Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
kehendak-Nya laporan yang berjudul “Potensiometri” ini dapat terselesaikan
tepat pada waktunya.
Penulisan laporan ini bertujuan untuk pembuatan tugas penulisan laporan
pemicu1 mata kuliah Kimia Analitik Semester Pendek. Selain itu, tujuan penulis
dalam penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui konsep potensiometri
beserta aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam penyelesaian laporan ini, penulis banyak mengalami kesulitan,
terutama disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan. Namun, berkat
bimbingan dari berbagai pihak, laporan ini dapat terselesaikan walaupun masih
banyak kekurangannya.
Sebagai mahasiswa yang pengetahuannya belum seberapa dan masih perlu
banyak belajar dalam penulisan laporan, penulis menyadari bahwa makalah ini
masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan adanya kritik dan saran yang positif agar laporan ini dapat
menjadi lebih baik dan berdaya guna di masa yang akan datang.
Penulis berharap laporan yang sederhana ini dapat menambah pengetahuan
pembaca mengenai potensiometri beserta penerapannya dalam kehidupan sehari-
hari, serta bermanfaat bagi rekan mahasiswa dan semua kalangan masyarakat.

gorontalo, 19 oktober 2019

Tim Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

Potensiometri merupakan salah satu metode analisis elektrokimiawi untuk


menentukan konsentrasi larutan analit yang menggunakan reaksi reduksi-oksidasi
dan persamaan Nerst sebagai prinsip dasarnya. Analisis potensiometrik ini
seringkali dipakai dalam kehidupan sehari-hari disebabkan oleh beberapa
kelebihannya jika dibandingkan dengan metode analisis elektrokimiawi lainnya.
Kelebihan dari analisis potensiometrik ini adalah ekonomis (membutuhkan biaya
yang kecil disebabkan harga-harga komponen penyusunnya yang relatif murah),
kompak, kuat, dan tahan lama, mudah dirangkai, tidak merusak dan
mempengaruhi komposisi larutan analit yang ingin diuji, mudah dipantau dan
diamati, dan bersifat stabil pada berbagai tingkatan konsentrasi analit. Meskipun
begitu, analisis potensiometrik ini cenderung memiliki kekurangan dalam hal
akurasi dan presisinya dikarenakan adanya potensial sambungan cair yang
muncul di antara pertemuan larutan elektroda acuan dan larutan analit yang
berkontribusi juga pada potensial sel yang terukur pada voltmeter.
Komponen sel potensiometri bersifat sederhana yaitu terdiri dari
sebuah elektroda acuan, elektroda indikator, rangkaian jembatan garam, dan
pengukur tegangan (voltmeter). Elektroda acuan merupakan elektroda yang telah
diketahui potensialnya secara pasti dan potensialnya bernilai konstan pada
temperatur konstan selama pengukuran berlangsung. Nilai potensial dari
elektroda ini juga tidak tergantung pada komposisi dari larutan uji. Elektroda
acuan dapat berupa elektroda hidrogen standar (standard hydrogen electrode),
elektroda kalomel jenuh (saturated calomel electrode), dan elektroda perak-perak
klorida. Sementara itu, elektroda indikator merupakan elektroda yang
potensialnya merespons perubahan aktivitas dalam larutan uji. Elektroda
indikator dapat berupa elektroda membran, elektroda inert, maupun elektroda

1
logam. Rangkaian jembatan garam yang terdapat dalam sel potensiometri
berfungsi mencegah tercampurnya komponen dari larutan uji dengan elektroda
acuan. Jembatan garam ini juga berperan dalam meminimalisasi besarnya nilai
potensial sambungan cair yang terukur di voltmeter.
Dalam melaksanakan analisis potensiometrik, terdapat 4 metode yang
mungkin dipilih yaitu potensiometri langsung (direct potentiometry), titrasi
potensiometri, standard addition, dan sample addition. Masing-masing metode
memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Oleh sebab itu dalam
memeilih metode mana yang akan digunakan perlu dipertimbagkan metode yang
akan memaksimalkan kelebihan dan meminimalkan kekurangan pada situasi dan
kondisi pengukuran.
Potensiometri dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari baik
dalam kimia teoritis maupun praktikal. Penerapan secara teoritis dari
potensiometri yaitu penentuan tetapan kesetimbangan termodinamika seperti Ka,
Kb, dan Ksp. Sementara itu penerapan secara praktikal yaitu pembuatan pH
meter, penentuan kadar polutan dalam lingkungan, dan pemeriksaan pH produk
industri.

