalian:

- reviu atas kinerja Instansi Pemerintah yang dilaksanakan dengan membandingkan kinerja dengan
tolok ukur kinerja yang ditetapkan.
- pembinaan sumber daya manusia; minimal dengan cara:
1. mengkomunikasikan visi, misi, tujuan, nilai, dan strategi instansi kepada pegawai;
2. membuat strategi perencanaan dan pembinaan sumber daya manusia yang mendukung
pencapaian visi dan misi; dan
3. membuat uraian jabatan, prosedur rekrutmen, program pendidikan dan pelatihan pegawai,
sistem kompensasi, program kesejahteraan dan fasilitas pegawai, ketentuan disiplin
pegawai, sistem penilaian kinerja, serta rencana pengembangan karir.
- pengendalian atas pengelolaan sistem informasi yang dilakukan untuk memastikan akurasi dan
kelengkapan informasi. Kegiatan pengendalian atas pengelolaan system informasi meliputi:
a. pengendalian umum;
 pengamanan sistem informasi;
 pengendalian atas akses;
 pengendalian atas pengembangan dan perubahan perangkat lunak aplikasi;
 pengendalian atas perangkat lunak sistem;
 pemisahan tugas; dan
 kontinuitas pelayanan.
b. pengendalian aplikasi:
 pengendalian otorisasi;
 pengendalian kelengkapan;
 pengendalian akurasi; dan
 pengendalian terhadap keandalan pemrosesan dan file data.
- pengendalian fisik atas aset; pimpinan Instansi Pemerintah wajib menetapkan,
mengimplementasikan, dan mengkomunikasikan kepada seluruh pegawai:
 rencana identifikasi, kebijakan, dan prosedur pengamanan fisik
 rencana pemulihan setelah bencana.
- penetapan dan reviu atas indikator dan ukuran kinerja;
 menetapkan ukuran dan indikator kinerja;
 mereviu dan melakukan validasi secara periodic atas ketetapan dan keandalan ukuran
dan indikator kinerja;
 mengevaluasi faktor penilaian pengukuran kinerja; dan
 membandingkan secara terus-menerus data capaian kinerja dengan sasaran yang
ditetapkan dan selisihnya dianalisis lebih lanjut.
- pemisahan fungsi; pimpinan Instansi Pemerintah harus menjamin bahwa seluruh aspek utama
transaksi atau kejadian tidak dikendalikan oleh 1 orang.
- otorisasi atas transaksi dan kejadian yang penting; pimpinan Instansi Pemerintah wajib
menetapkan dan mengkomunikasikan syarat dan ketentuan otorisasi kepada seluruh pegawai.
- pencatatan yang akurat dan tepat waktu atas transaksi dan kejadian; pimpinan Instansi
Pemerintah perlu mempertimbangkan:
 transaksi dan kejadian diklasifikasikan dengan tepat dan dicatat segera
 klasifikasi dan pencatatan yang tepat dilaksanakan dalam seluruh siklus transaksi atau
kejadian.
- pembatasan akses atas sumber daya dan pencatatannya; pimpinan Instansi Pemerintah
memberikan akses hanya kepada pegawai yang berwenang dan melakukan reviu atas pembatasan
tersebut secara berkala.
- akuntabilitas terhadap sumber daya dan pencatatannya; pimpinan Instansi Pemerintah
menugaskan pegawai yang bertanggung jawab terhadap penyimpanan sumber daya dan
pencatatannya serta melakukan reviu atas penugasan tersebut secara berkala.
- dokumentasi yang baik atas Sistem Pengendalian Intern serta transaksi dan kejadian penting;
pimpinan Instansi Pemerintah wajib memiliki, mengelola, memelihara, dan secara berkala
memutakhirkan dokumentasi yang mencakup seluruh Sistem Pengendalian Intern serta transaksi
dan kejadian penting.
4. Unsur SPIP: INFORMASI DAN KOMUNIKASI
Untuk menyelenggarakan komunikasi yang efektif, pimpinan Instansi Pemerintah harus sekurang-
kurangnya:

a. menyediakan dan memanfaatkan berbagai bentuk dan sarana komunikasi


b. mengelola, mengembangkan, dan memperbarui sistem informasi secara terus menerus.

5. Unsur SPIP: PEMANTAUAN


Pemantauan Sistem Pengendalian Intern dilaksanakan melalui:

1. pemantauan berkelanjutan; melalui:


a. pengelolaan rutin d. supervisi

b. pembandingan e. rekonsiliasi

c. tindakan lain yang terkait dalam pelaksanaan tugas.

2. evaluasi terpisah
 Dilaksanakan melalui penilaian sendiri, reviu, dan pengujian efektivitas Sistem Pengendalian
Intern.
 Evaluasi terpisah dapat dilakukan oleh aparat pengawasan intern pemerintah atau pihak
eksternal pemerintah.
 Evaluasi terpisah dapat dilakukan dengan menggunakan daftar uji pengendalian intern
3. tindak lanjut rekomendasi hasil audit dan reviu lainnya; diselesaikan dan dilaksanakan sesuai
dengan mekanisme penyelesaian rekomendasi hasil audit dan reviu lainnya yang ditetapkan.

A. PENGUATAN EFEKTIVITAS PENYELENGGARAAN SPIP

Menteri/pimpinan lembaga, gubernur, dan bupati/walikota bertanggung jawab atas efektivitas


penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern di lingkungan masing-masing. Untuk memperkuat dan
menunjang efektivitas penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern dilakukan pengawasan intern dan
pembinaan penyelenggaraan Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP).