2
BAB II

ISI

1. Menurut Anda mengapa pada umumnya wanita rentan terkena anemia ?


Bagaimana proses menurunnya kadar zat besi dalam darah sehingga orang bisa
terkena anemia ? Apakah anemia ini dapat diatasi dengan mengkonsumsi
suplemen ?
Jawab:
Berdasarkan bahasa aslinya yaitu bahasa Yunani, anemia berarti tanpa
darah. Anemia merupakan penyakit yang ditandai dengan turunnya kadar sel
darah merah (eritrosit) atau hemoglobin dalam darah manusia. Hemoglobin
merupakan komponen utama dalam sel darah merah dan memiliki fungsi penting
sebagai pengangkut oksigen ke seluruh tubuh. Pada penderita anemia, jumlah sel
darah merah kurang dari normal sehingga darah kehilangan kemampuan
optimalnya untuk mengangkut oksigen ke seluruh tubuh padahal oksigen
merupakan salah satu komponen utama yang diperlukan oleh sel tubuh untuk
melakukan reaksi metabolisme agar tetap bertahan hidup. Kadar Hb normal pada
wanita adalah 12-14 gram/dL, sedangkan pada pria adalah sekitar 14-16
gram/dL. Hemoglobin tersusun atas zat besi, asam folat, dan vitamin B12
(sianokobalamin). Kurangnya salah satu unsur penyusun di atas dapat
menyebabkan terjadinya anemia. Meskipun begitu, pada umumnya anemia
terjadi akibat kurangnya zat besi.
Proses penyerapan zat besi yang normal dijelaskan dalam gambar 1
berikut.

3
Gambar 1. Penyerapan Zat Besi
(sumber: sickle.bwh.harvard.edu)

Besi memasuki lambung dari kerongkongan. Besi teroksidasi menjadi


bentuk Fe3+ tidak peduli bentuk aslinya ketika besi itu masuk lewat mulut.
Keasaman lambung serta agen pelarut seperti askorbat mencegah pengendapan
Fe3+. Sel mukosa usus di duodenum dan jejunum bagian atas menyerap zat besi.
Besi bereaksi dengan transferin (Tf) yang menyebarkan zat besi ke sel-sel tubuh.
Phytates, tanin dan antasida memblok penyerapan zat besi.
Beberapa faktor yang mungkin mempengaruhi terjadinya anemia yaitu
umur, jenis kelamin, dan kondisi fisiologis tubuh. Frekuensi terjadinya anemia
pada wanita jauh lebih tinggi dibandingkan pada pria. Hal ini disebabkan oleh
beberapa hal berikut:
1. Kebiasaan diet. Pada umumnya, untuk mencegah obesitas dan
timbunan lemak dalam tubuh, wanita cenderung memutuskan menjadi vegetarian
sejak usia dini, dan melakukan diet. Dengan menjadi vegetarian dan melakukan
diet tersebut, wanita menolak untuk mengkonsumsi daging yang sebenarnya
mengandung zat besi dalam jumlah besar. Selain itu, fakta membuktikan bahwa
zat besi yang berasal dari sumber hewani jauh lebih mudah diserap oleh tubuh
jika dibandingkan dengan zat besi yang berasal dari sumber nabati. Penyerapan
Fe sumber nabati hanya 1-2%, sementara penyerapan Fe dari sumber hewani

4
dapat mencapai 10-20%.
2. Usia reproduktif wanita yaitu saat menstruasi setiap bulan, saat mengandung,
melahirkan dan menyusui. Selama menstruasi setiap bulannya dan selama proses
melahirkan, wanita kehilangan darah dari dalam tubuh dalam jumlahyang cukup
besar. Sementara itu, selama mengandung dan menyusui, tubuh wanita
sebenarnya membutuhkan asupan zat besi dalam jumlah yang lebih besar, namun
terkadang kebutuhan ini tak terpenuhi, sehingga timbulah anemia. Kehamilan
membuat tubuh wanita perlu meningkatkan produksi plasma dan sel darah merah
50% lebih banyak, karena janin dan plasenta memerlukan suplai zat besi.
Meskipun begitu, seringkali produksi plasma tidak disertai juga dengan
pembentukansel darah merah akibat kurangnya asupan zat besi. Konsentrasi
zat besi paling rendah terjadi pada minggu ke-25 hingga 30.
Proses menurunnya kadar zat besi dalam darah disebabkan oleh
kurangnya asupan nutrisi yang mengandung zat besi atau kurangnya kemampuan
tubuh untuk mengabsorpsi zat besi. Defisiensi zat besi dalam tubuh terjadi dalam
tiga tahap yaitu: Berkurangnya zat besi dapat dideteksi dengan berkurangnya
kadar feritrin dan plasma darah. Dengan habisnya simpanan zat besi, trensferin
akan menurun sedangkan protoporfirin sebagai bentuk awal hemoglobin akan
meningkat. Terjadinya anemia akibat defisiensi zat besi, terjadi dalam beberapa
stadium yaitu:
Stadium 1 : Kekurangan zat besi sehingga tubuh terpaksa menggunakan
cadangan zat besi yang terdapat dalam tubuh terutama yang terdapat dalam
sumsum tulang. Kadar feritrin (protein yang menampung zat besi dalam darah)
berkurang secara progresif.
Stadium 2 : Cadangan zat besi yang berkurang tidak dapat memenuhi kebutuhan
bahan baku pembentuk sel darah merah sehingga sel darah merah yang
dihasilkan jumlahnya lebih sedikit.
Stadium 3 : Pada stadium ini, anemia mulai terjadi. Sel darah merah tampak
normal, namun jumlahnya sedikit. Kadar hemoglobin dan hematokrit menurun.

5
Stadium 4 : Sumsum tulang berusaha untuk menggantikan kekurangan zat besi
dengan mempercepat pembelahan sel dan menghasilkan sel darah merah dalam
ukuran yang sangat kecil (mikrositik).
Stadium 5 : Gejala anemia akibat defisiensi zat besi semakin memburuk.
Anemia dapat diatasi dengan mengonsumsi suplemen. Suplemen yang
dikomsumsi harus mengandung beberapa unsur penting berikut ini.
 Ferous Gluconate, Manganese Sulphate, dan Copper Sulfate : zat pembentuk
sel darah merah yang cepat.
 Vitamin C : meningkatkan penyerapan zat besi di dalam tubuh.
 Vitamin B12 dan Asam Folat : berperan penting dalam pembentukan sel-sel
darah merah.
 Asam folat : baik untuk perkembangan janin dalam kandungan.
 Sorbitol yang bermanfaat untuk: meningkatkan absorbsi zat besi dan vitamin
B12, mencegah susah BAB (buang air besar) yang umumnya terjadi pada
suplementasi zat besi,
2. Laboratorium di tempat Anda memiliki sebuah pH meter/volt meter, titrator, dan
sebuah elektroda standar kalomel jenuh beserta elektroda indikator untuk analisis
zat besi. Dapatkah Anda menjelaskan usulan tentang metoda analisis
elektrokimiawi untuk membuktikan dugaan bahwa pasien anemia biasanya
memiliki kandungan zat besi yang rendah. Bagaimana Anda menjelaskan kepada
anggota tim yang lain, bahwa zat besi dapat dianalisis dengan teknik analisis
tersebut. Apa alasan Anda memilih teknik analisis ini dibandingkan teknik lain
untuk menganalisis darah atau serum ?