Pengawasan Intern adalah seluruh proses kegiatan audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan
pengawasan lain terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi dalam rangka memberikan
keyakinan yang memadai bahwa kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan tolok ukur yang telah
ditetapkan secara efektif dan efisien untuk kepentingan pimpinan dalam mewujudkan tata kepemerintahan
yang baik.

Pengawasan intern merupakan salah satu bagian dari kegiatan pengendalian intern yang berfungsi
melakukan penilaian independen atas pelaksanaan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah. Lingkup
pengaturan pengawasan intern mencakup kelembagaan, lingkup tugas, kompetensi sumber daya manusia,
kode etik, standar audit, pelaporan, dan telaahan sejawat.

Sistem Pengendalian Intern dilakukan:

1. Pengawasan intern atas penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah termasuk
akuntabilitas keuangan negara

Aparat pengawasan intern pemerintah melakukan pengawasan intern melalui:

a. audit (kinerja dan tujuan tertentu);

b. reviu;

c. evaluasi;

d. pemantauan;

e. kegiatan pengawasan lainnya.

Aparat pengawasan intern pemerintah terdiri atas:

a. BPKP; melakukan pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan negara atas kegiatan tertentu
yang meliputi:
 kegiatan yang bersifat lintas sektoral;
 kegiatan kebendaharaan umum Negara berdasarkan penetapan oleh Menteri Keuangan selaku
Bendahara Umum Negara (Menteri Keuangan melakukan koordinasi kegiatan yang terkait dengan
Instansi Pemerintah lainnya)
 kegiatan lain berdasarkan penugasan dari Presiden.
b. Inspektorat Jenderal atau nama lain yang secara fungsional melaksanakan pengawasan intern;
melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan dalam rangka penyelenggaraan tugas dan fungsi
kementerian negara/lembaga yang didanai dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
c. Inspektorat Provinsi; melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan dalam rangka penyelenggaraan
tugas dan fungsi satuan kerja perangkat daerah provinsi yang didanai dengan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah provinsi.
d. Inspektorat Kabupaten/Kota; melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan dalam rangka
penyelenggaraan tugas dan fungsi satuan kerja perangkat daerah kabupaten/kota yang didanai dengan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah kabupaten/kota.

Aparat Pengawasan Intern Pemerintah

1. Dilakukan oleh pejabat yang mempunyai tugas melaksanakan pengawasan dan yang telah
memenuhi syarat kompetensi keahlian sebagai auditor (melalui keikutsertaan dan kelulusan
program sertifikasi)
2. Untuk menjaga perilaku pejabat disusun kode etik
3. aparat pengawasan intern pemerintah dan wajib ditaati oleh semua pejabat.
4. Kode etik disusun oleh organisasi profesi auditor dengan mengacu pada pedoman yang ditetapkan
pemerintah.
5. Untuk menjaga mutu hasil audit yang dilaksanakan aparat pengawasan intern pemerintah, disusun
standar audit. Dan setiap wajib melaksanakan audit sesuai dengan standar audit
6. Standar audit disusun oleh organisasi profesi auditor dengan mengacu pada pedoman yang
ditetapkan oleh pemerintah.
7. Setelah melaksanakan tugas pengawasan, aparat pengawasan intern pemerintah wajib membuat
laporan hasil pengawasan dan menyampaikannya kepada pimpinan Instansi Pemerintah yang
diawasi.
8. Dalam hal BPKP melaksanakan pengawasan atas kegiatan kebendaharaan umum Negara laporan
hasil pengawasan disampaikan kepada Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara dan
kepada pimpinan Instansi Pemerintah yang diawasi.
9. Secara berkala, BPKP menyusun dan menyampaikan ikhtisar laporan hasil pengawasan kepada
Presiden dengan tembusan kepada Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara.
10. Secara berkala, berdasarkan laporan hasil pengawasan Inspektorat Jenderal atau, Inspektorat
Provinsi, dan Inspektorat Kabupaten/Kota menyusun dan menyampaikan ikhtisar laporan hasil
pengawasan kepada menteri/pimpinan lembaga, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan
kewenangan dan tanggung jawabnya dengan tembusan kepada Menteri Negara Pendayagunaan
Aparatur Negara.
11. BPKP, Insepktorat Jendral/Inspektorat Kota/Inspektorat Provinsi melakukan reviu atas laporan
keuangan sebelum disampaikan ke Menteri/Pimpinan
Lembaga/Gubernur/Walikota/Bupati/Bendahara Umum Negara/Presiden
12. Untuk menjaga mutu hasil audit aparat pengawasan intern pemerintah, secara berkala dilaksanakan
telaahan sejawat.
13. Pedoman telaahan sejawat disusun oleh organisasi profesi auditor.
14. Aparat pengawasan intern pemerintah dalam melaksanakan tugasnya harus independen dan
obyektif.

2. Pembinaan penyelenggaraan SPIP

Pembinaan penyelenggaraan SPIP diselenggarakan oleh BPKP dan meliputi:

a. penyusunan pedoman teknis penyelenggaraan SPIP;


b. sosialisasi SPIP;
c. pendidikan dan pelatihan SPIP;
d. pembimbingan dan konsultansi SPIP; dan
e. peningkatan kompetensi auditor aparat pengawasan intern pemerintah.
DAFTAR PUSTAKA

1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara


2. https://www.academia.edu

Anda mungkin juga menyukai