6
Jawab:
Berdasarkan peralatan yang tersedia, kami memilih sample addition
method diantara 3 metode analisis elektrokimiawi (potensiometri langsung,
sample addition method, standard addition method). Langkah – langkah yang
akan dilakukan untuk mengetahui kandungan zat besi dengan sample addition
method adalah :
1. Preparasi Larutan Sampel dan Larutan Standar
Larutan sampel yaitu berupa darah yang akan diuji kandungan zat besinya
dipersiapkan dalam jumlah yang cukup. Kemudian larutan standar yang telah
diketahui konsentrasinya juga dipersiapkan dalam jumlah yang jauh lebih
banyak daripada larutan sampel.
2. Menyiapkan Peralatan
Peralatan yang dipergunakan adalah voltmeter, elektrode acuan kalomel
jenuh, dan elektroda indikator untuk analisis zat besi. Elektroda acuan
dihubungkan dengan kutub negatif voltmeter dan elektoda sensitif zat besi
ditempatkan pada kutub positif voltmeter. Larutan standar dimasukkan ke
dalam wadah setelah dilakukan pengukuran volum.
3. Pengukuran Potensial Sel
Pengukuran dilakukan setelah beberapa waktu larutan standar dimasukkan ke
dalam wadah. Pengukuran untuk kedua kalinya dilakukan setelah pada larutan
standar yang sama ditambahkan dengan larutan sampel dalam jumlah yang
lebih sedikit.
4. Menentukan Konsentrasi Ion Besi dalam Sampel
Setelah dilakukan empat langkah di atas, didapatkan potensial sel sebelum
dan setelah penambahan sampel. Sebelum penambahan sampel, nilai potensial
sel, E1, adalah :
0.0592
𝐸1 = 𝐾 ′ + Slog CS dengan 𝑆 = = 0.0592 (1)
n

dengan n = 1 untuk ion natrium, K’ adalah konstanta, dan CS adalah

7
konsentrasi larutan standar yang digunakan, serta volume larutan standar, VS.
Setelah diberi sampel sebanyak VU dengan konsentrasi yang tidak diketahui,
CU, potensial sel campuran, E2, menjadi :
VS CS +VU CU
𝐸2 = 𝐾 ′ + Slog C2 = 𝐾 ′ + Slog (2)
VS +VU

karena berlaku persamaan :


VS CS +VU CU
𝐶2 = (3)
VS +VU

Pengurangan Persamaan (2) dan (1) menghasilkan Persamaan (4)


𝐸2 −𝐸1
VU CU
(VS + VU ). 10 𝑆 = VS + (4)
CS

dan konsentrasi sampel, CU, dapat ditentukan dengan persamaan berikut :


𝐸2 −𝐸1
(VS +VU ).10 𝑆 −VS )CS

CU = (5)
VU

Alasan Pemilihan Metode Sample Addition


Metode sample addition dipilih karena memiliki berbagai kelebihan
dibandingkan dengan metode lain dan adanya beberapa kekurangan dari
metode lain. Berikut akan diuraikan secara mendetil alasan pemilihan metode
analisis ini.
a. Kelemahan Metode Potensiometri Langsung
Dua kelemahan mendasar dari metode potensiometri langsung adalah:
Kesalahan dalam Proses Kalibrasi
Seperti yang telah diketahui, nilai potensial sel yang mengandung
kation Xn+ atau anion An- dituliskan sebagai berikut:
0.0592 −(𝐸𝑠𝑒𝑙 −𝐾)
𝐸𝑠𝑒𝑙 = 𝐾 − pX atau pX = − log 𝑎𝑥 = (6)
n 0.0592/𝑛
0.0592 𝑠𝑒𝑙 (𝐸 −𝐾)
𝐸𝑠𝑒𝑙 = 𝐾 + pA atau pA = − log 𝑎𝐴 = 0.0592/𝑛 (7)
n

Dalam proses kalibrasi penentuan nilai K dengan menggunakan larutan


standar yang diketahui konsentrasi ionnya, nilai K dianggap konstan untuk
penentuan konsentrasi ion yang dianalisis. Pada kenyataannya, nilai K tidak

8
dapat dianggap konstan. Hal ini dikarenakan nilai K merupakan gabungan
berbagai macam konstanta termasuk Ej. Ketika larutan standar diganti dengan
larutan yang akan diukur konsentrasinya, nilai Ej sedikit berubah dan
meyebabkan error pada perhitungan. Perubahan nilai Ej menjadi signifikan
karena isi sel diubah dari larutan standar menjadi larutan sampel yang
memiliki efek berbeda pada elektroda dan sel secara keseluruhan. Besarnya
kesalahan ini dapat dihitung dengan melakukan diferensiasi Persamaan (6) :
𝑑𝑎1 𝑑𝑎1 𝑑𝐾 𝑑𝑎1 𝑛𝑑𝐾
− log 𝑒 = − 0.434 = 0.0592/𝑛 sehingga = 0.0257 =
𝑎1 𝑎1 𝑎1

38.9𝑛𝑑𝐾
sehingga kesalahan relatif akibat kesalahan kalibrasi adalah:
𝑑𝑎1 𝑛𝑑𝐾
Kesalahan Relatif = × 100% = 0.0257 × 100% = 38.9𝑛𝑑𝐾 ×
𝑎1

100% (8)
Kesalahan dalam Hubungan Konsentrasi dan Esel
Dalam metode potensiometri langsung, nilai K didapatkan dengan
memasukkan konsentrasi ion pada larutan standar pada Persamaan (6) atau
(7). Persamaan ini menunjukkan bahwa nilai pX dan pA berbanding lurus
dengan aktifitas ion Xn+ dan ion An-, bukan dengan konsentrasi. Karena pada
metode potensiometri langsung nilai pX dan pA dihubungkan dengan
konsentrasinya, hubungan antara pX dan pA dengan Esel tidak linear. Hal ini
dapat dilihat pada Gambar 1, di mana untuk ion Ca2+, hubungan antara
potensial sel dan aktifitas adalah linear dengan kemiringan 29.58 mV,
sedangkan hubungan hubungan potensial sel dan konsentrasi tidak linear.

9
Grafik 1: Hubungan Konsentrasi dan Potensial Sel dan Aktifitas dan Potensial Sel Ion Ca 2+
(Sumber: Skoog, Douglas A., dkk. Fundamentals of Analytical Chemistry, 8th Edition)
Ketidakadaan Larutan Total Ionic Strength Adjustment Buffer (TISAB)
Larutan TISAB berfungsi untuk mengurangi salah satu kesalahan pada
metode potensiometri langsung. Larutan ini menyamakan kekuaran ion
larutan standar dan larutan sampel dan akhirnya membenarkan hubungan
lurus antara logaritma konsentrasi ion dan potensial selnya. Sayangnya,
larutan ini tidak tersedia di dalam laboratorium dan tidak dapat dilakukan cara
ini.
b. Kelemahan Metode Standard Addition
Untuk pengujian zat besi, metode standard addition tidak dapat
dilakukan, khususnya metode ini membutuhkan jumlah sampel yang besar
padahal pengambilan sampel darah umumnya hanya menghasilkan sampel
dengan jumlah terbatas.
c. Keunggulan Metode Sample Addition
Dibandingkan metode-metode yang ada, metode sample addition paling
cocok untuk pengujian konsentrasi ion natrium karena:
a. Hanya membutuhkan jumlah sampel yang sedikit. Hal ini cocok dengan
sampel darah yang umumnya terbatas.
b. Tidak dilakukan penyucian elektroda. Penggantian elektroda untuk
mengukur potensial sel pada larutan standar dan sampel menghasilkan
kesalahan kalibrasi yang akhirnya menyebabkan nilai Ej tidak konstan. Hal
ini dapat diminimalkan dengan menggunakan metode sample addition
yang tidak mengganti larutan yang dianalisis (tetapi hanya ditambahkan)
sehingga nilai Ej dan K relative konstan.
c. Memungkinkan dilakukannya multiple sample addition. Karena sampel
yang digunakan sedikit, dapat dilakukan pengukuran potensial sel untuk

10
lebih sari satu kali penambahan sampel. Hal ini akan memberikan hasil
yang lebih baik dan valid.
d. Memungkinkan analisis lain untuk sampel. Karena sampel yang
digunakan sedikit, darah dapat digunakan kembali untuk analisis lain,
misalnya analisis kandungan ion fluorin, karbon dioksida, dan sebagainya.
3. Bagaimana Anda menjelaskan rancangan analisis ion besi dengan metode
potensiometri langsung? Lengkapi dengan informasi yang cukup jelas baik dari
segi instrumentasi maupun prinsip dasar teoritis tentang metode analisis ini.
Jawab:
Metode Potensiometri Langsung beradasarkan pada adanya perbedaan
potensial yang terjadi saat suatu elektroda indikator dicelupkan ke dalam larutan
uji dan saat elektroda indikator dicelupkan ke dalam larutan standar. Berdasarkan
persamaan Nerst dan data hasil pengukuran kedua potensial tersebut makan dapat
ditentukan aktivitas atau konsentrasi spesi kimia dalam larutan uji. Dibandingkan
metode analisis potensiometri lainnya, metode analisis potensiometri langsung
ini memiliki kelebihan yaitu pemberian perlakuannya tak merusak komposisi
larutan uji. Meskipun begitu, terkadang metode ini sulit untuk diberlakukan
sebab sangat sulit mendapatkan potensial stabil dari pengukuran dengan
voltmeter.
Untuk melakukan metode analisis potensiometri langsung ini diperlukan
elektroda standar (acuan), elektroda indikator (pembanding), dan voltmeter.
 Elektroda acuan merupakan elektroda yang telah diketahui potensialnya
secara pasti dan potensialnya bernilai konstan pada temperatur konstan selama
pengukuran berlangsung. Nilai potensial dari elektroda ini juga tidak
tergantung pada komposisi dari larutan uji. Elektroda acuan dapat berupa
elektroda hidrogen standar (standard hydrogen electrode), elektroda kalomel
jenuh (saturated calomel electrode), dan elektroda perak-perak klorida.
 Elektroda indikator merupakan elektroda yang potensialnya merespons

11
perubahan aktivitas dalam larutan uji. Elektroda indikator dapat berupa
elektroda membran, elektroda inert, maupun elektroda logam.
 Voltmeter merupakan alat ukur potensial listrik.
Untuk rancangan analisis ion besi dengan metode potensiometri langsung
ini, pertama-tama kita harus menentukan senyawa besi yang terdapat dalam
tubuh manusia. Besi yang terdapat dalam tubuh menusia bukanlah besi berupa
logam murni tetapi besi yang telah mengion. Ion besi yang dapat dimanfaatkan
dalam tubuh adalah Fe2+ (ferro) sementara ion Fe3+ (ferri) bersifat toksik bagi
tubuh manusia. Kemudian, kita harus memahami bahwa dalam sampel darah
manusia tidak hanya terdapat ion besi tetapi juga terdapat ion-ion lainnya sebab
darah manusia merupakan larutan yang sangat kompleks. Selain itu, darah
sebagai larutan yang mau kita uji hanya dapat diambil dalam jumlah kecil.
Berdasarkan fakta-fakta tersebut, dapat ditentukan instrumen-instrumen yang
sesuai untuk melakukan metode potensiometri langsung ini. Untuk elektroda
referensi, dapat digunakan tiga jenis elektroda yang telah disebutkan, namun
disesuaikan lagi dengan kebutuhan. Untuk skala laboratorium dan jumlah sampel
yang sedikit, elektroda hidrogen standar sebaiknya tidak digunakan dikarenakan
elektroda ini membutuhkan tangki gas yang berat, bertekanan dan kaku untuk
beropersi, kemungkinan terbentuknya senyawa yang mudah meledak dalam
proses pemakaian. Hal ini menyebabkan elektroda hidrogen standar tidak sesuai
untuk digunakan sebagai instrumen analisis sampel darah.
Elektroda kalomel dan elektroda perak-perak klorida merupakan elektroda
yang umum digunakan untuk analisis kima skala laboratorium. Perbedaan dari
keduanya adalah elektroda perak-perak klorida dapat digunakan pada kisaran
suhu yang lebih tinggi dibandingkan dengan elektroda kalomel jenuh. Meskipun
begitu, untuk analisis sampel darah yang tidak membutuhkan suhu yang tinggi
tidak diperlukan elektroda perak-perak klorida sehingga jauh lebih dianjurkan
untuk menggunakan elektroda kalomel. Elektroda kalomel yang dijual di pasaran

12
memiliki beragam konsentrasi larutan kalium klorida, namun yang umum
digunakan adalah elektroda kalomel jenuh dengan larutan KCl berada pada
keadaan jenuh. Meskipun dengan konsentrasi jenuh elektroda ini menjadi lebih
peka pada perubahan suhu, elektroda jenis ini jauh lebih mudah untuk dirangkai.
Sampel darah manusia akan dianalisis dalam laboratorium yang suhunya
cenderung dijaga konstan, sehingga dengan demikian pemilihan elektroda
kalomel jenuh sebagai elektroda acuan telah mencukupi kebutuhan.
Berikutnya, kita harus memilih elektroda indikator yang sesuai untuk
metode analisis ion besi ini. Berdasarkan kekompleksan komposisi larutan dalam
sampel darah, tidak dianjurkan untuk menggunakan elektroda logaam baik jenis
pertama, jenis kedua, jenis ketiga, dan elektroda inert sebagai elektroda indikator.
Hal ini dikarenakan sifat elektroda tersebut yang kurang selektif yaitu tidak
hanya mereduksi kation yang perlu direduksi tetapi juga mereduksi ion-ion lain
yang jauh lebih mudah untuk direduksi. Hal ini tentu saja akan mempengaruhi
tingkat keakuratan pengukuran. Elektroda indikator yang lebih dianjurkan adalah
elektroda membran selektif ion. Elektroda membran menggunakan membran
untuk membiarkan ion-ion jenis tertentu menembusnya dan melarang ion
lainnya.

13
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan yang dapat ditarik dari pembahasan jawaban pertanyaan pemicu


adalah sebagai berikut :

1. Potensiometri merupakan salah satu metode analisis dalam cabang ilmu


kimia analitik yang menggunakan reaksi reduksi-oksidasi sebagai prinsip
dasarnya.
2. Sel potensiometri terdiri dari empat bagian penting yaitu elektrode acuan,
elektrode indikator, jembatan garam, dan voltmeter.
3. Metode terbaik yang dilakukakan untuk menganalisis sampel darah yang
diambil dari pasien pendertita anemia adalah sample addition method.
Metode ini dipilih karena memiliki berbagai kelebihan dibandingkan
dengan metode lain dan adanya beberapa kekurangan dari metode lain
yang telah diuraikan duraikan dalam makalah.
4. Langkah – langkah yang akan dilakukan untuk mengetahui kandungan zat
besi dengan sample addition method adalah preparasi larutan sampel dan
larutan standar, menyiapkan peralatan, pengukuran potensial sel, dan
menentukan konsentrasi ion besi dalam sampel
5. TISAB adalah sebuah reagen yang ditambahkan pada larutan sampel dan
standar yang berfungsi untuk menjaga pH, aktifitas ion, dan kekuatan ion
dari larutan standar.
6. TISAB tidak terlalu diperlukan pada keadaan-keadaan berikut: ketika
larutan sampel dan larutan standar berada pada kondisi sangat encer,
ketika larutan sampel dan larutan standar diencerkan, dan ketika
konsentrasi larutan melebihi 0.1 M.
7. Penentuan konsentrasi ion natrium dapat dilakukan dengan dua cara,
yakni tanpa menggunakann grafik dan dengan menggunakan grafik.

14
8. Penentuan kemiringan (slope) kurva kalibrasi, dilakukan dengan cara
membuat hubungan antara log10 C dan potensial sel, di mana C adalah
konsentrasi ion pada larutan yang digunakan dalam mol/L.
9. Pada sampel yang memiliki konsentrasi yang tinggi metode penambahan
yang dilakukan adalah sample addition method. Dengan menggunakan
sedikit sampel yang akan ditambahkan pada larutan standar, dapat
dihasilkan perubahan beda potensial yang cukup signifikan dan terlihat
jelas.

15
Daftar Pustaka

Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar: Jilid 2. Jakarta: Penerbit Erlangga.


Day R.A. dan A.L. Underwood. 1986. Analisis Kimia Kuantitatif (terjemahan).
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Skoog. 1988. Fundamentals of Analytical Chemistry. London : Saunders College
Publishing.
Anonim.2011.IronAbsorption.[online].(http://sickle.bwh.harvard.edu/iron_absor
ption.html, diakses tanggal 20 Juni 2011)
Anonim.Wanita Rentan Terkena Anemia.[online].
(http://cybermed.cbn.net.id/cbprtl/cybermed/detail.aspx?x=health+woman
&y=cybermed|0|0|14|611, diakses pada Selasa, 20 Juni 2011 pukul 11.00)
Oppusunggu, Riris. 2009. Pengaruh Pemberian Tablet Tambah Darah terhadap
Produktivitas Kerja Wanita Penyortir Daun Tembakau di PT. X Kabupaten
Deli Serdang. pdf.
(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6889/1/09E01321.pdf,
diakses pada tanggal 21 Juni 2011)

16

Anda mungkin juga menyukai